You are on page 1of 8

A.

DASAR TEORI
1. Pengertian tanaman dikotil dan monokotil
Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai sistem
klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae (kelas "tumbuhan berdaun lembaga dua" atau
"tumbuhan dikotil"). Sedangkan tanaman monokotil adalah tanaman yang berdaun lembaga satu.

2. Ciri-ciri dan contoh tanaman dikotil dan monokotil


Pada tumbuhan kelas / tingkat tinggi dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu
tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil / monocotyledonae
dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil / dicotyledonae. Ciri-ciri
tumbuhan monokotil dan dikotil hanya dapat ditemukan pada tumbuhan subdivisi angiospermae
karena memiliki bunga yang sesungguhnya
(http://organisasi.org/ciri_ciri_dan_perbedaan_tumbuhan_pohon_monokotil_dan_dikotil_biji_be
rkeping_satu_dan_dua_ilmu_sains_biologi)
Perbedaan ciri pada tumbuhan monokotil dan dikotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang
dimiliki :
a. Bentuk akar
- Monokotil : Memiliki sistem akar serabut
- Dikotil : Memiliki sistem akar tunggang
b. Bentuk sumsum atau pola tulang daun
- Monokotil : Melengkung atau sejajar
- Dikotil : Menyirip atau menjari
c. Kaliptrogen / tudung akar
- Monokotil : Ada tudung akar / kaliptra
- Dikotil : Tidak terdapat ada tudung akar
d. Jumlah keping biji atau kotiledon
- Monokotil : satu buah keping biji saja
- Dikotil : Ada dua buah keping biji
e. Kandungan akar dan batang
- Monokotil : Tidak terdapat kambium
- Dikotil : Ada Kambium
f. Jumlah kelopak bunga
- Monokotil : Umumnya adalah kelipatan tiga
- Dikotil : Biasanya kelipatan empat atau lima
g. Pelindung akar dan batang lembaga
- Monokotil : Ditemukan batang lembaga / koleoptil dan akar lembaga / keleorhiza
- Dikotil : Tidak ada pelindung koleorhiza maupun koleoptil
h. Pertumbuhan akar dan batang
- Monokotil : Tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
- Dikotil : Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
Tumbuhan monokotil dikelompokan menjadi 5 suku, yaitu :
a. Rumut-rumputan (Graminae), ex : jagung, padi
b. Pinang-pinangan (Palmae), ex : kelapa, sagu
c. Pisang-pisangan (Musaceae), ex : pisang ambon, raja
d. Anggrek-angrekan (Orchidaceae), ex : anggrek, vanili
e. Jahe-jahean (Zingiberaceae), ex : jahe, kunyit
Tumbuhan dikotil dikelaompokan menjadi 5 suku, yaitu :
a. Jarak-jarakan (Euphorbiaceae), ex : jarak, ubi, karet
b. Polong-polongan (Leguminoceae), ex : pete, kacang
c. Terung-terungan (Solanaceae), ex : terong, cabe, tomat
d. Jambu-jambuan (Myrtaceae), ex : jambu biji, jambu air
e. Komposite (Compositae), ex : bunga matahari

B. Perkecambahan
Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di
dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis
dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula
(akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga
dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih
bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan
daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut
akotiledon.
Kecambah sering digunakan sebagai bahan pangan dan digolongkan sebagai sayur-sayuran.
Khazanah boga Asia mengenal tauge sebagai bagian dari menu yang cukup umum. Kecambah
dikatakan makanan sehat karena kaya akan vitamin E namun dikritik pula karena beberapa
kecambah membentuk zat antigizi. Kecambah jelai yang dikenal sebagai malt digunakan sebagai
salah satu bahan baku bir. Malt juga digunakan sebagai bagian dari minuman sehat karena
mengandung maltosa yang lebih rendah kalori daripada sukrosa.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara,
maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut
tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari
tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya
ukuran biji karena sel biologi. sel-sel embrio membesar dan biji melunak.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon
asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen
pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus
yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA
3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan
sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated),
seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Diketahui
pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang
mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA. Perubahan
pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di
bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji
terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa
cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah
(http://www.wikipedia.com/perkecambahan.)
1. Anatomi
Dari hasil praktikum anatomi tanaman dikotil dan monokotil diperoleh bahwa biji tanaman
dikotil dan monokotil mempunyai bagian-bagian biji yaitu cadangan makanan, kulit biji, epikotil,
kotiledon, hipokotil dan radikuala. Kecuali untuk kelapa sawit mempunyai daging buah, kulit biji
dan embrio.
Menurut sutopo (2002), bagian-bagian biji terdiri dari 3 bagian dasar :
1. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina
pada suatu proses pembuahan. Embrio yang berkembangnya sempurna terdiri dari struktur-
struktur sebagai berikut : epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun)
dan radikula (calon akar). Tanaman di dalam kelas Angiospermae diklasifikasikan oleh
banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya :
rerumputan dan bawang. Tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon misalnya kacang-
kacangan sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya mempunyai lebih dari 2
kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15 kotiledon. Pada rerumputan
(grasses) kotiledon yang seperti ini disebut scutellum, kuncup embrioniknya disebut plumulle
yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat
akar embrionik yang disebut ridicule yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut coleorhiza.

2. Jaringan penyimpan cadangan makanan


Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan
makanan, yaitu :
a. Kotoledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
b. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa bagian
dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya.
c. Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae
d. Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus.
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
dan mineral. Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal biji
bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji padi mengandung
banyak karbohidrat.

3. Pelindung biji
Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang
bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule yang mengalami
modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat
berwarna kecokelatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk
melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan
insekta.
Dalam hal penggunaan cadangan makanan terdapat beberapa perbedaan diantara sub kelas
monokotiledon dan dikotiledon dimana pada :
• Sub kleas monokotiledon: cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna setelah biji
masak dan dikecambhakan serta telah menyerap air. Contoh jagung, padi, gandum.
• Subkelas dikotiledon : cadangan makanan yang terdapat dalam kotileodon atau perisperm
sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak. Contoh kacang-kacangan,
bunga matahari dan labu.

C. Perkecambahan
Biji yang dilakukan perkecambahan pada tanaman dikotil yaitu jagung dan padi sedangkan pada
biji dikotil yaitu : kacang tanah, kacang panjang, kacang kedelai dan kacang hijau. biji jagung
pada hari pertama sudah menunjukkan pembengkakan sedangkan padi pembengkakan
ditunjukan pada hari kedua. Pada hari kedua jagung sudah muncul akar dan tunas, sedangkan
padi pada hari ketiga. Tipe perkecambahan pada tanaman tersebut yaitu tipe hipogeal.
Biji dari tanaman dikotil yang lambat perkecambahnnya yaitu kacang tanah, dimana pada umur 7
hari baru menunjukan panjang radikula 1,5 cm. Kacang Hijau menunjukan perkecambahan yang
tercepat pada umur 7 hari mencapai 10 cm dan 2 daun. Tipe perkecambhan pada tanaman dikotil
ini yaitu tipe perkecambahan epigeal.
Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti
dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula
ke atas permukaan tanah. Sedangkan tipe hipogeal dimana munculnya radikel diikuti dengan
pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan
morfologi, fisologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan
proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap
kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi
benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat,
lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik
tumbuh. Tahap keempat adalah asimililasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah
meristematik untuk menghasilkan energi baru. Kegiatan pembentukan komponen dan
pertumbuhan sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara penyerapan
air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai
kandungan air 40 – 60 % (atau 67 – 150 % atas dasar berat kering). Dan akan meningkat lagi
pada saat munculnya radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh
mempunyai kandunga air 70 - 90 %. Metabolisme sel-sel mulai setelah menyerap air yang
meliputi reaksi-rekasi perombakan yang biasa disebut katabolisme dan sintesa komponen-
komponen untuk pertumbuhan disebut anabolisme. Proses metabolisme ini akan berlangsung
terus dan merupakan pendukung dari pertumbuhan kecambah sampai tanaman dewasa.
Pada proses perkecambahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormasni, dan
penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar meliputi : air, temperatur, oksigen, cahaya
dan medium.
Tingkat kemasakan benih. Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai,
tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa jenis tanaman benih demikian tidak
akan dapat berkecambah. Di duga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan
makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio terjadi sempurna.
Ukuran benih : di dalam jaringaa penyimpananya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi pada saat
perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan
makanan lebih banyak dibandingkan yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran
benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum, makin
besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula.
Dormansi : suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable (hidup) tetapi
tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat
bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga
selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. Dormansi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lin : impermiabilitas kulit biji baik terhadap gas ataupun
karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudiameter, dormnsi
sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka
benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah, misal : perlakuan stratifikasi,
direndam dalam laruta sulfat, dan lain lain.
Penghambat perkecambahan : banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan
benih yaitu : larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan manitol, larutan NaCl, bahan-
bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, herbisida, auksin, coumarin dan bahan-bahan
yang terkandung dalam buah.
Air : air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan. Dua
fakor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan junlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya. Banyaknya air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau
tiga kali dari berat keringnya. Tingakat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur,
temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatknya kebutuha air.
Temperatur : temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan benih.
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan. Pada kisaran temperatur ini terdapat persentase perkecambahan yang tertinggi.
Temperatur optimum bagi kebanyakan benih tanaman benih antara 26,5 – 35oC. Di bawah itu
pada temperatur minimum terendah 0 – 5oC kebanyakan jenis benih akan gagal untuk
berkecambah atau terjadi kerusakan yang mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal.
Oksigen : pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat
perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan
meningakatnya pengambilan oksogen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi yang berupa
panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambhan benih.
Cahaya : hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu
sistem pigmen yang dikenal sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein.
Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya. Benih yang dikecambahakan dalam kedaan
gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang
tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, kecambah berwarna pucat serta lemah.
Medium : medium yang baik untuk perkecambahan haruslah mempunyai sifat fisik yang baik,
gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit
utama cendawan ”damping of”. Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan dilengkapi dengan
bahan-bahan organik merupakan medium yang baik untuk kecambah yang ditransplantingkan ke
lapangan. Pasir dapat digunakan sebagai medium dipersemaian. Kondisi fisik dari tanah sangat
penting bagi berlangsungnya kehidupan berkecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan
terhambat perkecambahnnya pada tanah yang padat, karena benih berusaha keras untuk
menembus ke permukaan tanah. Selain medium, tingkat kedalaman penanaman benih juga dapat
mempengaruhi perkecambahan benih. Hal ini juga mempunyai hubungan erat dengan kondisi
fisik tanah. Pada tanah gembur benih yang ditanam sedikit dalam tidak akan banyak
mempengaruhi perkecambahan. Berbeda dengan tanah yang lebih padat dimana sebaiknya benih
ditanam tidak terlalu dalam untuk memudahkan kecambah muncul ke permukaan tanaman.
Tatapi harus diingat jangan sampai menanam benih terlalu dangkal.

D. DAFTA PUSTAKA
http://www.wikipedia.com./perkecambahan

http://www.wikipedia.com./kecambah

http://organisasi.org/ciri_ciri_dan_perbedaan_tumbuhan_pohon_monokotil_dan_dikotil_biji_ber
keping_satu_dan_dua_ilmu_sains_biologi

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW

You might also like