Professional Documents
Culture Documents
Langsung Tunai
(Nona Iriana, M.Si)
I. Pendahuluan
213
sanggup melakukan pencacahan sendiri dan mitra statistik yang bisa
membantu pun jumlahnya terbatas. Depdagri bisa memberi bantuan
dengan merekrut staf desa/pegawai kelurahan. Selain itu, sosialisasi
merupakan hal penting untuk mempermudah pendataan. Semua ini tidak
bisa dilakukan BPS sendiri tanpa bantuan kegiatan ini harus dibantu dari
instansi lain, misalnya Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo).
Instruksi Presiden No. 12 adalah dokumen penting yang merupakan
pegangan utama BPS untuk melaksanakan pendataan yang dinamakan
Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk Tahun 2005 (PSE05). Dalam Inspres
tersebut disebutkan instansi yang terlibat dalam pendataan serta tugas-
tugasnya: tugas BPS adalah (1) mengkoordinasikan kegiatan penyiapan
data, termasuk menyiapkan dan mendistribusikan kartu tanda pengenal
rumah tangga miskin supaya bantuan langsung tunai (BLT) dapat diberikan
kepada rumah tangga miskin; dan (2) memberikan akses data rumah tangga
miskin kepada instansi pemerintah lain yang melakukan kegiatan
kesejahteraan sosial. Dengan demikian diperoleh informasi tentang siapa
dan di mana rumah tangga miskin sehingga dana yang disalurkan tepat ke
yang bersangkutan.
Tujuan pendataan adalah untuk memperoleh direktori berupa daftar nama
dan alamat rumah tangga miskin, urutan (rangking) rumah tangga miskin
berdasarkan tingkat keparahannya (nilai score tertinggi sampai terkecil untuk
masing-masing kabupaten/kota), dan klasifikasi rumah tangga miskin:
sangat miskin, miskin, dan hampir miskin.
II. Cakupan
Pendataan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan
satuan lingkungan setempat (SLS) terkecil sebagai satuan unit kerja. SLS
terkecil yang dimaksud adalah rukun tetangga (RT) yang umumnya dikenal
di sebagian besar wilayah Indonesia. Di Bali dan Sumatera Barat SLS
terkecil masing-masing adalah banjar dan jurong. Kampung/dusun juga
merupakan SLS terkecil untuk daerah yang tidak menggunakan istilah RT.
Jumlah SLS terkecil masing-masing propinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.
214
1. Mempelajari kantong-kantong kemiskinan sampai wilayah terkecil.
Perwakilan BPS propinsi diminta untuk mengidentifikasi wilayah yang
banyak dihuni penduduk miskin secara cepat, untuk mendapat informasi
jumlah kantong kemiskinan dan letak kantong-kantong tersebut.
Identifikasi secara cepat dapat dilakukan dengan scara melihat keadaan
tempat tinggal penduduk. Informasi ini digunakan juga untuk merekrut
pencacah di wilayah yang dekat dengan tempat tinggalnya.
2. Mendatangi kantong-kantong kemiskinan tersebut, untuk mendapatkan
rumah tangga yang betul-betul miskin. Informasi mengenai rumah
tangga ini dapat diperoleh dari ketua satuan lingkungan setempat (SLS),
misalnya ketua RT, dusun, kampung atau lainnya tergantung wilayah
setempat. Nama-nama kepala rumah tangga yang dianggap miskin
dicatat pada Daftar PSE05.LS (lihat Lampiran 2). Apabila ditemui rumah
tangga miskin yang tinggal di suatu SLS, namun keberadaannya tidak
diakui kepala SLS-nya, maka rumah tangga tersebut di catat dalam
Daftar PSE05.LSK (Lampiran 3).
3. Mendatangi rumah tangga yang sudah tercatat dalam Daftar PSE05.LS,
kemudian kepala rumah tangga, atau orang yang ada di rumah yang
mengetahui keadaan rumah tangga, diwawancarai untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci. Informasi tersebut dicatat dalam Daftar
PSE05.RT (Lampiran 4). Apabila rumah tangga yang didatangi
dianggap tidak miskin oleh petugas, maka rumah tangga tersebut dicoret
dari daftar. Sebaliknya apabila ditemukan rumah tangga yang dianggap
miskin oleh petugas, tetapi tidak terdaftar, maka petugas mencatat
rumah tangga tersebut ke dalam daftar. Rumah tangga yang terdaftar
dalam PSE05.LSK tidak didatangi petugas dan juga tidak dicatat dalam
Daftar PSE05.RT. Hal ini dilakukan karena mereka dianggap termasuk
salah satu sasaran Departemen Sosial dalam rangka program
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
4. Selanjutnya rumah tangga yang telah diwawancarai dengan Daftar
PSE05.RT diseleksi berdasarkan isian pertanyaan dalam daftar tersebut.
Proses seleksi dilakukan dengan proses komputerisasi. Pertama
dokumen PSE05.RT dientry di masing-masing daerah, kemudian
hasilnya dikirim ke pusat. Isian pertanyaan yang digunakan untuk
penseleksian tersebut ada sebanyak 14 variabel, seperti terlihat pada
Tabel 1.
215
Tabel 1. Daftar 14 Variabel dan Klasifikasi yang Dicakup Dalam
PSE05.RT
No. Variabel Klasifikasi Variabel
1. Luas Lantai
2. 1 = tanah/bambu/kayu berkualitas rendah
Jenis Lantai
2 = semen/keramik/kayu berkualitas tinggi
3. 1 = bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah
Jenis Dinding
2 = tembok/kayu berkualitas tinggi
4. Fasilitas Tempat
1 = bersama/umum/lainnya 2 = sendiri
Buang Air Besar
5. 1 = sumur/mata air tak terlindung/sungan/air hujan
Sumber Air Minum 2 = air kemasan/leding/pompa/sumur/mata air
Terlindung
6. Sumber Penerangan 1 = bukan listrik 2 = listrik (PLN/nonPLN
7. 1 = kayu/arang 2 = minyak tanah
Bahan Bakar
3 = gas/listrik
8. Membeli 1 = tidak pernah membeli 2 = satu kali
Daging/Ayam/Susu 3 = dua kali dan lebih
9. 1 = satu kali 2 = dua kali
Frekuensi Makan
3 = tiga kali dan lebih
10. Membeli Pakaian 1 = tidak pernah membeli 2 = satu stel
Baru 3 = dua stel dan lebih
11. Kemampuan berobat 1 = ya 2 = tidak
12. 1= pertanian padi/palawija 6 = perdagangan
2 = perkebunan 7 = angkutan
Lapangan Usaha 3 = peternakan 8 = jasa
4 = perikanan 9 = lainnya
5 = industri 0 = tidak bekerja
13. 1 = SD/MI ke bawah 2 = SLTP
Pendidikan
3 = SLTA ke atas
14. Asset
a. Tabungan 1 = ya 2 = tidak
b. Emas 1 = ya 2 = tidak
c. TV berwarna 1 = ya 2 = tidak
d. Ternak 1 = ya 2 = tidak
e. sepeda motor 1 = ya 2 = tidak
216
Semakin banyak skor 1 yang dimiliki suatu rumah tangga maka semakin
miskinlah ia. Namun indikasi rumah tangga miskin berbeda antara satu
wilayah dengan wilayah lain. Oleh karena itu banyaknya rumah tangga
miskin pada suatu variabel digunakan bobot sebagai penimbang dalam
penghitungan rumah tangga miskin.
Klasifikasi
No. Variabel Keterangan
Skor 1 Skor 0
1. PERKAP Pengeluaran per
kapita
2. LULANT1
*)
Luas lantai per kapita Jika <= 8 m
2
Jika > 8 m
2
3. LULANT2
*)
Luas lantai per kapita Jika <= 10 m
2
Jika > 10 m
2
4. LULANT3
*)
Luas lantai per kapita Jika <= 15 m
2
Jika > 15 m
2
8. SBRMIN Sumber air minum Jika sumur/mata air tak Jika air kemasan/
terlindung/ sungai/air leding/ pompa/
hujan dll sumur/mata air
terlindung
9. LISTRIK Sumber penerangan Jika petromak dll Jika PLN/nonPLN
10. BHBAKAR Bahan bakar Jika kayu/minyak Jika gas/listrik
11. DAGSU Daging/ayam/susu Jika tidak pernah Jika membeli 1 kali
12. MAKAN Frekuensi makan Jika makan 1xsehari Jika makan 1x dan 2x
sehari
13. BAJUU Beli pakaian baru Jika tdk pernah membeli Jika membeli >= 1
stel
14. SEHATT Kemampuan berobat Jika tidak mampu Jika mampu berobat
15. LAPUS Lapangan usaha KRT Jika pertanian Jika bukan pertanian
16. EDUC Pendidikan KRT Jika SD ke bawah Jika SMP ke atas
17. ASET Kepemilikan asset Jika tidak ada aseset Jika ada asset
217
Contoh penghitungan skor adalah sebagai berikut, misalnya di suatu
kabupaten distribusi rumah tangga miskin masing-masing variabel adalah:
- Jumlah rumah tangga miskin dengan luas lantai < 8 m2 adalah 1000
rumah tangga
- Jumlah rumah tangga miskin dengan frekuensi makan 1 x sehari adalah
500 rumah tangga
- Jumlah rumah tangga miskin yang tidak pernah membeli baju adalah
800 rumah tangga
- Jumlah rumah tangga miskin yang tidak mampu berobat adalah 500
rumah tangga
- Jumlah rumah tangga miskin yang jenis lantainya tanah adalah 1000
rumah tangga
Maka penghitungan bobot masing-masing variabel sbb:
Jumlah rumah tangga masing-masing variabel dibagi dengan jumlah seluruh
rumah tangga, seperti terlihat pada Tabel 3.
Variabel Jumlah
Bobot
rumah tangga
(1) (2) (3)
218
Kategori keparahan kemiskinan suatu rumah tangga adalah sebagai
berikut:
1) RT sangat miskin (very poor) bila nilai indeks: 0,80 – 1,00
2) RT miskin (poor) bila nilai indeks: 0,60 – 0,79
3) RT mendekati miskin (near poor) bila nilai indeks: 0,20 – 0,59
4) RT tidak miskin (tereliminir oleh model) bila nilai indeks: < 0,20
Misalnya suatu rumah tangga lantainya tanah dengan luas lantai 8 meter
persegi, sehari makan 2 kali. Rumah tangga ini mampu berobat namun
tidak pernah beli baju baru. Nilai indeks rumah tangga tersebut adalah
sebagai berikut: (0,263x1) + (0,132x0) + (0,210*1) + (0,132*0) + (0,263*1)=
0,736. Dengan nilai indeks ini maka rumah tangga dikategorikan rumah
tangga miskin.
Selanjutnya daftar rumah tangga yang dikategorikan miskin dan sangat
miskin hasil penghitungan ini diserahkan ke PT Pos, untuk dibuatkan kartu
KKB. KKB dibuat 2 rangkap, satu diserahkan ke BPS untuk diberikan ke
rumah tangga yang bersangkutan dan yang lainnya dipegang oleh PT Pos
yang juga sebagai pembayar BLT di daerah. KKB yang ada di PT Pos
merupakan salinan, namun KKB ini tidak bisa diuangkan. Dengan
menggunakan KKB tersebut penduduk dapat mengambil dana BLT di Kantor
Pos yang ditunjuk. Dalam KKB tercantum nama dan alamat pemegang
kartu. KKB ini tidak bisa diperjualbelikan atau dipindahtangankan.
Penyerahkan KKB dilakukan BPS daerah secara langsung, dari rumah ke
rumah. Untuk memastikan bahwa rumah tangga yang menerima KKB
adalah rumah tangga yang layak mendapatkannya, maka dalam waktu yang
bersamaan petugas melakukan verifikasi terhadap rumah tangga yang akan
menerima KKB tersebut. Kalau masih ditemukan adanya rumah tangga
yang tidak layak mendapat KKB, maka KKB tersebut tidak diberikan.
Sebaliknya bila ditemukan rumah tangga yang layak menerima, maka rumah
tangga tersebut didaftar dengan menggunakan Daftar PSE05. RT.
Pada waktu pembagian KKB, masyarakat sudah mengetahui bahwa
pemerintah akan memberikan dana bantuan berupa uang yang
pendataannya dilakukan oleh BPS, sehingga ketika penyerahkan KKB,
banyak penduduk yang juga ingin mendapatkan dana tersebut. Untuk itu
pemerintah meminta BPS berkerja sama dengan pemerintah daerah untuk
membuat tempat pendaftaran susulan atau Posko.
Pendataan susulan melalui Posko disebut sebagai pendataan tahap II.
Penentuan RT miskin pada tahap II berbeda dengan tahap I. Pada tahap II
hanya menggunakan metode scoring berdasarkan 14 variabel yang ada,
219
tanpa menghitung nilai indeks. Nilai skor masing-masing variabel terdapat
pada Tabel 2. Nilai skor tertinggi adalah 14 dan terendah adalah 0. Semakin
tinggi nilai skor semakin miskin. Kategori tingkat keparahan sebagai berikut:
1) RT sangat miskin (very poor) bila jumlah skor: 14
2) RT miskin (poor) bila jumlah skor: 12-13
3) RT mendekati miskin (near poor) bila jumlah skor: 9-11
4) RT tidak miskin (tereliminir oleh model) bila jumlah skor: < 9.
Kegiatan pendataan PSE05 mulai dari persiapan sampai dengan selesai
dirancang selama 4 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2005.
Namun kegiatan pendataan dapat selesai hingga 31 Juli 2006. Hal ini terjadi
karena adanya ketidakpuasan dari masyarakat yang tidak mendapat BLT,
padahal mereka merasa juga berhak mendapatkan BLT. Ketidakpuasan
masyarakat umumnya disampaikan langsung ke BPS, dalam bentuk
demonstrasi, pengancaman kepada pegawai, bahkan pengrusakan kantor.
220
tinggal di kamp, barak dan tenda pengungsi sudah dipenuhi pemerintah
dengan program Jatah Hidup (Jadup). Selain Daftar PSE05.RTAN, daftar
yang digunakan adalah Daftar PSE05.LBS, daftar yang setara dengan
Daftar PSE05.LB. Namun demikian sistem pengkategorian rumah tangga
miskin atau tidaknya sama dengan rumah tangga di propinsi lainnya.
1
Kepala BPS menentukan bahwa tanggal 31 Mei 2006 merupakan hari kegiatan akhir
PSE05.
221
VI. Penutup
Hasil pendataan PSE05 dianggap cukup berhasil dalam meredam
masyarakat ketika adanya kebijakan pemerintah menaikkan tarif BBM. Bagi
BPS model pendataan PSE05 ini merupakan pengalaman yang sangat
berharga. BPS menjadi dikenal oleh masyarakat. Masyarakat bisa
menerima secara langsung manfaat dari hasil pendataan. Namun
pengorbanan untuk mendapat kepercayaan masyarakat cukup berat,
misalnya dengan adanya pengrusakan kantor dan peneroran terhadap
pegawai.
222
Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Miskin Penerima BLT menurut
Tingkat Keparahan Kemiskinan per Propinsi
(Keadaan tanggal 31 Mei 2006)
223
TABEL 5. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Propinsi Sulawesi
Selatan menurut Tingkat Keparahan Kemiskinan per
Kabupaten/Kota
(Keadaan tanggal 31 Mei 2006)
Jumlah
Hampir Sangat
No. Propinsi Miskin Jumlah Rumah (6)/(7)*100
Miskin Miskin
Tangga*
224
TABEL 6. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Propinsi Sulawesi
Barat menurut Tingkat Keparahan Kemiskinan per
Kabupaten/Kota
(Keadaan tanggal 31 Mei 2006)
Jumlah
Hampir Sangat
No. Propinsi Miskin Jumlah Rumah (6)/(7)*100
Miskin Miskin
Tangga*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
225
Daftar Pustaka
226