You are on page 1of 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran-pemikiran para filosof dari pada ajaran dan wahyu dari


Allah sehingga banyak ajaran Islam yang tidak mereka akui karena
menyelisihi akal menurut prasangka mereka Berbicara perpecahan umat Islam
tidak ada habis-habisnya, karena terus menerus terjadi perpecahan dan
penyempalan mulai dengan munculnya khowarij dan syiah kemudian
muncullah satu kelompok lain yang berkedok dan berlindung dibawah syiar
akal dan kebebasan berfikir, satu syiar yang menipu dan mengelabuhi orang-
orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan akal pada
porsi yang benar. sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan
terjerumus masuk pemikiran kelompok ini. akhirnya terpecahlah dan
berpalinglah kaum muslimin dari agamanya yang telah diajarkan Rasulullah
dan para shahabat-shahabatnya. Akibat dari hal itu bermunculanlah
kebidahan-kebidahan yang semakin banyak dikalangan kaum muslimin
sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan mereka serta memberikan
gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam kelompok ini
terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih
mendahulukan akal dan oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang
muslim untuk menasehati saudaranya agar tidak terjerumus kedalam
pemikiran kelompok ini yaitu kelompok Mu'tazilah yang pengaruh
penyimpangannya masih sangat terasa sampai saat ini dan masih
dikembangkan oleh para kolonialis kristen dan yahudi dalam menghancurkan
kekuatan kaum muslimin dan persatuannya. 1

Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting
untuk di ketahui oleh seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu

1
http://www.almanhaj.or.id/content/1985/slash/0, hlm. 1

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 1


kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan
inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini memiliki konsekwensi
yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana
seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga
terhindar dari jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).

Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah,


namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat
Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal
ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal
munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-
kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di
awAli dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-
kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat
yang berbeda-beda.

Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai


macam gerakan pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat
dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam telah hadir sebagai pelopor
munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat
kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan
bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang
dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al-Quran dan
As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.

Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa


pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M) yang ditandai dengan
munculnya kelompok dari pendukung Ali yang memisahkan diri mereka
karena tidak setuju dengan sikap Ali yang menerima Tahkim dalam
menyelesaikan konfliknya dengan muawiyah bin abi Sofyan, gubernur syam,
pada waktu perang siffin. Kelompok ini selanjutnya dikenal dengan
Kelompok Khawarij.

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 2


Lahirnya Kelompok Khawarij ini dengan berbagai pendapatnya
selanjutnya, menjadi dasar kemunculan kelompok baru yang dikenal dengan
nama Murji’ah. lahirnya Aliran teologi inipun mengawali kemunculan
berbagai Aliran-Aliran teologi lainnya. Dan dalam perkembangannya telah
banyak melahirkan berbagai Aliran teologi yang masing-masing mempunyai
latar belakang dan sejarah perkembangan yang berbeda-beda.Berikut ini akan
dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan Aliran tersebut berikut
pokok-pokok pikiran nya masing-masing.2

B. Permasalahan

Permasalahan yang akan dikemukakan dalam makalah ini adalah


sebagai berikut:

1. Aliran Khawarij
2. Aliran Murji’ah
3. Aliran Qadariyah
4. Aliran Jabariyah
5. Aliran Mu’tazilah
6. Ahlussunah Wal- Jamaah
7. Aliran Syiah
8. Aliran Salafiyah

BAB II

2
Mufdil Tuhri dkk, Aliaran-Aliran dalam Ilmu Kalam, 3 Agustus 2009, 5:02 am, hal. 2

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 3


PEMBAHASAN ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM

A. Aliran Khawarij.

Ini adalah kelompok pendukung Ali yang menganut garis keras.


Merekalah, yang jumlahnya sekitar 12.000 orang, dan kebanyakan berasal dari
suku Tamim, di bawah pimpinan Abdullah bin Wahab Ar-Rasuliy, yang
melakukan pembelotan dan pembangkangan. Bahkan secara berterang-terang
melancarkan protes perlawanan terhadap penerimaan Ali atas tawaran damai
(kompromi) dari Mu’awiyah pada Perang Shiffin, dengan meninggalkan Ali
di Daumatil Jandal menuju dusun Harura. Mereka juga menuntut Ali untuk
mengaku dosa atas ”ketergelincirannya” itu. Pokoknya, menanntu Nabi itu,
misalnya saja dengan selalu menyerimpungnya dengan slogan ”Tiada hukum
kecuali dari Allah dan tiada hakim melainkan Allah”, suatu kalimat yang
dianggap Ali sebagai kalimat haq namun dimaksudkan untuk sesuatu yang
batil. Mereka ingin mengembalikan soal kekhalifahan kepada rakyat lewat
pemilihan umum, bukan melalui kompromi kelompok Ali dan Mu’awiyah.

Belum puas dengan rupa-rupa sepak terjang itu, kaum fanatik ini
lantas mengangkat senjata meletuskan perang pemberontakan di Nahrawan,
yang untungnya berhasil ditumpas. Syahristani mencatat bahwasanya dalam
Khawarij, paling tidak ada lima sekte, yakni Azariqah (pengikut Abu Rasyid
Nafi ibnu Al-Azraq), Ibadhiyah (ditokohi oleh Abdullah bin Ibadh), Najdat
Azariyah (dipimpin Najdad ibnu Amir), Ajaridah (dibawah komando Abdul
Karim bin Ajrad), dan Sufaruz Ziadiyah.

Ada pula yang Cuma membaginya menjadi dua cabang. Petama,


Basrah (Irak) yang markasnya di Bathaih, dipimpin oleh Nafi ibnu Al-Azraq
dan Al-Qaththary ibnu Al-Fuja’ah. Kedua, cabang yang bermarkas di Jazirah
Arab, dipimpin oleh Abu Thalut, Najdat ibnu Amir dan Abu Fad-yak.

Bukti sejarah menunjukkan bahwa kelompok radikan inilah yang


mendalangi dan merancang pembunuhannAli, Mu’awiyah dan Amru bin Ash

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 4


secara serentak pada 17 Ramadhan 40 H, dengan mengutus tiga algojo khusus
buat ”misi suci” itu, yakni Abdul Rahman bin Muljam (ke Kufah untuk
menghabisi Ali), Burak bin Abdullah (yang ditugasi membantai Mu’awiyah di
Syam), dan Amru bin Bakr At-Tamimy (”dijatah” untuk menyudahi Amru bin
Ash di Mesir). Namun yang berhasil menunaikan tugas ”suci” nya cuma Ibnu
Muljam.

Kaum Khawarij, bisa juga disebut Asy-Syurat (kaum Musyawarah)


atau ”Haruriyyun” yang mengambil nama sebuah desa Harura dekat Kufah
yang mereka jadikan markas besar, atau ”Muhakkimah” yang dibangsakan
dari semboyan mereka ”Tiada kecuali dari Allah dan tiada hakim melainkan
Allah”. Ada pula yang menamakannya ”Syurah” (penjual) yakni golongan
yang telah menjual dirinya untuk Allah semata, berlandaskan surah Al-
Baqarah ayat 207. Mereka terhitung sebagai penganut ajaran predestinasi yang
kaku dan fanatik yang enggan mengakui hak keimanan para khalifah sesudah
Umar, sebab hanya pemimpin mereka sendirilah yang dianggap imam yang
sah.

Pandangan keagamaan kaum sempalan, yang semula bersifat politis


lantas menceburkan diri pula ke soal ketuhanan, etika, hukum, dan
sebagainya, di masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, ini antara lain
bahwa seorang Muslim yang berbuat dosa besar atau meninggalkan
kewajiban-kewajibannya yang sampai matinya belum sempat bertobat, maka
ia dianggap tidak lagi Muslim, alias sudah kafir. Maka itu wajib dilenyapkan.
Mereka yang menolak menyerahkannya termasuk pula kafir, sehingga mesti
pula disudahi. Dalam hal ini, Ali telah mereka anggap kafir lantaran menerima
perundingan damai dari Mu’awiyah. Begitu juga Mu’awiyah sendiri beserta
wakil keduanya, Abu Musa Asy’ary dan Amru bin Ash. Orang-orang yang
turut perang Unta pun (seperti, misalnya: Aisyah, Thalhah dan Zubayr) ikut
dicelanya.

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 5


Di soal kekhalifahan, dalam tilikan mereeka, tidaklah harus dari suku
Quraisy atau orang Arab, tapi harus dipilih secara bebas di antara umat Islam
(walau budak sekalipun), dan kalau sudah terpilih tak boleh mengundurkan
diri atau berhukum sebagaimana Ali.

Dan siapa yang telah mengakui ”tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul-Nya”, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-
kewajiban agama yang pokok-pokok semisal shalat, puasa, zakat, sedekah,
berlaku adil, dan lain-lain, maka ia dianggap telah berdosa besar, dan kafir.
Artinya, harus dienyahkan.3

1. Pengertian dan latar belakang timbulnya Aliran khawarij

Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran


pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar
Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang
yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para jema’ah, baik ia
keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara
baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja”
yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari
barisan Ali.4 Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah
yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi samping
itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari
kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang merupakan tempat
mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib yang
mau berdamai dengan Mu’awiyah.5

3
M. Natsir Arsyad, Seputar Sejarah dan Muamalah, Al-Bayan, Bandung, 1993, hlm. 61-
63
4
Drs. Abuddin Nata, M.A, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta 1995. Hal. 29
J

Drs. H. M Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996. Hal.
XIV

5
Ibid

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 6


Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali
yang memisahkan diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka
terhadap sikap Ali bin abi Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam
upaya untuk menyelesaikan persilisihan dan konfliknya dengan
mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin.

Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu
merupakan penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-
Qur’an, tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak
Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir. Dengan demikian,
orang yang melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.6

Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini
selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang
tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin
Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat
membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang
berhasil terbunuh ditangan mereka.

2. Tokoh-tokoh Khawarij

Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :

1) Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu


mereka berkumpul di Harura (pimpinan Khawarij pertama)
2) Urwah bin Hudair
3) Mustarid bin sa’ad
4) Hausarah al-Asadi
5) Quraib bin Maruah
6) Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
7) Abdullah bin Basyir
8) Zubair bin Ali
6
Ibid. Hal. XV

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 7


9) Qathari bin Fujaah
10) Abd al-Rabih
11) Abd al Karim bin ajrad
12) Zaid bin Asfar

13) Abdullah bin ibad7

3. Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij

Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan


mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam
catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut adalah:8

a. Sekte-sekte:

1) Al-Muhakkimah
2) Al-Azariqah
3) Al-Najdat
4) Al-baihasyiah
5) Al-Ajaridah
6) Al-Sa’Alibah
7) Al-Ibadiah
8) Al Sufriyah

b. Ajaran Pokok

Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:

7
Ibid, Hal. 104
8
Drs. Abuddin Nata, Op-cit, Hal. 30

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 8


1) Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan
harus di bunuh.
2) Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang
antara Aisyah, Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan
para pelaku tahkim—termasuk yang menerima dan
mambenarkannya – di hukum kafir;
3) Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.9
4) Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian
setiap orang muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda
memenuhi syarat-syarat.
5) Khalifah di pilih secara permanen selama yang
bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at islam, dan di
jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
6) Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke
tujuh dari masa kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah
menyeleweng,
7) Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim
(Arbitrase).10

B. Aliran Murji’ah

Sebuah aliran yang konon ditegakkan oleh Mu’awiyah untuk


mengimbangi Syi’ah dan Khawarij. Mereka adalah penganut paham irja’
(mengangguhkan persoalan) yang menyatakan bahwa penilaian terhadap
seorang Muslim pelaku dosa besar; masih Muslim atau sudah kafirkah ia,
harus ditunda sampai hari kiamat dan diserahkan saja urusannya kepada
Allah, mau diampuni atau tidak. Mereka juga menyatakan bahwa maksiat
tidaklah menyusutkan iman sebagaimana ketaatan seseorang tiadalah berguna
kalau dicemari laku kekafiran.

9
Drs. H. M. Yusran asmuni, Op-cit. Hal. 105.
10
1
DR. Abdul Rozak,M.Ag. dkk . Ilmu kalam, Bandung, CV. Pustaka setia, 2006. Hal. 51

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 9


Aliran Murjiah pada mulanya merupakan pecahan kecil kelompok
Khawarij, dan ditegakkan oleh Ghailan Al-Dimasyqi. Munculnya adalah
ketika mereka mengendus permakluman kaum Khawarij yang mengkafirkan
Ali, Utsman dan para penyokong yang bertahkim. Juga setelah dilihatnya
bahwasanya di dalam Syi’ah ada yang mencap Abu Bakar, Umar, Utsman,
beserta pengikut mereka sebagai kafir, dan lagi, kedua golongan itu
mengkafirkan pula klan Umayyah dan malah mengutuknya. Sebaliknya,
Umayyah selalu memerangi mereka dan menganggap dirinya saja yang benar.

Murjiah mengakui sekalian kelompk di atas sebagai mukmin seraya


menolak mengkafirkan salah satunya, sebab betapapun tiap golongan punya
kelebihan dan kekurangan, dan untuk itu Tuhan-lah yang menentukan kelak.
Kebalikan dari Khawarij, Murjiah mengartikan iman hanyalah kepercayaan
hati belaka. Kewajiban agama, seperti shalat, puasa, dan lain-lain, bukanlah
termasuk iman, dan iman tidak bakal lenyap hanya lantaran seseorang berbuat
dosa. Jadi, maksiat tidaklah berbahaya kalau tetap ada iman, dalam arti tidak
bakal membinasakan iman, bahkan tak memberi bekas terhadap keimanan
seseorang. Dan suatu ketaatan yang tak disertai iman hanyalah kesia-siaan.11

1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan
dosa besar, sebagai mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka
menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang
mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang
melukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka. Orang
mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa
tiada tuhansealin allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan
kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih
1
11
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 63-64

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 10


tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari
iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.12

Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata
arja-a yang berarti menangguhkan, mengakhirkan dan memberi
pengharapan.

Hal-hal yang melatarbelakangi kehadiran murji’ah antara lain adalah :13

1) adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij;


mengkafirkan pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan ali dan
mengakfirkan orang- yang terlihat dan menyetujui tahkim dalam
perang siffin.
2) adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang
menyebabkan terjadinya perang jamal.
3) adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut
kekuasaan Usman bin Affan.14

2. Ajaran-ajaran Murji’ah

Ajaran-ajaran pokok murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut: .

1) Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati


2) Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir.
Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat
syahadt.

3) Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari


kiamat15

1
12
Drs. Abuddin Nata, Op-cit , hlm. 33
1
13
Drs. H.M Yusran Asmuni, op-cit, Hal. 106
14
1
Ibid, Hal. 34

1
15
Ibid, Hal. 106

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 11


3. Tokoh dan sekte dalam murji’ah

Dalam perkembangannya, Murji’ah mengalami berbagai perbedaan


pendapat dikalangan pengikutnya yang mendasari lahirnya aliran-aliran,
selanjutnya, aliran murji’ah ini terpecah menjadi beberapa macam sekte,
ada yang moderat, ada pula yang ekstrem.

Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali
bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusufdan beberapa ahli hadits16, yang
berpendapat, bagaimanapun besarnya dosa seseorang, kemungkinan
mendapat ampunan dari tuhan masih ada. Sedangkan yang ekstrem antara
lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan. Kelompok
ini berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang
itu tidak dihukum kafir.17

C. Aliran Qadariyah

Aliran teologi yang berpaham free will dan free act ini didirikan oleh
tiga tokoh terkemuka, yakni:

1. Ma’bad Al-Juhamy, yang oleh Az-Zahaby disebut


sebagai seorang tabi’in yang bisa dipercaya. Ia, lantaran memberontak
bersama Ibnu Al-Asy’ats, dibunuh oleh Al-Hajjaj. Satu riwayat
menyebutkan bahwa mantan murid Imam Hasan Basri ini terbunuh karena
perkara politik, kalau bukan soal Zindiq.

2. Ghailan Al-Dimasyqi, yang ayahnya adalah budak


Utsman bin Affan ini, oleh Imam Al-Auza’I disebut-sebut sebagai seorang
jago pidato. Di awal-awal masuknya ke Islam, ia terbilang jago kawin
dengan memboyong 10 istri sekaligus (tapi kemudian disuruhmemilih 4

16
1
Drs. Abuddin Nata, Op-cit, Hal. 34

17
1
Drs. H.M Yusran Asmuni, op-cit, Hal. 108

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 12


saja di antaranya). Hisyam Ibnu Abdul Malik pernah menahannya dan
disuruh potong tangan kakinya, lalu dibunuh dan disalib.

3. Al-Ja’du bin Dirham, yang beserta dua tokoh di


atas, juga hidup di zaman Daulat Umawiyah, serta mati terbunuh pula.

Kaum Qadariyah, antara lain, berkeyakinan bahwa manusia


mempunyai kemerdekaan berkehendak dan berbuat, serta kebebasan penuh
dalam menentukan nasib dan perjalanan hidupnya. Ia punya kekuatan sendiri
untuk Mewujudkan peebuatan-perbuatannya. Jadi ”menolak” adanya qadha
dan qadar dalam upaya dan segala perilaku manusia, baik atau buruk.18

1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran


Qadariyah

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan


memiliki kekuatan atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam
ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia
di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk kepada qadar dan qada Tuhan19

Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran


tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah
sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran
Mu’tazilah, kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang
menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan
perbuatannya, dan tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia

1
18
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 65-66
19
1
Drs. Abuddin Nata, op-cit, hlm.

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 13


ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan qadar
Allah SWT.20

Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari
pada prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits
mereka tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu
bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu
hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang
serba terbatas kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah
yang harus tunduk kepada Al-Qura’n dan Hadits, bukan sebaliknya.21

Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi.


Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar.

2. Pokok-pokok ajaran Qadariyah

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298,
pokok-pokok ajaran qadariyah adalah :

1) Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan


bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasikk itu masuk neraka secara
kekal.
2) Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia,
melainkan manusia lah yang menciptakannyadan karena itulah maka
manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal
baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak
disebut adil.
3) Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu
dalam ati bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu,

20
2
Drs. H.M. Yusran Asmuni, op-cit, Hal. 109

21
2
Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid, PT Rineka Cipta, Jakarta,1992, Hal. 45

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 14


Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya
sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup,
mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.

4) Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu


mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah
tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang
memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.22

Selanjutnya terlepas apakah paham qadariyah itu di pengaruhi oleh


paham luar atau tidak, yang jelas di dalam Al-Qur’an dapat di jumpai ayat-
ayat yang dapat menimbulkan paham qadariyah .

Dalam surat Al Ra’ad Ayat 11, di jelaskan

   


    
    
     
   
  
    

Artinya: Rasul-rasul mereka Berkata kepada mereka: "Kami tidak


lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia
kepada siapa yang dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak
patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan
dengan izin Allah. dan Hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-
orang mukmin bertawakkal.

Dalam Surat Al-Kahfi ayat 29, allah menegaskan

    


    
   
22
Ibid, hal. 47

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 15


  
   
  
  
  
    
  

Artinya: Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari


Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,
dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami
Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.

Dengan demikian paham qadariyah memilki dasar yang kuat dalam


islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang menilai paham ini
sesat atau kelaur dari islam

D. Aliran Jabariyah

Kelompok penganut paham predestinasi dan fatalisme ini punya


pandangan yang bertolak belakang dengan Qadariyah, dengan mengatakan
bahwa Tuhanlah yang menakdirkan atau menentukan sekalian pikiran dan
sepak terjang manusia (dan segenanp makhluk lainnya). Manusia tak berdaya
untuk berkehendak bebas dan tak punya pilihan dan kekuasaan apa pun untuk
itu.Sekalian tindakannya adalah atas “paksaan” Tuhan, terikat mutlak pada
kehendak dan kekuasaan-Nya, sehingga mengerjakan segala perbuatannya
dalam keadaan terpaksa. Dengan kate lain, Allah telah menjadikan tindakan
manusia seperti pada barang-barang mati: batu jatuh, air mengalir, matahari
terbit, dan sebagainya. Tapi dengan demikian pula, manusia tidaklah
bertanggung jawab atas perbuatannya yang seluruhnya dating dari Tuhan.

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 16


Tentang Al-Qur’an, mereka berpendapat bahwa kitab suci itu adalah
makhluk sebagai halnya makhluk lain, suatu akibat wajar dari penandaan
sifat-sifat Tuhan. Kalau Allah tak berbicara maka Al-Qur’an bukanlah kalam
Allah yang abadi kecuali dengan di ta’wilkan. Mereka, sebagaimana
Mu’tazilah, juga membantah bahwa Allahitu akan terlihat dengan mata kepala
di Hari Pengadilan nanti.

Tokoh pendiri aliran ini ialah Al-Ja’du bin Dirham yang berasal dari
Khurasan, dibantu oleh Jaham bin Shafwan. (Versi lain menyebutkan bahwa
sebenarnya Ibnu Shafwan sendirilah pendiri aliran ini, sehingga kerap pula
disebut Jahamiyah). Tokoh terakhir ini ditawan, lantas dihabisi, dalam sebuah
pemberontakan politik menentang Bani Umayyah di Khurasan.

Tetapi, Jahamiyah (yang setengah orang mengidentikkannya dengan


Jabariyah itu sendiri), mennurut suatu hasil penelusuran, hanyalah salah satu
dari tiga sekte yang ada dalam Jabariyah. Dua lainnya adalah Zirariyah dan
Najjariyah. Najjariyah inilah yang kemudian berkembang menjadi
Asy’ariyah.23

1. Pengerian, dan latar belakang Kemunculan jabariyah.

Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti
menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan
perbuatan tersebutkepada Allah.24 Dan dalam bahasa inggris disebut
dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa
perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan.

Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak
sebalum agama Islam datangke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab

23
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 66-67
24
Drs. Abuddin Nata, Op-cit, hlm. 39

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 17


yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberi kan pengaruh besar
terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat
dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk
tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk
dan patuh kepada kehendak tuhan.25

Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya Qadariyah. Daerah


kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul di irak, jabariyah di
khurasan. Aliran ini pada mulanya di pelopori oleh al-ja’ad bin dirham.
Namun, dalam perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan oleh jahm bin
Shafwan. Karena itu aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.

2. Pokok-pokok paham jabariyah.

Selanjutnya, yang menjadi dasar yang sejajar dengan pemahaman pada


aliran jabariyah ini dijelaskan Al-Qur’an diantaranya :

Dalam surat al-saffat ayat 96 :

  

Artinya: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu”.

Dalam surat al Insan ayat 30, dinyatakan

   


     
  

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila


dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
25
Ibid, hlm. 40

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 18


Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak
mempunyai pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa
yang telah di lakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala
amal perbuatan yang mesti di kerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah
ciptaan allah, sama seperti apa yang dia ciptakan pada benda-benda yang
tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham menginterpretasikan bahwa pahala
dan siksa merupakan paksaan dalam arti bahwa allah telah mentakdirkan
seseorang itu baik sekaligus memberi pahala dan allah telah mentakdirkan
seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya.

Sehingga, dalam realisasinya, orang yang termakan paham ini bisa menjadi
apatis dan beku hidupnya, tidak bisa berbuat apa-apa, selain berpangku
tangan, menunggu takdir Allah semata-mata dan berusahapun tidak. Karena
mereka telah berkeyakinan bahwa allah telah mentakdirkan segala sesuatu,
dan manusia tidak bisa mengusahakan sesuatu itu.

Disisi lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat
pahala atau siksa karena perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya.
Paham bahwa perbuatan yang dilakukan manusia adalah sebenarnya
perbuatan tuhan tidak menafikan adanya pahala dan siksa.

Berkenaan dengan itu perlu dipertegas bahwa Jabariyah yang di kemukakan


Jaham bin Shafwan adalah paham yang ekstrem. Sementara itu terdapat pula
paham jabariyah yang moderat, seperti yang diajarkan oleh Husain Bin
Muhammad al.Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.

Menurut Najjar dan Dirar, bahwa Tuhanlah yang menciptakan perbuatan


Manusia baik perbuatan itu positif maupun negatif Tetapi dalam melakukan
perbuatan itu manusia mempunyai bagian daya yang diciptakan dalam diri
manusia oleh tuhan, mempunyai efek, sehingga manusia mampu melakukan

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 19


perbuatanitu.Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan
inilah yang kemudian disebut Kasb atau acquisition.26

Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang di gerakkan oleh
dalang, tetapi manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan
suatu perbuatan, dan manusia tidak semata-mata di paksa dalam
melaksanakan perbuatannya.

E. Aliran Mu’tazilah

Secara harfiah Mu’tazilah adalah berasal dari I’tazala yang berarti


berpisah. Aliran Mu’taziliyah (memisahkan diri) muncul di basra, irak pada
abad 2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha (700-750 M)
berpisah dari gurunya Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat.
Wasil bin Atha berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin
bukan kafir yang berarti ia fasik.27

Mu’tazilah atau Ahlul I’tizal (yang memisahkan diri), kadang pula


menyebut diri mereka Ashabul “adl wat-Tawhid (Penganut Keadilan dan
Keesaan Tuhan), atau Qadariyah, yang merupakan golongan netralis politik
atau kelompok tengah antara Khawarij dan Syi’ah di satu pihak dengan
Murji’ah, Sunni dan Jabariyah di lain pihak, dalam hal penilaian mengenai
seseorang seorang Muslim pendosa berat. (Bagi penganut Mu’tazilah, pelaku
dosa besar bukanlah kafir bukan pula Mukmin melainkan hanya masuk
kategori fasiq.

Mu’tazilah merupakan sebuah gerakan keagamaan atau aliran teologi


yang lahir di masa-masa awal Islam di Irak, yang kemudian menjadi dominan
pada abad ke-3-4 H (910 M), dan tetap berjaya di daerah-daerah tertentu

26
Ibid, hlm. 42

27
http://www.almanhaj.or.id/content/1985/slash/0, hlm. 8

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 20


hingga abad ke-13 M. Mereka dianggap sebagai sebuah kelompok yang
memisahkan diri dari halaqah (lingkaran studi) Imam Hasan Basri, seorang
pejuang hati nurani . Dan orang yang pertama kali berdakwah untuk
kepentingan Mu’tazilah, dan karenanya disebut-sebut sebagai pendiri, tak lain
ialah murid terpintar dan paling kritis sang imam sendiri: Abu Hudzaifah
Washil bin Atha’ Al-Ghazzal (80-131 H/699-749 M) dan Amr bin Ubaid,
pengikut setianya. (Satu riwayat menyatakan bahwa mereka diusir dari ruang
pengajian lantaran berbeda pendapat dengan imam terkemuka itu mengenai
dogma agama, dosa besar dan qadar).

Kaum Mu’tazili tercatat sebagai pelopor paham rasionalisme-


liberalisme Islam yang lahir sebagai reaksi perlawanan terhadap kesewenang-
wenangan intelektual, dan menancapkan motivasi dan kehendak untuk
menempuh kehidupan saleh serta dengan sungguh hati memelopori aksi
penggiatan pemikiran di tentang ajaran-ajaran pokok Islam secara sistematis
dan filosofis. Yang mereka inginkan sesungguhnya bukanlah revolusi
melainkan reformasi (pembaruan).

Ada lima dasar paham yang dipegangi oleh aliran penganjur


kebebasan ini:

1. Tauhid murni, Allah itu satu zat dan sifat-Nya, dan sifat-Nya itu
adalah zat-Nya sendiri.

2. Al-Wa’du dan Al-Wa’id, yakni janji bahagia bagi yang taat dan
janji ancaman bagi yang durhaka. Tuhan “tak berhak” melanggar janji-
Nya itu.

3. Al-‘Adl, Keadilan Tuhan; manusia itu “bebas”, tak bergantung


kepada kodrat dan iradat-Nya saja.

4. Al-Munzilatu baynal munzilatayn, yaitu bahwa orang yang berbuat


dosa besar menempati posisi antara Islam dan kafir, bukan lagi Islam

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 21


sejati namun tidak pula langsung menjadi kafir. Yang terang ia bakal
diazab dalam neraka buat selama-lamanya.

5. Menegakkan Amar Ma’ruf nahy munkar, berdasarkan akal


manusia, bukan karena perintah Allah dan Rasul-Nya.

Di samping itu, mereka memiliki pandangan tersendiri mengenai suatu


hal, antara lain:

• Bahwa akal mempunyai kedudukan yang sama dengan wahyu dalam


memahami agama.

• Bahwasanya daya pikir manusia sangatlah kuat, di mana sekalian


pengetahuan mampu diserapnya lewat akal dan pemikiran mendalam.
Dalam hal ini kaum Mu’tazilah pulalah yang merintis tumbuhnya
disiplin baru dalam kajian Islam, yakni ilmu kalam (teologi).

• Bahwa Al-Qur’an atau firman Allah itu baru dan merupakan makhluq
(diciptakan) serta tidak berifat qadim (langgeng) sebab adanya sesuatu
yang abadi di samping Tuhan, berarti menduakan Tuhan. Dan itu
terang syirik.

• Mereka menyangkal bahwa Tuhan dapat dilihat dalam Darul-Qarar


(di tempat peristirhatan) dengan penglihatan mata lahiriah.

• Manusialah, dan bukan Tuhan, yang menciptakan tindak tanduknya


sendiri, baik atau buruk, dan akan menerima pahala atau hukuman di
akhirat sesuai dengan amal perbuatannya. Dengan beginilah baru dapat
dibilang bahwa Tuhan itu adil.

• Pengetahuan tentang baik dan buruk, juga tiada lain kecuali ia soal
akal. Dan tak ada yang diketahui salah atau benarnya sebelum akal
mencurahkan segenap pikiran mengenali perbedaannya.28

28
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 59-61

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 22


1. Pengertian dan latar belakang munculnya Mu’tazilah

Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya “memisahkan


diri”, pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah
karena pendirinya, Washil bin Atha’, tidak sependapat dan memisahkan
diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan selanjutnya,
nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di gunakan
sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.

Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua
hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun
sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah
yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri atau besikap
netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya
perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah
sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk
menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.

Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah diatas


tidaklah sama dan tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir
akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua muncul karena didorong
oleh persoalan aqidah.29

Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil bin Atha’ lah yang


menjadi salah satu aliran teologi dalam islam.

29
Drs. H. M. Yusran Asmuni. Op-cit, hlm. 114

30
Ibid, hlm. 115

31
Ibid, hlm. 117

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 23


2. Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah

Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi


pemeluk ajaran ini untuk memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail
al-Allaf :

1) al Tauhid (keesaan Allah)


2) al ‘Adl (keadlilan tuhan)
3) al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
4) al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)

5) amar mauruf dan Nahi mungkar.30

3. Tokoh-tokoh Mu’tazilah

Diantara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mu’tazilah yaitu:

1) Washil bin Atha’


2) Abu Huzail al-Allaf
3) Al Nazzam

4) Al-Jubba’i31

F. Ahlussunah Wal Jamaah

Ahlus Sunnah wal-Jama’ah, disingkat Aswaja, atau dikenal pula


sebagai golongan Sunni.

Kelompok ini muncul, sebagai reaksi terhadap paham-paham sebangsa


Mu’tazilah, lewat pengembangan konsep jamaah yakni konsep perihal
solidaritas dan kesatuan ideal kaum Muslim tanpa menilik aliran politiknya.
Dengan dimotori dua tokoh perintisnya, yaitu Abdullah putra Khalifah Umar

30
31

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 24


dan Abdullah ibnu Abbas, mereka mengembangkan lading kajian baru yaitu
bidang As-Sunnah atau tradisi Nabi, sekaligus mempertahankan tradisi
penduduk Madinah (tempat Ibnu Umar bermukim), dalam rangka pemahaman
ajaran Islam secara lebih luas. Kaum Sunnah ini, lewat beberapa proses
kompromi dengan kaum “Jamaah” (pengikut Mu’awiyah, penguasa
Umayyah), keduanya akhirnya dapat saling menyatu. Maka itulah golongan
ini disebut Ahlus Sunnah wal-Jamaah, atau disingkat Sunni, yang dicirikhasi
dengan sikap moderat, sangat toleran, kompromistis, akomodatif, dan hamper
selalu lengket kepada penguasa serta berskap rada gemulai terhadap
pembesar-pembesar kerajaan.

Gagasan netral politiknya tampil oleh desakan keadaan untuk


menengahi pertikaian dan pertarungan, yang kala itu menggerogoti tubuh
umat Islam, teristimewa setelah terjadinya fitnah besar pertama (yang
menyalakan perang antara kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah,
sahabat dan ipar Nabi sendiri), serta perselisihan antara Khalifah Ali dan istri
kesayangan Baginda Rasul, Aisyah.

Salah satu pandangan kaum Sunni ialah bahwa yang dihukumkan


dengan orang Islam adalah mereka yang memenuhi tiga syarat: syahadat
dengan lisan, diikuti dengan kepercayaan hati, dan dibuktikan dengan amal
perbuatan.

Dalam soal yang bertalian dengan aspek teologis dari perbuatan atau
kehendak bebas manusia, pada masa awal-awal Islam kalangan Sunni terbagi
dua. Pertama, bahwa perbuatan manusiaadalah hasil kehendak Tuhan yang
tak bisa ditolak, perbuatan manusia sudah ditentukan, dan kehendak bebas
manusia tidak punya nilai dan makna. Kedua, bahwa manusia mandiri dalam
perbuatannya, dan itu tidak bergantung kepada kehendak Ilahi dan berada di
luar ketentuan qadar.

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 25


Umum diketahui bahwa terdapat empat mazhab besar dalam lingkup
kelompok ini, yaitu Syafi’i (di Indonesia, merupakan mayoritas), Maliki,
Hanafi, dan Hanbali.32
1 Pengertian dan para tokoh serta pemikiran-pemikiran mereka.

Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi


Muhammad SAW, dan jemaah berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal
jama’ah mengandung arti “penganut Sunnah (ittikad) nabi dan para sahabat
beliau.33

Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan


menjadi 2 pengertian, yaitu khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum
adalah lawan kelompok Syiah, Dalam pengertian ini, Mu’tazilah sebagai mana
juga Asy’ariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni dalam pengertian khusus
adalah mazhab yang berada dalambarisan Asy’ariyah dan merupakan lawan
Mu’tazilah.34

Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran


Asy’ariyah dan maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran
Mu’tazilah.

2. Tokoh

Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al hasan al
Asy’ari dan Abu Mansur al Maturidi.

1) Abu al Hasan al Asy’ari

Suatu aliran garis tengah antara dogmatisme Sunni konservatif dan


rasionalisme Mu’tazilah. Tokohnya ialah Imam Abu Hasan Al-Asy’ary
(260-324 H/873-935 M), seorang teolog dan pemikir ulung yang tadinya

32
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 57-58
33
Ibid, hlm. 121
34
DR. Abdul Rozak, M.Ag. Dkk, Op-cit, hlm. 119

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 26


berpaham Mu’tazilah, lantas membelot ke Ahlus Sunnah wal-Jamaah.
Intelektual kelas berat inilah yang dengan gemilang melancarkan
reformasi dan melumpuhkan lima paham dasar Mu’tazilah dengan
menggunakan logika mereka sendiri.

Beberapa pandangan mereka, yang cenderung berat ke Jabariyah,


adalah sebagai berikut:

• Akal bisa mengetahui adanya Tuhan tapi tak dapat menentukan suatu
menjadi wajib, dan mengetahui tentang kewajiban terhadap Tuhan
diperoleh hanya lewat wahyu.

• Al-Qur’an adalah firman Allah dan tiap bagian darinya tidak


diciptakan tapi bersifat qadim (langgeng), dan bahwa Al-Qur’an bukanlah
makhluk.

• Di hari kemudian, Tuhan akan nampak dengan mata jasmaniah


manusia.

• Di dunia ini, baik atau buruk, tak dapat ada tanpa kehendak Tuhan.
Tiada sesuatu yang menjadi ada kecuali kalau Tuhan menghendaki.

• Bahwa perbuatan manusia berasal dari kehendak Tuhan, dan


ditentukan lebih dulu olehnya. Manusia tak punya kekuasaan untuk
memulai atau menciptakan sesuatu sendiri tanpa bantuan Tuhan.

• Manusia tak sanggup memperoleh sendiri apa yang baik bagi jiwanya,
atau menghindari apa yang merugikan, kecuali kehendak Allah.35

a. Pokok-pokok pemikirannya
35
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 65

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 27


• Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut
di dalam Alqur’an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan
berdiri diatas zat tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula
lain dari zatnya.
• Al-Qur’an, Manurutnya, al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk
diciptakan.
• Melihat Tuhan, menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh
manusia di akhirat nanti.
• Perbuatan Manusia. Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan,
bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.
• Antrophomorphisme
• Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun
untuk menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan
kehendak mutlak tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.
• Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak
sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.36

2) Abu manshur Al-Maturidi

Aliran pemikiran ini terbai menjadi dua, yakni Maturidiyah


Samarkand yang ditokohi oleh Imam Abu Mansur Muhammad bin
Muhammad ibnu Mahmud Al-Maturidy (lahir di Samarkand dan wafat pada
944 M), dan Maturidiyah Bukhara yang merupakan pecahan Maturidiyah asli,
yang dipimpin oleh Abu Yusr Muhammad Al-Baidhawi yang lahir di
Bukhara (421-493 H), dan sesungguhnya merupakan pengikut setia Al-
Maturidy sendiri. Kelompok pecahan ini kadang pula disebut Maturidiyah
Baidhawiyah, yang sebutan itu berasal dari nama pendirinya.

Pemikiran teologis Maturidiyah Samarkand berwarna agak liberal,


lebih rasional, lebih menghargai akal, kemampuan dan kebebasan berpikir,
berbuat dan kemandirian manusia. Maka itu ia lebih rapat ke Mu’tazilah dan

36
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Op-cit, Hal. 122

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 28


berpaham serupa dengan Qadariyah. Sedangkan Maturidiyah Bukhara lebih
tradisional kendati tidak setradisional Asy’ariyah. Pendapat mereka tentang
Al-Qur’an dan dosa besar, sama seperti Asy’ariyah.37

Pokok-pokok pemikirannya :

• Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari


• Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di
wujudkan oleh manusia itu sendiri, dan bukan merupakan perbuatan tuhan.
• Al Quran. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
• Kewajiban tuhan. Menurutnya, tuhan memiliki kewajiban-kewajiban
tertentu.
• Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
• Janji tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu
merupakan janji tuhan yang tidak mungkin di pungkirinya.

• Antrophomorphisme.38

G. Aliran Syiah

Pada mulanya adalah sebuah “partai politik” yang berorientasi kepada


(perebutan) kekuasaan yang dicikalbakali oleh para pengikut Ali (Syi’ah
secara harfiah berarti partisan atau pengikut, atau penolong) yang
mengaanggap kekhalifahan (pemerintahan Islam) dan kewenangan atau
kekuasaan dalam pengetahuan-pengetahuan keagamaan sepeninggal Nabi,
merupakan hak istimewa keluarga beliau (ahlul bayt) – dan itu adalah Ali dan
keturunannya. Maka itu, Ali dan teman-temannya, seperti Miqdad, Salman
Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Ammar bin Yasir, menolak memberikan
baiatnya kepada Abu Bakar yang terpilih kala itu.

37
M. Natsir Arsyad, Op-cit, hlm. 64
38
Ibid, Hal. 128

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 29


Dari politik, lama-lama bidang garapan mereka kembangkan, tidak
lagi terbatas pada perkara kekuasaan melulu, tapi juga merambahi soal-soal
hokum (fiqh), filsafat atau tasawuf (‘irfan), akidah, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan umumnya, di mana dalam bidang pemikiran mereka terkenal
amat liat. Syi’ah punya cabang banyak sekali. Syeikh Abdul Aziz Al-Dahlawy
menyebutkan kurang lebih 40, sementara Syahrastani menemukan lebih 70
cabang (kelompok). Ada Syi’ah Mukhlisin, Syi’ah Tafdhiliyah (yang
mengutamakan Ali lebih daripada sahabat Nabi lainnya, namun yanpa
membenci, mencaci atau mengkafirkan mereka), Syi’ah Syaiyah atau
Batraiyah (yang memaki bahkan mengkafirkan atau memunafikkan sahabat
Nabi), ada pula Syi’ah Ghulat yang ekstrem menabikan Ali. Syi’ah garis
keras ini pun beragam dan terdiri dari 24 sikte, seperti umpamanya kaum
Druze (Duruziyah) yang mengkultuskan tokoh Al-Hakim, salah satu khalifah
dinasti Fathimiyah di Mesir. Selain itu terdapat pula kelompok kecil yang
sangat ekstrem yang menuhankan Ali (Al-Mu’allihah), menolak khalifah Abu
Bakar, Umar dan Usman (Al-Rafidhah), Assabaah, Syarifiyah, Kamiliyah,
Mughiriyah, Ghamamiyah, dan lain-lain. Dan yang paling lunak adalah yang
mengatakan bahwa Ali lebih utama ketimbang tiga khalifah sebelumnya (Al-
Mufadhdhilah).

Tetapi kelompok atau sekte-sekte tersebut di atas, semuanya sudah


“tenggelam”, kecuali beberapa gelintir, antara lain yang mayoritas dan kini
lagi berjaya memegang kekuasaan di Iran; Syi’ah Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah
Imam Dua Belas (Syi’ah paling moderat ini biasanya diidentikkan orang
dengan Syi’ah Imamiyah, padahal ia Cuma salah satu dari 39 kelompok dalm
Syi’ah Imamiyah lainnya, misalnya, Hasaniyah, Maymuniyah, Mahdawiyah,
Ahmadiyah, Raji’iyah, dan sebagainya. Hanya saja ia memang mayoritas).
Sekte lain yang cukup survive adalah Syi’ah Sab’iyah (Tujuh Imam) atau
Isma’iliyah (pengikut Ismail, putra sulung Imam Keenam, Ja’far Al-Shadiq,
yang dipimpin oleh Agha Khan, seorang milyarder tingkat dunia), dan

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 30


Zaidiyah (pengikut Zaid Asy-Syahid, putra Imam Keempat, Ali bin Hasan
As-Sajjad).39

1. Pengertian dan kemunculannya Syi’ah

Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut


disini ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah
sering di maksudkan pada kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad SAW, atau
yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama
kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali), pemimpin pertama
ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW.

Para pengikut ali yang disebut syi’ah ini diantaranya adalah Abu Dzar al
Ghiffari, Miqad bin Al aswad dan Ammar bin Yasir.40

Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat,


pertama menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa
jabatan Usman bin Affankemudian tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Adapun menurut Watt, Syi’ah bener-
bener muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah
yang dikenal denganPerang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon
atas penerimaan ali terhadap arbitrase yang diatwarkan Mu’awiyah,
pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung
sikap Ali –kelak di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak di sebut Khawarij.41

2. Pokok-Pokok Pikiran Syi’ah42

39
M. Natsir Arsyad, Op-cit,, hlm. 58-59
40
DR. Abdul Rozak, M.Ag. Dkk, Op-Cit, Hal. 89

41
Ibid, hlm. 90
42
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Op- cit, hlm. 135

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 31


Kaum Syi’ah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh
penganutnya. Kelima prinsip itu adalah :

1. al Tauhid

Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa,
tunggal, tempat bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga
mereka mempercayai adanya sifat-sifat Allah.

2. al ‘adl

Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah


tidak melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak
melakukan perbuatan buruk karena ia melarang keburukan, mencela
kezaliman dan orang yang berbuat zalim.

3. al Nubuwwah

Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda


dengan keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah
mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing
umat manusia.

4. al imamah

Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama


dan dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at,
melaksanakan Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman
umat.

5. al ma’ad

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 32


Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat
percaya sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu
pasti terjadi.

H. Aliran Salafiyah

1. Pengertian dan latar belakang munculnya Salafiyah

Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang
dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa
Rasul SAW, para sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan
salafiyah berarti orang-orang yang mengikuti salaf.43

Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul
SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas
memahami al Qur’an dan hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan
maksud-maksud tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an sehingga tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah SWT.44

Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup
sebelum tahun 300 hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H
termasuk dalam kategori khalaf.

2. Tokoh-tokoh ulama salaf dan perkembangan Aliran salafiyah.

Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya,
Ahmad, bin Muhammad bin Hambal, beliau juga di kenal sebgai pendiri
dan tokoh mazhab Hambali. .

43
Ibid, Hal. 147
44
Ibid, Hal. 147

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 33


Tokoh salafiyah yang terkenal lainnya adalah Taqiyuddin Abu al Abbas
Ahmad bin Abdul Halim bin Abd al salam bin Abdullah bin Muhammad
bin Taimiyah al Hambali, atau yang lebih di kenal dengan nama Ibnu
Taimiyah. Beliau merupakan seorang teolog dan ahli Hukum yang banyak
menghasilkan karya tulis.beliau juga ahli di bidang tafsir dan hadist.

Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin


Hanbal ini, selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu Taimiyah, kemudian di
suburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab.dan akhirnya
berkembang di dunia Islam secara Spodaris.

Pada abad ke 20 M gerakan ini muncul dengan dimensi baru. Tokoh-


tokohnya adalah Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abduh dan Rasyid
Ridha.

Salafiyah baru al afgani ini terdiri dari 3 komponen pokok yakni :

1. Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya


mungkin di wujudkan jika mereka kembali kepada ajaran Islam yang
masih murni dan kembali pada ajaran Islam yang masih murni, dan
meneladani pokok hidup sahabat Nabi. Komponen pertama ini
merupakan satu unsur yang di miliki oleh salfiyah sebelumnya.
2. Perlwanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik,
ekonomi, maupun kebudayaan.
3. Pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Al Afgani dapat di katakan sebagai penganut salafiyah modern karena


dalam rumusan pahamnya yang banyak meletakkan unsur-unsur
moderenismesebagai mana terlihat pada komponen 2 dan 3 diatas.

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 34


Syekh Muhammad Abduh adalah murid Al afgani dan Muhammad Rasyid
Ridaha adalah murid dari Muhammad Abduh, meskipun dalam beberapa
hal antara dengan guru berbeda dalam banyak hal mereka sama.

BAB III

PENUTUP

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 35


A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai
pelopor lahirnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat
kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa
Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami
pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah
dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.

Sekarang, bagaimana kita menaggapi pemikiran-pemikiran tersebut yang


kesemuanya memiliki titik pertentangan dan persamaan masing-masing dan
tentunya pendapat-pendapat mereka memiliki argumentasi-argumentasi yang
bersumber pada al-Qur’an dan Hadits. Namun pendapat mana diantara pendapat-
pendapat tersebut yang paling baik, tidaklah bisa kita nilai sekarang. Kerana
penilaian sesungguhnya ada pada sisi Allah yang akan diberikanNya di akhirat
nanti.

Penilaiaan baik tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia mungkin


di lakukan dengan mencoba menghubungkan pendapat tersebut dengan peristiwa-
peristiwa yang berkembang dalam sejarah. Disisi lain, kita juga bisa menilai baik
tidaknya suatu pendapat atau paham dengan mengaitkannya pada kenyataan yang
berlaku dimasyarakat dan dapat bertahan dalam kehidupan manusia, dan juga
pendapat tersebut banyak di ikuti oleh Manusia.

B. Saran-saran

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 36


Sebagai umat Islam yang memiliki wawasan pengetahuan luas, kiranya
tidak memandang persoalan kepercayaan dengan sebelah mata, namun hendaklah
mengetahui seluk beluk yang sesungguhnya

Makalah ini tidaklah sempurna sebagaimana mestinya, segala kritikan dan


ssaran akan menjadi bahan pertimbangan demi kesempurnaan pembahasan
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 37


Abdul Rojak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2006

Abdul Rozak, dkk, Ilmu kalam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2006

Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisis Perbandingan,


UI Pers, Jakarta

Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung, tt

http://www.almanhaj.or.id/content/1985/slash/0

Ibrahim bin Ibrohim bin Hasan Al-Laqqani, Arjuzah Jauharah At-Tauhid,


Lajnah Aqidah wal Filsafat Universitas Al-Azhar, Cairo, 2007-2008.

Imam Syaharastani, Milal wa Nihal, Maktabah al-Iman, Cairo, 2005.

Khalid Syamhudi, Mu’tazilah, www.islam.download.com

Lajnah Qismi al-Hadits wa Ulumihi, Tarikh sunnah, Universitas Al-Azhar,


Cairo, 2006-2007.

Nata, Abuddin, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995

Sya`roni Ahmadi, KH.M. Al-Faraidus Saniah, Doktrin Ahlus Sunah, Penerbit


Madrasah Qudsiyyah Kudus.

Taib Thahir Abdul Mu'in, Prof. K.H.M, Ilmu Kalam, Widjaja, Jakarta, Cet. III,
1975

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996

Zainuddin, H, Ilmu Tauhid, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1992

MAKALAH

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 38


PERBANDINGAN ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM

DI SUSUN OLEH:

NETTY KURNIAWATI, S.Pd

UNTUK MELENGKAPI TUGAS DALAM PERKULIAHAN PADA

PROGRAM PASCASARJANA UIN SUSKA RIAU

TAHUN AKADEMIK 2009/2010

KATA PENGANTAR

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 39


Pertama tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT

yang dengan rahmat, hidayah serta inayahNya yang telah dilimpahkan kepada

penulis sehingga makalah ini dapat di selesaikan, selanjutnya, Sholawat dan salam

penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing manusia menuju jalan kebenaran, Rahmatan lil ‘Alamin.

Makalah yang berjudul ”PERBANDINGAN ALIRAN-ALIRAN

DALAM ILMU KALAM” ini disusun untuk melengkapi tugas dalam perkuliahan

semester I Pascasarjana pada UIN SUSKA RIAU Tahun Akademik 2009/2010.

Selanjutnya, dalam penyusunan makalah ini tentunya tidaklah luput dari

kekurangan-kekurangan maka dari itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan

kritikan yang sehat dari pembaca sekalian untuk lebih kesempurnaan makalah ini.

Tembilahan, Desember 2009

PENULIS

Perbandingan Aliran-aliran Kalam 40

You might also like