You are on page 1of 7

DHIAN IMANI PRIHARDHANI

0811010025

 E. coli

E. coli merupakan bakteri salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif berbentuk
batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli
berkisar 0.6-0.7 micrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40
derajat C, optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar
manusia terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan. Dari
sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil bersifat pathogen, misalnya
strain O157:H7. Bakteri yang namanya berasal dari sang penemu Theodor Escherich yang
menemukannya di tahun 1885 ini merupakan jenis bakteri yang menjadi salah satu tulang
punggung dunia bioteknologi. Hampir semua rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu
melibatkan E. coli akibat genetikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa. Riset di E.
coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri jenis lainnya. Digunakan sebagai vektor untuk
menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Bakteri ini juga merupakan
media cloning yang paling sering dipakai. Teknik recombinant DNA tidak akan ada tanpa
bantuan bakteri ini. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang
memanfaatkan E. coli. Misalnya dalam produksi obat-obatan (insulin, antiobiotik), high value
chemicals (1-3 propanediol, lactate). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia bisa dihasilkan
oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa guna menghasilkan jenis
produk tertentu yang diinginkan. Jika mengingat besarnya peranan ilmu bioteknologi dalam
aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak bisa dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli
bagi kita.
E. coli adalah nama sebuah kuman, atau bakteri, yang tinggal di tracts pencernaan manusia
dan hewan. Ada beberapa jenis E. coli, dan kebanyakan dari mereka yang tidak berbahaya.
Tetapi ada dapat menyebabkan diare berdarah. Ini disebut enterohemorrhagic E. coli (EHEC).
Satu jenis disebut E. coli O157: H7. Dalam beberapa orang, jenis E. coli juga bisa menyebabkan
anemia berat atau gagal ginjal, yang dapat mengakibatkan kematian. Lain dari E. coli dapat
menyebabkan urinary tract infeksi atau infeksi lainnya.
Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum Proteobacteria, Kelas Gamma
Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae, Genus Escherichia, Spesies
Escherichia coli. Secara morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek, gemuk,
berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif, tak bersimpai , Bergerak aktif dan tidak
berspora.
Bakteri E.coli merupakan organisme penghuni utama di usus besar, hidupnya komensal dalam
kolon manusia dan diduga berperan dalam pembentukan vitamin K yang berperan penting untuk
pembekuan darah. Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain dari bakteri
E. coli juga dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada anak-anak.
Bakteri penyebab penyakit yang cukup berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik sifat-sifat virulensinya. Setiap kelompok dapat menyebabkan penyakit diare melalui
mekanisme yang berbeda-beda. Kelompok E. coli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut
( sebagian besar tulisan merupakan kutipan dari buku manual pemberantasan penyakit menular) :

1. E. coli enteropatogen (EPEC)

Merupakan penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di negara berkembang.


Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel mukosa usus kecil dan
membentuk filamentous actin pedestal sehingga menyebabkan diare cair (“Watery diarrheae”)
yang bisa sembuh dengan sendirinya atau berlanjut menjadi kronis.
Distribusi Penyakit ; Sejak akhir tahun 1960-an, EPEC tidak lagi sebagai penyebab utama diare
pada bayi di Amerika Utara dan Eropa. Namun EPEC masih sebagai penyebab utama diare pada
bayi di beberapa Negara sedang berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika bagian Selatan dan
Asia. Reservoir : – Manusia . Cara Penularan ; Dari makanan bayi dan makanan tambahan yang
terkontaminasi. Di tempat perawatan bayi, penularan dapat terjadi melalui ala-alat dan tangan
yang terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar diabaikan. Masa Inkubasi ;
Berlangsung antara 9 – 12 jam pada penelitian yang dilakukan di kalangan dewasa. Tidak
diketahui apakah lamanya masa inkubasi juga sama pada bayi yang tertular secara alamiah.
Masa Penularan ; Tergantung lamanya ekskresi EPEC melalui tinja dan dapat berlangsung lama.
Kerentanan dan Kekebalan ; Walaupun fakta menunjukkan bahwa mereka yang rentan terhadap
infeksi adalah bayi namun tidak diketahui apakah hal ini disebabkan oleh faktor kekebalan
ataukah ada hubungannya dengan faktor umur atau faktor lain yang tidak spesifik.
Oleh karena itu diare ini dapat ditimbulkan melalui percobaan pada sukarelawan dewasa maka
kekebalan spesifik menjadi penting dalam menentukan tingkat kerentanan. Infeksi EPEC jarang
terjadi pada bayi yang menyusui (mendapat ASI). Diare seperti ini dapat disembuhkan dengan
pemberian antibiotika.

2. E. coli enterotoksigenik (ETEC)

Merupakan penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang seperti Indonesia.
Berbeda dengan EPEC, E. coli jenis ini memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan
maupun tidak tahan panas di bawah kontrol genetis plasmid.
Pada umumnya, eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel usus
untuk menyekresi banyak cairan sehingga terjadi diare. Identifikasi ; Penyebab utama “Travelers
diarrhea” orang-orang dari negara maju yang berkunjung ke negara berkembang.
Penyakit ini juga sebagai penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak di negara berkembang.
Strain enterotoksigenik dapat mirip dengan Vibrio cholerae dalam hal menyebabkan diare akut
yang berat (profuse watery diarrhea) tanpa darah atau lendir (mucus). Gejala lain berupa kejang
perut, muntah, asidosis, lemah dan dehidrasi dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi;
gejala biasanya berakhir lebih dari 5 hari. ETEC dapat diidentifikasi dengan membuktikan
adanya produksi enterotoksin dengan teknik immunoassays, bioasay atau dengan teknik
pemeriksaan probe DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan ST (untuk toksin tidak tahan
panas dan toksin tahan panas) dalam blot koloni. Penyebab Penyakit ; ETEC yang membuat
enterotoksin tidak tahan panas (a heat labile enterotoxin = LT) atau toksin tahan panas ( a heat
stable toxin = ST) atau memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST). Distribusi Penyakit ;
Penyakit yang muncul terutama di negara yang sedang berkembang. Dalam 3 tahun pertama dari
kehidupan, hampir semua anak-anak di negara-negara berkembang mengalami berbagai macam
infeksi ETEC yang menimbulkan kekebalan; oleh karena itu penyakit ini jarang menyerang anak
yang lebih tua dan orang dewasa. Infeksi terjadi diantara para pelancong yang berasal dari
negara-negara maju yang berkunjung ke negara-negara berkembang. Beberapa KLB ETEC baru-
baru ini terjadi di Amerika Serikat. Reservoir ; Manusia. Infeksi ETEC terutama oleh spesies
khusus; manusia merupakan reservoir strain penyebab diare pada manusia.
Cara Penularan ; Melalui makanan yang tercemar dan jarang, air minum yang tercemar.
Khususnya penularan melalui makanan tambahan yang tercemar merupakan cara penularan yang
165 paling penting terjadinya infeksi pada bayi. Penularan melalui kontak langsung tangan yang
tercemar tinja jarang terjadi.

3. E. coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin (VTEC).

Di Negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan sejumlah
kejadian luar biasa diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini bersifat akut dan bisa sembuh
spontan, penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri abdomen, diare disertai darah, gejala seperti
ini merupakan komplikasi dari diare ringan. Identifikasi ;
Kategori E. coli penyebab diare ini dikenal pada tahun 1982 ketika terjadi suatu KLB colitis
hemoragika di Amerika Serikat yang disebabkan oleh serotipe yang tidak lazim, E. coli O157:H7
yang sebelumnya tidak terbukti sebagai patogen enterik. Diare dapat bervariasi mulai dari yang
ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah dengan jelas dalam tinja tetapi tidak
mengandung lekosit. Yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik
(HUS) dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira-kira 2-7% dari diare karena EHEC
berkembang lanjut menjadi HUS. EHEC mengeluarkan sitotoksin kuat yang disebut toksin Shiga
1 dan 2. Toksin Shiga 1 identik dengan toksin Shiga yang dikeluarkan oleh Shigella dysentriae 1;
(Article Source by Drh. Andrijanto Hauferson Angi, M.Si)

 Sumber Kontaminasi

Infeksi oleh E. coli datang ke dalam kontak dengan kotoran, atau kotoran, manusia atau
hewan. Hal ini dapat terjadi bila kita minum air atau makan makanan yang telah terkontaminasi
oleh kotoran. E. coli dalam air, kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi dengan E. coli
terkadang bisa menjadi danau, kolam renang, dan pasokan air. Orang dapat menjadi terinfeksi
ketika berada di kota atau kota air belum benar diperlakukan dengan khlor atau ketika orang
secara tidak sengaja menelan kejangkitan sementara kolam air di danau, kolam renang, atau
saluran irigasi. Air minum isi ulang juga biasanya banyak ditemui E.coli. E. coli dari kontak
orang-ke-orang, bakteri juga dapat menyebar dari satu orang lain, biasanya ketika orang yang
terinfeksi tidak mencuci tangannya dengan baik. E. coli dapat menyebar dari orang yang
terinfeksi ke tangan orang lain atau benda. Manure (kotoran sapi) merupakan sumber penularan
E.coli O157:H7 terhadap manusia. Sumber utama infeksi adalah daging sapi yang tidak
diperlakukan dengan benar; sumber lain termasuk konsumsi susu dan jus yang tidak melalui
proses pasteurisasi, sayuran mentah, dan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
Transmisi juga bisa terjadi melalui minum langsung air dari kolam air dan danau, terminum air
kolam renang, atau minum air yang tidak dimasak dengan benar. Organisme ini mudah
ditularkan dari orang ke orang dan sangat sulit untuk mengontrol anak dari kejangkitan penyakit
ini jika dia banyak bergaul di luar rumah.
Penyebab adanya bakteri E coli pada air minum isi ulang adalah :
1. Penggunaan Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati
penyinaran Ultraviolet tsb. Akibat air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya, untuk
Depot air minum isi ulang kapasitas Ultraviolet minimal adalah Type 5 GPM atau daya lampu 30
Watt dan kecepatan air yang melewati UV tsb adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik.
(Jangan lebih cepat dari itu).
2. Kurangnya kebersihan depot dan lingkungan sekitar
3. Karena keterbatasan modal,banyak yang membeli paket Depot yang berharga murah dengan
peralatan dibawah Standar Minimum peralatan. Antara lain minimal menggunakan tabung berisi
media pasir silika, karbon aktif , Ultraviolet minimal Type 5 GPM dan penyaringan Micro filter /
filter sedimen berukuran mulai 10 mikron s/d 01 micron.
4. Kurangnya kesadaran pemilik Depot untuk memeriksakan Depotnya 3 bulan sekali ke Dinas
kesehatan setempat.

 Jenis Makanan yang Dikontaminasi

E. coli dalam makanan, E. coli dapat menjadi daging selama pemrosesan. Jika daging yang
terinfeksi tidak dimasak ke 160 ° F (71 ° C), bakteri dapat bertahan dan menular ketika makan
daging. Ini adalah cara paling umum orang di Amerika Serikat menjadi terinfeksi E. coli. Setiap
makanan yang telah bersentuhan dengan daging mentah juga dapat menjadi terinfeksi. Makanan
lainnya yang dapat terinfeksi E. coli termasuk: Susu mentah atau produk susu. Bakteri dapat
menyebar dari sapi dari udders nya susu. Mentah buah-buahan dan sayuran, seperti selada,
alfalfa sprouts, atau unpasteurized apple sider unpasteurized juices atau lainnya yang datang
dalam kontak dengan kotoran hewan yang terinfeksi. Kontaminasi pada makanan dapat juga
terjadi apabila orang yang menangani makanan sedang sakit. Organisme ini kadang-kadang
diisolasi dari produk susu seperti keju lunak.
Ikan merupakan suatu bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan (perishable
food), hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti kandungan protein yang tinggi dan kondisi
lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan mikrobia pembusuk. Adapun kondisi
lingkungan tersebut seperti suhu, pH, oksigen, waktu simpan, dan kondisi kebersihan sarana
prasarana. Misal ikan tongkol mengandung asam amino histidin yang dikontaminasi oleh bakteri
dengan mengeluarkan enzim histidin dekarboksilase sehingga menghasilkan histamin yang dapat
menyebabkan keracunan Bakteri ini banyak terdapat pada anggota tubuh manusia yang tidak
higienis, kotoran/tinja, isi perut ikan serta peralatan yang tidak bersih.Kasus-kasus keracunan
akibat mengkonsumsi ikan masih sering terjadi. Untuk itu upaya penanganan ikan tongkol
selama penyimpanan dengan penerapan teknologi tepat guna berupa penyiangan isi perut dan
insang serta penyimpanan pada suhu rendah perlu dilakukan.
Berdasarkan keadaannya, bahan pangan telah memiliki karakter-karakter risiko
keamanan pangan. Secara umum bahan pangan dengan kandungan gizi yang lebih baik akan
memiliki peluang terdegradasi dengan lebih cepat dan risiko bahaya seringkali terkait erat
dengan degradasi ini. Selain kandungan bahan, dua dasar penting untuk mengklasifikasikan
bahan pangan beradasarkan risiko keamanan pangannya adalah kadar air dan keasaman. Secara
singkat dapat disebuthkan bahwa bahan kering relatif sulit ditumbuhi mikroba dan dengan
demikian memiliki risiko yang lebih kecil. Selain itu bahan pangan asam telah memiliki
perintang alami untuk menghambat tumbuhkan agen mikrobiologi yang tidak diinginkan.
Biasanya bahan pangan yang berperan sebagai foodborne disease tersebut adalah bahan pangan
yang berasal dari hewan sapi. Bahan pangan tersebut antara lain daging sapi dan susu.Bahan
pangan tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi, pH netral, kadar air tinggi yang disukai
oleh bakteri pathogen termasuk E.coli

 Syarat Terjadinya Outbreak

Kejadian infeksi Escherichia coli O157:H7 pada manusia di Negara-negara maju


cukuptinggi. CDC melaporkan bahwa Escherichia coli O157:H7 adalah termasuk salah satu
bakteri penyebab food-borne disease diantara 9 agen penyebab food-borne disease yang lainnya
yaitu Salmonella, Campylobacter, Shigella, Yersinia, Listeria, Vibrio, Cyclospora, dan
Cryptosporidium. Pada umumnya infeksi oleh bakteri EHEC dapat menyebabkan hemorrhagic
cilitis dan hemolytic uremic syndrome (HUS). Gejala klinis dapat muncul beberapa saat setelah
mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi, maupun beberapa bulan kemudian. Bagi
beberapa kelompok orang terutama anak-anak, manula, wanita hamil, dan orang yang memiliki
system kekebalan yang rendah, foodborne disease akan sangat berbahaya. Kejadian hemorrhagic
colitis biasanya ditandai dengan gejala klinis crampy abdominal pain diikuti dengan diare cair
pada 24 jam pertama selanjutnya diikuti adanya perdarahan, muntah, tetapi tidak diikuti
peningkatan suhu tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 9 hari. Hemolityc uremic
syndrome pada anak-anak dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Pada penderita HUS biasanya
mengalami gejala yang khas yaitu acute renal failure, hemolytic anemia, thrombocytopenia, dan
nephropathy akut. Bila infeksi berkembang sampai system syaraf maka pasien akan mengalami
koma yang biasanya diikuti dengan kematian. Gejala yang muncul pada penderita HUS sangat
bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu dan luasnya infeksi. Terkadang pasien
memerlukan transfusi darah, tetapi pada pasien tertentu perlu dilakukan kidney dialysis.
Beberapa kasus kemungkinan dapat mengalami permanent kidney damage. Dosis infeksi E. coli
O157:H7 tidak diketahui dengan pasti, tetapi dari hasil laporan yang terkumpul ternyata 10 sel
bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) sudah dapat menyebabkan sakit. PATON dan
PATON (1998) telah menyatakan bahwa dosis infeksi berkisar antara 1 sampai 100 colony-
forming units. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah bakteri enterohemorrhagic E. coli
(EHEC) yang sedikit saja apabila menginfeksi anak-anak, orang manula maupun orang yang
memeiliki system kekebalan yang rendah sudah dapat menyebabkan sakit.

 Gejala Penyakit

E.coli hidup pada tinja dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare,
muntaber serta masalah pencernaan lainnya. Bloody diare adalah gejala utama dari infeksi E.
coli. Mungkin juga memiliki keram perut dan mual dan muntah-muntah. Beberapa orang tidak
akan melihat adanya gejala. Anak-anak orang dewasa lebih mungkin untuk memiliki gejala.
Gejala biasanya mulai 3 atau 4 hari setelah anda datang di kontak dengan E. coli. Bila E. coli
penyebab masalah serius dengan darah atau ginjal, gejala-gejala termasuk: kulit pucat, demam,
kelemahan, bruising, lulus hanya sedikit dari air seni.
Ada empat kelompok patogenik penyebab diare, yaitu EPEC (Enteropatogenik
Escherichia coli), ETEC (Enterotoksigenik Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasif Escherichia
coli) dan VTEC (Escherichia coli penghasil verotoksin).
Penyakit yang disebabkan oleh grup EPEC adalah diare berair yang disertai dengan
muntah dan demam. Diare sering bersifat sembuh sendiri, tapi EPEC dapat menyebabkan
enteritis kronis yang berkepanjangan yang mengganggu pertumbuhan. EPEC umumnya
dikaitkan dengan bayi dan anak-anak di bawah usia 3 tahun.
Grup EIEC menyebabkan diare yang klinis sering menyerupai diare basiler,yang
disebabkan oleh Shigella. Awalnya diare bersifat akut dan berair, disertai demam dan kejang
perut, berlanjut sampai fase kolon (usus besar) dengan tinja yang berdarah dan mukoid. Tidak
semua infeksi EIEC berlanjut sampai fase kolon, sehingga darah tidak selalu terdeteksi dalam
tinja. EIEC menyerang mukosa kolon dan berkembangbiak di dalam sel, menyebar ke sel-sel
yang berdekatan setelah sel-sel yang terinfeksi mengalami lisis. Enteroinvasive E. coli (EIEC)/
E. coli penyerang saluran pencernaan dapat menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai
bacillary dysentery (disentri yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang). Jenis-jenis EIEC
yang menyebabkan penyakit ini berhubungan dekat dengan Shigella spp. Setelah masuk ke
dalam saluran pencernaan, organisme EIEC menyerang sel epithel (sel-sel pada permukaan
dinding usus bagian dalam), dan menimbulkan gejala disentri ringan, yang sering salah
didiagnosa sebagai disentri yang disebabkan oleh jenis Shigella . Penyakit ini ditandai adanya
lendir dan darah dalam kotoran individu yang terinfeksi. Dosis infektif – Dosis infektif EIEC
diduga hanya sekitar 10 organisme (sama dengan Shigella ).
Penyakit yang disebabkan oleh ETEC merupakan diare berair dengan kejang perut,
demam, malaise dan muntah. Dalam bentuk sangat berat, infeksi oleh galur ETEC dapat
menghasilkan gambaran klinis yang menyerupai diare yang disebabkan oleh V. cholerae, yaitu
tinja air beras. ETEC merupakan penyebab utama diare untuk bayi di negara berkembang dan
juga diare pada orang yang sedang mengadakan perjalanan dari daerah beriklim musim dengan
standar higiene baik ke daerah-daerah tropis dengan standar higiene yang lebih rendah.
Gastroenteritis merupakan nama umum dari penyakit yang disebabkan oleh ETEC, walaupun
penyakit ini sering juga dijuluki travelers' diarrhoea (diare pada orang yang melakukan
perjalanan). Gejala klinis yang paling sering terjadi dalam kasus infeksi ETEC antara lain diare
berair, kram perut, demam ringan, mual, dan rasa tidak enak badan. Dosis infektif—Penelitian
pada sukarelawan mengindikasikan bahwa diperlukan dosis ETEC yang relatif besar (100 juta
hinggal 10 milyar bakteri) sehingga bakteri ini dapat membentuk koloni di dalam usus halus,
dapat berkembang biak dan dapat menghasilkan racun. Racun yang dihasilkan bakteri ini
merangsang sekresi cairan. Dengan dosis infektif yang tinggi, diare dapat terjadi dalam 24 jam
setelah infeksi. Untuk bayi, dosis infektif organisme ini mungkin lebih sedikit.
VTEC menyebabkan hemoragik colitis (HC) dan sindroma hemolitik uremik (HUS). Gejala
HC sering dimulai dengan sakit perut dan diare berair, diikuti dengan diare berdarah umumnya
tanpa demam. Diare baik berdarah atau tidak, diikuti oleh munculnya HUS. HUS terjadi pada
semua kelompok umur tapi paling umum pada anak-anak. VTEC terdapat pada alat pencernaan
dari usus sapi dan hewan lain.

 Preventif

Makanan dan air yang terinfeksi dengan kuman E. coli tampilan dan bau normal. Tetapi
ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi :
1. Memasak segala jenis daging sapi, tetapi daging sapi terutama tanah, paling tidak 160 ° F
(71 ° C).
2. Di dapur, mencuci tangan dengan panas, air bersabun sering, terutama setelah Anda
menyentuh daging mentah.
3. Cuci semua peralatan dapur atau permukaan yang menyentuh daging mentah.
4. Gunakan hanya pasteurized susu, susu, dan jus produk.
5. Gunakan hanya dirawat, atau chlorinated, air minum.
6. Bila Anda bepergian ke negara-negara yang mungkin tidak aman air minum, tidak
menggunakan es atau keran air minum.
7. Hindari buah-buahan dan sayuran mentah, kecuali dengan orang-orang kulit yang
mengelupas sendiri.
8. Anda sering mencuci tangan, dan selalu mencuci mereka setelah menggunakan kamar
mandi atau mengganti diapers.
9. Periksa label pada produk susu untuk memastikan mereka berisi kata "pasteurized." Ini
berarti makanan yang telah dipanaskan untuk menghancurkan bakteri.
10. Pemasakan dengan benar dan penanganan makanan secara higienis.
11. Bagi masyarakat dalam memilih rumah makan hendaknya melihat kondisi higiene dan
sanitasi apabila akan mengkonsumsi makanan di rumah makan tersebut.
12. Pengendalian kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir, untuk
menentukan apakah suatu perusahaan pangan memproduksi produk pangan yang aman.
13. Pencegahan penyebaran bakteri dapat dilakukan dengan mengurangi kejadian infeksi
enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada ternak sapi pada saat pemeliharaan dan
mencegah kontaminasi bakteri pada daging selama proses penyembelihan di rumah
potong. BRASHEARS et al., (2003) menyatakan bahwa untuk mengurangi jumlah E. coli
O157:H7 di dalam saluran pencernaan sapi dapat digunakan competitive exclution
menggunakan bakteri asam laktat.
14. Untuk mencegah food-borne disease yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli
(EHEC) terdiri dari 4 point plan, yaitu (1) CLEAN. Mencuci tangan sebelum melakukan
handling makanan adalah salah satu cara baik untuk mengurangi penyebaran food-borne
disease. Mencuci peralatan yang digunakan untuk prosesing serta sanitizing dapat
mengurangi jumlah bakteri dan mencegah terjadinya food-borne disease. (2) CHILL.
Bakteri dapat tumbuh pada danger zone yaitu antara 4° dan 60° C. Sehingga
penyimpanan makanan pada suhu refrigerator (4° C) dan freezing dapat mengurangi laju
pertumbuhan bakateri. (3) SEPARATE. Bakteri yang terdapat pada raw meat dapat
menyebabkan kontaminasi pada pisau serta peralatan lain. Sehingga memisahkan bahan
makanan raw material dengan makanan yang telah siap saji perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya food-borne disease. (4) COOK. Memasak daging sampai bebar-
benar matang dapat menyebabkan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) yang berada
dalam bahan makanan tersebut mati. FDA (1997) dalam Food Code untuk mengurangi
kejadian foodborne disease yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
merekomendasikan seluruh produk pangan hasil ternak berupa daging harus dimasak
sampai benar-banar matang, dimana temperature bagian dalam daging telah mencapai
68,3° C selama minimal 15 detik.

You might also like