Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia menurut Kurikulum 2004, ada empat
kemampuan berbahasa, yaitu (a) kemampuan mendengarkan/menyimak, (b)
kemampuan membaca (kedua kemampuan ini bersifat reseptif), (c) kemampuan
berbicara, dan (d) kemampuan menulis (kedua kemampuan terakhir bersifat
produktif). Keterampilan berbahasa yang cukup kompleks untuk dipelajari dan
diajarkan adalah menulis (Farris, 1993). Keterampilan menulis diajarkan dengan
tujuan agar siswa mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran,
pengalaman, dan pendapatnya dengan benar.
Dalam praktek komunikasi yang nyata keempat keterampilan tersebut tidak berdiri
sendiri melainkan merupakan perpaduan dari keempatnya. Sebagai contoh, kegiatan
siswa dalam kelas, keempat keterampilan tidak dapat dipisah-pisahkan. Pada waktu
siswa mendengarkan keterangan guru (ada kegiatan mendengarkan dari kegiatan
berbicara gurunya). Kemudian mencatat apa-apa yang dianggap penting (kegiatan
menulis). Jika siswa itu bertanya tentang apa-apa yang belum difahaminya (terdapat
kegiatan berbicara), kemudian dijawab oleh guru (ada kegiatan mendengarkan). Jadi
dalam berkomunikasi keempat keterampilan saling bergantian kehadirannya, tidak
mungkin hanya hadir satu keterampilan saja.
II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Menulis
Keterampilan bahasa lainnya yang dianggap penting selain membaca adalah menulis.
Menulis menurut The Liang Gie adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada pembaca
untuk difahami dan dimengerti oleh pembaca. Berdasarkan pendapat ini dapat
difahami bahwa menulis merupakan rangkaian proses berupa kegiatan seseorang
dalam mengungkapkan isi pikiran, perasaan, pendapat, dan sikap si penulis kepada si
pembaca agar pembaca dapat difahami apa yang diungkapkan penulis. Untuk itu, agar
gagasan yang disampaikan penulis dapat difahami oleh pembaca, maka kegiatan
menulis dapat dipandang sebagai kegiatan yang kompleks. Hal ini mengingat untuk
dapat menyampaikan gagasan tersebut tentunya diperlukan berbagai komponen.
Pendapat senada dikemukakan Heaton, bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang
kompleks dan kadang-kadang sulit diajarkan. Menurut pendapat ini, untuk menulis
bukan hanya sekedar menguasau gramatikal dan retorika bahasa melainkan juga harus
menguasai unsur-unsur yang bersifat konseptual. Lebih lanjut dijelaskan, terdapat
lima kemampuan yang menentukan kualitas hasil antara lain: (1) penggunaan bahasa
(use language), (2) kemampuan mekanik (mechanical language), (3) penetapan isi
(treatment of content), (4) kemampuan statistik atau gaya bahasa (sylistic skills), dan
(5) kemampuan menetapkan atau menilai (judgement skills). Penggunaan bahasa
merupakan kemampuan menulis kalimat dengan benar dan tepat, kemampuan
mekanik menggunakan ejaan dan tanda-tanda baca. Kemampuan penetapan isi
merupakan kemampuan berpikir dan mengembangkan pola pikir secara kreatif,
kemampuan stalistik yaitu kemampuan menyusun kalimat dan paragraf serta dapat
menggunakan bahasa secara efektif, dan kemampuan menetapkan atau menilai
merupakan kemampuan menulis sesuai tujuan, kondisi, dan situasi. Kelima
kemampuan ini dapat dijadikan pedoman atau acuan dalam menilai kemampuan
menulis seseorang.
Kompleksnya kegiatan menulis sehingga dianggap kegiatan yang sukar, sesuai
dengan pendapat McCrimmon yang mengungkapkan bahwa menulis adalah pekerjaan
yang sukar, namun dalam menulis, penulis mempunyai kesempatan untuk
menyampaikan sesuatu tentang dirinya, mengkomunikasikan ide-ide, bahkan dapat
belajar sesuatu yang belum diketahuinya. Pendapat senada dikemukakan Cere, bahwa
menulis merupakan bentuk ungkapan diri sendiri, apa yang ada dalam pikiran
dituangkan dalam tulisan. Kedua pendapat ini mengungkapkan ide, gagasan-gagasan
yang muncul dari diri penulis. Kompleksnya kegiatan ini maka menurut pendapat ini,
menulis merupakan kegiatan yang sukar.
Pandangan lain dikemukakan Hafferman dan Lincoln, bahwa menulis merupakan
kegiatan komunikasi yang dilakukan sendiri tanpa didukung tekanan suara, nada,
mimik, gerak-gerik komunikasi lisan. Menurut pendapat ini, dalam menulis, penulis
menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan dengan menggunakan kemampuan
berbahasa tanpa memerlukan tekanan suara, nada, mimik, atau gerak-gerik
komunikasi lisan. Hal ini berarti bahwa di dalam menulis tidak didukung oleh
komunikasi secara lisan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan, bahwa menulis merupakan kegiatan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif dengan menggunakan grafologi,
struktur bahasa, dan kosa kata. Menurut pendapat ini, menulis merupakan kegiatan
berkomunikasi secara tidak langsung. Oleh sebab itu untuk menyampaikan pesan atau
bahasa tulisan secara tidak langsung ini, maka seorang penulis harus menguasai
berbagai kemampuan sehingga pesan yang akan dikomunikasikan dapat difahami si
pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Vallete, bahwa seorang penulis harus
memiliki kemampuan dalam bahasa yang digunakan agar komunikasi bisa menjadi
efektif. Kemampuan tersebut, yakni penggunaan bahasa, kemampuan mekanik,
penetapan isi, kemampuan stalistik, dan kemampuan menetapkan atau menilai.
Mengingat kompleksnya kegiatan menulis, maka orang menganggap bahwa menulis
merupakan kegiatan yang sukar atau kegiatan yang sukar diajarkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka yang dimaksud dengan menulis adalah suatu
kegiatan yang kompleks dalam menyampaikan secara tidak langsung ide-ide atau
gagasan-gagasan agar dapat difahami atau dimengerti pembaca.
3. Meniru Model
Dalam teknik ini guru menyiapkan contoh karangan yang dipakai sebagai model oleh
siswa untuk menyusun karangan. Struktur karangan memang sama, tetapi berbeda
dalam isi.
4. Karangan Bersama
Pelaksanaan teknik ini dimulai dengan pengamatan yang dilakukan siswa bersama
guru. Misalnya, mengamati kebun sekolah. Setelah itu siswa ditugasi menyusun
kembali sebuah kalimat yang berhubungan dengan hasil pengamatannya terhadap
kebun sekolah. Kemudian, kalimat dari siswa tadi disusun bersama-sama dan dengan
bantuan guru diperbaiki sehingga menjadi sebuah karangan.
5. Mengisi
Teknik ini dipraktikkan dengan cara guru menyiapkan sebuah karangan yang kata
kelima dan setiap kalimat pembangun cerita dihilangkan. Kemudian, karangan
diberikan kepada siswa untuk disempurnakan atau diisi titik-titik dengan sebuah kata
sehingga menjadi karangan yang utuh.
6. Menyusun Kembali
Suatu karangan yang telah dikacaukan urutan kalimatnya, kemudian diberikan kepada
siswa untuk mengurutkan kembali menjadi sebuah karangan dengan urutan kalimat
yang benar.
7. Menyelesaikan Cerita
Siswa diberi cerita yang belum selesai dan ditugasi menyelesaikan cerita tersebut
menjadi cerita yang utuh.
8. Menjawab Pertanyaan
Siswa diberi pertanyaan dan kalimat jawaban siswa tersebut dapat disusun sebuah
cerita tentang kesenangannya.
9. Meringkas Bacaan
Teknik ini dilaksanakan dengan jalan siswa diberi suatu bacaan yang berupa cerita
pendek atau sebuah wacana. Siswa disuruh membaca/mempelajari bacaan tersebut,
kemudian meringkasnya.
10. Parafrase
Dalam pengajaran menulis dapat digunakan teknik parafrase dengan jalan guru
memberi karangan puisi yang harus diubah oleh siswa dalam bentuk prosa atau
sebaliknya.
11. Reka Cerita Gambar
Teknik ini bertujuan untuk melatih mengembangkan imajinasi siswa. Dengan melihat
gambar tunggal atau gambar berseri siswa disuruh menuliskan sebuah cerita yang ada
hubungannya dengan gambar yang diamati.
12. Memerikan
Teknik ini dilakukan dengan jalan siswa disuruh mengamati sesuatu, apakah kelasnya
atau yang lain, kemudian disuruh menggambarkan atau memerikan apa-apa yang
diamatinya dalam bentuk tulisan.
13. Mengembangkan Kata Kunci
Pelaksanaan teknik ini dengan jalan siswa diberi beberapa kata kunci, kemudian
disuruh mengembangkan kata-kata itu menjadi sebuah karangan.
14. Mengembangkan Kalimat Topik
Dalam teknik mengembangkan kalimat topik yang dikembangkan adalah sebuah
kalimat yang diberikan kepada siswa. Kalimat topik sifatnya masih umum dan luas
yang harus dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas.
15. Mengembangkan Judul
Dalam penerapan teknik mengembangkan judul, siswa diberi judul yang terdiri dari
beberapa kata yang harus dikembangkan menjadi beberapa kalimat topik, kalimat
topik dikembangkan menjadi paragraf, dan paragraf harus berhubungan satu sama
lain yang membentuk suatu cerita yang utuh dan padu.
16. Mengembangkan Peribahasa
Teknik ini dilaksanakan dengan jalan pemberian sebuah peribahasa yang sudah
dikenal dan difahami maknanya oleh siswa. Kemudian, siswa ditugasi menulis
karangan singkat berdasarkan peribahasa tersebut.
E. Pengertian MMP
MMP merupakan Membaca Menulis Permulaan. MMP merupakan program
pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis
permulaan di kelas awal pada saat anak mulai memasuki bangku sekolah.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca di
tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya anak-anak dapat mengubah
dan melapalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap
ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Kemampuan melek huruf selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan
kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud dengan
melek wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan
mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai
pemahaman akan lambang-lambang tersebut. Dengan bekal kemampuan melek
wacana, kemudian anak dipajankan dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari
berbagai media cetak yang dapat diakses sendiri.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca
permulaan. Pada tingkat dasar permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan
pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan
(mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis jika
dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.
Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring
pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bahasa tulis
melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis
yang sesungguhnya.
Syafi’e (dalam Nurchasanah, 2004) membagi penulisan permulaan menjadi dua
tahap, yaitu (a) tahap prapenulisan dan (b) tahap penulisan. Tahap prapenulisan
bertujuan melatih siswa untuk membiasakan diri bersikap yang baik dan tepat pada
waktu menulis, cara membuka buku yang tepat, dan belajar membuat berbagai
macam garis yang memungkinkan siswa untuk bisa menulis dengan tepat. Tahap
penulisan merupakan kelanjutan dari tahap prapenulisan yang bertujuan melatih siswa
untuk dapat menulis dengan sesungguhnya.
Pada kelas permulaan, pengajaran menulis dipusatkan pada menulis dan mengeja
huruf atau kata-kata yang mempunyai frekuensi penggunaan tinggi, seperti nama,
alamat, atau kosa kata sehari-hari. Pada tingkat yang lebih lanjut, pengajaran menulis
dialihkan pada kemampuan mengkomunikasikan pendapat dalam bentuk mengarang.
Untuk dapat menulis dengan baik, beberapa jenis keterampilan diperlukan, antara lain
kemampuan mengorganisasikan pendapat, mengingat, membuat konsep, dan mekanik
(tata tulis).
Sunardi (1977) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan proses menulis
sebenarnya meliputi tiga aspek, yaitu menulis dengan tangan (handwriting), mengeja
(spelling), dan mengarang. Pada setiap aspek menulis, ada beberapa kompetensi yang
perlu dikembangkan sehingga harus dimasukkan dalam kurikulum. Perangkat
kompetensi pada kelas permulaan adalah sebagai berikut (Sunardi, 1977):
1. Keterampilan Pra Menulis
Yang termasuk keterampilan pra menulis adalah sebagai berikut:
a. Meraih, meraba, memegang, dan melepaskan benda;
b. Mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda, bentuk, warna, bangun, posisi;
c. Menentukan arah kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang.
2. Keterampilan Menulis dengan Tangan (handwriting)
Yang termasuk keterampilan menulis dengan tangan adalah sebagai berikut:
a. Memegang alat tulis;
b. Menggerakkan alat tulis ke atas ke bawah;
c. Menggerakkan alat tulis ke kiri ke kanan;
d. Menggerakkan alat tulis melingkar;
e. Menyalin huruf;
f. Menyalin namanya sendiri dengan huruf balok;
g. Menulis namanya sendiri dnegan huruf balok;
h. Menyalin kata dan kalimat dengan huruf balok;
i. Menyalin huruf balok dari jarak jauh;
j. Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung;
k. Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh.
3. Keterampilan Mengeja
Yang termasuk keterampilan mengeja adalah sebagai berikut:Mengenal huruf abjad;
a. Mengenal kata;
b. Mengucapkan kata yang diketahuinya;
c. Mengenal perbedaan dan persamaan konfigurasi kata;
d. Membedakan bunyi pada kata-kata;
e. Mengasosiasikan bunyi dengan huruf;
f. Mengeja kata;
g. Menemukan aturan ejaan kata;
h. Menuliskan kata dengan ejaan yang benar.
2. Metode Bunyi
Metode bunyi berkaitan dengan sistem pelafalan abjad atau huruf (baca: beberapa
huruf konsonan). Sebagai contoh:
Huruf /b/ dilafalkan [eb] Catatan:
/d/ dilafalkan [ed] dilafalkan dengan e pepet, seperti
/e/ dilafalkan [e] pelafalan pada kata benar, keras,
/g/ dilafalkan [eg] pedas, lemah.
/p/ dilafalkan [ep]
5. Metode Global
Metode global disebut juga dengan Metode Kalimat, dikatakan demikian karena alur
proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan
penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat
dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar dituliskan sebuah kalimat
yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, apabila kalimat
yang diperkenalkan berbunyi ini Nani maka gambar yang cocok untuk menyertai
kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan.
Selanjutnya, anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses
pembelajaran MMP dimulai. Mula-mula guru mengambil salah satu kalimat dari
beberapa kalimat yang dipekernalkan di awal pembelajaran. kalimat tersebut
dijadikan dasar untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi (proses
penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata, suku
kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses pembelajaran MMP. Berikut
merupakan contoh bahan untuk MMP yang mempergunakan Metode Global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata
menjadi huruf-huruf
ini dadu
ini dadu
i-ni da-du
i-n-i d-a-d-u
6. Metode SAS
SAS merupakan kepanjangan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode SAS
merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran
membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.
Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan
dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh, dalam hal ini anak diperkenalkan pada
sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Sebelum memulai KBM MMP yang sesungguhnya, guru dapat memanfaatkan
rangsang gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa.
Kemudian melalui proses analitik, anak-anak mengenal konsep kata. Kalimat utuh
dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran kecil yang disebut kata. Proses
penganalisisan atau penguraian terus berlanjut, hingga pada wujud satuan bahasa
terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Proses penguraian/penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan Metode SAS,
meliputi:
1. Kalimat menjadi kata-kata;
2. Kata menjadi suku-suku kata;
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
Tahap selanjutnya, anak didorong untuk melakukan kerja sintesis (menyimpulkan).
Satuan bahasa yang telah terurai dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni
dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Dengan demikian, melalui proses sintesis, anak-anak akan menemukan kembali
wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat utuh.
Melihat prosesnya, metode ini merupakan campuran dari metode membaca
permulaan. Oleh karena itu, penggunaan Metode SAS dalam pengajaran MMP pada
sekolah tingkat SD pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh
pemerintah.
Beberapa manfaat yang dianggap kelebihan dari metode ini, diantaranya sebagai
berikut.
1. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan
bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan
bahasa di bawahnya, yakni kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf).
2. Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu,
pengajaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal
dan diketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan
pemahaman anak.
3. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan
memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya. Sikap seperti ini akan membantu
anak dalam mencapai keberhasilan belajar.
Bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini tampak,
seperti berikut.
ini mama
ini mama
i-ni ma-ma
i-n-i m-a-m-a
i-ni ma – ma
ini mama
ini mama
Setelah mempelajari bermacam-macam metode, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada metode yang terbaik dan juga tidak ada metode yang terbutuk. Masing-masing
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode yang terbaik adalah metode
yang cocok dengan pemakainya.
a. Melengkapi huruf
b
…
l
a
…
o
l
a
Kelas 4
a. Memahami isi percakapan dan melengkapi percakapan.
b. Menulis deskripsi tentang benda di sekitar atau seseorang dengan bahasa yang
runtut.
c. Mengisi formulir dengan benar
d. Memahami isi cerita dan melengkapi cerita
e. Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa
yang komunikatif.
f. Menyusun paragraf dengan bahan yang tersedia.
g. Menulis cerita berdasarkan pengalaman.
h. Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif.
i. Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dan
menggunakan EYD yang tepat.
j. Membuat pantun sederhana.
Kelas 5
a. Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak.
b. Menulis karangan dengan bahan yang tersedia.
c. Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan.
d. Menulis alamat surat pada kartu pos dengan benar.
e. Menulis surat pribadi untuk berbagai tujuan dengan kalimat yang efektif.
f. Menyusun laporan melalui tahapan yang benar.
g. Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam beberapa kalimat
dengan kata-kata sendiri.
h. Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa yang sesuai.
i. Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster sederhana dengan bahasa yang
komunikatif.
j. Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk prosa sederhana.
k. Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi.
Kelas 6
a. Mengisi daftar riwayat hidup dengan benar.
b. Menyusun naskah pidato/sambutan dengan bahasa yang komunikatif dan santun.
c. Menyampaikan informasi dalam bentuk iklan dengan bahasa yang komunikatif.
d. Menulis wesel pos dengan benar.
e. Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau didengar.
f. Menyusun rangkuman dari berbagai teks bacaan yang memiliki kesamaan tema.
g. Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan yang dituju.
h. Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap mempertahankan makna
puisi.
i. Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi gambar.
Cara belajar menulis dengan teknik tabel, siswa disuruh menjelaskan atau
memaparkan sesuai dengan masing-masing kolom. Setelah semua terisi, kemudian
ditransfer atau dipindahkan ke dalam bentuk uraian (paragraf). Teknik ini sangat
bagus untuk penulis pemula.
Mengacu pada keberlangsungannya, menulis dapat dipandang sebagai (1) sebuah
proses, (2) kegiatan bernalar, (3) Kegiatan transformasi, (4) Kegiatan berkomunikasi,
(5) suatu keterampilan. Ciri pertama menulis sebagai sebuah proses; menulis
merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase
prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan
pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
1. Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis. Hampir semua orang mengalami fase
ini dalam mengarang. Persoalanya apakah keberadaannya disadari atau tidak. Untuk
menulis yang sederhana seperti surat, buku harian, atau memo, keberadaan fase
persiapan tidak terasa. Tetapi, ketika menulis sesuatu yang relatif kompleks dan
serius—baik yang bersifat ilmiah, populer, fiksi, atau dinas---persiapan sangat terasa
dan perlu.
Menurut Proett dan Gill (1986), tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan
mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan
penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan lain
dalam menulis sehingga apa yang ditulis dapat disajikan dengan baik. Banyak orang
yang mengabaikan fase ini, padahal fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil
menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat memungkinkan bagi kita untuk
mengumpulkan bahan secara terarah, mengaitpadukan antar gagasan secara runtut,
serta membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.
Bila dikaitkan dengan kegiatan mengarang, pada fase prapenulisan ini terdapat
aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau
informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk
kerangka karangan.
2. Tahap Penulisan
Pada tahap prapenulisan telah ditentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan
informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesai itu semua,
berarti telah siap untuk menulis. Dikembangkan butir demi butir yang terdapat dalam
kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih
dan dikumpulkan.
3. Tahap Pascapenulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang dihasilkan.
Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Kegiatan ini bisa terjadi
beberapa kali.
Meskipun demikian, masing-masing fase dari ketiga tahap penulisan di atas, tidaklah
dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus difahami
sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses
tulis-menulis. Urutan dan batas antarfase sangat luwes, bahkan dapat tumpang tindih.
Sewaktu menulis sangat mungkin kita melakukan aktivitas yang terdapat pada setiap
fase secara bersamaan. Dalam tahap prapenulisan dan penulisan, misalnya kita dapat
melakukan sekaligus kegiatan telaah dan revisi. Atau, ketika sedang berlangsung
kegiatan pada tahap penulisan, ternyata kerangka karangan yang dibuat terlalu sempit,
terlalu luas, atau kurang sistematis sehingga perlu memperbaiki kerangka karangan
tersebut.
Menulis adalah suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran. Untuk dapat
memahami proses menulis perhatikan tahapan berikut ini.
Diagram Tahapan Menulis
Tulisan Akhir
Revisi
Menulis
Perencanaan
Tulisan Akhir
Revisi
Menulis
Perencanaan
4. Penulis tidak dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahan tulisan yang telah
dipublikasikan dengan cepat.
Media
1. Pembicara mengungkapkan perasaannya secara lisan.
2. Dalam berbicara, unsur nonverbal seperti suara, mimik, pandangan, dan gerak
dapat secara langsung digunakan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik
perhatian penyimak.
1. Penulis menyampaikan pesannya secara tertulis.
2. Dalam menulis, penulis hanya dapat menggunakan gambar atau ilustrasi, gaya dan
racikan bahasa, serta kaidah penulisan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik
perhatian pembaca.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada empat kemampuan berbahasa, yaitu (a) kemampuan
mendengarkan/menyimak, (b) kemampuan membaca, (c) kemampuan berbicara, dan
(d) kemampuan menulis.
2. Menulis adalah suatu kegiatan yang kompleks dalam menyampaikan secara tidak
langsung ide-ide atau gagasan-gagasan agar dapat difahami atau dimengerti pembaca.
3. Keterampilan menulis di sekolah dasar dibedakan atas keterampilan menulis
permulaan dan keterampilan menulis lanjut. Keterampilan menulis permulaan
ditekankan pada kagiatan menulis dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh,
melengkapi, menyalin, dikte, melengkapi cerita, dan menyalin puisi. Sedangkan pada
keterampilan menulis lanjut diarahkan pada menulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam bentuk percakapan, petunjuk, dan cerita.
4. Beberapa manfaat dari kegiatan menulis: (1) Peningkatan kecerdasan; (2)
Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) Penumbuhan keberanian; dan (4)
Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
5. Beberapa teknik dalam pembelajaran menulis: (1) Menyusun kalimat (menjawab
pertanyaan, melengkapi kalimat, memperbaiki susunan kalimat, memperluas kalimat,
subtitusi,dan transformasi); (2) Memperkenalkan Karangan; (3) Meniru Model; (4)
Karangan Bersama; (5) Mengisi; (6) Menyusun Kembali; (7) Menyelesaikan Cerita;
(8) Menjawab Pertanyaan; (9) Meringkas Bacaan; (10) Parafrase; (11) Reka Cerita
Gambar; (12) Memerikan; (13) Mengembangkan Kata Kunci; (14) Mengembangkan
Kalimat Topik; (15) Mengembangkan Judul; (16) Mengembangkan Peribahasa; (17)
Menulis Surat; (18) Menyusun Dialog; dan (19) Menyusun Wacana.
6. MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan
membaca dan menulis permulaan di kelas awal pada saat anak mulai memasuki
bangku sekolah.
7. Metode Pembelajaran MMP, adalah: (1) Metode Eja; (2) Metode Bunyi; (3)
Metode Suku Kata; (4) Metode Kata; (5) Metode Global; dan (6) Metode SAS.
8. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu:
pembelajaran tanpa buku dan pembelajaran dengan menggunakan buku.
9. Langkah-langkah Pembelajaran MMP: (1) Pembelajaran MMP Tanpa Buku; (2)
Pembelajaran MMP dengan Menggunakan Buku; dan (3) Pembelajaran Menulis
Permulaan
10. Penilaian dalam pembelajaran MMP berkenaan dengan penilaian terhadap proses
dan penilaian terhadap hasil.
11. Penulisan permulaan menjadi dua tahap, yaitu (a) tahap prapenulisan dan (b)
tahap penulisan. Tahap prapenulisan bertujuan melatih siswa untuk membiasakan diri
bersikap yang baik dan tepat pada waktu menulis, cara membuka buku yang tepat,
dan belajar membuat berbagai macam garis yang memungkinkan siswa untuk bisa
menulis dengan tepat. Tahap penulisan merupakan kelanjutan dari tahap prapenulisan
yang bertujuan melatih siswa untuk dapat menulis dengan sesungguhnya.
12. Tujuan pembelajaran menulis permulaan yang ingin dicapai (kelas 1 SD) adalah
(a) bersikap dengan benar menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung,
lingkaran, garis pembentuk huruf; (b) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran,
dan bentuk lurus); (c) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau
beberapa kalimat); (d) menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas;
(e) menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung
dan menuliskannya dengan benar; dan (g) menulis rapi kalimat dengan huruf
sambung. Pada tingkat yang lebih lanjut, pengajaran menulis dialihkan pada
kemampuan mengkomunikasikan pendapat dalam bentuk mengarang. Untuk dapat
menulis dengan baik, beberapa jenis keterampilan diperlukan, antara lain kemampuan
mengorganisasikan pendapat, mengingat, membuat konsep, dan mekanik (tata tulis).
13. Tujuan pembelajaran menulis di SD kelas tinggi adalah berikut:
Kelas 3
a. Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat yang tepat.
b. Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri menggunakan kalimat yang
makin kompleks.
c. Membuat ringkasan dari teks narasi cerita dalam beberapa kalimat menggunakan
kata-kata sendiri.
14. Bahasa terpadu (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip berikut:
a. Anak-anak adalah pembelajar yang konstruktif.
b. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial.
c. Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan yang diorganisasikan
dan disusun melalui interaksi sosial.
15. Tujuan pembelajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi
dalam bahasa tulis sesuai dengan konteks pemakaian bahasa yang wajar. Guru harus
mampu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa aktif untuk
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis.
16. Agar memiliki keterampilan menulis, seseorang dituntut (1) memiliki kemampuan
mendengarkan (daya simak), (2) gemar membaca, (3) kemampuan mengungkapkan
apa yang disimak dan dibaca, dan (4) menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran
menulis pada kelas rendah (menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa
adalah (1) penguasaan tulisan (huruf), (2) penulisan kata, (3) penulisan kalimat
sederhana, (4) kaidah penulisan, sedangkan pada kelas tinggi pembelajaran menulis
menuntut anak untuk (1) menguasai teknik menulis, (2) menuangkan ide ke dalam
tulisan, (3) mengembangkan ide yang dimilikinya, (4) mampu memilih kata dan gaya
dalam menulis.
17. pelaksanaan pembelajaran menulis untuk kelas tinggi dapat dilakukan dengan
teknik (1) diagram jam, (2) diagram pohon, (3) diagram piramida terbalik, dan (4)
diagram lingkaran. Cara belajar menulis dengan teknik tabel bagus untuk penulis
pemula.
18. Mengacu pada keberlangsungannya, menulis dapat dipandang sebagai (1) sebuah
proses, (2) kegiatan bernalar, (3) Kegiatan transformasi, (4) Kegiatan berkomunikasi,
(5) suatu keterampilan.
19. Tahapan dalam menulis: (1) prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan
isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
20. Hubungan Menulis dengan Kerampilan Berbahasa yang lain: (1) hubungan
menulis dengan membaca; (2) hubungan menulis dengan menyimak; (3) hubungan
menulis dengan berbicara.
Daftar Pustaka