Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Hukum pidana atau fiqih Jinayah merupakan bagian dari syari’at islam yang
berlaku semenjak diutusnya Rosulullah. Oleh karenanya pada zaman Rosululah dan
Khulafaur Rasyidin, hukum pidana islam berlaku sebagai hukum publik. Yaitu hukum
yang diatur dan diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa yang sah atau ulil
amri.
Hukum pidana menurut syari’at islam merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam kehidupan setiap muslim dimanapun ia berada. Syari’at islam merupakan
hukum yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, karena syari’at islam
merupakan bagian ibadah kepada Allah S.W.T. juga ditujukan untuk kemaslahatan
umat manusia di dunia.
Walaupun dalam kenyataanya, masih banyak umat islam yang belum tahu
dan paham tentang apa dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta bagaimana
ketentuan-ketentuan hukum tersebut seharusnya disikapi dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka pada kesempatan ini pemakalah akan mencoba
menjelaskan apa itu fiqih jinayah atau hukum pidana islam dan beberapa aspek
didalamnya. Khsusnya tentang masala-masalh ta’zir dan segala hal yang
bersangkutan dengannya.
1
Ta’zir -تعزر
Secara bahasa ta'zir merupakan mashdar (kata dasar) dari 'azzaro yang
berarti menolak dan mencegah kejahatan, juga berarti menguatkan, memuliakan,
membantu. Dalam al qur’an disebutkan :
)٩( ًلِّ ُت ۡؤ ِم ُنو ْا ِبٱهَّلل ِ َو َرسُولِهِۦ َو ُت َع ِّزرُوهُ َو ُت َو ِّقرُوهُ َو ُت َس ِّبحُوهُ ُبڪ َۡر ۬ ًة َوأَصِ يال
Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan
(agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan
petang.(Q.S. Al Fath:9)
Ta'zir sering juga disamakan oleh fuqoha' dengan hukuman terhadap setiap
maksiyat yang tidak diancam dengan hukuman had atau kaffarat. Hukumannya
diserahkan sepenuhnya kepada penguasa atau hakim 3. Hukuman dalam jarimah
ta'zir tidak ditentukan ukurannya atau kadarnya, artinya untuk menentukan batas
terendah dan tertinggi diserahkan sepenuhnya kepada hakim (penguasa). Dengan
demikian, syari'ah mendelegasikan kepada hakim untuk menentukan bentuk-
bentuk dan hukuman kepada pelaku jarimah.
2
Ta’zir -تعزر
Dasar hukum disyari’atkannya ta’zir terdapat dalam beberapa Hadits Nabi saw. Dan
tindakan sahabat. Hadits-hadits tersebut antara lain sebagai berikut:
أنّ ال ّنبيّ صلى هللا عليه وسلّم حبس فى التهمة,عن بهز ابن حكيم عن ابي عن ج ّده
) و النسا ئى والبيهقى و صّحيحه الحاكم:(رواه ابو دود ال ّترمذي
Dari Bahz ibn Hakim dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi saw.
Menahan seseorang karena disangka melakukan kejahatan. (Hadits
diriwayatkan oleh Abu dawud, Turmudzi, Nasa’I, dan Baihaqi,serta
dishahihkan oleh hakim).4
هللا صلّى هللا عليه و سلّم:عن ابى بردة األ نصارى رضي هللا عنه أ ّنه سمع رسول
) هللا تعالى (م ّتفق عليه: عشرة اسوا ط أالّ فى حدود: ال يجلد فوق: يقول
Dari abu Burdah Al-Anshari ra. Bahwa ia mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Tidak boleh dijilid di atas sepuluh cambuk kecuali didalam
hukuman yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala.(Muttafaq alaih)5
ّ ذوىالهيئا ت عثرا تهم أال: أقيلوا:و عن عا ئشة رضي هللا عنها أنّ نبيّ صلّى هللا عليه وسلّم قال
) والبيهقى:الحدود (رواه أحمد و أبو داود والنسائى
Dari Aisyah ra. Bahwa Nabi saw. Bersabda: “Ringankanlah hukuman bagi
orang-orang yang tidak pernah melakukan kejahatan atas perbuatan
mereka,kecuali dalam jarimah-jarimah hudud. ( Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
dawud, Nasa’I, Dan BAihaqi).
Unsur jarimah ta’zir bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu unsur umum dan unsur
khusus. Unsur umum jarimah ada tiga macam, yaitu:
1) unsur formil, yaitu suatu perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan
pelakunya tidak dapat dipidana kecuali adanya nash atau undang—undang yang
mengaturnya.
4
Sayid Sabiq, Fiqih As-Sunnah,Juz 2, Dar Al Fikr, Beirut,1980,hlm.497.
5
Muhammad ibn Isma’il Al-Kallani, Subul As-Salam, Juz IV, Maktabah Mushthafah Al-Baby Al-Halaby,
Mesir,1960,hlm. 37.
3
Ta’zir -تعزر
2). Unsur materiil, yaitu tingkah laku seseorang yang membentuk jarimah, baik
dengan sikap berbuat maupun sikap tidak berbuat.
3). Unsur moril, yaitu pelaku jarimah adalah orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana terhadap jarimah yang dilakukannya. 6
Yang dimaksud unsur khusus adalah unsur yang hanya terdapat pada
peristiwa pidana tertentu dan berbeda antara unsur khusus pada jenis jarimah yang
satu dengan jenis jarimah yang lainnya. 7 Tujuan Pemidanaan dalam Hukum Islam
Menurut al-Syatibi tidak ada satu pun dari hukum Allah yang tidak mempunyai
tujuan. Hukum yang tidak mempunyai tujuan sama dengan taklif ma la yuthaq
(pembebanan sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan). 8
Ruang lingkup jarimah ta’zir adalah sebuah cakupan juga sekaligus batasan
yang tersentuh oleh jarimah ta’zir. Terdapat berbagai macam pengelompokan
ruang lingkup jarimah ta’zir di kalangan ulama serta fuqaha. Dan pengelompokkan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menurut Abd. Qodir Awdah membagi jarimah ta'zir menjadi tiga, yaitu:
1. Jarimah hudud dan qishash diyat yang mengandung unsur shubhat atau
tidak memenuhi syarat, namun hal itu sudah dianggap sebagai perbuatan
maksiyat, seperti pencurian harta syirkah, pembunuhan ayah terhadap
anaknya, dan pencurian yang bukan harta benda.
2. Jarimah ta'zir yang jenis jarimahnya ditentukan oleh nas, tetapi sanksinya
oleh syari'ah diserahkan kepada penguasa, seperti sumpah palsu, saksi
palsu, mengurangi timbangan, menipu, mengingkari janji, menghianati
amanah, dan menghina agama.
3. Jarimah ta'zir dimana jenis jarimah dan sanksinya secara penuh menjadi
wewenang penguasa demi terealisasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini
unsur akhlak menjadi pertimbangan yang paling utama. Misalnya
pelanggaran terhadap peraturan lingkungan hidup, lalu lintas, dan
pelanggaran terhadap pemerintah lainnya. 9
4
Ta’zir -تعزر
c. Abdul Aziz Amir membagi jarimah ta’zir menjadi beberapa bagian , yaitu:
1. Hukuman Mati
2. Hukuman Jilid
10
Disebut juga sebagai jarimah yang dilihat dari hak yang dilanggar. Lihat, Fiqih Jinayah, Prof. Dr. H.A.
Djazuli.
11
Abd. Aziz Amir,At Ta’zir fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyah. Dar Al Fikr Al Arabi. hlm.91-262
5
Ta’zir -تعزر
لّم:ه و س::لّى هللا علي: هللا ص:ول::مع رس::ه س::ه أ ّن::عن ابى بردة األ نصارى رضي هللا عن
) هللا تعالى (م ّتفق عليه: عشرة اسوا ط أالّ فى حدود: ال يجلد فوق: يقول
Ada dua macam hukuman kawalan dalam hukum Islam. Pembagian ini
didasarkan pada lama waktu hukuman. Pertama, Hukuman kawalan terbatas. Batas
terendah dai hukuman ini adalah satu hari, sedang batas tertinggi, ulama' berbeda
pendapat. Ulama' Syafi'iyyah menetapkan batas tertingginya satu tahun, karena
mereka mempersamakannya dengan pengasingan dalam jarimah zina. Sementara
ulama' ulama' lain menyerahkan semuanya pada penguasa berdasarkan maslahat.
6
Ta’zir -تعزر
4. Hukuman Salib
Ancaman juga merupakan salah satu hukuman ta'zir, dengan syarat akan
membawa hasil dan bukan hanya ancaman kosong. Misalnya dengan ancama akan
dijilid, dipenjarakan atau dihukum dengan hukuman yang lain jika pelaku
mengulangi tindakannya lagi.
6. Hukuman Pengucilan
"Dan terhadap tiga orang yang tinggal, sehingga apabila bumi terasa
sempit oleh mereka meskipun dengan luasnya, dan sesak pula diri mereka, serta
mereka mengira tidak ada tempat berlindung dari Tuhan kecuali padaNya,
7
Ta’zir -تعزر
7. Hukuman Denda
VII. Penutup
Dari uraian singkat tentang jinayat ta’zir di atas, teedapat hal-hal yang
menarik perhatian kita untuk dikaji lebih jauh, baik yang berkaitan tentang
pengertian atau definisi hingga pendapat para fuqoha tentang hal-hal yang
berkaitan.
12
Drs. H. Ahmag Wardi Muslich. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika, 2004. Hlm. 258-270
13
Prof. Drs. H. A. Djazuli. Fiqih Jinayah; Upaya Menaggulangi Kejahatan dalam Islam.Raja Grafindo
Persada;Jakarta. Hlm. 166-167.
8
Ta’zir -تعزر
Daftar Pustaka
9
Ta’zir -تعزر
Haliman, Hukuman Pidana Islam Menurut Ahli Sunnah Wal-Jama’ah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1968),
Al-Kallani,Muhammad ibn Isma’il, Subul As-Salam, Juz IV, Maktabah Mushthafah Al-
Baby Al-Halaby, Mesir,1960
10