Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
WIWIK PUJIASTUTI
NPM 05.311.281/P
1
ABSTRAK
Wiwik Pujiastuti. 2007. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan Siswa
Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
Tahun 2006/2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS,
IKIP PGRI Madiun. Pembimbing (I) Drs. Agus Budi Santoso, M.Pd.
(II) Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd., M.Pd.
2
MOTTO
Muda berkarya
Tua kaya
Mati masuk surga
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan
kelas dan menyusun skripsi dengan judul “Penggunaan Bahasa Indonesia Baku
Dalam Karangan Siswa Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo Kabupaten
Magetan Tahun 2006/2007”.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan, beaya, waktu dan tenaga yang ada
pada penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca dan pemerhati.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Drs. Parji, M.Pd., Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI
Madiun, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.
2. Bapak Drs. Bambang Eko Hari Cahyono, M.Pd., Dekan Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni IKIP PGRI Madiun.
3. Ibu Hj. Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd., M.Pd., Kaprodi PBSI FPBS IKIP PGRI
dipimpinnya.
4
6. Rekan-rekan guru di SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapat imbalan
yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, pengelola dan pemerhati pendidikan.
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
6
1. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri
sintaksis .............................................................................. 20
semantis .............................................................................. 22
morfologi ............................................................................ 23
leksikal ............................................................................... 23
gramefis .............................................................................. 23
1. Populasi .............................................................................. 29
7
2. Sampel ................................................................................ 29
A. Simpulan .................................................................................. 42
B. Saran ........................................................................................ 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 46
8
DAFTAR TABEL
Halaman
9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
2006/2007 ................................................................................. 46
10
BAB I
PENDAHULUAN
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global
(KTSP, 2006:317).
Kurikulum 1994, antara lain : (1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa
44
Indonesia sebagai bahasa persatuan/nasional dan bahasa negara; (2) Siswa
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta
diajarkan di samping bahasa baku, yang penting bagi siswa ditegaskan oleh
situasi pemakaiannya.
menghasilkan perbedaan ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ini akan tampak
dalam pemakaian bahasa lisan yang serupa ujaran dan bahasa tulisan.
45
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan,
merupakan pokok yang sudah agak banyak ditelaah orang. Ragam itu jugalah
bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan dibeikan, tetapi juga
diajarkan di sekolah. Apa yang dahulu disebut bahasa Melayu Tinggi dikenal
bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu
juga yang dipakai oleh kaum yang berpendidikan umumnya terlatih dalam ragam
sekolah itu. Ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa
yang benar. Fungsinya sebagai tolok penghasilan nama bahasa baku atau bahasa
standar baginya.
agak berlainan: pejabat tinggi, pemuka, dan tokoh masyarakat kita dewasa ini
kemerdekaan kita agaknya menjadi musababnya. Karena itu, mungkin tidak amat
kenyataan tersebut di atas kita perlu kembali ke dunia pendidikan yang menurut
adat menjadi persemaian para pemimpin. Ragam bahasa yang diajarkan dan
46
dikembangkan di dalam lingkungan itulah yang akan menjadi ragam bahasa
calon pemimpin kita sehingga pada suatu saat bahasa Indonesia yang baku
dengan berbagai coraknya dari sudut pandangan sikap, bidang, dan sarananya.
kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
dengan taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak, bukan
pengrajin dan pengrusak. Keharmonisan yang timbul akibat penerapan kaidah itu
bukan alasan yang cukup kuat untuk menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa
mana pun tidak dapat luput dari keharmonisan. Di pihak lain, kemantapan itu
„orang yang berlanggan (an)‟ dan langganan „orang yang tetap menjual barang
kepada orang lain; hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secara teratur‟.
Ragam baku yang baru, antara lain, dalam penulisan laporan, karangan ilmiah,
Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
47
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan
teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing,
harus dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia. Akan tetapi, karena
proses bernalar secara cendekia bersifat semesta dan bukan monopoli suatu
penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga
ragam bahasa yang baku. Setelah mengenali ketiga ciri umum yang melekat pada
ragam standar bahasa kita, baiklah kita beralih ke pembicaraan tentang lajunya
proses pembakuan di bidang ejaan, lafal, kosakata, dan tata bahasa sampai kini.
kalimatnya.
48
4. Ciri Morfologis, yang berupa penggunaan bentuk kata dalam kalimat baku
atas di dalam bahasa lisan ditambahkan ciri fonologis, yang berupa pelafalan kata
harus tepat dan dalam bahasa tulis ciri grafemis yang berupa penggunaan ejaan
tentang bahasa baku. Hal ini terbukti dari sering ditemukannya kesalahan siswa
49
4. Menyusun poster
5. Membuat pengumuman
Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan
B. Pembatasan Masalah
1. Pemakaian bahasa Indonesia baku akan diamati melalui karangan siswa kelas
C. Rumusan Masalah
Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan?
D. Tujuan Penelitian
50
E. Kegunaan Penelitian
Indonesia baku
51
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
ragam penuturannya, mau tidak mau takluk pada hukum perubahan. Faktor
sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka itu tetap disebut
bahasa Indonesia karena ciri dan kaidah tatabunyi, pembentukan kata, tatamakna,
umumnya sama.
bahasa terbagi menjadi dua jenis, yaitu ragam bahasa menurut golongan penutur
bahasa dan bahasa menurut jenis pemakaian bahasa. Berikut ini dijelaskan secara
a. Ragam Daerah
52
tekanan kata yang amat jelas, logat bahasa Indonesia orang Bali dan
Jawa, karena pelaksanaan bunyi [t] dan [d]-nya. Ciri-ciri khas yang
variasi gramatikal tentu ada juga walaupun kurang tampak. Ragam dialek
b. Ragam Pendidikan
yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia
golongan kedua ini, berbeda dengan fonologi kaum pelajar. Bunyi [f] dan
gugus konsonan akhir [-ks], misalnya tidak selalu terdapat dalam ujaran
Kalimat saya mau tulis surat ke pamanku cukup jelas maksudnya, tetapi
c. Sikap Penutur
53
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak
pembacanya. Sikap itu dipengaruhi antara lain oleh umur dan kedudukan
penyampaian informasinya.
lingkungan harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang
54
Ragam bahasa ini lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran dan
bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada di hadapan kita. Akibatnya,
bahasa seseorang perlu lebih terang dan jelas karena ujaran dapat disertai
ditinggalkan. Orang yang halus rasa bahasanya sadar bahwa kalimat yang
leibh hati-hati dan berusaha agar kalimatnya lengkap, lebih ringkas, dan
sulit dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis yang dimiliki. Jadi,
55
penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ia ingin
mengambil uangmu, yang disertai pola intonasi khusus pada kata tidak
bahasa surat:
.............................................................................................
56
Dengan ini saya kabarkan bahwa saya dalam keadaan
sehat wal afiat. Mudah-mudahan Ayah beserta keluarga juga
dalam keadaan baik-baik saja.
Melalui surat ini pula saya memberitahukan bahwa cucu
ayah, Roni akan dikhitan pada hari Kamis, 1 Maret 2007. Mohon
doa restu.
.............................................................................................
halnya di Indonesia. Selama unsur bahasa daerah atau bahasa asing itu
gejala itu dianggap wajar. Akan tetapi, bila unsur bahasa itu mengganggu
ragam bahasa yang dicampur unsur masukan itu ditolak. Itulah yang
inferensi.
57
dalam kegiatan berkomunikasi. Variasi pemakaian ini sejajar artinya tidak ada
tertentu, yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa standar.
Variasi lain yang disebut bahasa nonbaku tetap hidup dan berkembang
komunikasi yang tidak mungkin dilaksanakan oleh ragam bahasa baku, misalnya
setempat, maka bahasa nonbaku banyak variasinya bergantung dari pemakai dan
aturan bahasa. Penggunaan bahasa dalam situasi tertentu (dalam hal ini situasi
resmi) harus dengan pola yang berlaku pada bahasa itu. Maksudnya, dalam
58
tulisan atau karangan, kalimat-kalimat disusun dengan mengacu pada pola bahasa
yang berupa kaidah atau aturan yang tetap (Anton M. Moeliono, 1989:43).
bidang kalimat dan makna. Selain itu, bahasa baku juga harus memiliki sifat
berbagai bidang ilmu dan hubungan antara manusia tanpa menghilangkan kodrat
(2) bahasa menurut strukturnya sebagai suatu sistem komunikasi. Kodifikasi yang
pertama akan menghasilkan sejumlah ragam bahasa dan gaya bahasa. Perbedaan
ragam dan gaya tampak dalam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa
dalam pergaulan keluarga dan sahabat, di dalam hubungan yang formal seperti
59
kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosa kata yang baku (Anton M.
Moeliono, 1989:31).
dapatnya dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara
benar.
baku adalah bahasa yang mengikuti kaidah tata bahasa, ejaan, pembentukan kata,
struktur kalimat dan penggunaan kosakata secara umum (muraj, Pj. Kepala
mengikuti atau sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam tata bahasa baku
bahasa Indonesia.
1. Memiliki sifat kemantapan dinamis, berupa kaidah dan aturan yang tetap.
pembentukan kata yang menerbitkan bentuk perasa dan perumus dengan taat
azas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan
60
pengrajin dan pengrusak. Keharmonisan yang timbul akibat penerapan
kaidah itu bukan alasan yang cukup berat yang dapat menghalkan
pihak lain, kematapan itu tidak kaku tetapi cukup luwes, sehingga
variasi bahasa.
a. Pemakaian Prefiks me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
Contoh :
b. Pemakaian pola frase verbal Aspek + Agen + Verba (bila ada) secara
61
Contoh :
1) Surat Anda sudah saya baca 1) Surat Anda saya sudah baca
2) Kiriman itu telah kami terima 2) Kiriman itu kami telah terima
3) Surat itu akan kamu simpan di 3) Surat itu kamu akan simpan di
mana? mana?
c. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten.
Nonbaku
62
e. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang belaku (EYD)
Contoh :
2) dengan 2) sama
7) mesti 7) musti
8) panitia 8) panitya
9) pihak 9) fihak
63
f. Pemakaian peristilahan resmi
Contoh :
1) acak 1) random
2) sahih 2) valid
3) tataran 3) level
4) masukan 4) input
5) keluaran 5) output
6) peringkat 6) rangking
7) kawasan 7) area
Contoh :
1) Hal itu sudah kita pahami 1) Hal itu sudah dipahami oleh
kita
64
Kalimat baku bahasa Indonesia mempunyai kesanggupan berinvrsi.
kalimat selain bentuk inversi dapat dikenakan pada kalimat baku bahasa
Dua kalimat di atas dengan wajar dapat disusun balik, sebagai berikut:
c. Pada hari Sabtu yang lalu, 141 petani pemenang lomba intensifikasi
2) Diterima oleh Presiden di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu
3) Oleh Presiden di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu 141 petani
4) Di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu 141 petani pemenang
65
5) Pada hari Sabtu yang lalu di Istana Negara diterima oleh Presiden
mengakibatkan : predikat
diselesaikan : predikat
harus tepat sesuai dengan maknanya. Ketetapan makna ini dapat ditangkap
dari penggunaan kata dalam kalimat ataupun dari keseluruhan makna suatu
kalimat.
a. Bersama surat ini kita kabarkan bahwa keadaan kita di Madiun dalam
Kalimat a. tidak baku karena kata kita secara sistematis tidak dapat
digunakan seharusnya saya atau kami. Demikian pula kata bersama akan
66
lebih tepat diganti dengan sebab selain surat itu, tidak ada barang lain yang
keterangan.
Contoh :
kata bilangan.
katakan.
hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan kata-
kata seperti : sih, nggak, dong, kok, lha, lowong, deh, gua, sowan, dibilangi,
67
Kalimat baku harus ditulis dengan menggunakan ejaan secara tertib
dan benar. Penyimpangan dari ejaan yang benar akan menjadikan kallimat
68
7. Ciri-ciri kalimat baku lain.
Indonesia ditandai pula dengan ciri-ciri yang lain. Ciri-ciri tersebuut adalah
a. Kecermatan
b. Tidak berkepanjangan
cara berpikir yang tidak sistematis dan jalan pikiran yang berbelit-belit
c. Logis/Masuk akal
bahasa daerah dan bahasa asing. Kalau unsur bahasa lain itu memperkaya
69
menguntungkan. Sebaliknya, apabila unsur-unsur bahasa asing itu
1. Fungsi pemersatu
ada, bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu.
seluruh masyarakat. Selain itu karena bahasa juga sebagai wahana dan
memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa
70
baku sendiri. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya
bagi bangsa lain di Asia yang juga memerlukan bahasa yang modern. Dapat
dikatakan bahwa fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa
adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok
ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan.
Dengan demikian, penyimpangan dari norma dan kaidah dapat dinilai yang
tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga mencakup segala jenis
71
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun
waktu yang disediakan dalam penelitian ini adalah selama empat bulan, yakni
B. Desain Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana telah disebutkan pada Bab I, yaitu untuk mengetahui kemampuan
penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif.
72
Suharsimi Arikunto (2002:309) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan.
Sehubungan dengan penelitian deskriptif ini, Suharsimi Arikunto (2002:194-196) membagi dua jenis penelitian menurut
proses sifat dan analisis datanya, yaitu sebagai berikut.
1. Riset deskriptif yang bersifat eksploratif, yakni bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.
2. Riset deskriptif yang bersifat developmental, yakni riset deskriptif yang digunakan untuk menemukan suatu model
Atas dasar uraian tersebut, jelaslah bahwa penelitian ini termasuk desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif
mempunyai ciri-ciri tertentu. Winarno Surahmad (2003:132) menyatakan bahwa desain penelitian deskriptif memiliki ciri-
ciri : (1) memusatkan pada pemecahan masalah yang ada sekarang, (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan, kemudian dianalisis, (3) menjelaskan dengan teliti dan terinci, baik mengenai dasar-dasar
metodologinya maupun mengenai detail teknis secara khusus, (4) menjelaskan prosedur pengumpulan data, pengawasan
dan penilaian terhadap data, serta (5) memberikan alasan yang kuat tentang penggunaan teknik tertentu dan teknik
lainnya.
Dari data yang terkumpul kemudian diperiksa, diklasifikasikan, dianalisis, dan dideskripsikan. Hasil analisisnya
merupakan deskripsi mengenai kemampuan penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini
selain peneliti akan mendeskripsikan data secara representatif dan objektif terhadap fenomena yang diperoleh peneliti, juga
menganalisis dan menginterpretasikan data.
1. Populasi
2. Sampel
Karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, penelitian ini dibatasi dalam hal
apabila objeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga
73
penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya jika jumlah objeknya benar
penelitian ini dijadikan sampel. Karena itu penelitian ini merupakan penelitian
total sampling.
yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diteliti sesuai dengan
1. Pengumpulan Data
yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen
membuat cerita.
2. Instrumen Penelitian
74
dengan menggunakan soal tes dalam bentuk karangan dengan tema “Karya
2006/2007.
individu pada suatu titik kontinue atau suatu kategori yang bermakna nilai
(Nana Sudjana, 2001:112). Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai
dari yang tertinggi sampai terendah. Rentangan ini bisa dalam bentuk huruf
berikut.
75
E. Analisis Data
F x100 %
P= N (Suharsimi Arikunto, 2002:165)
Keterangan :
P = Prosentase
F = Tingkat kesalahan
N = Jumlah responden
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
No Tingkat Kesalahan
Nilai
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 0 1 3 4 8
2. 2 1 3 6 7
3. 2 1 0 3 9
4. 3 2 3 8 6
5. 2 1 2 5 8
77
No Tingkat Kesalahan
Nilai
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
6. 0 2 0 2 9
7. 2 1 3 6 7
8. 0 2 0 2 9
9. 2 1 3 6 7
10. 0 2 0 2 9
11. 2 1 0 3 9
12. 0 2 3 5 8
13. 2 1 2 5 8
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 119
Rata-rata Nilai 7,93
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
78
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 2 5 3 10 5
2. 6 3 4 13 5
3. 1 3 3 7 7
4. 2 2 3 7 7
5. 2 2 2 6 7
6. 1 1 2 4 8
7. 0 3 6 9 6
8. 3 2 2 7 7
9. 5 3 5 13 5
10. 2 3 2 7 7
11. 1 0 1 2 9
12. 2 2 3 7 7
13. 2 1 2 5 8
14. 1 3 1 5 8
15. 3 4 3 10 5
Jumlah Nilai 101
Rata-rata Nilai 6,73
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
79
Tabel 3 Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007
No Tingkat Kesalahan
Nilai
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 2 1 3 6 7
2. 2 1 3 6 7
3. 2 1 3 6 7
4. 3 2 3 8 6
5. 2 1 2 5 8
6. 0 2 0 2 9
7. 2 1 3 6 7
8. 0 2 0 2 9
9. 2 5 3 10 5
10. 0 2 0 2 9
11. 2 5 3 10 5
12. 2 5 2 9 6
13. 2 3 2 7 7
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 107
Rata-rata Nilai 7,13
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
80
4. Pemakaian Konstruksi Sintesis dalam Karangan
bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan dapat dilihat pada tabel berikut.
No Tingkat Kesalahan
Nilai
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 3 1 3 7 7
2. 1 1 3 5 8
3. 2 1 3 6 7
4. 3 2 3 8 6
5. 2 1 2 5 8
6. 1 2 0 3 9
7. 3 1 3 7 7
8. 0 2 0 2 9
9. 2 5 3 10 5
10. 0 2 0 2 9
11. 2 5 3 10 5
12. 2 1 2 5 8
13. 2 3 2 7 7
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 110
Rata-rata Nilai 7,33
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
81
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
82
5. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan
No Tingkat Kesalahan
Nilai
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 1 1 2 4 8
2. 2 1 3 6 7
3. 2 1 2 5 8
4. 2 2 3 7 7
5. 1 1 2 4 8
6. 0 2 0 2 9
7. 2 1 2 5 8
8. 0 2 0 2 9
9. 2 5 3 10 5
10. 0 2 0 2 9
11. 2 3 2 7 7
12. 2 4 2 8 6
13. 2 3 1 6 7
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 113
Rata-rata Nilai 7,53
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
83
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
84
15. 3 10 3 9 3 6 8
Jumlah 110
Rata-rata nilai 7.33
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
membuat rekapitulasi dari seluruh skor angket dari masing-masing item yang
85
1. Pemakaian Prefiks dalam Karangan
mendapat nilai 6 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 7
sebanyak 3 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 4 orang
atau sebesar 27%, dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 6 orang atau sebesar
mendapat nilai 5 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 1 orang atau sebesar 7%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 6 orang
atau sebesar 40%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 3 orang atau sebesar 20%,
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%. Kemudian,
pemakaian kaidah baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,
mendapat nilai 5 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 3 orang atau sebesar 20%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 5 orang
86
atau sebesar 33%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%,
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,
mendapat nilai 5 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 4 orang
atau sebesar 27%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 3 orang atau sebesar 20%,
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,
mendapat nilai 5 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 3 orang atau sebesar 20%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 6 orang
atau sebesar 40%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%,
87
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,
pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa
siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan sebesar 7,33
(dapat dilihat tabel 6). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan
bahasa Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,
88
BAB V
PENUTUP
B. Simpulan
Sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan,
Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan
dari keseluruhan siswa sebesar 6,73 atau masuk dalam kategori cukup.
dari keseluruhan siswa sebesar 7,13 atau masuk dalam kategori baik.
rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33 atau masuk dalam kategori
baik.
karangan mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53 atau
C. Saran
89
penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan, peneliti sarankan sebagai
berikut.
sekolah seperti berlatih untuk mengapresiasi tulisan di surat kabar dan buku
bacaan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Ananda. 2007. Harian Pagi Jawa Pos: Jati Diri. Surabaya: Jawa Pos.
Hasan Alwi, dkk. 2003. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Masnur Muslich dan Suparno. 1984. Media Pengajaran Bahasa. Jogjakarta: Intan
Pariwara.
Nana Sudjana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru
Algensindo.
91
St. Moeljono. 1991. Bahasa Indonesia: Pengantar Kepada Keterampilan Menyajikan
Karangan. Madiun: Widya Mandala.
92
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NPM : 05.311.281/P
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini plagiat, saya
Wiwik Pujiastuti
93
LAMPIRAN 1
3. Aprilia Dewanti P
8. Hardik Sulistiyono L
9. Prisa Sariyantika P
94
15. Tedi Sulistiyono L
Sumber : Buku Leger Kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan
95
LAMPIRAN 2
SOAL
KEMAMPUAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM
KARANGAN SISWA KELAS VI SDN TANJUNG III KECAMATAN BENDO
KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2006/2007
Perintah:
Selamat mengerjakan !
96