You are on page 1of 10

Keterampilan Proses

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental,
fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan
menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak
didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar
memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu
dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreativitas.

Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa,
sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga bukan
sekedar ahli menghafal. Berdasarkan penjelasan di atas pada keterampilan proses, guru tidak
mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuan, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa
memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam
menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh ilmuan.

Dalam pembelajaran IPA, Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan


yang dipelajari siswa saat mereka melakukan inkuiri ilmiah (Nur:2002a,1), mereka menggunakan
berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-
keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan,
pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan, pengintepretasian data, melakukan eksperimen,
pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara operasional, dan perumusan model
(Nur:2002a,1).

Selain itu melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses dilakukan dengan
keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa,
dimana kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan kejalur profesi
apapun yang diminatinya.

Dalam menerapkan keterampilan proses dasar sains dalam kegiatan belajar mengajar, ada dua alasan
yang melandasinya yaitu:
a. bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju pertumbuhan produk-produk
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat pula, sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan
semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta dan konsep dari
berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak akan tercapai. Untuk itu siswa perlu dibekali
dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber, dan tidak semata-
mata dari guru.

b. bahwa sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Dengan melihat
alasan ini betapa pentingnya keterampilan proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu yang akan
berguna bagi siswa dimasa yang akan datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa
yang maju lainnya.

Bagi siswa, beberapa keterampilan proses dasar dimulai dengan keterampilan proses yang sederhana
yaitu observasi atau pengamatan, perumusan masalah atau pertanyaan dan perumusan hipotesis.

Untuk memperjelas keterampilan-keterampilan proses sains di atas maka dibawah ini akan dijelaskan
secara singkat yaitu:
1) Pengamatan adalah penggunaan indera-indera anda. Mengamati dengan penglihatanm pendengaran,
pengecapan, perabaan, dan pembauan..
2) Perumusan Hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana
atau mengapa sesuatu terjadi. (Nur:2002a,4).
2.

Ketrampilan proses

Agustus 15, 2009

Rate This

1. Pendahuluan
Produk-produk IPA, yaitu konsep, prinsip, hukum, dan teori ditemukan melalui proses ilmiah yang dilandasi dengan
sikap ilmiah oleh para ilmuwan. Oleh karena itu menurut Ibrahim (2007), mengajar IPA yang paling baik adalah
sebagaimana IPA itu ditemukan. Untuk itu siswa membutuhkan keterampilan tertentu yang disebut keterampilan
proses IPA. Salah satu keterampilan proses yang dituntut untuk bisa dikuasai siswa SMP adalah keterampilan
proses bereksperimen.
Supaya eksperimen berjalan dengan baik maka eksperimen harus direncanakan dengan baik pula, sebagaimana
dikemukakan oleh Semiawan (1987), bahwa dalam melakukan eksperimen, guru perlu melatih siswa dalam
merencanakan eksperimen, karena tanpa rencana bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta hasilnya
mungkin tak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu siswa juga perlu memiliki keterampilan proses
merencanakan eksperimen.
Dari jurnal mengajar kami di Kelas IX SMPN Surabaya untuk mata pelajaran Biologi pada tahun-tahun sebelumnya
bahwa pada saat siswa mengerjakan LKS dimana yang di dalamnya siswa diminta untuk merumuskan masalah dan
membuat hipotesis, mereka mengalami kesulitan untuk melakukan itu dan hasilnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Data dari jurnal ini didukung juga oleh data awal yang diambil peneliti sebelum penelitian tindakan dilakukan, yaitu
dari 42 siswa kelas IX E yang dijadikan penelitian menunjukkan 32% yang bisa membuat sebagian langkah
merencanakan eksperimen, sedangkan sisanya tidak bisa membuat.
Refleksi peneliti terhadap permasalahan rendahnya keterampilan proses ini adalah karena guru tidak memberikan
waktu khusus untuk mengajarkan cara merencanakan eksperimen langkah demi langkah.
Penelitian ini hendak memberikan satu alternatif tindakan untuk mengatasi permasalah di atas yaitu dengan
menggunakan Pengajaran Langsung. Pemilihan Pengajaran Langsung ini dengan alasan bahwa pada Pengajaran
Langsung ini guru menjadi model dengan memberi contoh cara mengerjakan sesuatu langkah demi langkah yang
selanjutnya ditiru siswa, dengan demikian siswa diharapkan lebih cepat mampu menguasai keterampilan yang
diajarkan.
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana Pengajaran Langsung dapat
meningkatkan keterampilan proses merencanakan eksperimen pada siswa Kelas IX E SMPN Surabaya ?.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan proses merencanakan eksperimen pada siswa Kelas IX E
SMPN Surabaya tahun pelajaran yang keberhasilannya ditunjukkan dengan indikator bahwa pada akhir penelitian
75% siswa dapat merencanakan eksperimen dengan benar.
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah mendapat suatu strategi guna memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas dalam hal ini strategi meningkatkan keterampilan proses merencanakan eksperimen. Manfaat
bagi siswa adalah penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam merencanakan eksperimen.
2. Kajian Teoritik dan Hipotesis Tindakan
a. Kajian Teoritik
1) Keterampilan Proses Merencanakan Eksperimen
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori IPA baik berupa keterampilan mental, keterampilan
fisik, maupun keterampilan sosial (Rustaman,1997).
Macam keterampilan proses IPA adalah keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan
bereksperimen merupakan keterampilan proses terpadu yang melibatkan berbagai keterampilan proses dasar seperti
pengamatan, pengukuran, klasifikasi, komunikasi, bertanya, dan sebagainya.
Eksperimen sendiri menurut Ibrahim (2007) adalah usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data
dalam rangka menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Oleh karena itu sebelum melakukan
eksperimen, maka siswa lebih dahulu merencanakan eksperimen secara sistematik.
Semiawan (1987) mengemukakan dalam merencanakan eksperimen, yang dilakukan siswa adalah menentukan : a)
alat dan bahan yang akan digunakan, b) obyek yang akan diteliti, c) faktor atau variabel yang perlu diperhatikan, d)
kriteria keberhasilan, e) cara dan langkah kerja, serta f) bagaimana mencatat dan mengolah data untuk menarik
kesimpulan. Sedangkan Rustaman (1997) mengemukakan dalam merencanakan eksperimen, yang dilakukan siswa
adalah menentukan : a) alat dan bahan, b) variabel kontrol dan variabel ubah, c) apa yang diamati, diukur atau
ditulis, d) cara dan langkah kerja, dan e) cara mengolah data untuk dapat disimpulkan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa langkah-langkah merencanakan eksperimen adalah:
a)merumuskan masalah, b) menyusun hipotesis, c) mengidentifikasi variabel-variabel, d) merumuskan definisi
operasional variabel-variabel, e)merencanakan alat dan bahan yang diperlukan, f) menentukan apa yang diamati,
diukur atau ditulis, g) menentukan langkah kerja, h) menentukan cara mengolah data untuk memperoleh kesimpulan
2) Pengajaran Langsung
Pengajaran Langsung adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Kardi, 2000).
Sintak model pengajaran langsung ada lima fase yang sangat penting seperti pada bagan di bawah ini (Kardi, 2000).
FA S E PERAN GURU
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau
menyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-
hari.
Pada kegiatan belajar mengajar yang bercirikan pengajaran langsung, pada umumnya guru merencanakan kegiatan
belajar mengajar secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran guru merupakan pemberi informasi dan
pendemonstrasi yang aktif, mengharapkan siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik.
Penilaian hasil belajar siswa ditekankan pada praktik pengembangan dan penerapan pengetahuan dasar yang
sesuai.
3) Mengajarkan Keterampilan Proses Merencanakan Eksperimen
Merencanakan eksperimen merupakan salah satu keterampilan proses, yang bisa dikategorikan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan ini akan lebih berhasil bila pengajarannya dilakukan dengan menginformasikan
pengetahuan itu tahap demi tahap dengan demonstrasi/pemodelan. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurhadi
(2002), bahwa untuk mempelajari keterampilan atau pengetahuan tertentu perlu adanya model yang bisa ditiru.
Pengajaran Langsung bertujuan membantu siswa mempelajari keterampilan prosedural yang menonjolkan
pemodelan (modelling) oleh guru yang selanjutnya ditiru oleh siswa
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa untuk mengajarkan keterampilan proses merencanakan eksperimen,
pendekatan pengajaran yang bisa dipakai adalah dengan menggunakan Pengajaran Langsung.
b. Hipotesis Tindakan
Merujuk pada kajian teori yang dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah Pengajaran
Langsung dapat meningkatkan keterampilan proses merencanakan eksperimen pada siswa Kelas IXE SMPN 28
Surabaya.
3. Metode Penelitian
a. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN Surabaya dengan objek penelitian adalah siswa kelas IX E tahun pelajaran dengan
jumlah siswa 42. Kelas ini dipilih karena dari beberapa kelas yang diajar peneliti kelas ini merupakan kelas yang
jumlah siswanya paling banyak belum mampu merencanakan eksperimen.
b. Persiapan Penelitian
Hal-hal yang disiapkan untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan penelitian ini adalah:
1) Menyiapkan contoh permasalahan eksperimen yang akan didemonstrasikan guru dan pada fase memberikan
pelatihan awal
2) Menyiapkan LKS merencanakan dan melaksanakan eksperimen untuk pelatihan siswa pada fase pelatihan
lanjutan atau penerapan
3) Menyiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu instrumen observasi Pengajaran Langsung dan instrumen
penilaian hasil kerja siswa dalam merencanakan eksperimen.
c. Siklus Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, pelaksanaan dari satu siklus ke siklus berikutnya didasarkan pada
ketercapaian indikator penelitian yang telah ditentukan, yaitu bahwa pada akhir penelitian 75% siswa dapat
merencanakan eksperimen dengan benar.
d. Instrumen
Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas IX E yang menjadi obyek penelitian. Jenis data yang didapat adalah
data kualitatif, yaitu data pelaksanaan pembelajaran yang diambil dengan instrumen observasi pembelajaran. Selain
itu diperoleh juga data kuantitatif, yaitu hasil kerja siswa merencanakan eksperimen yang diambil dengan
menggunakan lembar penilaian hasil kerja siswa
4. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan hasil penelitian tiap siklus adalah sebagai berikut :
a. Siklus Pertama
1). Planning
Pada siklus ini materi yang dibahas adalah “Panca Usaha Tani : pengolahan tanah” yang pembelajarannya
dirancang selama 3x 45 menit yang direncanakan pelaksanaannya sebagai berikut: fase pertama selama 5 menit,
fase kedua 15 menit, fase ketiga 15 menit, fase keempat 10 menit dan fase kelima 45 menit. Sisa waktu 45 menit
untuk diskusi dan menutup pelajaran.
2). Acting
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan digambarkan sebagai berikut: 5 menit pertama guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar. 15 menit berikutnya guru mendemonstrasikan langkah-
langkah merencanakan eksperimen dengan permasalahan “ Pengaruh intensitas cahaya terhadap tinggi tanaman
jagung”
Selanjutnya dengan waktu 15 menit guru memberi bimbingan pelatihan awal menggunakan permasalahan “
Pengaruh jumlah tanaman pada pot terhadap pertumbuhan tanaman jagung”. Bimbingan dilakukan dengan keliling
kelas mengamati siswa berlatih merencanakan eksperimen yang telah didemonstrasikan guru. 10 menit berikutnya
guru mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, dengan cara menunjuk 1 siswa yang
pekerjaannya benar untuk maju kedepan dan membacakan rancangan eksperimennya, selanjutnya guru
memberikan umpan balik hasil kerja siswa tersebut. 30 menit kemudian tiap siswa mengerjakan LKS eksperimen
dengan permasalahan “ Pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman jagung” yang di dalamnya didahului
kegiatan merencanakan eksperimen. Berikutnya guru mendiskusikan eksperimen yang harus dilakukan siswa
berdasar rancangannya. Terakhir siswa mengumpulkan rancangan eksperimen yang dibuat.
3). Observing
Hasil pengamatan kolaborator selama pembelajaran pada siklus ini,
guru dan siswa telah melakukan semua fase-fase pengajaran langsung sesuai dengan sintak, namun pada fase
pelatihan lanjutan waktu yang diberikan guru sangat kurang.
Hasil penilaian dengan lembar penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam merencanakan eksperimen diperoleh data
62% siswa kelas IX E yang baru bisa merencanakan ekaperimen dengan benar
Dari data di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa merencanakan eksperimen pada kelas penelitian
masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Mengapa demikian ? Bila dikaji dari penilaian terhadap langkah-
langkah merencanakan eksperimen, nampak bahwa beberapa langkah merencanakan eksperimen masih
memperoleh skor rendah, sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Persentase siswa yang mengerjakan langkah-langkah merencanakan eksperimen dengan benar tiap kelas
pada siklus 1
No Aspek yang dinilai
(Langkah-langkah merencanakan eksperimen) Siswa yang mengerjakan benar
1 Merumuskan masalah
2 Menyusun hipotesis
3 Mengidentifikasi variabel-variabel
4 Merumuskan definisi operasional variabel-variabel
5 Merencanakan alat dan bahan yang diperlukan
6 Menentukan apa yang diamati, diukur, atau ditulis
7 Menentukan langkah kerja
8 Menentukan cara mengolah data untuk memperoleh kesimpulan
4). Reflecting
Data-data di atas diinterpretasikan bahwa demonstrasi guru dan pelatihan awal yang dikerjakan siswa belum mampu
meningkatkan pemahamannya pada langkah-langkah merencanakan eksperimen sehingga masih banyak siswa
yang belum benar dalam merencanakan eksperimen.
Melihat datadi atas dimana kelas belum sampai 75% siswanya mampu merencanakan eksperimen dengan benar
dan beberapa langkah dalam merencanakan eksperimen masih banyak siswa yang belum menguasai, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus kedua dengan rancangan tindakan sebagai berikut : (1) waktu untuk
mendemonstrasikan keterampilan merencanakan eksperimen (fase 2) ditambah dengan menekankan pada langkah-
langkah merencanakan ekaperimen yang paling banyak belum dikuasai siswa, (2) waktu untuk mengecek
pemahaman siswa (fase 4) ditambah dengan cara menunjuk 2 siswa untuk membacakan rancangan eksperimennya
dan memberikan umpan balik hasil kerja siswa, (3) begitu juga menambah waktu pada fase pelatihan lanjutan dan
penerapan
b. Siklus kedua
1). Planning
Pada siklus ini materi yang dibahas masih “Panca Usaha Tani : pemupukan” yang pembelajarannya dirancang
selama 3 x 45 menit yang direncanakan pelaksanaannya sebagai berikut: fase pertama selama 5 menit, fase kedua
20 menit, fase ketiga 15 menit, fase keempat 15 menit dan fase kelima 50 menit (termasuk mencari data). Sisa waktu
30 menit untuk diskusi dan menutup pelajaran.
2). Acting
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan digambarkan sebagai berikut: 5 menit pertama guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan mempersiap4kan siswa untuk belajar. 20 menit berikutnya guru mendemonstrasikan keterampilan
merencanakan eksperimen tahap demi tahap dengan menggunakan permasalahan “ Pengaruh intensitas
penyiraman pada pertumbuhan tanaman kacang tanah”.
Pada fase ini guru menekankan demonstrasinya pada langkah-langkah
merencanakan eksperimen yang masih banyak belum dikuasai siswa dengan cara mengulang-ulang langkah
tersebut. Selanjutnya dengan waktu 15 menit guru memberi bimbingan pelatihan awal menggunakan permasalahan “
Pengaruh jenis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah”.
Bimbingan dilakukan dengan keliling kelas mengamati siswa berlatih merencanakan eksperimen yang telah
didemonstrasikan guru. 15 menit berikutnya guru mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik,
dengan cara menunjuk 2 siswa yang pekerjaannya benar dan kurang benar untuk membacakan rancangan
eksperimennya. selanjutnya guru membimbing siswa membandingkan kedua rancangan eksperimennya untuk
diperoleh pemahaman rancangan eksperimen mana yang benar.
50 menit kemudian guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan cara siswa mengerjakan
LKS eksperimen dengan permasalahan “ Pengaruh jumlah pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah”
yang di dalamnya didahului kegiatan merencanakan eksperimen.,
Berikutnya guru mendiskusikan eksperimen yang harus dilakukan siswa berdasar rancangannya.Terakhir siswa
mengumpulkan rancangan eksperimen yang dibuat.
3). Observing
Hasil pengamatan kolaborator selama pembelajaran pada siklus ini yaitu guru dan siswa telah melakukan semua
fase-fase pengajaran langsung sesuai dengan sintak, pada fase pelatihan lanjutan siswa mendapat cukup waktu
untuk merencanakan eksperimen dibanding dengan siklus pertama. Hal ini senada dengan hasil refleksi guru dan
refleksi siswa yang juga mengemukakan bahwa kurangnya waktu untuk merencanakan eksperimen pada fase
pelatihan lanjutan pada siklus pertama tidak terjadi lagi pada siklus kedua.
Hasil penilaian dengan lembar penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam merencanakan eksperimen diperoleh 83%
Dari data di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan siswa merencanakan eksperimen pada kelas penelitian
sudah meningkat dibanding pada siklus kesatu. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan kemampuan
mengerjakan masing-masing tahap dalam merencanakan eksperimen, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Persentase siswa yang mengerjakan langkah-langkah merencanakan eksperimen dengan benar tiap kelas
pada siklus 2
No Aspek yang dinilai
(Langkah-langkah merencanakan eksperimen) Siswa yang mengerjakan benar
1 Merumuskan masalah
2 Menyusun hipotesis
3 Mengidentifikasi variabel-variabel
4 Merumuskan definisi operasional variabel-variabel
5 Merencanakan alat dan bahan yang diperlukan
6 Menentukan apa yang diamati, diukur, atau ditulis
7 Menentukan langkah kerja
8 Menentukan cara mengolah data untuk memperoleh kesimpulan
Dari data-data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pemahaman siswa pada langkah-langkah merencanakan
eksperimen meningkat sejalan dengan demonstrasi guru menekankan pada langkah-langkah merencanakan
eksperimen secara berulang-ulang dan ditunjang dengan pengecekan pemahaman pada fase 4 dimana siswa
membandingkan dua grafik.
Dengan melihat data-data pada tabel 7 dan tabel 8 di atas dimana kelas sudah lebih dari 75% siswa dapat
merencanakan eksperimen dengan benar, demikian pula masing-masing langkah dalam merencanakan eksperimen
sudah dicapai lebih dari 75% jumlah siswa, maka penelitian tindakan kelas ini diakhiri pada siklus kedua.
Hasil penelitian ini digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut
Grafik 1. Persentase siswa yang membuat rencana eksperimen dengan benar sebelum dan sesudah penelitian
tindakan
Pada siklus kesatu keterampilan proses merencanakan eksperimen meningkat menjadi 62% dan pada siklus kedua
menjadi 83%,
5. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1) Pengajaran Langsung dapat meningkatkan keterampilan merencanakan eksperimen pada siswa kelas IX E SMPN
Surabaya tahun pelajaran
2) Penggunaan model ini sebaiknya memberikan cukup waktu bagi guru untuk mendemonstrasikan langkah-langkah
merencanakan eksperimen, dengan menekankan pada langkah-langkah yang belum banyak dikuasai siswa
b. Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu :
1) Guru bisa menjadikan Pengajaran Langsung ini sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan masalah
rendahnya kemampuan siswa dalam merencanakan eksperimen
2) Untuk merencanakan eksperimen dengan Pengajaran Langsung, sebaiknya pada fase demonstrasi dan fase
pelatihan awal siswa diberi permasalahan dengan variabel-variabel yang mudah dipahami siswa dengan
memberikan contoh-contoh yang bervariasi
3) Permasalahan eksperimen yang dipilih untuk didemonstrasikan guru, untuk pelatihan awal, dan untuk pelatihan
lanjutan/penerapan disiapkan oleh guru dengan menyinkronkan topik pembelajaran.
Daftar Pustaka
Ibrahim, M, dkk. 2007. Keterampilan Proses Sains, Modul Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program
Kardi, S dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Jakarta
Rustaman, N dan Rustaman, A. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Pusat
Perbukuan
Semiawan, C, dkk. 1987. Pendekatan Ketrampilan Proses: Bagaimana mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta:
PT. Gramedia
ASROFUDIN WEBLOGS
Kumpulan Makalah Serta Artikel Pendidikan dan Islami
RSS

• BERANDA
BLOGS MINPA YPI AL-FATA MYOPERA

Search

Pendidikan Sebagai Wadah Kemajuan Bangsa

Daftar domain gratis disini

o Makalah

o Artikel Islam
o Soal-soal
o Surat
o Rpp
o RoHul
o Informasi
o Kisah Nabi
Pengertian Metode kerja kelompok

Secara kata “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method), metode
berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu
pengetahuan. Kata metode dalam bahasa berasal dari bahasan Greek (Yunani).
“Meths” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan atau
cara, jadi metode berarti jalan atau cara yang hares ditempuh atau dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu.

Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas
dibagi dalam beberapa kelompok balk kelompok yang kecil maupun kelompok yang
besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan
bersama. Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh oleh pars pakar pendidikan
mengenai pengertian kerja kelompok ini, antara lain :

a. Metode kerja kelompok adalah penyajian mated dengan cara pembagian tugas-
tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah ditentukan
dalam rangka mencapai tujuan.

b. Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru
mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk
menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan
bergotong-royong.

Jadi metode kerja kelompok ialah kerja kelompok dari beberapa individu yang
bersifat pedagogic yang didalamnya terdapat hubungan timbal batik (kerja sama)
antara individu Berta sating mempercayai.

2. Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja
kelompok, yaitu :

a. Menentukan kelompok :

Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid atau secara bersama-sama antara
guru dan murid. Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja
kelompok yaitu :

- Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan


tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara
mengerjakannya.

- Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat


dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya
masing-masing.

- Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki.Dimaksudkan untuk


memperoleh dan mempebesar peran atau parisipasi siswa dalam kelompoknya.

b. Memberi tugas-tugas kepada kelompok :

Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pads kelompok masing-masing
dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut.
Postingan Terkait Lainnya :

You might also like