You are on page 1of 9

UNDANG UNDANG NO.

35 TAHUN 2009 TENTANG


NARKOTIKA

BAB IV : PENGADAAN

Bagian Kesatu : Rencana Kebutuhan Tahunan

Pasal 9

1. Menteri menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan


kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Untuk keperluan ketersediaan Narkotika sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), disusun rencana kebutuhan tahunan Narkotika.
3. Rencana kebutuhan tahunan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disusun berdasarkan data pencatatan dan pelaporan rencana dan
realisasi produksi tahunan yang diaudit secara komprehensif dan menjadi
pedoman pengadaan, pengendalian, dan pengawasan Narkotika secara
nasional.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kebutuhan tahunan
Narkotika diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 10

1. Narkotika untuk kebutuhan dalam negeri diperoleh dari impor, produksi


dalam negeri, dan/atau sumber lain dengan berpedoman pada rencana
kebutuhan tahunan Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(3).
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kebutuhan tahunan
Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan kebutuhan
Narkotika dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kedua : Produksi

Pasal 11

1. Menteri memberi izin khusus untuk memproduksi Narkotika kepada


Industri Farmasi tertentu yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan setelah dilakukan audit oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
2. Menteri melakukan pengendalian terhadap produksi Narkotika sesuai
dengan rencana kebutuhan tahunan Narkotika sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9.
3. Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pengawasan terhadap
bahan baku, proses produksi, dan hasil akhir dari produksi Narkotika
sesuai dengan rencana kebutuhan tahunan Narkotika sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin dan
pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.

Pasal 12

1. Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam


proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pengawasan produksi Narkotika Golongan I untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan produksi
dan/atau penggunaan dalam produksi dengan jumlah yang sangat
terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Bagian Ketiga : Narkotika untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pasal 13

1. Lembaga ilmu pengetahuan yang berupa lembaga pendidikan dan


pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh
pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh, menanam, menyimpan,
dan menggunakan Narkotika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
teknologi setelah mendapatkan izin Menteri.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara untuk mendapatkan
izin dan penggunaan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keempat : Penyimpanan dan Pelaporan

Pasal 14

1. Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi, pedagang


besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan
lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus.
2. Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan
dan/atau pengeluaran Narkotika yang berada dalam penguasaannya.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan secara khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan jangka waktu, bentuk, isi, dan
tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
4. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau ketentuan mengenai pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administratif oleh
Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan berupa:
1. Teguran;
2. Peringatan;
3. Denda administratif;
4. Penghentian sementara kegiatan;
5. Pencabutan izin

- 10 janji timur pradopo :

1. Pengungkapan dan penyelesaian kasus-kasus menonjol.


2. Meningkatkan Pemberantasan preman, kejahatan jalanan,
perjudian, narkoba, illegal fishing, illegal mining, perdagangan
manusia dan korupsi.
3. Penguatan kemampuan Densus 88 anti teror, bekerjasama
dengan TNI dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT).
4. Pembenahan kinerja Reserse.
5. Implementasi Struktur organisasi Polri yang baru.
6. Membangun kerjasama melalui sinergi polisional yang proaktif.
7. Memacu perubahan mind set and culture Polri.
8. Menggelar SPK di berbagai sentra kegiatan publik.
9. Mengembangkan layanan pengadaan sistem elektronik.
10. Membangun dan mengembangkan sistem informasi.

Menurut Timur, agar pelaksanaan program tersebut efektif, maka dia


berjanji akan menuntaskan dalam tiga tahun masa kepemimpinannya,
yakni kurun waktu 2010 – 2013

- Undang _undang lalu lintas tentang :

Pengemudi kendaraan yang tidak menggunakan plat resmi, Tedi


menyebutkan, akan diberi sanksi. Mengacu pada Pasal 280 Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009, pelanggar akan dikenai denda paling
besar Rp 500 ribu atau kurungan dua bulan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24 TAHUN 1999
TENTANG
LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI TUKAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

a. bahwa kesinambungan pembangunan nasional harus dipelihara


berdasarkan keadilan yang merata dan diarahkan untuk terwujudnya
perekonomian nasional yang bernafaskan kerakyatan, mandiri, andal,
dan mampu bersaing dalam kancah perekonomian internasional yang
ditunjang dengan sistem devisa dan sistem nilai tukar yang dapat
mendukung tercapainya stabilitas moneter guna mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan
Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa devisa merupakan salah satu alat dan sumber pembiayaan yang
penting bagi bangsa dan negara, oleh karena itu pemilikan dan
penggunaan devisa serta sistem nilai tukar perlu diatur sebaik-baiknya
untuk memperlancar lalu lintas perdagangan, investasi dan pembayaran
dengan luar negeri;

c. bahwa Undang-undang Nomor 32 Tahun 1964 tentang Peraturan Lalu


Lintas Devisa sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan
perkembangan keadaan, oleh karena itu perlu diadakan pembaruan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, huruf b, dan


huruf c perlu ditetapkan undang-undang baru tentang Lalu Lintas
Devisa dan Sistem Nilai Tukar;

- Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23 dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia


(Lembaran Negara Nomor 66 Tahun 1999, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3843);
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 1999
TENTANG
LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI TUKAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa kesinambungan pembangunan nasional harus dipelihara


berdasarkan keadilan yang merata dan diarahkan untuk terwujudnya
perekonomian nasional yang bernafaskan kerakyatan, mandiri, andal,
dan mampu bersaing dalam kancah perekonomian internasional yang
ditunjang dengan sistem devisa dan sistem nilai tukar yang dapat
mendukung tercapainya stabilitas moneter guna mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan
Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa devisa merupakan salah satu alat dan sumber pembiayaan yang
penting bagi bangsa dan negara, oleh karena itu pemilikan dan
penggunaan devisa serta sistem nilai tukar perlu diatur sebaik-baiknya
untuk memperlancar lalu lintas perdagangan, investasi dan pembayaran
dengan luar negeri;

c. bahwa Undang-undang Nomor 32 Tahun 1964 tentang Peraturan Lalu


Lintas Devisa sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan
perkembangan keadaan, oleh karena itu perlu diadakan pembaruan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, huruf b, dan


huruf c perlu ditetapkan undang-undang baru tentang Lalu Lintas
Devisa dan Sistem Nilai Tukar;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23 dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia


(Lembaran Negara Nomor 66 Tahun 1999, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3843);

perhatikan UU terbaru yang menggantikan UU tahun 1992, UU Nomor 22 Tahun


2009. Undang-Undang yang sudah ditandatangani Presiden SBY pada tanggal
22 Juni 2009, memuat antara lain:

Tidak Memiliki SIM

Menurut Pasal 281, apabila pengendara kendaraan bermotor tidak memiliki


Surat Izin Mengemudi (SIM) bisa dikenakan denda paling banyak
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Atau di pidana kurungan paling lama 4 bulan.
Jadi, selalu bawa SIM Anda setiap kali Anda mengendarai motormu.

Mengemudi Tidak Konsentrasi

Hati hati juga buat biker yang suka menelpon sambil mengendarai motor bisa
kena sanksi pasal 283, menurut pasal ini bagi yang mengemudikan Kendaraan
Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau
dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi
dalam mengemudi di Jalan dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama
3 bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah)

Kelengkapan Motor

Bagi pengendara roda dua di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu
penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan
kedalaman alur ban, mengacu pada Pasal 285 dapat dikenai denda paling
banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) atau pidana kurungan
paling lama 1 bulan.

Rambu dan Markah


Jangan abaikan rambu dan markah jalan, karena di Pasal 287 Pengendara
motor di Jalan yangmelanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan
dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dapat dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah).

Tidak Bawa STNK

Nah, buat biker yang suka lupa bawa STNK harap waspada, karena menurut
Pasal 288, setiap pengendara roda dua di Jalan yang tidak dilengkapi dengan
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau surat tanda coba Kendaraan
Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagaimana dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau
denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Helm Standard Buat Penumpang dan Pengemudi

Selalu pakai helm SNI saat mengendarai sepeda motor, baik pengemudi
maupun penumpang motor. Karena menurut Pasal 291, bagi setiap pengemudi
dan penumpang Sepeda Motor yang tidak mengenakan helm standar nasional
Indonesia (SNI) dipidana dengan pidana kurungan paling lama sebulan atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Menyalakan Lampu Utama Malam atau Siang Hari

Selalu nyalakan lampu utama motor Anda di Jalan pada siang maupun malam
hari. Karena menurut Pasal 293, karena jika Anda tidak menyalakan lampu
utama pada motor Anda di malam hari, Anda bisa dikenakan dipidana dengan
pidana kurungan paling lama sebulan atau denda paling banyak Rp250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah). Bila sebelumnya ligh on disiang hari hanya
dianjurkan, sekarang diwajibkan. Jika tidak menyalakan lampu utama di siang
hari dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 hari atau denda paling
banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
Filed under: Informasi Ditandai: | undang undang lalu lintas, undang undang lalu
tintas yang baru, uu lalin

You might also like