You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

Upaya untuk memahami implikasi kebijakan moneter yang ditekankan

pada implikasi politik dari perusahaan yang go public bisa dilakukan dengan

memahami peran pemerintah dan perubahannya. Di masa lalu peran pemerintah

dapat dibagi atas dua tahapan besar, yaitu tahap Pra Deregulasi atau boom minyak

dan tahap Deregulasi. Dalam tahapan pertama peran pemerintah bersifat langsung.

Ada investasi di BUMN, APBN memberikan alokasi untuk proyek-proyek

konstruksi dan proyek kesejahteraan, terutama Inpres. Sistem perkreditan diberi

subsidi yang juga bersumber dari uang minyak sehingga suku bunga tidak

mencerminkan harga uang.

Pada akhirnya timbul pertanyaan apakah masyarakat Indonesia termasuk

pemerintah dapat menerima isyarat pasar dalam pasar modal, kenyataannya tidak

bisa dipungkiri bahwa jawaban terhadap pertanyaan itu juga mengacu kepada

bisakah kita menerima sistem ekonomi yang semakin memberi peran yang besar

pada mekanisme pasar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Masalah Dalam Implementasi

Penentuan tujuan kebijakan moneter seperti pertumbuhan inflasi serta

neraca pembayaran yang sehat hanyalah merupakan salah satu bagian dari

kebijakan moneter. Masih banyak masalah yang perlu dipecahkan terutama

dalam hal implementasinya.

Masalah tersebut mencakup :

a. bahwa penguasa moneter harus menentukan arah yang hendak dituju

untuk mencapai sasaran kebijakan. Seperti misalnya output,

employment serta harga.

b. penguasa moneter harus menentukan bagaimana caranya mengatur /

mengubah instrumen kebijaksanaan moneter. Seperti misalnya,

cadangan minimum, politik diskonto, serta jual beli surat berharga.

Agar supaya tujuan / sasaran kebijakan moneter tercapai.

2.2 Indikator Dalam Implementasi Kebijakan Moneter

Indikator kebijakan moneter adalah variabel ekonomi yang memberikan

informasi tentang gerakan / perubahan dalam sektor riil apakah sudah

bergerak kearah sasaran yang diinginkan atau belum.

Pemilihan indikator merupakan pemilihan variabel moneter yang secara

konsisten memberi informasi tentang pengaruh kebijakan moneter terhadap

2
perekonomian. Ini memerlukan adanya hubungan yang pasti antara indikator

tersebut dengan tujuan / sasaran kebijakan moneter. Perubahan sektor riil

dapat diperkirakan dari adanya perubahan dalam indikator. Dengan melihat

indikator ini dapat diperkirakan apakah arah kebijakan moneter itu sejalan /

menuju sasaran yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tidak, penguasa moneter

dapat mengubah instrumen kebijakan moneter. Dengan demikian indikator ini

memberikan informasi apakah sasarannya akan tercapai atau tidak. Biasanya

variabel moneter yang dipakai sebagai indikator adalah tingkat bunga dan

jumlah uang yang beredar.

2.3. Target Operasional

Target operasional adalah variabel ekonomi / moneter yang selalu diawasi

tiap hari oleh penguasa moneter (Bank Sentral) dalam menjalankan

kebijaksanaan jual beli surat berharga (open market operation). Syarat-syarat

supaya sesuatu variabel dapat dipakai sebagai target operasional antara lain :

a. Bank sentral harus dapat mengukur target operasional ini dalam jangka

yang relatif pendek.

b. Bank sentral harus dapat mengatur volume target operasional ini

dengan cara merubah instrumen kebijaksanaan moneter.

c. Perubahan volume target operasional dari waktu ke waktu mempunyai

pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam variabel indikator.

Ada dua hipotesa utama yang mencoba menjelaskan tentang jalur

pengaruh kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi, yaitu :

3
2.3.1. Tingkat Bunga

Menurut hipotesa ini variabel indikatornya adalah tingkat bunga

sedangkan dana perbankan sebagai target operasionalnya. Pada prinsipnya

hipotesa ini mengatakan bahwa pengaruh kebijakan moneter ditransfer

melalui perubahan dana perbankan, yang kemudian akan mempengaruhi

tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga pada gilirannya akan mempengaruhi

permintaan agregat. Ada perbedaan tingkat bunga yang dikemukakan oleh

Keynesian dengan Monetarist, yaitu :

 Menurut Keynes, penambahan jumlah uang akan menurunkan tingkat

bunga, kenaikan pendapatan mendorong naiknya permintaan uang

sehingga tingkat bunga merambat naik. Dalam hal ini Keynes

berpendapat bahwa turunnya tingkat bunga sebagai akibat kelebihan

likuiditas jauh lebih besar dari kenaikan tingkat bunga sebagai akibat

kenaikan pendapatan, sehingga hasil akhirnya tingkat bunga lebih

rendah dari tingkat awal.

 Sebaliknya Monetarist berpendapat bahwa tingkat bunga akhirnya

akan lebih tinggi dari tingkat awal. Alasannya, pengaruh kenaikan

pendapatan terhadap kenaikan tingkat bunga lebih besar dari

penurunan tingkat bunga sebagai akibat dari adanya kelebihan

likuiditas. Kenaikan tingkat bunga ini masih didorong lagi dengan

adanya pengaruh dari ekspektasi tentang harga.

4
2.3.2. Jumlah Uang yang Beredar

Menurut hipotesa ini variabel indikatornya adalah pertumbuhan jumlah

uang beredar, sedangkan uang inti (pronetary base) sebagai target

operasionalnya. Pengaruh kebijakan moneter pertama mempengaruhi uang

inti. Kemudian jumlah uang beredar, perubahan jumlah uang beredar

langsung mempengaruhi permintaan agregat. Ada perbedaan tentang jumlah

uang yang beredar yang dikemukakan oleh Keynesian dan Monetarist.

 Keynesian menganggap bahwa jumlah uang sangat dipengaruhi oleh

kegiatan ekonomi dan Keynesian berpendapat bahwa besarnya angka

pelipat uang dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi.

Guna melihat pengaruh kegiatan ekonomi terhadap jumlah uang maka

digunakan rumus jumlah uang (angka pelipat uang) sebagai berikut :

1+k
ΔΜ= ΔΜΒ
r( I+t+g )k

Dimana =  = tambahan jumlah uang

M = tambahan uang inti (monetary base)

k = proporsi uang kertas terhadap giro

t = proporsi deposito berjangka terhadap giro

g = proporsi deposito pemerintah terhadap giro

 Monetarist sebaliknya, menganggap bahwa perubahan jumlah uang

tidak terpengaruh (independent) oleh kegiatan ekonomi.

5
2.4. Inflasi

Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum

barang-barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu.

 Menurut Monetarist berpendapat bahwa inflasi merupakan phenomena

moneter. Artinya selalu timbul sebagai akibat bertambahnya jumlah

uang. Dengan demikian Monetarist menyalahkan Bank Sentral sebagai

biang keladi terjadinya inflasi.

 Sebaliknya, Keynesian berpendapat bahwa kenaikan permintaan

agregate tidak saja berasal dari Bank Sentral, tetapi juga dari kenaikan

pengeluaran investasi oleh pengusaha dan pemerintah maupun

pengeluaran konsumsi. Keynesian lebih menyalahkan pemerintah

karena pengeluaran yang melebihi penerimaan pada keadaan ekonomi

full employment.

Jenis inflasi menurut sifatnya ada 3 yaitu :

1. Merayap (creeping inflation) biasanya ditandai dengan laju inflasi

yang rendah (kurang dari 10 % per tahun).

2. Inflasi menengah (galloping inflation) ditandai dengan kenaikan harga

yang cukup besar.

3. Inflasi tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah,

akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat.

Jenis inflasi menur sebabnya ada 2 yaitu :

A. Demand – pull inflation

6
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate

demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan

kerja penuh ; kenaikan permintaan total. Disamping menaikkan harga

dapat juga menaikkan hasil produksi (output).

B. Cost – push inflation

Biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.

Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam

penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan

biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya

produksi. Kalau proses ini berjalan terus, maka timbullah cost – push

inflation.

Efek inflasi ada 3 yaitu :

1. Efek terhadap pendapatan (equity effects)

Sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang

diuntungkan dengan adanya inflasi.

2. Efek terhadap efisiensi (efficiency effects)

Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai

macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan

dalam produksi beberapa barang tertentu.

3. Efek terhadap output (output effects)

Cara mencegah terjadinya inflasi :

a. Kebijakan moneter, dapat dilakukan dengan cara :

1. Pengaturan jumlah uang yang beredar.

7
2. Cadangan minimum dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih

kecil.

3. Politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga).

b. Kebijakan fiskal

Yaitu pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan.

c. Kebijakan yang berkaitan dengan output.

d. Kebijakan penentuan harga dan indexing.

2.5. Deregulasi Ekonomi

Kata deregulasi sudah begitu memasyarakat tapi belum menjamin

terdapatnya pengertian yang tepat akan konsep tersebut, baik dalam

lingkungan masyarakat luas maupun bahkan juga dalam lingkungan yang

lebih sempit seperti lingkungan bisnis dan birokrasi pemerintahan sendiri.

Bagi Indonesia, deregulasi atau pengurangan peraturan dan ketentuan,

tepatnya berlangsung sejak 1 Juni 1983 dengan deregulasi perbankan. Motif

yang ada tampaknya terutama karena pemerintah menyadari betul akan tak

bisa lagi mengandalkan minyak sebagai “motor” kegiatan ekonomi.

Pemerintah menyadari bahwa baik untuk ekspor non migas maupun pajak,

sumber perolehannya adalah kegiatan swasta yang dinamis. Deregulasi atau

peraturan yang dikeluarkan pemerintah telah dan akan selalu ada pada setiap

negara. Dengan deregulasi dapat dicapai beberapa hal yang menjadi tujuan

pemerintah. Tujuan tersebut adalah :

a. kepentingan masyarakat sebagai konsumen

b. melindungi konsumen / masyarakat dan lingkungan

8
c. mengarahkan kegiatan ekonomi, melindungi (proteksi) industri dalam

negeri, dan hal yang paling kurang eksplisit adalah melindungi

kepentingan umum yang tidak dirinci dan dapat diartikan seluas-

luasnya.

Deregulasi terus akan meningkat bukanlah hal yang menjadi kemauan

pemerintah saja, tetapi tampaknya sudah menjadi kepentingan politik yang

sulit ditawar-tawar. Bukan saja faktor ekstern yang tidak menggembirakan

yang akan dihadapi oleh ekonomi nasional, tetapi berbagai instrumen

kebijaksanaan mengandung kendala-kendala yang sulit atau mustahil untuk

diatasi yaitu soal :

a. RAPBN yang akan diajukan ke DPR akan tetap mengadung elemen-

elemen kontraksi. Sebabnya adalah anggaran yang tetap berimbang

serta pos pembayaran bunga dan cicilan utang yang semakin

menciutkan volume anggaran pengeluaran pembangunan.

b. Faktor volume perkreditan dan tingkat suku bunga, sulit untuk dibuat

lebih baik lagi.

c. Bahwa semakin sulit mengharapkan investasi pemerintah dimasa-masa

pasca minyak bumi.

Deregulasi ini sering dibandingkan dengan de-etatisme pada awal masa

Orde Baru. Bila de-etatisme merupakan upaya mengurangi peran pemerintah

yang berlebihan di bidang ekonomi yang dibuat oleh pemerintah Orde Lama

(terdahulu), maka deregulasi adalah upaya pengurangan peran pemerintah

yang dibuat oleh pemerintah yang sama. Pemerintah mengalami masalah

yang bersumber dari merosotnya perolehan minyak bumi. Akibat

9
kemerosotan migas, maka anggaran dan neraca pembayaran luar negeri

mengalami masalah kekurangan dana devisa. Akibatnya perlu

mengkompensasi dengan pajak (untuk anggaran) dan ekspor non migas

(untuk neraca perdagangan dan pembayaran luar negeri).

Bagi pemerintah yang perlu diperhatikan, bukan saja menjelaskan secara

rasional alasan akan tidak perlunya kekhawatiran tentang devaluasi (cadangan

devisa yang cukup, defisit neraca transaksi berjalan terkendali, credit line

yang tersedia), tetapi lebih penting lagi menyadari kenyataan bahwa

masyarakat benar-benar belum pulih dari trauma devaluasi di masa lalu.

Untuk bisa memulihkan itu, satu upaya penting yang harus ditempuh adalah

peningkatan proses deregulasi.

10
BAB III

PENUTUP

Penentuan tujuan kebijakan moneter seperti pertumbuhan inflasi serta

neraca yang sehat hanyalah merupakan salah satu bagian dari kebijakan moneter

yang mencakup :

 Penguasaan moneter harus menentukan arah yang hendak dituju untuk

mencapai sasaran kebijaksanaan.

Tingkat suku bunga menurut Keynes, dalam hal ini Keynes berpendapat

bahwa turunnya tingkat suku bunga sebagai akibat kelebihan likuiditas jauh lebih

besar dari kenaikan tingkat bunga sebagai akibat kenaikan pendapatan sehingga

hasil akhirnya tingkat bunga lebih rendah.

Deregulasi akan terus meningkat dengan hal yang menjadi kemauan

pemerintah saja tetapi sudah menjadi political necessity yang sulit ditawar-tawar.

Deregulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan selalu ada pada setiap

negeri, dengan deregulasi pemerintah dapat dicapai beberapa hal yang menjadi

tujuan yaitu :

 Kepentingan masyarakat sebagai konsumen.

 Melindungi konsumen / masyarakat.

 Mengarahkan kegiatan ekonomi / melindungi industri dalam negeri.

11
REFERENSI

1. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi : Teori Pengantar Edisi ke 3. Jakarta :

Penerbit Raja Grafindo Persada.

2. www.slideshare.net.

3. www.linkpdf.com.

12

You might also like