Professional Documents
Culture Documents
Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ajar ini. Buku ajar
ini digunakan oleh penulis sebagai bahan mengajar mata kuliah Kalkulus II. Materi
yang terdapat pada buku ajar ini ditujukan bagi mahasiswa S1 Jurusan Teknik Elektro,
Teknik Informatika, dan Teknik Industri yang sedang mengikuti kuliah kalkulus II pada
Program Perkuliahan Dasar Umum di STT Telkom.
Buku ajar ini terdiri dari lima bab, yaitu : Persamaan Diferensial Biasa, Fungsi
Dua Peubah, Fungsi Vektor, Integral Lipat, serta Integral Garis dan Integral Permukaan.
Semua materi tersebut merupakan bahan kuliah yang sesuai dengan kurikulum silabus
yang berlaku di STT Telkom.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada berbagai pihak atas segala bantuan dan dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
Mudah-mudahan buku ajar kuliah ini dapat memberikan manfaat bagi para
mahasiswa yang ingin mempelajari materi kuliah terkait. Akhirnya, penulis mohon
maaf jika dalam tulisan ini masih banyak kekurangan, sumbangan ide dan kritik yang
membangun untuk perbaikan buku ajar ini sangat penulis harapkan.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
5.1 Integral Garis ……………………………………………………………………39
5.2 Integral Garis Bebas Lintasan ……………………………………….…………. 42
5.3 Teorema Green …………………………………………………………….….. 44
5.4 Integral Permukaan …………………………………………………………….. 45
5.5 Teorema Divergensi dan Sokes ….…………………………………………….. 47
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. .50
iii
1
KALKULUS II
BAB I
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung satu atau beberapa
turunan dari peubah tak bebasnya. Jika persamaan diferensial tersebut mengandung peubah tak
bebas yang hanya bergantung pada satu peubah bebasnya maka persamaan diferensial tersebut
dinamakan persamaan diferensial biasa. Sedangkan jika peubah bebasnya lebih dari satu
dinamakan persamaan diferensial parsial. Orde suatu persamaan diferensial adalah turunan
tertinggi pada persamaan diferensial tersebut.
Contoh Persamaan Diferensial Biasa :
dy
1. + 2 sin x = 0 , persamaan diferensial orde satu dimana y sebagai peubah tak bebas dan x
dx
merupakan peubah bebas.
d 2r dr
2. 2
+ 2 + 1 = 0 , persamaan diferensial orde dua dimana r sebagai peubah tak bebas dan
dt dt
t merupakan peubah bebas.
Notasi persamaan diferensial bisa dalam beberapa bentuk, antara lain notasi pada contoh
kedua, selain diatas dapat pula ditulis sebagai berikut :
r ” + 2r’ +1 = 0 atau rtt + 2rt + 1 = 0
Persamaan diferensial dikatakan linear, apabila persamaan diferensial tersebut mempunyai
peubah tak bebas maupun turunannya bersifat linear.
Definisi solusi suatu persamaan diferensial :
Misal ada suatu persamaan diferensial dimana y sebagai peubah tak bebas yang bergantung
pada peubah bebas x.
Suatu fungsi f(x) disubstitusikan untuk y dalam persamaan diferensial, persamaan yang
dihasilkan merupakan suatu kesamaan untuk setiap x dalam suatu selang, maka f(x)
dinamakan solusi persamaan diferensial tersebut.
Contoh :
Diketahui persamaan diferensial y’ + 2 sinx = 0
f(x) = 2 cos x + C merupakan solusi persamaan diferensial diatas,
dimana C adalah konstanta yang bergantung pada syarat awal persamaan diferensial
tersebut.
∫ g ( y)dy = ∫ f ( x)dx
Contoh :
dy y
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial =
dx 1 + x
Penyelesaian :
dy y dy dx
= ⇒ =
dx 1 + x y 1+ x
⇒ ln y = ln(1 + x) + C
⇒ y = C (1 + x)
b. Faktor Integrasi
Bentuk umum merupakan persamaan diferensial linear, yaitu :
y’ + p(x) y = q(x)
Solusi persamaan diferensial diatas adalah :
1
u ( x)q ( x)dx + C dimana u ( x) = e ∫
p ( x ) dx
y=
u ( x) ∫
Bukti :
Kalikan persamaan diferensial (*) dengan u(x) sehingga menjadi :
u(x) y’ + u(x) p(x) y = u(x) q(x)
u(x) y’ + u’(x) y - [ u’(x) y - u(x) p(x) y ] = u(x) q(x)
Ambil u’(x) y - u(x) p(x) y = 0 (**)
Sehingga u(x) y’ + u’(x) y = u(x) q(x)
[ u(x) y ]’ = u(x) q(x)
1
y= ∫
u ( x)
u ( x)q ( x)dx + C
Contoh :
dy y 1
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial + = 2
dx x x
Penyelesaian :
1
p(x) = 1/x u(x) = exp ∫ dx = x
x
1 1 1
y=
x∫x 2 dx = ( ln x + C )
x x
f(x, y) adalah fungsi homogen jika f(kx, ky) = kn f(x, y), untuk k ∈ skalar riil dan n merupakan
orde dari fungsi tersebut.
dy S( x, y )
Beberapa persamaan diferensial orde satu tak linear yang dapat ditulis = , dimana S,
dx T( x, y )
T merupakan fungsi homogen berderajat sama maka solusi persamaan diferensial dapat dicari
dengan menggunakan metode substitusi sehingga menjadi bentuk persamaan diferensial
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
3
KALKULUS II
dengan peubah terpisah. Misal, kita dapat mensubstitusi peubah tak bebas y dengan ux, yaitu :
y = ux dimana u = u(x), sehingga y’ = u’x + u.
Contoh :
dy x + y
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial =
dx x
Penyelesaian :
Misal y = ux, dimana u = u(x)
Oleh karena itu y’ = u’ x + u
Dengan mensubstitusi pada persamaan diferensial di atas ke persamaan diferensial, di
peroleh :
x + ux
u'x + u =
x
u ' x + u =1 + u
1
u' = ⇒ u = ln x + C
x
Maka
y = x lnx + cx
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
4
KALKULUS II
Latihan
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial orde satu berikut :
dy
1. = 1 + y2
dx
dy x 2 + 3 xy + y 2
2. =
dx x2
dy
3. + 2 y = 6x
dx
dy y cos x
4. =
dx 1 + 2 y 2
dy
5. x − 2 y = x 3e x
dx
dy y x
6. − − =0
dx 2 x 2 y
8. (
1 + ex )
dy
dx
+ ex y ; y (0) = 1
9. y = C e −2 x
10. x2 − y2 = C
11. y = C x2
12. x 2 + (y − c )2 = C 2
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
5
KALKULUS II
Contoh :
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
6
KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
7
KALKULUS II
Aturan 2 : Jika f (x) sama dengan salah satu dari solusi homogen maka kalikan yp
dengan x atau dengan x2 jika f (x) sama dengan salah satu dari solusi
homogen yang berasal dari dua akar kembar.
Aturan 3 : Jika f (x) penjumlahan dari fungsi dalam kolom satu maka pilih yp sebagai
penjumlahan dari baris-baris yang bersesuaian.
Setelah memilih yp yang diinginkan, dengan mensubstitusikan yp tersebut pada
persamaan diferensial, kita berusaha menetukan koefisien yang yp. sehingga diperoleh
solusi umum dari persamaan diferensial tersebut yaitu penjumlahan dari solusi
homogen (yh) dengan solusi pelengkap (yp).
Contoh :
Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut :
d2y dy
2
−3 − 4 y = 2 sin x
dx dx
Penyelesaian :
Kita mempunyai solusi umum homogen
yh = c1e − x + c2 e 4 x
Untuk menentukan solusi pelengkap, kita pilih :
yp = Asinx + B cosx
Substitusikan ke persamaan diferensial, sehingga diperoleh :
(– A + 3B – 4A) sinx + (– B – 3A – 4B) cosx = 2 sinx
Maka ada dua persamaan yaitu :
– 5A + 3B = 2
– 5B – 3A = 0
Oleh karena itu A = – 5/17 dan B = 3/17
Solusi umum dari persamaan diferensial diatas adalah :
5 3
y ( x) = c1e − x + c2 e 4 x − sin x + cos x
17 17
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
8
KALKULUS II
Contoh :
Tentukan solusi umum persamaan diferensial y “ + y = sec x
Penyelesaian :
Kita mempunyai solusi umum homogen y h = c1 sin x + c2 cos x
Untuk menentukan solusi pelengkap, kita menghitung wronskian terlebih
dahulu, yaitu :
cos sin x
W ( u1 , u 2 ) =
− sin x cos x
= cos2 x + sin 2 x
=1
oleh karena itu
− sin x sec x cos x sec x
v1 = ∫ 1
dx = ln cos x dan v2 = ∫ 1
dx = x
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
9
KALKULUS II
Latihan
Tentukan solusi umum (khusus) persamaan diferensial berikut :
1. y ” + 4y = 3sin2x ; y(0) = 2 dan y’(0) = -1
2. y ” + 2y’ + y = 2e-x
3. y “ + 9y = sinx + e2x
4. y ” + 2y’ = 3 + 4 sin2x
5. y ” + y = csc x
6. y ” + 2y’ + y = e-x cosx
7. y “ + 2y’ + y = 4e-x ln x ; y(1) = 0 dan y’(1) =-e-1
8. y ” + 4y’ + 4y = x-2 e-2x
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
11
KALKULUS II
BAB II
FUNGSI DUA PEUBAH
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
12
KALKULUS II
y2 z2 x2
2
+ 2
= −1 maka terdefinisi saat x ≤ - a atau x ≥ a
b c a2
x2 y2
Jejak di bidang XOY, z = 0 2
− = 1, berupa hiperbol
a b2
x2 z2
Jejak di bidang XOZ, y = 0 − = 1, berupa hiperbol
a2 c2
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
13
KALKULUS II
Cara membuat sketsa di ruang, dengan menelusuri setiap jejak di bidang yaitu :
Jejak di bidang z = k (konstanta positif), berupa ellips
x2 z
Jejak di bidang XOZ, y = 0 2
= , berupa parabol
a c
y2 z
Jejak di bidang YOZ, x = 0 2
= , berupa parabol
b c
y2 x2 z
2
− 2 = a, b, c > 0
b a c
Cara membuat sketsa di ruang, dengan menelusuri setiap jejak di bidang yaitu :
y2 x2
Jejak di bidang XOY, z = 0 − = 0 , berupa garis
b2 a2
Jika z = konstanta berupa hiperbol
x2 z
Jejak di bidang XOZ, y = 0 − 2
= , berupa parabol
a c
y2 z
Jejak di bidang YOZ, x = 0 2
= , berupa parabol
b c
Sehingga sketsa dari paraboloida hiperbolik, adalah
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
14
KALKULUS II
x2 y2 k2
Jejak di bidang XOY, z = k (konstanta) ≠ 0 + = , berupa ellips
a2 b2 c2
x2 z2
Jejak di bidang XOZ, y = 0 2
= , berupa garis
a c2
y2 z2
Jejak di bidang YOZ, x = 0 2
= , berupa garis
b c2
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
15
KALKULUS II
z = f(x, y). Dalam kasus ini daerah definisi f adalah A, sedangkan daerah hasil fungsi f
= Rf = {z ∈ R | z = f(x,y), x, y ∈ A}
Derah definisi fungsi dua peubah f (x,y) merupakan daerah pada bidang XOY sehingga
fungsi tersebut akan terdefinisi.
Contoh :
Tentukan dan gambarkan daerah definisi fungsi :
ln(2 + x)
f ( x, y ) =
y −1
Penyelesaian :
Syarat f(x,y) terdefinisi :
• ln (2 + x) terdifinisi jika (2 + x) > 0 ,
oleh karena itu x > - 2
• y −1 tedefinisi jika (y - 1) ≥ 0,
tapi karena penyebut tidak boleh sama dengan nol maka (y - 1) ≥ 0, oleh
karena itu y > 1
Sehingga daerah definisi (Df) dari fungsi diatas adalah :
Df
y=1
x
x=2
Kurva ketinggian dari suatu fungsi f(x,y) adalah proyeksi dari perpotongan permukaan
f(x,y) dengan bidang z = k (konstanta) pada bidang XOY.
Contoh :
Tentukan dan gambarkan kurva ketinggian dari fungsi f(x,y) = x2 + y2
untuk z = 0, 1, 4
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
16
KALKULUS II
Penyelesaian :
z=0 0 = x2 + y2 , kurva ketinggian berupa titik di (0, 0, 0)
z=1 1 = x2 + y2 , kurva ketinggian berupa lingkaran dengan jari-jari satu
z=4 4 = x2 + y2 , kurva ketinggian berupa lingkaran dengan jari-jari dua
y
z=1
z=0 x
z=4
Latihan :
Tentukan dan gambarkan daerah definisi fungsi berikut :
1. f ( x, y ) = 1 − x 2 − y 2
x
2. f ( x, y ) =
1− y
xy 2
3. f ( x, y ) =
x2 − y2
x2
6. z = f ( x, y ) = , untuk z = -4, -1, 0, 1, 4
y
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
17
KALKULUS II
kalkulus fungsi satu peubah, kita dapat mendefinisikan fungsi satu turunan dari z = g(x) =
f(x, b), yaitu g’(x). Dengan menggunakan limit, turunan parsial fungsi f(x,b) terhadap
x dapat ditulis :
∂f ( x , b ) dg ( x) f ( x + h), b) − f ( x, b)
= = lim
∂x dx h → 0 h
(a,b)
∂f (a, b)
Notasi dari turunan parsial di atas adalah atau f x ( a, b)
∂x
Secara analog dengan cara di atas, kita dapat memperoleh turunan parsial f(x,y) terhadap
peubah y.
Contoh :
Tentukan turunan parsial pertama, kedua, dan campuran terhadap masing-masing
peubah fungsi f(x,y) = 2x2y + 3x2y3
Penyelesaian :
fx (x, y) = 4xy + 6xy3
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
18
KALKULUS II
Latihan :
Tentukan turunan parsial pertama, kedua, dan campuran dari fungsi berikut :
xy
1. f(x, y) = e–
limit ini ada, maka D u f(p) disebut turunan berarah f di titik p pada arah u .
Andaikan f dapat didiferensialkan di (a, b), maka turunan berarah di (a, b) pada arah
vector satuan u = u1i + u2j adalah hasilkali titik antara vector gradien dengan vector
satuan tersebut. Dengan demikian dapat ditulis :
Du f ( p ) = ∇ f ( p) • u atau D u f(a, b) = fx (a, b)u1 + fy (a, b)u2
Contoh :
Tentukan turunan berarah dari f(x,y) =2x2 + xy – y2 di titik (3, – 2) dalam arah
vector a = iˆ − ˆj !
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
19
KALKULUS II
Penyelesaian
fx (x, y) = 4x + y fx (3, – 2) = 10
fy (x, y) = x – 2y fy (3, – 2) = 7
oleh karena itu :
∇ f ( x, y ) = (4 x + y )iˆ + ( x − 2 y ) ˆj sehingga ∇ f (3,−2) = 10iˆ + 7 ˆj
a 1 ˆ 1 ˆ
sedangkan u = = i− j
a 2 2
10 7 3
Maka Du f (3,−2) = ∇ f (3,−2) • u = − =
2 2 2
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
20
KALKULUS II
x −1 y − 2 z − 3
= =
2 4 12
Andaikan z = f(x, y), dengan f suatu fungsi yang dapat didiferensialkan, dan andaikan
dx dan dy (disebut diferensial dari x dan y) berupa peubah. Difenesial total dari peubah
tak bebas (dz) disebut juga diferensial total f (df (x, y)), didefinisikan oleh :
dz = df (x, y) = fx (x, y) dx + fy (x, y) dy
Latihan :
Tentukan turunan parsial pertama, kedua, dan campuran dari fungsi berikut :
− xy
1. f(x,y) = e
2. f(x,y) = y cos( x 2 + y 2 )
( x + y)
3. f(x,y) = ln
( x − y)
Tentukan
4. f(x,y) = e − x cos y di titik P( 0, π/3) dalam arah menuju ke titik asal !
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
21
KALKULUS II
Jadi fungsi f(x, y) yang mempunyai turunan parsial, pada titik kritis, bidang singgung
terhadap f (x, y) adalah sejajar dengan bidang XOY.
Jenis titik kritis, antara lain :
• Titik batas
• Titik stasioner
• Titik singular
Misal (a, b) suatu titik pada daerah asal f(x, y) maka (a, b) dinamakan titik stasioner jika
ρ ρ
dan hanya jika ∇f ( x, y) = 0
Dengan kata lain :
∂f (a, b) ∂f (a, b)
= 0 dan =0
∂x ∂y
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
22
KALKULUS II
Latihan :
Tentukan titik kritis, nilai ekstrim dan jenisnya (jika ada) dari fungsi berikut :
1. f(x,y) = xy 2 − 6 x 2 − 3y 2
2 2
2. f(x,y) = xy + +
x y
− x 2 + y 2 − 4 y
3. f(x,y) = e
1 2
4. f(x,y) = x 3 − 3xy + y
2
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
23
KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
22
KALKULUS II
BAB III
FUNGSI VEKTOR
Daerah asal
Misal F (t) merupakan fungsi vektor, maka daerah asal F (t) = D F =
Penyelesaian :
f1 = ln |t – 1 | Î D f 1 = { t | t > 1, t ∈ ℜ}
½
f2 = ( t – 5) – Î D f 2 = { t | t > 5, t ∈ ℜ}
Maka D F = { t | t > 5, t ∈ ℜ}
Grafik Fungsi
Grafik dari fungsi vektor adalah berupa lengkungan di R2(3) yang mempunyai arah
tertentu.
Contoh :
F (t) = 3 cos t i + 2 sin t j, untuk 0 < t < π
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
23
KALKULUS II
Penyelesaian :
x = 3 cos t dan y = 2 sin t
maka cos t = x/3 dan sin t = y/2
kita tahu bahwa : cos2 t + sin2 t = 1
oleh karena itu grafik fungsi F (t) adalah berupa ellips :
x2 y2
+ =1
32 22
x
–3 3
Latihan :
Tentukan daerah asal dari fungsi vektor berikut :
1 ˆ
1. r (t ) = i + 4 + t ˆj
t−2
1 ˆ
2. g (t ) = t 2 − 1 iˆ + j
t−2
t ˆ
4. r (t ) = i + 4 − t 2 ˆj ; untuk 0 ≤ t ≤ 2
2
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
24
KALKULUS II
lim F (t ) = lim f1 (t ) iˆ + lim f 2 (t ) ˆj
t→ c t → c t → c
Semua sifat limit berlaku untuk fungsi vektor. Demikian pula dalam hal
kekontinuan, yaitu F (t) kontinu di c apabila lim F (t ) = F (c) .
t→ c
Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan turunan dari fungsi vektor sebagai
berikut :
dF (t ) F (t + h) − F (t )
= lim
dt h → 0 h
= lim
( f1 (t + h) + f 2 (t + h) ) − ( f1 (t ) + f 2 (t ) )
h→ 0 h
df1 (t ) df 2 (t )
= +
dt dt
Dengan cara yang sama, kita dapat medefinisikan untuk fungsi vektor di ruang (R3).
Contoh :
t
Tentukan turunan pertama dan kedua fungsi F (t) = (t2 + t) i + e j
Penyelesaian :
t
F ’(t) = (2t + 1) i + e j
t
F ”(t) = 2 i +e j
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
25
KALKULUS II
Tentukan vektor kecepatan, laju dan vektor percepatan dari vektor posisi r
2 3
(t) = 3t i + t j , saat t = 2
Penyelesaian :
Kecepatan = v (t) = r ‘ (t) = 6 t i + 3t2 j Î v (t=2) = 12 i + 12 j
½
Laju = ds/dt = | r ’(t) | = | v(t) | = (122+122) = 12 2
Percepatan = a (t) = v’ (t) = 6 i + 6t j Î a ( t = 2) = 6 i + 12 j
Latihan :
Tentukan turunan pertama dan kedua dari fungsi vektor berikut :
1. r (t) = (2t + 3)2 i – e2t j
2. r (t) = cos 2t i – sin3 t j
Tentukan vektor kecepatan, laju dan vektor percepatan saat t = t1 dari vektor posisi
berikut :
3. r (t) = e –t i + e t j ; untuk t1 = 1
4. r (t) = 2 cos t i – 3 sin2 t j; untuk t1 = π /3
5. r (t) = cos t i – 2 tan t j ; untuk t1 = – π /4
6. r (t) = et/2 i + e –t j ; untuk t1 = 2
3.4 Kelengkungan
Diketahui vektor posisi r (t) = f1(t) i + f2(t) j untuk a ≤ t ≤ b dan titik P(t)
pada bidang. Andaikan r‘ (t) ada, kontinu dan tidak pernah nol pada selang [a, b].
Maka apabila t bertambah nilainya, P akan bergerak sepanjang sebuah kurva mulus,
panjang lintasan s = h(t) dari P(a) ke P(t) ditentukan oleh :
t t
s = h(t ) = ∫ [f 1 ' (u )] + [f 2 ' (u )]
2 2
du = ∫ r ' (u ) du
a a
Oleh karena r‘ (t) ≠ 0, maka | v(t) | > 0. Dengan demikian s naik apabila t naik,
sehingga s mempunyai fungsi invers, yaitu : t = h–1(s) dan
dt 1 1
= =
ds ds v (t )
dt
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
26
KALKULUS II
r ' (t ) v (t )
T (t ) = =
r ' (t ) v (t )
Apabila P(t) bergerak sepanjang kurva, vektor satuan T(t) merubah arahnya.
Perbandingan perubahan T terhadap panjang busur s, yaitu : dT / ds dinamakan
vektor kelengkungan di P. Akhirnya kita definisikan kelengkungan κ (kappa) di P
ditentukan sebagai besaran dT / ds, jadi κ = | dT / ds |.
Dengan demikian vektor kelengkungan dapat ditulis :
dT dT dt T ' (t )
= =
ds dt ds v (t )
dT T ' (t )
κ= =
ds v (t )
Andaikan x = f(t) dan y = g(t) adalah persamaan parameter kurva mulus. Maka
x' y"− y ' x"
κ=
[x ' 2
+ y' 2 ]
3
2
Contoh :
Tentukan kelengkungan ellips x =3cos t, y = 2sin t pada titik t = 0 dan t = π/2 !
Penyelesaian :
x ‘ (t) = –3 sin t Î x “ (t) = –3 cos t
y ‘ (t) = 2 cos t Î y “ (t) = –2 sin t
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
27
KALKULUS II
Latihan :
Tentukan vektor singgung satuan dan kelengkungan saat t = t1 dari vektor posisi
berikut :
1. r (t) = 4t2 i + 4t j ; t1 = ½
2. r (t) = 4cos t i + 3 sin t j ; t1 = π/4
3. r (t) = e t sin t i + e t cos t j ; t1 = π/2
Tentukan kelengkungan di titik yang diberikan dari fungsi berikut :
4. y2 = x + 4 ; (– 3 , – 1)
5. y = ln x ; (1, 0)
6. y = ex – x ; (0, 1)
7. y = cos ½ x ; (0, 1)
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
28
KALKULUS II
BAB IV
INTEGRAL LIPAT
oleh :
n
∫∫ f ( x, y )dA = lim
P →0
∑ f ( x , y )∆A
k =1
k k k
R
∫∫ [c
R
1 f ( x, y ) + c2 g ( x, y )]dA = c1 ∫∫ f ( x, y)dA + c ∫∫ g ( x, y)dA
R
2
R
∫∫ f ( x, y)dA ≤ ∫∫ g ( x, y)dA
R R
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
29
KALKULUS II
d b b d
∫∫ f ( x, y) dA = ∫ ∫ f ( x, y) dx dy = ∫∫ f ( x, y) dy dx
R c a a c
Contoh :
Hitung integral lipat dua berikut ini :
∫∫ (x )
2
+ 2 y 2 dA
R
dimana R = {(x,y) | 0 ≤ x ≤ 6, 0 ≤ y ≤ 4}
Penyelesaian :
4 6
∫∫ (x ) ∫ ∫ (x )
2
+ 2 y 2 dA = 2
+ 2 y 2 dx dy
R 0 0
x =6
b
x3
= ∫ + 2 y 2 x dy
a
3 x =0
b
∫ (72 + 12 y ) dy
2
=
a
= 544
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
30
KALKULUS II
q(x)
D
p(x)
a x
b
∫∫ f ( x, y)dA = ∫ ∫ f ( x, y) dy dx
D a p( x)
c
r (y) s (y)
x
∫∫
D
f ( x, y )dA = ∫ ∫ f ( x, y) dx dy
c r( y)
Contoh :
Penyelesaian :
2
1 y 1 1
∫∫ f ( x, y ) dA = ∫∫ ∫
2 y e x dx dy = 2 y e x y2
0 dy ∫
2
( )
= e y d y 2 − 2 ydy = e − 2
R 0 0 0 0
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
31
KALKULUS II
integral sebelah kanan berupa fungsi satu peubah, dan yang paling kiri (luar) berupa
konstanta. Dalam perhitungannya, kadangkala kita perlu merubah urutan
pengintegralan. Hal ini dapat disebabkan dengan perubahan urutan pengintegralan akan
memudahkan dalam proses integrasinya. Oleh karena itu, langkah pertama kita harus
dapat menggambarkan daerah integrasi, selanjutnya kita dapat merubah urutan integrasi
dengan mengacu pada sketsa daerah integrasi yang sama.
Contoh :
4 2
∫ ∫e
y2
Hitung dy dx
0 x
2
Penyelesaian :
Daerah integrasi dari integral lipat dua di atas adalah :
x
y=
2
x
∫∫ ∫∫ ∫ ∫ e d (y ) = e
2 2 2
y2
e y dy dx = e y dx dy = 2 y e y dy = 2 4
−1
0 x 0 0 0 0
2
Integral lipat dua dapat dipakai untuk menghitung luas suatu daerah. Dengan
menjadikan daerah yang akan dihitung luasnya sebagai daerah integrasi (D) dan fungsi
dalam integralnya sama dengan satu.
3.1.2 Integral Lipat Dua dengan Koordinat Kutub (Polar)
Andai daerah integrasi (D) mempunyai bentuk dasar lingkaran, kardioid, dll.
maka untuk memudahkan dalam perhitungan integral lipat dua digunakan dalam
koordinat polar.
x = r cos θ
y = r sin θ
Determinan jacobi dari transformasi ini adalah
∂x ∂x
J (r, θ) = ∂r ∂θ
∂y ∂y
∂r ∂θ
cos θ − r sin θ
=
sin θ − r cos θ
=r
∫∫ f ( x, y) dy dx = ∫∫ f (r,θ ) r dr dθ
D D*
Contoh :
1 1− x 2
∫ ∫ (x )
3
Hitung 2
+ y2 2 dy dx
−1 0
Penyelsaian :
y
1
x
–1 1
1 1− x 2 π 1
∫ ∫ (x ) ∫∫ (r )
3 3
2 2 2 2 2
+y dy dx = r dr dθ
−1 0 0 0
π 1
π
∫∫ r
4
= dr dθ =
5
0 0
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
33
KALKULUS II
Latihan :
Hitung integral lipat dua di bawah ini :
3 3y
∫ ∫ xe
y3
1. dx dy
1 −y
π
2 cos x
2. ∫ ∫
0
y sin x dy dx
0
1 1
∫∫ e
− y2
3. dx dy
0 x
4 2
∫ ∫e
x3
4. dx dy
0
y
2
1 1− y
∫ ∫ sin( x
2
5. + y 2 ) dx dy
0 0
2 2x − x2
∫ ∫ (x )
2 −1
6. + y2 2
dy dx
1 0
∫∫ y e
x3
7. dx dy S dikuadran pertama yang dibatasi garis x = ½ y dan x = 1
S
∫∫
3
+ y3 )
8. e −( x dA S adalah lingkaran berjari-jari dua berpusat di (0, 0)
S
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
34
KALKULUS II
∫∫∫
B
f ( x, y, z )dV = ∫ ∫ ∫
a p ( x ) r ( x, y )
f ( x, y, z ) dz dy dx , a, b adalah konstanta
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
35
KALKULUS II
Contoh :
x
2 z z
Hitung ∫∫ ∫ 2 x y z dy dx dz
0 1 0
Penyelesaian :
x
2 z z 2 z
y= x
∫∫ ∫ 2x y z dy dx dz = ∫∫ x z y
2 z
dx dz
y =0
0 1 0 0 1
2 z
= ∫ ∫ x z x dx dz
z
0 1
2 z
= ∫ ∫ x 2 dx dz
0 1
2 x=z
x3
= ∫ dz
0 3 x =1
2
z 1
3
= ∫ − dz
0 3 3
z=2
z4 z
= −
12 3 z = 0
2
=
3
Integral lipat tiga dapat dipakai untuk menghitung volume suatu benda di ruang.
Dengan menjadikan benda di ruang yang akan dihitung volumenya sebagai daerah
integrasi (B) dan fungsi dalam integralnya sama dengan satu.
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
36
KALKULUS II
P(r,θ,z)
z y
r
θ
Seperti pada koordinat tabung, jika kita mempunyai benda B yang simetris
terhadap suatu titik, maka kita lebih baik menghitung integral lipat tiga tersebut
dengan menggunakan koordinat bola.
Koordinat bola dan kartesius dihubungkan oleh persamaan-persamaan berikut :
x = ρ cosθ sin φ
y = ρ sinθ sin φ ;
z = ρ cos φ
z
P(ρ,θ, φ)
ρ
φ
y
θ
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
37
KALKULUS II
Contoh :
Hitung dengan menggunakan koordinat tabung, volume suatu ruang V yang
dibatasi oleh z = 12 – 2x2 – 2y2 dan z = x2 + y2 !
Penyelesaian :
Ruang V yang terbentuk mempunyai satu garis simetri, yaitu sumbu-z,
perpotongan kedua permukaan diatas adalah berbentuk lingkaran berjari-jari 4
berpusat di (0, 0). Oleh karena itu volume V dapat dihitung dengan
menggunakan integral lipat tiga dala koordinat tabung, dimana :
Permukaan 1 : f(x,y) = 12 – 2x2 – 2y2 Î f(r,θ) = 12 – 2r2
Permukaan 2 : f(x,y) = x2 + y2 Î f(r,θ) = r2
2 π 2 12 − 2 r 2
Jadi Volume V = ∫∫∫ f (x, y, z)dV = ∫ ∫ ∫ 1 r dz dr dθ
B 0 0 r2
2π 2
∫ ∫ (12r − 3r ) dr dθ
3
=
0 0
2π 2
2 3 4
= ∫
0
6r − r dθ
4 0
2π
= ∫ (24 − 12) dθ = 24π
0
Latihan :
1
1 0 3
∫ ∫ ∫ (x + 2 y + 3z )
2
1. dz dy dx
0 −1 0
2
2
2 y z
2. ∫ ∫∫ y z dx dy dz
0 −1 1
3 9− x2 2
3. ∫ ∫ ∫
0 0 0
x 2 + y 2 dz dy dx
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
38
KALKULUS II
2 4− x2 4− x2 − y 2
4. ∫ ∫
0 0
∫z
0
4 − x 2 − y 2 dz dy dx
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
39
KALKULUS II
BAB V
INTEGRAL GARIS DAN INTEGRAL PERMUKAAN
sumbu-x dari a ke b dan yang diintegralkan f adalah fungsi yang terdefinisi pada
setiap titik antara a dan b. Dalam integral garis, kita mengintegralkan sepanjang
kurva (lengkungan) C di dalam ruang dan yang diintegralkan adalah fungsi yang
tedefinisi pada setiap titik di sepanjang kurva (lengkungan) C tersebut.
Misal kurva (lengkungan) C memenuhi persamaan :
r (t) = x(t) i + y(t) j + z(t) k
Kurva C dinamakan kurva mulus C jika d r / dt ≠ 0 untuk setiap t.
Definisi integral garis :
Misal C suatu kurva mulus yang diberikan secara parameter oleh :
x = x(t) dan y = y(t), untuk a < t < b
dengan x’ dan y’ kontinu dan tidak serentak nol pada [a, b], serta C berorientasi
positif (arah positifnya berpadanan terhadap pertambahan nilai t). Jadi C
memiliki titik awal A = (x(a), y(a)) dan titik ujung B = (x(b), y(b)).
Partisi [a, b] sehingga menghasilkan kurva C yang terpotong-potong ke dalam n
bagian, dimana bagian partisi Pi mewakili potongan pada waktu ti. Andaikan ∆si
menyatakan panjang busur yang bersesuaian, dan |P | merupakan partisi yang
terbesar.
Perhatikan sketsa berikut :
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
40
KALKULUS II
f(x,y)
r
Df(x,y)
lengkunga (kurva) C.
C
∫ f ( x, y) ds dinamakan integral garis fungsi f sepanjang
lengkungan C dari A ke B.
Sehingga dapat ditulis :
b 2 2
dx dy
∫ f ( x, y ) ds = ∫ f (x(t ), y (t ) ) + dt
C a
dt dt
berlawanan arah.
o ∫ f ( x, y) ds = ∫ f ( x, y) ds + ∫ f ( x, y) ds ,
C C1 C2
dimana gabungan C1 dengan C2 adalah C.
Contoh :
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
41
KALKULUS II
Penyelesaian :
π /2
∫ cos
2
= 81 t sin tdt = 27
0
Andai bahwa gaya yang bekerja pada suatu titik (x, y, z) dalam ruang
diberikan oleh medan vektor : F (x, y, z) = M(x,y,z) i + N(x,y,z) j + P(x,y,z) k dengan
M, N, P kontinu. Kita ingin menentukan kerja (usaha) W yang dilakukan oleh F
dalam memindahkan partikel menelusuri kurva terarah C. Misalkan, r = x i + y j +
z k merupakan vektor posisi partikel. Jika T adalah vektor singgung satuan dr/ds di
P, maka F • T adalah komponen singgung F di P. Sehingga kita mempunyai
rumusan kerja adalah :
W = ∫ F • T ds
C
dr
= ∫F• ds
C
ds
= ∫ F • dr
C
Latihan :
Hitung ∫ F • dr
C
dimana
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
42
KALKULUS II
∫ f ( x) dx = f (b) − f (a)
a
∫ ∇f (r ) • dr = f (b) − f (a)
C
Misal D tersambung, yaitu jika dua titik sembarang dalam D dapat dihubungkan oleh
sepotong kurva mulus seluruhnya terletak dalam D.
∫ F (r ) • dr
C
dikatakan bebas lintasan dalam D, jika untuk sembarang dua titik A
dan B dalam D, integral garis mempunyai nilai yang sama untuk sembarang
lintasan dalam D yang secara postif terarah dari A ke B.
Andaikan F ( r ) kontinu pada suatu himpunan tersambung terbuka D. Maka integral
garis ∫ F (r ) • dr
C
dikatakan bebas lintasan dalam D jika dan hanya jika F(r ) = ∇f r
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
43
KALKULUS II
î ĵ k̂
∂ ∂ ∂ ∂P ∂N ∂M ∂P ∂N ∂M
o curl F = ∇ x F = = − î + − ĵ + − k̂
∂x ∂y ∂z ∂y ∂z ∂z ∂x ∂x ∂y
M N P
Contoh :
Tentukan apakah F = (4x3 + 9x2y2 ) i + (6x3y + 6y5) j merupakan medan vektor
konservatif ? jika ya, tentukan fungsi skalar f yang memenuhi F = ∇f !
Penyelesaian :
o F =Mi+Nj M(x,y) = 4x3 + 9x2y2 dan N(x,y) = 6x3y + 6y5
My = 18x2y dan Nx = 18x2y
Sehingga My = Nx F konservatif
o Misal f(x,y) adalah fungsi skalar yang memenuhi ∇f = F ,
Maka fx = M dan fy = N
Sehingga fx = 4x3 + 9x2y2 f (x,y) = x4 + 3x3y2 + c(y) ……………(*)
Turunan parsial f(x,y) terhadap y = fy = 6x3y + c’(y)
Kita tahu bahwa fy = N c’(y) = 6y5 c(y) = y6 + c …….…….(**)
Substitusikan (**) pada (*) sehingga diperoleh :
f (x,y) = x4 + 3x3y2 + y6 + c
sebagai fungsi skalar dari fungsi vektor konservatif tersebut.
Latihan :
1. Diketahui sebuah medan vektor F = ex sin y i + ex cos y j,
a. Periksa, apakah medan vektor tersebut konservatif ?
b. Tentukan fungsi potensial f, sehingga F = ∇f
c. Tentukan usaha untuk memindahkan partikel dari (0,0) ke (1, π/2)
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
44
KALKULUS II
Contoh :
Diketahui M(x,y) = (y2 – 7y) dan N(x,y) = (2xy + 2x) dan C adalah lingkaran
berpusat di (0,0) dan berjari-jari 1.
Penyelesaian :
o Integral ruas kiri
r (t) = [cost, sint] r ‘ (t) = [ – sint , cost]
Dengan mensubstitusi, kita peroleh :
M(t) = sin2 t – 7 sin t dan N(t) = 2cos t sin t + 2 cos t
2π
∫ [(sin ) ]
dx dy
∫ M +N dt = 2
t − 7 sin t (− sin t ) + 2(cos t sin t + cos t )(cos t ) dt
C
dt dt
0
= 0 + 7π + 0 + 2π = 9π
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
45
KALKULUS II
∫ F • n ds = ∫∫ div F dA
C R
Sedangkan ∫F •T
C
ds = ∫∫ (curl F )• kˆ dA
R
disebut teorema Stokes pada bidang.
Latihan :
Hitung integral garis ∫ F (r ) • dr berlawanan arah jarun jam sepanjang C, dengan :
C
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
46
KALKULUS II
= ∫∫ g ( x, y, f ( x, y))
R
f x 2 + f y 2 + 1 dy dx
dimana θ adalah sudut antara normal satuan ke atas n di (x, y, f(x, y)) dan sumbu z
positif.
Andaikan G sutu permukaan dua sisi yang demikian mulus dan anggap dia terendam di
dalam fluida dengan suatu medan kecepatan kontinu F (x,y,z). Jika ∆S adalah luas
sepotong kecil dari G, maka disana F (x,y,z) hampir konstan, dan volume fluida ∇V
yang melewati potongan ini dalam arah normal satuan n adalah ∇V ≈ F • n ∆S
Kita dapat menyimpulkan bahwa :
Fluks F yang melintasi G = ∫∫ F • n dS
G
∫∫ [
= F • − f x iˆ − f y ˆj + kˆ dA
R
]
Contoh :
Tentukan fluks ke atas dari F (x, y, z) = x i + y j + z k, yang melewati bagian
permukaan G yang ditentukan oleh fungsi z = 1 – x2 – y2
Penyelesaian :
fx = – 2x dan fy = – 2y
Maka fluks yang melintasi G adalah :
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
47
KALKULUS II
∂z ∂z
∫∫ F • n dS = ∫∫ F • − ∂x iˆ − ∂y ˆj + kˆ dA
G R
= ∫∫ (x + y + 1) dx dy
2 2
R
2π 1
∫∫ (r )
2 3π
= + 1 r dr dθ =
2
0 0
Latihan :
Hitung ∫∫ g ( x, y, z ) dS
G
:
Hitung ∫∫ F • n dS
G
:
3. F (x, y, z) = x i + y j + 2z k, permukaan G : z = 1 – x2 – y2
4. F (x, y, z) = x i + y j + z k, permukaan G : z = √ 9 – x2 – y2
5. F (x, y, z) = z2 k, permukaan G : z = √ 1 – x2 – y2
∫∫ F • n dS = ∫∫∫ div F dV
∂S S
Dengan kata lain, fluks F yang melewati batas suatu daerah tertutup dalam ruang
dimensi-3 adalah integral lipat tiga dari divergensinya atas daerah tersebut.
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
48
KALKULUS II
Contoh :
Hitung fluks dari medan vektor
F = x3 i + y3 j + z3 k
yang keluar dari bola B berpusat di (0, 0, 0) berjari-jari 1.
Penyelesaian :
Dengan menggunakan teorema divergensi, fluks yang keluar dari bola adalah :
∫∫ F • n dS = ∫∫∫ div F dV
∂S B
= ∫∫∫3 (x + y + z ) dV
2 2 2
B
2π π 1
∫ ∫ ∫ 3ρ
4
= sin φ dρdφdθ
0 0 0
12π
=
5
Teorema Stokes
Misalkan, S adalah permukaan dua sisi yang dibatasi oleh lengkungan tertutup ∂ S
dengan normal satuan n dan andaikan F = M i + N j + P k, berupa medan vector
sedemikian hingga M, N, dan P mempunyai turunan parsial pertama yang
kontinu pada S dan batasnya ∂ S. Jika T menyatakan vector singgung satuan
terhadap ∂ S, maka
∫ F • T dS = ∫∫ (curl F )• n dS
∂S S
Contoh :
Tentukan integral F = z i – x j – y k sepanjang segitiga yang titik sudutnya
(0, 0, 0), (0, 2, 0), (0, 0, 2). Gunakan teorema stoke !
Penyelesaian :
Curl F = – i + j – k sedangkan normal dari permukaan adalah n = i
Jadi Curl F • n = – 1
Oleh karena itu
∫F •T
C
dS = ∫∫ (curl F )• n dS = −1(luas S ) = −2
S
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
49
KALKULUS II
Latihan :
Tentukan fluks dari medan vektor F yang melewati permukaan S, berikut ini :
1. F = y i – x j + 2 k ; S adalah permukaan z = √ 1-x2 , untuk 0 ≤ x ≤ 5
2. F = x2 i + y2 j + z2 k ; S adalah benda pejal z = √ 4 – x2 – y2 dan z = 0
3. F = 2z i + x j + z2 k ; S adalah benda pejal 0 ≤ x2 + y2 ≤ 4 , 0 ≤ x ≤ 1
Hitung ∫ F • T dS ,
C
dengan C berlawanan arah jarum jam !
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
50
KALKULUS II
DAFTAR PUSTAKA
Anton, H., Calculus with Analytic Geometry, 3rd edition, John Willey & Sons, New
York, 1988
Boyce W. E., DiPrima, R.C. , Elementary Differential Equations and Boundary Value
Purcell, E. J., Varberg D., Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 2, Terjemahan I
Setya Budhi, W., Kalkulus Peubah Banyak dan Penggunaannya, Penerbit ITB,
Bandung, 2001
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM