You are on page 1of 18

BAB.

I
Anatomi tumbuhan

Anatomi tumbuhan atau fitoanatomi merupakan analogi dari anatomi manusia


atau hewan. Walaupun secara prinsip kajian yang dilakukan adalah melihat keseluruhan
fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda, anatomi tumbuhan
menggunakan pendekatan metode yang berbeda dari anatomi hewan. Organ tumbuhan
terekspos dari luar, sehingga umumnya tidak perlu dilakukan "pembedahan".

Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hierarki dalam
kehidupan:

• Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-jaringan


penyusunnya;
• Histologi, mempelajari struktur dan fungsi berbagai jaringan berdasarkan bentuk
dan peran sel penyusunnya; dan
• Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya,
proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel yang
lainnya. Sitologi dikenal juga sebagai biologi sel.

Morfologi tumbuhan juga sering kali dikaji bersama-sama dengan anatomi tumbuhan.

A. Organologi

Organologi mengkaji bagaimana struktur dan fungsi suatu organ. Berikut adalah
jaringan-jaringan dasar yang menyusun tiga organ pokok tumbuhan.

a. Akar

Akar tersusun dari jaringan-jaringan berikut :

 epidermis
 parenkim
 endodermis
 kayu
 pembuluh (pembuluh kayu dan pembuluh tapis) dan
 kambium pada tumbuhan dikotil.

Permukaan akar seringkali terlindung oleh lapisan gabus tipis. Bagian ujung akar
memiliki jaringan tambahan yaitu tudung akar. Ujung akar juga diselimuti oleh lapisan
mirip lendir yang disebut misel (mycel) yang berperan penting dalam pertukaran hara
serta interaksi dengan organisme (mikroba) lain.
b. Batang

Susunan batang tidak banyak berbeda dengan akar. Batang tersusun dari jaringan berikut:

• epidermis
• parenkim
• endodermis
• kayu
• jaringan pembuluh, dan
• kambium pada tumbuhan dikotil.

Struktur ini tidak banyak berubah, baik di batang utama, cabang, maupun ranting.
Permukaan batang berkayu atau tumbuhan berupa pohon seringkali dilindungi oleh
lapisan gabus (suber) dan/atau kutikula yang berminyak (hidrofobik). Jaringan kayu pada
batang dikotil atau monokotil tertentu dapat mengalami proses lignifikasi yang sangat
lanjut sehingga kayu menjadi sangat keras.

c. Daun

Daun lengkap terdiri dari pelepah daun, tangkai daun serta helai daun. Helai daun
sendiri memiliki urat daun yang tidak lain adalah kelanjutan dari jaringan penyusun
batang yang berfungsi menyalurkan hara atau produk fotosintesis. Helai daun sendiri
tersusun dari jaringan-jaringan dasar berikut:

• epidermis
• jaringan tiang
• jaringan bunga karang dan
• jaringan pembuluh.

Permukaan epidermis seringkali terlapisi oleh kutikula atau rambut halus (pilus)
untuk melindungi daun dari serangga pemangsa, spora jamur, ataupun tetesan air hujan.

d. Histologi

Histologi tumbuhan mengkaji jenis-jenis sel (berdasarkan bentuk dan fungsi)


yang menyusun suatu jaringan.

Jaringan penyusun tumbuhan antara lain : 1. kodo (jaringan pelindung) 2.


kolenkim (jaringan penyokong) 3. sklerenkim (jaringan penyokong) 4. parenkim
(jaringan dasar) 5. xilem (jaringan pembuluh/pengangkut) 6. floem (jaringan
pembuluh/pengangkut)
BAB. II
BUAH DAN BIJI

I. BUAH

Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan


lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji.
Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni
sebagai pemencar biji tumbuhan.

Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih
luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-buahan. Buah
dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula
berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah
yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati.

Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan
baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme
tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga
terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan
pomologi.

A. Pengertian botani dan ilmu pangan

Kesenjangan pengertian "buah" secara botani dan pangan (buah-buahan) dapat


dilihat dari tabel berikut ini:

Buah sejati Bukan buah sejati


Bukan perkembangan dari bakal buah
Perkembangan dari bakal buah dan tetapi dikonsumsi sebagai buah-
Buah-
dikonsumsi sebagai buah-buahan. buahan.
buahan
Contoh: apel, jeruk, mangga Contoh: cempedak, tin (ara), jambu
monyet
Bukan perkembangan dari bakal buah
Bukan Perkembangan dari bakal buah
dan dianggap bukan buah-buahan.
buah- tetapi dianggap bukan buah-buahan.
Contoh: buah nangka muda, bongkol
buahan Contoh: tomat, padi, kacang mede
bunga matahari
Arti botani

Buah semu dari tin, Ficus carica. Dinding luar buah


semu adalah dasar bunga majemuk yang menangkup,
menutupi 'biji-biji' yang sebetulnya masing-masing
adalah sebutir buah.

Dalam pandangan botani, buah adalah sebagaimana


tercantum pada paragraf pertama di atas. Pada banyak
spesies tumbuhan, yang disebut buah mencakup bakal
buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan
jaringan yang mengelilinginya. Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat untuk
menyebar luaskan biji-bijinya; adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa organ
tersebut adalah buah, meski ada pula biji yang tidak berasal dari buah.[1]

Dalam batasan tersebut, variasi buah bisa sangat besar, mencakup buah mangga, buah
apel, buah tomat, cabai, dan lain-lain. Namun juga bulir (kariopsis) padi, 'biji' (juga
merupakan bulir!) jagung, atau polong kacang tanah. Sementara, dengan batasan ini,
buah jambu monyet atau buah nangka tidak termasuk sebagai buah sejati.

Arti hortikultura atau pangan

Buah dalam pengertian hortikultura atau pangan merupakan pengertian yang dipakai
oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini, batasan buah menjadi longgar. Istilah "buah-
buahan" dapat digunakan untuk pengertian demikian. Buah-buahan adalah setiap bagian
tumbuhan di permukaan tanah yang tumbuh membesar dan (biasanya) berdaging atau
banyak mengandung air.

Dapat dijumpai, buah sejati (dalam pengertian botani) yang digolongkan sebagai
sayur-sayuran, seperti buah tomat, buah cabai, polong kacang panjang, dan buah ketimun.
Namun demikian, dapat dijumpai pula, buah tidak sejati (buah semu) yang digolongkan
sebagai buah-buahan, seperti buah jambu monyet (yang sebetulnya merupakan
pembesaran dasar bunga; buah yang sejati adalah bagian ujung yang berbentuk seperti
monyet membungkuk), buah nangka (yakni pembesaran tongkol bunga; buah yang sejati
adalah isi buah nangka yang berwarna putih (Jw. beton), bergetah, sedangkan bagian
'daging buah' yang dimakan orang adalah tenda bunga), atau buah nanas.
B. Tipe-tipe buah

Buah-buah itu sedemikian beragam, sehingga sukarlah rasanya untuk menyusun


suatu skema pengelompokan yang dapat mencakup semua macam buah yang telah
dikenal orang. Belum lagi adanya kekeliruan-kekeliruan yang mempertukarkan
pengertian biji dan buah (misal: 'biji' jagung, yang sesungguhnya adalah buah secara
botani).

Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah
semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni:[4]

• buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu bakal buah,
yang berisi satu biji atau lebih.
• buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki banyak
bakal buah. Masing-masing bakal buah tumbuh menjadi buah tersendiri, lepas-
lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu buah.
Contohnya adalah sirsak (Annona).
• buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari bunga majemuk. Dengan
demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang pada
akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja. Contohnya adalah nanas (Ananas),
bunga matahari (Helianthus).

Buah kering

Buah tunggal, atau tepatnya buah sejati tunggal, lebih jauh lagi dapat dibedakan
atas bentuk-bentuk buah kering (siccus), yakni yang bagian luarnya keras dan mengayu
atau seperti kulit yang kering; dan buah berdaging (carnosus), yang dinding buahnya
tebal berdaging.

Buah kering selanjutnya dibedakan atas buah yang tidak memecah (indehiscens)
dan yang memecah (dehiscens). Buah indehiscens berisi satu biji, sehingga untuk
memencarkan bijinya buah ini tidak perlu memecah. Yang termasuk ke dalam kelompok
ini adalah buah tipe padi, tipe kurung, dan tipe keras.[4]

Buah padi (caryopsis)

Buah padi (caryopsis, atau bulir) memiliki dinding buah yang tipis, dan
berlekatan menyatu dengan kulit biji. Kulit biji ini kadang-kadang berlekatan pula dengan
biji. Buah terbungkus oleh sekam. Buah suku padi-padian (Poaceae) dan teki-tekian
(Cyperaceae) termasuk ke dalam kelompok ini.

Bulir atau buah padi adalah buah sekaligus biji. Bagian buah terletak di sebelah
luar, terdiri dari lemma, palea, dan skutelum (scutellum). Bagian biji terdiri dari lapisan
aleuron (hanya setebal satu lapis sel), endospermia (tempat penyimpanan cadangan
makanan), dan embrio.
Buah kurung (achenium)

Buah kurung (achenium) memiliki dinding buah yang tipis, berdempetan namun
tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya adalah buah ('biji') bunga pukul empat
(Mirabilis). Buah kurung majemuk contohnya adalah (buah) bunga matahari.

Buah keras (nux)

Buah keras atau geluk (nux) terbentuk dari dua helai daun buah (carpel) atau
lebih; bakal biji lebih dari satu, namun biasanya hanya satu yang menjadi biji sempurna.
Dinding buah keras, kadangkala mengayu, tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya
adalah buah sarangan (Castanopsis).

Beberapa jenis buah keras, kulitnya mengalami pelebaran sehingga membentuk


semacam sayap yang berguna untuk menerbangkan buah ini—jika masak—menjauh dari
pohon induknya. Buah bersayap (samara) semacam ini contohnya adalah buah meranti
(Shorea) dan kerabatnya dari suku Dipterocarpaceae.

Buah kering yang memecah (dehiscens) umumnya berisi lebih dari satu biji,
sehingga memecahnya buah nampaknya terkait dengan upaya untuk memencarkan biji,
agar tidak terkumpul di suatu tempat. Misalnya adalah:

Buah berbelah (schizocarpium)

Buah berbelah (schizocarpium) memiliki dua ruang atau lebih, masing-masing


dengan sebutir biji di dalamnya. Jika memecah, ruang-ruang itu terpisah namun bijinya
masih terbawa di dalam ruang. Sehingga masing-masing ruang seolah buah kurung yang
tersendiri. Contohnya adalah kemangi (Ocimum), beberapa jenis anggota Malvaceae, dan
lain-lain.

Buah kendaga

Buah kendaga (rhegma) seperti buah belah, namun ruang-ruang itu masing-
masing memecah, sehingga bijinya terlempar keluar. Masing-masing ruang terbentuk dari
satu daun buah. Contoh: para (Hevea), jarak (Ricinus).

Buah kotak

Terdiri atas satu atau beberapa daun buah, berbiji banyak. Buah ini memecah jika
masak, namun kulit buah yang pecah sampai lama tidak terlepas dari tangkai buah. Ada
banyak macam buah kotak. Buah kotak sejati (capsula) terdiri atas dua daun buah atau
lebih; jumlah ruangannya sesuai dengan jumlah daun buah asalnya. Buah ini membuka
dengan bermacam-macam cara. Contohnya adalah durian (Durio), anggrek
(Orchidaceae). 'Daging buah' durian yang dimakan sebetulnya adalah arilus (salut biji),
perbesaran dari selaput penutup biji.
Selain itu, masih ada lagi beberapa jenis buah kotak seperti berikut ini:

Buah bumbung

Buah bumbung (folliculus) berasal dari bakal buah yang terdiri atas satu daun
buah dengan banyak biji. Jika masak, kotak terbelah menurut salah satu kampuhnya,
biasanya kampuh perut. Contohnya adalah widuri (Calotropis), kepuh (Sterculia).

Buah polong

Buah polong (legumen) terdiri atas satu daun buah dengan satu ruangan dan
banyak biji; sering pula ruangan ini terpisah-pisah oleh sekat semu. Jika masak, ruangan
akan terbuka menurut kedua kampuhnya yang memanjang. Contohnya adalah aneka jenis
polong-polongan (Fabaceae, atau dulu disebut Leguminosae).

Buah lobak

Buah lobak (siliqua) tersusun dari dua daun buah dengan satu ruangan yang
tersekat oleh sekat semu. Buah terpecah menurut kedua kampuhnya ketika masak, namun
ujungnya masih berlekatan. Biji sebentar masih melekat pada sekat semu, yang
sebetulnya adalah tembuni, sebelum pada akhirnya terlepas. Contohnya adalah jenis-
jenis Cruciferae.

Buah berdaging

Buah-buah tunggal berdaging pada umumnya tidak memecah (membuka) ketika


masak. Salah satu perkecualiannya adalah pala (Myristica). Beberapa bentuk buah
berdaging, di antaranya:

Buah buni

Buah buni (bacca) mempunyai dinding buah terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan
luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan dalam (endokarp) yang tebal, lunak
dan berair. Biji-biji lepas dalam lapisan dalam tersebut. Contohnya adalah buni
(Antidesma), belimbing (Averrhoa), jambu biji (Psidium), tomat (Lycopersicum) .

Buah mentimun

Buah mentimun (pepo) serupa dengan buah buni, namun dengan dinding luar
yang lebih tebal dan kuat. Pada buah yang masak, di tengahnya sering terdapat ruangan
dan daging buahnya bersatu dengan banyak biji di dalam ruangan tersebut. Contohnya
adalah mentimun (Cucurbita) dan kerabatnya.
Buah jeruk

Buah jeruk (hesperidium) adalah variasi dari buah buni dengan tiga lapisan
dinding buah. Lapisan luar yang liat dan berisi kelenjar minyak; lapisan tengah yang
serupa jaringan bunga karang dan umumnya keputih-putihan; serta lapisan dalam yang
bersekat-sekat, dengan gelembung-gelembung berisi cairan di dalamnya. Biji-biji tersebar
di antara gelembung-gelembung itu. Contoh: buah jeruk (Citrus).

Buah batu

Buah batu (drupa) memiliki tiga lapisan dinding buah. Eksokarp umumnya tipis
menjangat (seperti kulit); mesokarp yang berdaging atau berserabut; dan endokarp yang
liat, tebal dan keras, bahkan dapat amat keras seperti batu. Contohnya adalah mangga
(Mangifera), dengan mesokarp berdaging; atau kelapa (Cocos), yang mesokarpnya
berserabut.

Buah delima

Dinding luarnya liat, keras atau kaku, hampir seperti kayu; dinding dalam tipis,
liat, bersekat-sekat. Masing-masing ruang dengan banyak biji. Selaput biji tebal berair
dan dapat dimakan. Contohnya adalah delima (Punica).

Buah ganda

Buah berganda adalah buah yang terbentuk dari satu kuntum bunga yang
memiliki banyak bakal buah. Tiap-tiap bakal buah itu tumbuh menjadi buah yang
tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu
buah. Sesuai dengan bentuk-bentuk buah penyusunnya, maka dikenal beberapa macam
buah berganda. Misalnya:

• buah kurung berganda, misalnya pada buah mawar (Rosa).


• buah bumbung berganda, misalnya pada cempaka (Michelia).
• buah buni berganda, misalnya pada sirsak (Annona).
• buah batu berganda, misalnya pada murbei (Morus).

Buah majemuk
Pada beberapa jenis tumbuhan, seperti pace, bunga muncul secara teratur dan
terus menerus sepanjang tahun, sehingga kita dapat melihat adanya bunga, pentil (buah
muda) dan buah masak pada waktu yang bersamaan di satu pohon

Buah majemuk adalah buah hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan


demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang tumbuh
sedemikian sehingga pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja. Dikenal pula
beberapa macam buah majemuk, di antaranya:

• buah padi majemuk, misalnya jagung (Zea). Tongkol jagung sebetulnya berisi
deretan buah-buah jagung, bukan biji jagung.
• buah kurung majemuk, misalnya buah bunga matahari (Helianthus).
• buah buni majemuk, misalnya buah nanas (Ananas).
• buah batu majemuk, misalnya buah pandan (Pandanus), pace (Morinda).

Terlihat pada foto di kanan, tahap-tahap perkembangan buah majemuk pada pace.
Bunga-bunga pace berkumpul dalam satu perbungaan (bunga majemuk) yang disebut
bongkol. Setelah diserbuki dan dibuahi, setiap kuntum bunga mulai tumbuh menjadi buah
batu (drupa). Dalam perkembangannya, buah-buah batu ini pada akhirnya saling luluh
menjadi sebutir buah batu majemuk.[6]

Sesuai dengan definisi, buah ganda dan buah majemuk sukar disebut buah sejati.
Karena pada buah-buah tersebut terdapat bagian-bagian lain dari bunga –selain bakal
buah– yang turut bertumbuh dan berkembang menjadi buah, baik bagian-bagian itu
menjadi bagian utama buah ataupun bukan.[4]

Buah tak berbiji

Jeruk sukun (tak berbiji)

Keadaan tak berbiji merupakan salah satu ciri penting buah-buahan komersial.
Kultivar-kultivar pisang dan nanas adalah contohnya. Demikian pula, buah-buah jeruk,
anggur, dan semangka dari kultivar tak berbiji umumnya dihargai lebih mahal. Keadaan
tak berbiji demikian biasa pula disebut sukun.
Pada sejumlah spesies, keadaan tak berbiji merupakan hasil dari partenokarpi,
yakni proses pembentukan buah tanpa terjadinya pembuahan sebelumnya. Buah
partenokarpi bisa terbentuk dengan atau tanpa peristiwa penyerbukan. Kebanyakan
kultivar jeruk sukun memerlukan penyerbukan untuk proses pembentukannya; namun
pisang dan nanas tidak memerlukannya. Sementara itu, keadaan tak berbiji pada anggur
sebetulnya terjadi karena matinya atau tidak tumbuhnya embrio (dan biji) yang dihasilkan
oleh pembuahan, keadaan yang dikenal sebagai stenospermokarpi, yang memerlukan
proses penyerbukan dan pembuahan secara normal.[8]

C. Pemencaran biji

Variasi dalam bentuk dan struktur buah terkait dengan upaya-upaya pemencaran
biji. Pemencaran ini bisa terjadi dengan bantuan hewan, angin, aliran air, atau proses
pecahnya buah yang sedemikian rupa sehingga melontarkan biji-bijinya sampai jauh.[9]

Pemencaran oleh binatang (zookori)

Pemencaran oleh binatang biasa terjadi pada buah-buah yang memiliki bagian-
bagian yang banyak mengandung gula atau bahan makanan lainnya. Musang, misalnya,
menyukai buah-buah yang manis atau mengandung tepung dan minyak yang
menghasilkan energi. Aneka macam buah, termasuk pepaya, kopi dan aren, dimakannya
namun biji-bijinya tidak tercerna dalam perutnya. Biji-biji itu, setelah terbawa ke mana-
mana dalam tubuh musang, akhirnya dikeluarkan bersama tinja, di tempat yang bisa jadi
cukup jauh dari pohon asalnya. Demikian pula yang terjadi pada beberapa macam biji-
biji rumput dan semak yang dimakan oleh ruminansia. Pemencaran seperti itu disebut
endozoik.[4] Dari golongan burung, telah diketahui sejak lama bahwa burung cabe
(Dicaeidae) memiliki keterkaitan yang erat dengan penyebaran beberapa jenis pasilan
atau benalu (Loranthaceae); yang buah-buahnya menjadi makanan burung tersebut dan
bijinya yang amat lengket terbawa pindah ke pohon-pohon lain.[10][11]

Cara lain adalah apa yang disebut epizoik, yakni pemencaran dengan cara
menempel di bagian luar tubuh binatang. Buah atau biji yang epizoik biasanya memiliki
kait atau duri, agar mudah melekat dan terbawa pada rambut, kulit atau bagian badan
binatang lainnya. Misalnya pada buah-buah rumput jarum (Andropogon), sangketan
(Achyranthes), pulutan (Urena) dan lain-lain.[4]

Pemencaran oleh angin (anemokori)

Di kawasan hutan hujan tropika, pemencaran oleh angin merupakan cara yang
efektif untuk menyebarkan buah dan biji, nomor dua setelah pemencaran oleh binatang.
[12]
Tidak mengherankan jika Dipterocarpaceae, kebanyakan memiliki bentuk buah
samara, menjadi salah satu suku pohon yang mendominasi tegakan hutan di Kalimantan
dan Sumatra. Tumbuhan lain yang memanfaatkan angin, yang juga melimpah
keberadaannya di hutan hujan ini, adalah jenis-jenis anggrek (Orchidaceae). Buah
anggrek merupakan buah kotak yang memecah dengan celah-celah, untuk melepaskan
biji-bijinya yang halus dan mudah diterbangkan angin.[4]

Alih-alih buahnya, pada jenis-jenis tumbuhan tertentu adalah bijinya yang


memiliki sayap atau alat melayang yang lain. Biji-biji bersayap ini misalnya adalah biji
bayur (Pterospermum), mahoni (Swietenia), atau tusam (Pinus). Biji kapas (Gossypium)
dan kapok (Ceiba) memiliki serat-serat yang membantunya melayang bersama angin.

D. Pemencaran oleh air (hidrokori)

Buah-buah yang dipencarkan oleh air pada umumnya memiliki jaringan


pengapung (seperti gabus) yang terisi udara atau jaringan yang tak basah oleh air.
Misalnya adalah jaringan sabut pada buah-buah kelapa (Cocos), ketapang (Terminalia)
atau putat (Barringtonia).[4]

Buah bakau (Rhizophora) telah berkecambah semasa masih melekat di batangnya


(vivipar). Akar lembaga dan hipokotilnya tumbuh memanjang keluar dari buah dan
menggantung di ujung ranting, hingga pada saatnya kecambah terlepas dan jatuh ke
lumpur atau air di bawahnya.[13] Kecambah yang jatuh ke lumpur mungkin langsung
menancap dan seterusnya tumbuh di situ; namun yang jatuh ke air akan terapung dan bisa
jadi terbawa arus air sungai atau laut hingga ke tempat yang baru, di mana kecambah itu
tersangkut dan tumbuh menjadi pohon.

Buah kotak sejenis pacar air (Impatiens walleriana)

Pemencaran sendiri

Beberapa banyak macam buah, melemparkan sendiri biji-bijinya melalui berbagai


mekanisme pecahnya dinding buah, yang sebagian besar berdasarkan pada peristiwa
higroskopi atau turgesensi.[4] Buah-buah kering yang memecah sendiri (dehiscens), di saat
masak kehilangan kadar airnya, hingga pada lengas tertentu bagian-bagian yang terkait
melenting secara tiba-tiba, memecah kampuh, dan melontarkan biji-biji di dalamnya ke
kejauhan. Contohnya adalah buah para (Hevea), yang sering terdengar 'meletus' di kala
hari panas. Demikian pula berbagai macam polong-polongan (Fabaceae), yang dapat
melontarkan biji hingga beberapa puluh meter jauhnya. Buah pacar air (Impatiens),
karena sifat lentingnya, bahkan sering digunakan anak-anak untuk bermain.
D. Pembentukan buah

Urutan perkembangan sejenis buah persik, Prunus persica, mulai dari kuncup
bunga di awal musim dingin hingga masaknya buah di pertengahan musim panas, lebih
dari 7½ bulan kemudian.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Anatomi buah

Buah adalah pertumbuhan sempurna dari


bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah berisi
satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang
masing-masing mengandung sel telur. Bakal biji
itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali
oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya
serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik.
Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh
menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma.
Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan
antara sperma yang berasal dari serbuk sari
dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji,
membentuk zigot yang bersifat diploid.
Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan
protoplasma sel telur dan sperma, dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.[2]

Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga),
bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh
menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang
kering dan keras (pada buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal),
mahkota (petal), benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan
sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung hingga biji
menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan daging buahnya
umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji yang terbuahi.[3]

Dinding buah, yang berasal dari


perkembangan dinding bakal buah pada
bunga, dikenal sebagai perikarp
(pericarpium). Perikarp ini sering berkembang
lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua
lapisan atau lebih. Yang di bagian luar disebut
dinding luar, eksokarp (exocarpium), atau
epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut
dinding dalam atau endokarp
(endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang disebut dinding tengah
atau mesokarp (mesocarpium).[4]

Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah
tenggelam, kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan
bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut
berkembang membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah,
maka buah itu lalu disebut buah semu. Itulah sebabnya menjadi penting untuk
mempelajari struktur bunga, dalam kaitannya untuk memahami bagaimana suatu macam
buah terbentuk.

II. Biji

Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga
yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau
Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji
merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih
lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat pergiliran keturunan).

Kata "biji" adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta. Dalam pembelajaran biologi
berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam sekitar secara
sistematis, sehingga ilmu biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta konsep, penemuan pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar beserta isinya
yang terdiri dari dua macam yaitu makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak hidup
(abiotik) (Bambang, 1998).

Taksonomi Tumbuhan Tinggi merupakan salah satu cabang biologi yang


mempelajari tentang tumbuhan dan proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh
tumbuhan yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup atau mati serta
berkembang. Taksonomi tersebut membedakan antara tingkat tumbuhan dari tingkat
rendah dan tinggkat tinggi. Dengan mempelajari taksonomi tumbuhan, kita dapat
membedakan berbebagai jenis tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan
tumbuhan tinggkat tinggi. Pada dasarnya gejala di tampakkan oleh tumbuhan dapat di
terang berdasarkan prinsip-prinsip kimia dan fisika, beberapa proses metabolisme tubuh
dapat dijelaskan secara rinci tentang prinsip-prinsip kimia dan fisika yang terlibat di
mana penjelasan ini telah dapat diterima oleh para ahli fisiologi tumbuan dengan tampa
keraguaan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu
permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Spermatophyta ?


2. Apa saja ciri-ciri tumbuhan Spermatophyta ?

3. Apa saja yang termasuk ke dalam kelompok Gymnospermae?

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Spermatophyta

2. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuhan Spermatophyta

3. Untuk mengetahui kelompok Gymnospermae

A. Pengertian Spermatophyta

Spermatophyta berasal dari bahasa Inggris yang berarti tumbuhan berbiji.


Sedangkan di Indonesia banyak sekali ditemukan berbagai jenis tumbuhan berbiji yang
sampai saat ini tetap dipelihara dan dikembangkan. Dalam sistem taksonomi modern,
kelompok tumbuhan ditempatkan pada berbagai takson. Selain, Angiospermae, kelompok
ini disebut juga dengan Anthophyta ("tumbuhan bunga").

Dan Sistem Engler menempatkan Angiospermae pada tingkat subdivisio. Sistem


Reveal memasukkan semua tumbuhan berbunga dalam subdivisio Magnoliophytina,
namun pada edisi lanjut memisahkannya menjadi Magnoliopsida, Liliopsida, dan
Rosopsida. Sistem Takhtajan dan sistem Cronquist memasukkan kelompok ini ke dalam
tingkat divisio dengan nama Magnoliophyta.

Sistem Dahlgren dan sistem Thorne (1992) menggunakan nama Magnoliopsida


dan meletakkannya pada tingkat kelas. Saat ini, sistem klasifikasi yang paling akhir,
seperti sistem APG (1998) dan sistem APG II (2003), tidak lagi menjadikannya sebagai
satu kelompok takson tersendiri melainkan sebagai suatu klade tanpa nama botani resmi
dengan nama angiosperms (sistem ini menggunakan nama-nama bahasa Inggris atau
diinggriskan untuk nama-nama tidak resmi).

Klasifikasi internal kelompok ini mengalami banyak perubahan. Sistem


klasifikasi Cronquist (1981) masih banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan
keakuratannya dari sisi filogeni terutama karena bertentangan
dengan hasil-hasil penyelidikan molekular. Kesepakatan umum tentang bagaimana
tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai sejak hasil "Angiosperm Phylogeny
Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2003 sebagai
Sistem klasifikasi APG II. Sistem APG, yang menggunakan konsep kladistika dan
banyakmemakai metode pengelompokan statistika (clustering) serta memasukkan data-
data molekular, mendapati bahwa monokotil merupakan kelompok monofiletik atau
holofiletik, dan menamakannya monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil
ternyata tidak demikian (disebut sebagai kelompok bersifat parafiletik).

Meskipun demikian terdapat kelompok besar dikotil yang monofiletik yang


dinamai eudicots atau tricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil sejati" karena
menunjukkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti bunga
dengan empat atau lima mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga. Sisa dari
pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa dinamakan sebagai paleodicots (paleoberarti
"purba" atau "kuno") untuk kemudahan penyebutan.

B. Ciri-ciri Spermatophyta

Spermatophyta mempunyai ciri antara lain :

1. Makroskopis dengan ketinggian bervariasi


2. Bentuk tubuhnya bervariasi
3. Cara hidup fotoautotrof
4. Habitatnya kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai)
5. Mempunyai pembuluh floem dan xilem
6. Reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi).

Berdasarkan uraian ciri-ciri di atas dapat penulis pahami bahwa Spermatophyta


termasuk tumbuhan tinggkat tinggi yang memiliki ketinggian serta bentuknya yang
bervariasi serta mempunyai habitat di darat dan memiliki floem serta xilem yang dapat
menggunakan penyerbukan dan pembuahan.

Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua golongan yaitu tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

a. Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka)

Ciri-ciri gymnospermae tidak mempunyai bunga sejati, tidak ada mahkota


bunganya. Bakal biji terdapat di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daun buah,
merupakan tumbuhan heterospora yaitu menghasilkan dua jenis spora berlainan,
megaspora membentuk gamet betina, sedangkan mikrospora menghasilkan serbuk sari,
struktus reproduksi terbentuk di dalam strobilus. Dalam reproduksi terjadi pembuahan
tunggal.
Gymnospermae dibagi dalam empat kelompok yaitu pinophyta, cycadophyta,
ginkgophyta dan gnetophyta. Pinophyta dikenal sebagai konifer, menghasilkan
resin/getah, monoesis, daun berbentuk jarum, contohnya Pinus sp. Cycadophyta hidup di
daerah tropis dan subtropis, diesis, contohnya Cycas revoluta, Cycas rumphii,
Encephalartos transvenosus. Ginkgophyta hanya mempunyai satu spesies di dunia ini
yaitu Ginkgo biloba, diesis, biji tidak di dalam rujung benar-benar terbuka keudara bebas.
Genetophyta berbeda dengan kelompok lainnya karena memiliki pembuluh kayu
untuk mengatur air pada bagian xilemnya. Contohnya Gnetum gnemon, Epherda dan
Welwitschia.

Manfaat gymnospermae Ada beberapa manfaat gymnospermae yaitu :


1. Untuk industri kertas dan korek api (Pinus dan Agathis)
2. Untuk obat-obatan (Pinus, Ephedra, Juniperus)
3. Untuk makanan (Gnetum gnemon)
4. Tanaman hias (Thuja, Cupressus, Araucaria).

b. Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup)

Angiospermae memiliki ciri antara lain :


 Memiliki bakal biji atau biji yang tertutup oleh daun buah
 Mempunyai bunga sejati
 Umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana dan herba.
 Dalam reproduksi terjadi pembuahan ganda.

Sedangkan dilihat dari strukturnya Angiospermae dibedakan menjadi dua yaitu:

a. onocotyledoneae (berkeping satu)

Monocotyledoneae dengan ciri khas antara lain :


1. Mempunyai biji berkeping satu
2. Berakar serabut
3. Batangnya dari pangkal sampai ujung hampir sama besarnya.
4. Tidak bercabang.
5. Akar dan batang tidak berkambium.

Sebagai contoh misalnya : Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa
paradisiaca (pisang), Cocos nucifera (kelapa).
Dicotyledoneae (berkeping dua).

b. Dicotyledoneae dengan ciri khas antara lain :


1. Mempunyai biji jumlah kepingnya dua
2. Berakar tunggang
3. Batang dari pangkal besar makin ke atas makin kecil.
4. Batang bercabang
5. Akar dan batang berkambium.
Sebagai contoh misalnya : Casia siamea (johar), Arachis hypogea (kacang tanah),
Psidium guajava (jambu biji), Ficus elastica (karet).

C. Pengelompokan Spermatophyta
Dalam klasifikasi tumbuhan modern, Gymnospermae tidak memiliki status
taksonomi karena banyak petunjuk bahwa tumbuhan berbunga (Angiospermae, tumbuhan
berbiji tertutup) adalah keturunan dari salah satu tumbuhan berbiji terbuka. Pemisahan
antara tumbuhan berbiji terbuka dengan berbiji tertutup akan menyebabkan pemisahan
yang parafiletik.
Gymnospermae mencakup tiga divisio yang telah punah dan empat divisio yang
masih bertahan :

1. Bennetophyta, punah
2. Cordaitophyta, punah
3. Pteridospermophyta, sudah punah namun dianggap sebagai moyang
Angiospermae
4. Ginkgophyta, dengan hanya satu jenis yang masih bertahan: Ginkgo
biloba
5. Cycadophyta, pakis haji dan kerabatnya
6. Pinophyta, tumbuhan runjung
7. Gnetophyta, dengan anggota hanya dua genus: Gnetum (melinjo dan
kerabatnya) dan Welwitschia

Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:
Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis
1. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950
2. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400
3. Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183
4. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035
5. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173
6. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735
7. Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350
8. Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225
9. Araceae (suku talas-talasan): 4.025

Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam


kehidupan manusia, baik dalam bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku
rumput-rumputan jelas merupakan suku terpenting karena
menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi manusia dan ternak dari padi,
gandum, jagung, jelai, haver, jewawut, tebu, serta sorgum.
Suku polong-polongan menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber
protein nabati dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan
racun). Suku nilam-nilaman beranggotakan banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan
bahan obat-obatan.
Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa :


Spermatophyta berasal dari bahasa Inggris yang berarti tumbuhan berbiji.
Sedangkan di Indonesia banyak sekali ditemukan berbagai jenis tumbuhan berbiji yang
sampai saat ini tetap dipelihara dan dikembangkan.
Spermatophyta mempunyai ciri antara lain :Makroskopis dengan ketinggian
bervariasi, Bentuk tubuhnya bervariasi, Cara hidup fotoautotrof, Habitatnya kebanyakan
di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), Mempunyai pembuluh floem dan
xilem, Reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi).
Gymnospermae mencakup tiga divisio yang telah punah dan empat divisio yang
masih bertahan:Bennetophyta, Cordaitophyta, Pteridospermophyta, Angiospermae,
Ginkgophyta, Cycadophyta, Pinophyta, Gnetophyta, Gnetum (melinjo dan kerabatnya)
dan Welwitschia

Berikut gambar susunan bagian biji buah persik:

You might also like