Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Yang dibina oleh Bapak Drs. H. Muchsin Zein
Oleh :
Asyiqotul Ulya (100533404460)
Ali Azyumardi Azra (10053340)
Bidya Nila Giwiwardani (100533405401)
Ahmad Hani Pratomo (10053340)
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut: (1) Apakah Islam mendorong
umatnya melakukan tindak kekerasan?, (2) Adakah makna kekerasan dalam islam itu
berarti jihad? (3) bagaimanakah hakikat Islam sebagai Rahmatan Lil Alamiin?
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Kekerasan dalam Islam
Ajaran Islam menentang tindak kekerasan
Menjawab pertanyaan itu tentu harus dirujuk pada ajaran dasar Islam, yaitu seperti
tertuang dalam al- Qur’an dan hadits. Jika merujuk kepada al-Qur’an dan hadits,
ternyata tidak ada suatu ayatpun yang membenarkan tindak kekerasan yang bersifat
opensif. Justru yang ada adalah sebaliknya, yaitu mendorong umat Islam agar berlaku
kasih sayang kepada seluruh alam semesta; alam, hewan dan tetumbuhan. Itulah
sebabnya Islam menyebut dirinya sebagai rahmat bagi alam semesta, sebagaimana
maksud firman Allah yang artinya:
”Dan tidaklah Kami mengutus engkau kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam semesta” (Q.S. al- Anbiya: 107).
Sebab itulah sejarah membuktikan dan berbicara faktual bahwa di Negara mana
umat Islam mayoritas kaum minoritas akan terlindungi dan memperoleh kesejahteraan
hidup, seperti halnya di Indonesia. Indonesia adalah dengan mayoritas penduduk
Muslim tetapi agama lain memperoleh perlindungan sehingga memperoleh rahmat,
hidup sejahtera, bahkan lebih sejahtera dari umat Islam sendiri.
Kenyataan ini tidak terjadi sebaliknya, yaitu ketika Islam minoritas, yang mereka
hadapi adalah tindak terror dan kekerasan, sebagai peristiwa belakangan yang bisa
diikuti, baik dibelahan Eropa, China, Asia Tenggara, dan sebagainya. Dengan missi
pembawa rahmat itulah, Islam tidak membenarkan tindak kekerasan terhadap orang
atau kelompok lain seperti pembunuhan dengan berbagai bentuknya, karena tindakan
ini memiliki dosa besar.
Pada surat Al-Maidah: 32 secara tegas Allah berfirman: ”Dan karena itu Kami
tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barang siapa yang membunuh
seseorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia
seluruhnya...
Dari ayat ini jelas betapa besarnya resiko menghilangkan nyawa manusia yang
memang harus dipertahankan. Qishash sebagai salah satu ajaran Islam diperintahkan
sebenarnya adalah sebagai upaya membela nyawa yang dihilangkan.Namun demikian
qishash bukanlah tindakan balas dendam, melainkan sebagai upaya untuk
menyelamatkan nyawa-nyawa lain, sebagaimana firman Allah SWT dalam al- Qur’an,
yang artinya: ”Sesungguhnya dalam qishash itu terdapat kehidupan...”
Perintah untuk menebarkan rahmat tidak hanya tertuang dalam al- Qur’an,
melainkan juga dalam beberapa hadits, seperti yang berbunyi: ”Kasihilah orang yang
ada di bumi, kamu akan dikasihi orang yang ada di langit”.
Bukan faktor agama
Apabila secara tekstual tidak ada ajaran Islam yang membenarkan tindak
kekerasan, maka jika tindakan kekerasan terjadi bukanlah diakibatkan ajaran Islam
melainkan oleh factor lain. Dan jika dilakukan pendekatan faktor (factor approach),
maka tidak ada satu faktor yang dominan yang melahirkan suatu tindakan.
Terdapat banyak faktor, seperti faktor psikologi, faktor ekonomi, atau mungkin
factor rekayasa luar yang tidak ingin Indonesia aman dan maju. Jika faktor-faktor itu
yang bicara, maka tidak ada kaitannya dengan agama atau Islam, walaupun pelakunya
adalah seorang beragama atau Muslim, karena memang tindakan seperti ini ada di
semua agama dan di semua belahan dunia.
Begitu juga dengan pesantren yang disebut terkait dengan peristiwa bom, jika
dirujuk kepada silabus pesantren, tidak ada pesanteren yang mengajarkan santrinya
untuk bersikap keras tanpa konpromi terhadap orang atau kelompok lain. Jangankan
bicara bom, silabus tentang jihad secara khususpun tidak dipelajari di pesantren.
Penyelesaian faktor
Jika demikian halnya, suatu hal yang bisa kita lakukan ialah penyelesaian faktor,
agar faktor itu tidak memiliki daya dorong melahirkan suatu tindak kekerasan. Jika
faktornya adalah kejiwaan berupa rasa tertekan dan tidak memperoleh keadilan, maka
perasaan itu harus dihilangkan.
Tertekan atau ketidak adilan sebenarnya sangat subyektif, tergantung dari sisi
mana melihatnya, namun tentulah masalah ini menjadi PR bagi pihak-pihak terkait
sehingga masyarakat tidak sampai berkesimpulan seperti itu. Dibutuhkan kearifan
dalam menyelesaikan setiap masalah, sehingga tidak ada yang merasa terzolimi.
Jika melihat akar tindak kekerasan di dunia Islam, nampaknya bermula
dari Timur Tengah, jelasnya Pelestina. Tindakan yang dilakukan para pemuda
Pelestina adalah sebagai bentuk protes terhadap arogansi Israel dan keacuhan dunia
sehingga mereka terusir dari kampung halaman mereka.
Dalam kondisi seperti ini mereka melakukan apa saja untuk menunjukkan ketidak
senangan mereka kepada Israel, termasuk dengan cara meledakkan bom. Karena
sampai saat ini masalahnya belum selesai, akhirnya upaya ini mendapat simpatik dari
belahan dunia lain, yang seringkali menggunakan cara yang sama.
Maka jika ingin permasalahan kekerasan terhapus, maka faktor inilah yang harus
diselesaikan oleh dunia internasional, sehingga tidak menjadi sebuah mode
menghadapi masalah. Atau jika faktornya adalah ekonomi, yaitu sulitnya mencari
lapangan pekerjaan dan ketatnya persaingan, maka yang harus kita lakukan ialah
dengan bekerja keras sehingga memiliki peran secara ekonomi.
Dan kepada pihak terkait, seperti Pemerintah dan swasta kiranya memberikan
advokasi dan memberikan peluang bereknomi bagi semua pihak, tanpa memandang
suku dan agama. Jika ini yang dilakukan masyarakat akan berkesimpulan bahwa
mereka telah terperhatikan sehingga diharapkan memiliki rasa memiliki (sense of
belonging) dan rasa bertanggung jawab (sense of responsibility) tersehadap negeri ini.
Dan jika faktornya adalah rekayasa luar, maka yang harus kita lakukan ialah lebih
mempertebal nasionalisme dan ukhuwah wathaniyah sehingga tidak mudah
terpropokasi dengan adu domba asing tersebut. Kita harus tetap komit sebagai negara
kesatuan dan persatuan dengan sebuah prinsip menolak campur tangan asing dalam
urusan negeri kita sendiri.
Dengan demikian jelaslah bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan, dan jika
tindakan ini dilakukan oleh mereka yang menganut Islam (Muslim), maka hal itu
terjadi bukan karena dorongan Islam, melainkan karena faktor lain, seperti psikologi,
ekonomi, dan rekayasa pihak luar. Semoga kita mampu melewati masalah kita ini
tanpa kehilangan jati diri dan mengorbankan bangsa.
ِ س يل َم ْ ِ ق ا ْل ِ ه ب ِط َرِي ْي ُ قعَد َ ل َيَ َم ب ِأ َط َْرقِهِ ف َ طان قَعد لب
َ َ ن أد ِ ْ ِ َ َ َ َ ْ شي ّ ن ال ِ َي َفاك ِه
ّ ِ إ:ة
َ ع َن سبرة َ ب
ْ ِ ن أبُ ْ َْ ِ ْ
َ َ ك وَ أ ََبياِء أ َب ِْيي
َ ِ ن أ ََبائ
ُ م قََعيد َ َلي
ه ّ م ُثي َ َ سيل
ْ صياه ُ فَأ َ َ فَع:ل َ َ ك ؟قيا َ ْ ك وَ د ِي َ َ م وَ ت َذ َُر د ِي ْن ُ ِ سلْ ُه ت ُ َل ل َ قا َ َف
َ ْ ل ال َ
سِ فيَر ِ مث َيَ َ جرِ ك ِ مهَييا ُ ل ْال ُ مث َي
َ ما َ ماِء
َ ّ ك وَإ ِن َ س َ َك و َ ض َ دع أْر َ َ جُر وت ِ ت َُها:هُ َل ل َ قا َ َجَرةِ ف ْ ق ا ِْله ِ ْ ب ِط َرِي
س ِ فيي ْ ّ جهْد ُ الن ُ َ هُو:ه ُ َل لَ قا َ َجَهاد ِ فِ ْ ق ال ِ ْ ه ب ِط َرِي ُ َ م قَعَد َ ل ّ ُل ث َ َقا.صاه ُ فََهاجر َ َل فَع َ قا َ َل ف ِ َي الط ّو ْ ِف
ِل الليه ُ ْ س يو ُ ل َر َ َف.د
َ قييا َ جاهَي َ َصيياه ُ فَ َل ؟ فَع ُ ما َ ْ م ال ُ س ّ ق َ ُ مْرأ َة ُ وَ يَ ْ ح ال
ُ َ ل فَت ُن ْك ُ َ قتْ ُ ل فَت َ َ قاتَ َ ل فَت ِ ما َ ْ َوال
ل ّ جي َ َقا ع َل َييى الليهِ ع َيّز و ّ ح َ ن َ ل
َ كا َ ِ أ َوْ قُت.ة َ ّ جنَ ْ ه ال ُ َ خل
ِ ْ ن ي ُد َ
ْ قا ع ََلى اللهِ أ ّ حَ ن َ َ ك كا َ ِ ل ذ َل َ َن فَع ْ م َ َف
َ َ خل َه ال ْجني َ ّ قاع ََلى الله ح َ
ه
ُ داب ّت ُي
َ ه َ َوَق
ُ ْ صيت ْة أو ّ َ ُ ِ ْ ن ي ُيد ْ قييا أ َ ِ ّ حَ ن َ كا َ َن غ ََرق ْ ِ وَ إ,ة َ ّ جنَ ْ ه ال ُ َ خل
ِ ْ ن ي ُد ْ أ
َ
ة َ ْ ه ال
َ ّ جن ُ َِ دخل ْ قا ع ََلى اللهِ أ
ْ ُن ي ّ حَ ن َ كا َ .
Dari Sibrah bin Abi Fakihah bahwasanya Rasulullah bersabda," Sesungguhnya
setan menghadang manusia di setiap jalan kebaikan. Ia menghadang manusia di jalan
Islam," Apakah kau mau masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapakmu
dan agama moyangmu ?" Ia tidak menururti setan dan masuk Islam.Maka setan
menghadangnya di jalan hijrah," Kau mau hijrah, meninggalkan tanah air dan langit
yang menanungimu ?Ia tidak menururti setan dan berhijrah maka setan
menghadangnya di jalan jihad," Kau mau berjihad, sehingga terbunuh dan istrimu
diambil orang serta hartamu dibagi-bagi ?" Ia tidak menururti setan dan tetap berjihad.
Siapa saja melakukan hal, itu maka sudah menjadi kewajiban Allah untuk
memasukkannya ke surga. Dan siapa saja terbunuh maka sudah menjadi kewajiban
Allah untuk memasukkannya ke surga. Dan siapa saja tenggelam (karena jihad atau
hijrah—pent) maka sudah menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga.
Dan siapa saja terlempar dari kendaraannya (saat hijrah atau jihad) maka sudah
menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga.” (HR. Ahmad 3/483
no:16054hal:1127, Shahih al Jami' al Shaghir 1/338 no. 1652/736.)
Tapi seiring waktu berjalan jihad mengalami distorsi dari orang-orang yang
menafikkan kekerasan dalam menegakkan hukum Allah, padahal di dalam hadist,
jihad yaitu perang melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan
kalimatulloh dan tidak dibawa kepada pengertian-pengertian lain baik thalabul ilmi,
dakwah, mendirikan pondok pesantren dan madrasah membangun jembatan,
menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim dan amal sholih lainnya.
Lalu masihkah kita menafikan bahwa syariat jihad memang diperintahkan oleh
Allah untuk menegakkan Dien yang mulia, dan sebagai alat untuk pembuktian mana
orang-orang yang benar-benar teguh dalam berjuang untuk Dien dan mana orang-
orang yang munafik, yang hanya duduk-duduk untuk mencari-cari alasan untuk tidak
pergi berjihad.
Tapi bukan berarti kita menafikkan bahwa dakwah dengan lisan tidak penting, hal
ini untuk mengingatkan kembali bahwa jihad tidak bisa di pisahkan dari dakwah
dengan lisan,pikiran dan harta. Karena musuh hari ini telah memerangi umat Islam
dari segala arus dan berbagai tipu daya, maka seyogyanya keasyikkan dengan dakwah
tidak melupakan kita dengan puncaknya agama yaitu jihad di jalan Allah.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Tidak ada stu ayatpun dalam Al-Qur’an dan hadits yang membenarkan tindak
kekerasan yang bersifat opensif. Justru yang ada adalah sebaliknya, yaitu
mendorong umat Islam agar berlaku kasih sayang kepada seluruh alam
semesta; alam, hewan dan tetumbuhan.
b. Islam menyebut kekerasan dengan jihad, yang berasal dari kata jaahada dengan
sighah mubalaghah, tentulah maknanya bersungguh-sungguh kuadrat. Ini
menunjukkan bahwa kedua belah pihak saling mengerahkan kemampuan
maksimalnya untuk mengalahkan lawannya.
c. Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, hal ini berarti untuk menjadi rahmat
bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa ujian, kesulitan
atau peperangan seperti di zaman Rasulullah.
D. DAFTAR PUSTAKA
diakses pada 2 Maret 2011 : http://www.deshion.com/artikel/islam-news/108-makna-
islam-sebagai-rahmat-bagi-alam-semesta.pdf
diakses pada 2 Maret 2011 : http://www.muslimdaily.net/jurnalis/5509/kekerasan-
dalam-islam