Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur Saya penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka Saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Material dan Proses Manufaktur Radiator
Mobil”.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata Kuliah Kimia Tehnik di Fakultas Mesin Universitas Sarjana Wiyata
Taman Siswa Yogyakarta.
Dalam Penulisan makalah ini Saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang Saya miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat Saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Bapak Samsul Hadi, S.Pd yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa
moril maupun materiil selama mengikuti pendidikan di SMP Nesaci Ciawi Tasikmalaya.
2. Rekan – rekan kelas 2A yang mendukung kinerja Saya dalam menyelesakan Makalah
ini.
3. Secara khusus Saya menyampaikan terima kasih kepada teman – teman kos tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
Saya, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya Saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Muslimin Annas
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 3
I.2. Batasan Masalah 3
I.3. Tujuan Penulisan 3
I.4. Metode Penulisan 3
BAB II TINJAUAN OBJEK
2.1 Deskripsi Radiator 4
2.2 Pemilihan Material 7
2.2.1 Sifat Fisik Material 7
2.2.2 Sifat Mekanik Material 9
2.3 Proses manufaktur 10
2.3.1 Rolling 10
2.3.2 Sheet Metal Forming 11
2.3.3 Bending 12
2.3.4 Brazing 12
2.3.5 Soldering 13
2.3.6 Surface treatment 13
2.4 Analisa Ekonomi 13
2.5 Pertimbangan Lingkungan 14
BAB III PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES MANUFAKTUR RADIATOR
3.1 Pertimbangan Faktor Teknik Radiator 15
3.1.1 Pemilihan Material Radiator 15
3.1.2 Proses Manufaktur Radiator 19
3.2 Pertimbangan Faktor Ekonomi 24
3.3 Pertimbangan Faktor Lingkungan 26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 27
4.2 Kritik dan saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN OBJEK
2.1 Deskripsi Radiator
Radiator adalah komponen / alat yang digunakan untuk mendinginkan lingkungan kerja
yang berada disekitarnya. Radiator menyerap panas lingkungan, lalu didinginkan dengan bantuan
media plat / air yang berada didalamnya. Para pengembang property banyak yang menggunakan
radiator sebagai penyejuk ruangan. Radiator diinstal sedemikian rupa sebelum rumah di cor
dengan beton.
Dalam makalah yang Saya susun saat ini akan lebih memfokuskan pada pembahasan
tentang radiator yang digunakan pada mobil Radiator pada mobil pada umumnya terpasang
dibagian depan. Radiator berfungsi untuk mendinginkan air yang menjadi panas setelah
beredar dalam mantel air pendingin pada mesin. Yang mempunyai dua tabung air, terletak di
atas dan di bawah.
Ditabung bagian atas terdapat lubang pengisian air, pipa pemasukan air dari mantel
pembuangan dan di tabung bagian bawah terdapat kran pembuangan air, dan pipa
penghubung kemesin.
Radiator pada awalnya hanya berupa plastik yang mengelilingi pipa-pipa tembaga atau
4
kuningan yang berisi air yang mengalir didalamnya. Sekitar tahun 1920, beberapa pabrikan
kendaraan seperti General Motor, telah menganti pipa radiator menjadi berbentuk oval,
sehingga menjadikannya lebih efisien. Setelah dimensi mesin bertambah besar dan panas,
perusahaan mulai menambahkan beberapa bagian seperti kipas, agar udara yang melalui
melalui pipa terjaga tetap konstan. Dan juga ditambahkan pompa air untuk mendorong air
melalui pipa-pipa tersebut. Sekarang, pabrikan mulai menggunakan cairan kimia anti-beku
kedalam plastik pendingin untuk mencegah kegagalan plastik pendingin pada saat cuaca
bersuhu rendah.
Awalnya radiator mengunakan pipa berdiameter ½ inchi. Pada tahun 1940, pabrikan
Ford mulai bereksperimen mengunakan pipa yang lebih besar. Permasalahan muncul ketika
diameter pipa yang digunakan bertambah besar maka dinding pada pipa harus lebih tebal untuk
mencegah kebengkokan pada saat diberi tekanan. Hal ini menyebabkan radiator bertambah
berat tetapi membuatnya lebih efisien.
Pada tahun 1970, pabrikan kendaraan bereksperimen mengunakan radiator
yang berinti banyak, serta bereksperimen terhadap ukuran dan ketebalan pipa.
Beberapa pabrikan bahkan ada yang mencoba mengunakan plastik untuk membuat radiator
menjadi ringan. Dan sekarang beberapa kendaraan menggunakan radiator berbahan
aluminium yang lebih ringan dan dengan desain lebih baik.
5
8. Kran pembuang (drain cock), berfungsi untuk membuang air yang ada didalam radiator.
Thermostat
Thermostat adalah Suatu bagian yang mengatur debit aliran cairan radiator antara mesin
masih dingin dan panas. Thermostat bekerja dengan memanfaatkan tekanan yang disebabkan
oleh fluida (cairan) panas dari dalam jaket pendingin mesin. Termostat ini berbentuk seperti
klep atau lubang pintu, dimana saat suhu mesin dingin, pintu ini terbuka sedikit sehingga cairan
radiator yang bersirkulasi sedikit sehingga panas yang ditransfer memang masih sedikit. Namun,
saat mesin sudah panas, menghasilkan panas besar, maka termostat akan membuka penuh,
sehingga debit aliran maksimal dan proses penyerapan panas pun bisa maksimal. Ketika tekanan
naik, pegas pada thermostat akan tertekan dan membuka saluran menuju radiator, sehingga
fluida panas tersebut akan masuk ke radiator dan didinginkan. Fluida dingin dalam radiator masuk
ke jaket pendingin dengan cara menekan vakum valve thermostat.
6
Gambar 2.6 Tutup Radiator
1. Relief valve atau klep relief mempunyai fungsi untuk membuang kelebihan tekanan
dalam radiator, bila telah melewati batas tekanan yang ditentukan oleh pabrik.
Tangki Resevoir
Sistem pendingin radiator dilengkapi dengan tangki reservoir. Tangki tersebut
diletakkan dekat dengan radiator yang mempunyai fungsi untuk memperbesar ekspansi air
pendingin selama mesin bekerja.
Prinsip kerja dari tangki reservoir adalah “ Bila suhu air pendingin dalam radiator naik, maka
air akan mengalir dari tangki reservoir kedalam radiator dan akan mengalir kembali kedalam
tangki reservoir bila suhu air dalam radiator turun”.
7
2.2.1 Sifat Fisik Material
1. Density
Density adalah perbandingan berat material terhadap volumenya. Density material
menentukan beberapa sifat mekanik bahan diantaranya specific strength dan specific
stiffness. Untuk menentukan pemilihan material radiator perlu dipilih material dengan density
rendah dengan pertimbangan berat total produk dan biaya.
2. Melting point
Melting point suatu material tergantung pada energi yang digunakan untuk
melepaskan ikatan-ikatan atom material tersebut. Sedangkan untuk material alloy melting
point juga tergantung pada komposisi partikel penyusunnya. Informasi melting point material
penting diketahui pada pemilihan material radiator. Melting point menginformasikan batas
suhu yang dapat diterima oleh material tersebut sebelum berubah fasa dari padat menjadi
cair. Sehingga, semakin tinggi melting point maka semakin baik material tersebut digunakan
sebagai material radiator. Material yang digunakan harus mampu menahan beban termal
yang tinggi sehingga apabila suhu radiator mencapai/melampaui batas temperatur kerja material
tersebut tidak meleleh.
3. Thermal expansion
Sebagian besar material padat akan memuai apabila dipanaskan dan berkontraksi
apabila didinginkan. Perubahan panjang material padat akibat perubahan temperature, secara
matematik ditulis :
4. Specific heat
Material padat akan meningkat temperaturnya apabila dipanaskan dengan menyerap
sejumlah energi. Sifat tersebut dinamakan heat capacity yaitu kemampuan suatu material
untuk menyerap panas dari lingkungan dengan menyerap sejumlah energi untuk
menghasilkan kenaikan suhu sebesar 1 derajat. Secara matematik, heat capacity terdapat pada
8
persamaan berikut :
Keterangan :
C = Heat capacity (J/mol-K atau Kal/mol-K)
dQ = Energi yang diserap
dT = Perubahan suhu
Radiator yang baik harus memiliki kemampuan menyerap panas yang baik dari lingkungan dalam
hal ini suhu tinggi yang berasal dari mesin. Untuk itu diperlukan material radiator yang
memiliki sifat specific heat yang baik. Semakin tinggi specific heat suatu material, maka
semakin besar pula suhu yang dapat diserap oleh material tersebut.
5. Thermal conductivity
Konduksi termal merupakan fenomena perpindahan panas dari substansi
bersuhu tinggi ke suhu yng lebih rendah. Sifat tersebut menunjukkan kemampuan suatu
material untuk memindahkan panas atau disebut konduktifitas termal. Besarnya panas yang
dipindahkan ditunjukkan pada persamaan berikut :
Thermal conductivity merupakan sifat yang penting pada proses heat transfer. Dengan nilai
thermal conductivity yang baik maka semakin besar pula suhu yang dapat ditransfer oleh
suatu material. Material yang akan dipilih untuk radiator harus memiliki thermal
conductivity yang baik sehingga panas yang diserap dari mesin bisa dialirkan melalui material
tersebut yang pada akhirnya dilepas menuju lingkungan yang bertemperatur lebih rendah.
9
Gambar 2.10 Grafik stress-strain
2. Tensile strength
Agar terjadi deformasi plastis, setelah terjadi yielding diperlukan stress agar mencapai
titik maksimumnya. Pada titik tersebut terjadi stress maksimum sebelum terjadi
perpatahan pada material. Hal tersebut diperlihatkan pada grafik berikut :
10
ductility nya. Sedangkan pada cold rolling material di rol pada temperatur ruangan dengan
menghasilkan permukaan sheet yang lebih halus dari pada dengan pengerjaan hot rolling.
b. Die cutting
Proses ini terdiri dari berbagai macam jenis diantaranya :
1. Perforating ; yaitu punching untuk menghasilkan beberapa lubang sekaligus pada
sheet metal
2. Parting ; yaitu pemotongan sheet metal menjadi beberapa bagian.
3. Notching ; yaitu membuang bagian sheet metal dengan cara di punch.
4. Lancing ; yaitu memotong bagian sheet metal tanpa membuang bagian material tersebut.
c. Slitting
Slitting yaitu memotong permukaan sheet dan memberikan bentuk pada bagian tersebut.
11
Gambar 2.13 Shearing proses
d. Nibling
Niblng yaitu proses pemotongan sheet dengan cara di punch secara bolak – balikdengan
arah yang lurus terhadap sheet dan dilakukan secara tepat.
2.3.3 Bending
Bending merupakan proses forming dengan membengkokkan benda kerja.
Pada proses bending terdapat parameter yang dinamakan minimum bend radius.
Parameter ini menunjukkan jarak radius bending yang menimbulkan retak pada benda
kerja. Mininum bend radius berhubungan dengan ketebalan material (thickness),
ketebalan tersebut menunjukkan pula radius terkecil pada saat bending sheet tanpa
mengalami keretakan.
Gambar 2.15 Grafik hubungan antara minimum bend radius terhadap tensil
2.3.4 Brazing
Brazing adalah proses penyambungan ( Joining ) dengan cara memanaskan
12
Filler sampai titik leburnya. Dengan gaya kapilaritas, Filler tersebut mengisi celah-celah
sambungan material. Metal filler dipanaskan hingga mencapai titik lebur sebesar 4500C
sedangkan temperatur kerja brazing harus dibawah titik lebur material yang akan
disambung. Kekuatan brazing bergantung pada desain sambungan dan adhesivitas antar
muka benda kerja dan fillernya.
Gambar 2.16 (a) benda kerja sebelum dibrazing (b) benda kerja ses udah dibrazing
2.3.5 Soldering
Soldering memiliki prinsip kerja yang sama dengan brazing, yang membedakannya
adalah temperatur kerja soldering lebih rendah dari pada brazing.
13
a. Material cost
b. Tooling cost, diantaranya biaya pembuatan alat, dies, mold, cetakan.
c. Fixed cost, diantaranya biaya energi, bahan bakar, pajak, asurasi, modal, termasuk
depresiasi dan interest.
d. Capita cost, diantaranya modal berupa lahan, bangunan, mesin.
14
BAB III
RADIATOR
15
Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui beberapa sifat fisik material yang
dapat digunakan sebagai material untuk radiator. Akan tetapi, berdasarkan fungsi utama radiator
sebagai alat penyerap kalor maka sifat thermal conductivity material adalah dasar utama
pertimbangan saat memilih material radiator.
Pada puncak piramida tersebut terpilih dua jenis material sebagai material yang akan
digunakan sebagai material radiator. Cu dan Al memiliki sifat fisik yang baik terutama sifat
koduktifitas termalnya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama radiator dimana materialnya harus
memiliki kemampuan transfer panas yang baik. Akan tetapi, untuk pemilihan material yang
lebih presisi dari ke dua jenis material tersebut perlu dianalisa lebih jauh dengan
mempertimbangkan faktor lainnya.
Dari tabel properti material sebelumnya dapat kita lihat bahwa secara umum Cu dan Al
memiliki properti fisik dan mekanik dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Yang
harus di pertimbangkan lebih lanjut adalah mengetahui material paduannya sehingga dapat
diketahui sifat-sifat khusus dari kedua material tersebut. Agar dapat dipilih material yang baik
maka kita harus mengetahui paduan dari kedua jenis material tersebut beserta sifat-sifatnya.
Adapun jenis-jenis paduan Cu dan Al adalah sebagai berikut :
16
Tabel 3.3 Sifat dan aplik asi copper alloy dan brass alloy
Tabel 3.4 Sifat dan aplik asi copper alloy dan brass alloy
Untuk bahan tube radiator, material paduan yang digunakan adalah aluminium alloy jenis
AA 3003/7072 dan brass alloy UNS C26000. Secara garis besar sifat material dari kedua
material tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Perbandingan penggunaan material tembaga dengan aluminium
1. Pertimbangan sifat untuk material tube dan fin radiator
Tabel 3.5 Sifat fisik dan mekanik aluminium alloys dan brass untuk material tube
Sedangkan untuk material fin radiator digunakan aluminium AA 7072 dan brass UNS C14300.
17
Tabel 3.6 Sifat fisik dan mekanik aluminium alloys dan brass untuk material fin
Pada kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa density Al lebih rendah dari pada Cu. Hal ini
menunjukkan bahwa Al lebih ringan dari pada Cu. Sehingga berdasarkan factor berat, Al lebih
unggul dari pada Cu. Adapun hubungan antara density dan strength material dapat dilihat
dalam bubling chart berikut.
Pada tabel terlihat bahwa berdasarkan perbandingan tensil strenghtnya , brass lebih unggul dari
pada Al. Dengan perbandingan kekuatan tersebut dinding tube material yang menggunakan
brass bisa dibuat lebih tipis dan mengurangi berat total radiator.
18
Tabel 3.7 Perbandingan sifat fisik dan mek anik cu, br dan Al
untuk fin dan tube material radiator
Sedangkan untuk material tube radiator diketahui bahwa thermal conductivity Al lebih besar dari
pada brass. Akan tetapi dengan perbandingan nilai strengthnya, brass masih lebih unggul dari
pada Al. Pada buble chart berikut dapat dilihat juga nilai strength brass dan Al terhadap
maksimum service temperaturnya. Chart tersebut menunjukan bahwa pada teperatur yang
lebih tinggi strength brass masih lebih unggul dari pada Al.
19
Gambar 3.4 (a) Proses sheet rolling (b) bending sheet tube
2. Pembuatan Fin
a. Slitting
Fin radiator dengan tebal 1,5 mm dibuat dari tembaga melalui roller mesin fin mil untuk
membuat celah-celah pada copper sheet. Celah-celah ini berfungsi untuk mempercepat
proses pendinginan.
b. Bending
Setelah proses slitting, fin radiator dibuat zig-zag dengan cara bending. Selanjutnya rangkaian
20
fin tersebut di potong-potong sesuai dengan panjang yang di kehendaki.
(a) (b)
Gambar 3.8 (a) Dies bending (b) bending sheet fin
3. Header
Pembuatan header dilakukan dengan cara :
a. Nibbling
Sheet tembaga diproses dengan cara nibbling pada mesin punch sesuai dengan pola yang
telah dibuat sebelumnya. Dalam satu sheet bisa dibuat beberapa sheet header. Kemudian
sheet yang telah di bentuk dilepaskan dari sheet utama secara manual.
b. Pressing
c. Punching
Header radiator yang telah terbentuk kemudian dilubangi yang ukuran lubangnya
disesuaikan dengan ukuran tube. Header tersebut dipunch (perforating) hingga menghasilkan
21
lubang-lubang.
22
(a) (b)
Gambar 3.14 (a) Cleaning surface (b) Fin dan tube radiator setelah soldering
7. Soldering
Untuk menghasilkan kekuatan konstruksi yang lebih baik, sambungan antara tube dan header
harus di solder ulang. Soldering dilakukan dengan cara mencelupkan bagian header dan tube
kedalam timah panas. Selanjutnya adalah menyambung upper dan lower tank pada tiap
headernya dengan cara brazing. Setelah itu pipa saluran masuk dan saluran keluar pada
radiator dipasang dengan cara brazing.
8. Finishing
Finishing radiator adalah memberi perlakuan pada permukaan radiator dengan cara
electrophoretic coating. Tujuan dari treatment ini adalah untuk meningkatkan ketahanan
material dari korosi dan oksidasi sehingga radiator bisa bertahan lama. Proses ini juga
sekaligus memberikan warna pada permukaan radiator. Proses electrophoretic coating ini
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pada saat proses electrophoretic coating, cat film menempel secara alami pada permukaan
radiator. Permuakaan yang telah tertutupi cat menyebabkan isolasi listrik pada permukaan
radiator sehingga cat tidak bisa lagi menempel pada permukaan radiator. Setelah proses
electrophoretic coating, radiator yang telah tertutupi cat kemudian di oven pada suhu 1500
-1700 C. Setelah proses oven kemudian coating radiator di treatment pada temperature
rendah untuk mengasilkan kualitas coating yang lebih baik. Dibandingkan dengan proses spray
painting, electrophoretic coating memiliki banyak keunggulan yaitu electrophoretic coating
23
memiliki efisiensi coating surface yang tinggi 95%-99% karena dapat melapisi permukaan
radiator yang sulit dijangkau sedangkan dengan spray painting hanya mampu melapisi
permukaan 30%-50% saja.
24
4. Analisa biaya produksi terhadap kemampuan daur ulang material
Biaya yang dikeluarkan untuk daur ulang material mempengaruhi harga bahan baku radiator.
Semakin tinggi biaya produksi daur ulang maka akan semakin tinggi pula biaya yang keluarkan
untuk membeli atau memproses bahan baku.
Berdasarkan chart dibawah, kemampuan daur ulang copper dan aluminium sama baiknya.
Sehingga biaya yang dikeluarkan pun relatif sama. Tetapi dari segi biaya, copper lebih rendah
dari pada aluminium. Sedangkan brass, dengan harga yang relatif sama dengan copper dan
aluminium kemampuan daur ulang brass lebih kecil dari pada kedua material lainnya.
Gambar 3.18 Grafik biaya material terhadap biaya joining per radiator core
Sebagai contoh perbandingan pada tanggal 30 desember 2006 harga aluminium adalah 70
cent/Lb. Sedangkan cu adalah 96 cent/Lb. diperoleh biaya brazing per core sebesar Al = $
8,53 per core dan Cu = $ 8,17 per core dengan menghasilkan berat core yang sama. Harga
25
tersebut berbeda jauh apabila menggunakan proses soldering. Karena untuk material Cu dengan
harga material dan dimensi core yang sama membutuhkan material solder yang lebih banyak
sehingga mempengaruhi tingginya biaya pada proses tersebut. Selain keunggulan dari faktor
biaya, proses brazing juga dapat mengurangi berat core radiator sekitar 30%-40% dari pada
menggunakan proses soldering.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa cu dapat di daur ulang lebih baik dari pada Al sehingga
lebih ramah terhadap lingkungan.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
• Berdasarkan data London Metal Exchange (LME) sampai akhir tahun 1996,
perbedaan harga antara Al dengan Copper Brass mencapai 4% dimana copper brass strip
lebih murah dari pada aluminium strip.
• Berdasarkan energy content, brass dan copper memiliki energy content yang relatif sama
sehingga biayanya pun sama diantara keduanya. Tetapi apabila keduanya dibandingkan
dengan aluminium, aluminium memiliki energy content lebih tinggi sehingga biaya produksinya
pun lebih tinggi dari pada brass dan copper.
• Berdasarkan buble chart hubungan biaya dengan kekuatan material, ketiga jenis logam tersebut
memiliki kekuatan yang relatif sama antara brass, copper dan aluminium, area harga brass dan
copper relatif lebih murah dari pada aluminium.
• Berdasarkan bubble chart hubungan biaya dengan kemampuan daur ulang, disimpulkan bahwa
kemampuan daur ulang copper dan aluminium sama baiknya. Sehingga biaya yang
dikeluarkan pun relatif sama. Tetapi dari segi biaya, copper lebih rendah dari pada
aluminium. Sedangkan brass, dengan harga yang relatif sama dengan copper dan aluminium
kemampuan daur ulang brass lebih kecil dari pada kedua material lainnya.
• Berdasarkan perbandingan harga pada proses joining, disimpulkan bahwa Cu dengan harga
material dan dimensi core yang sama membutuhkan material solder yang lebih banyak sehingga
mempengaruhi tingginya biaya pada proses tersebut. Selain keunggulan dari faktor biaya,
proses brazing juga dapat mengurangi berat core radiator sekitar 30%-40% dari pada
menggunakan proses soldering.
Dari 5 point diatas dapat kita simpulkan bahwa, secara garis besar material radiator yang
paling banyak memiliki keunggulan adalah copper / brass jika dibandingkan dengan material
aluminium. Sehingga copper / brass bisa dijadikan sebagai pilihan utama material radiator.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. http://kingoftheworld-gambliz.blogspot.com/2009/05/radiator.html
2. http://www.yanto-triyanto.co.cc/2009/10/sistem-pendinginan.html
3. http://www.google.co.id/images?
hl=id&biw=1280&bih=701&gbv=2&tbs=isch:1&sa=1&q=radiator&btnG=Telusuri
4. http://gwendut.blogspot.com/2009/02/perinsif-kerja-radiator.html
5. http://www.auto2000.co.id/tips_content/merawat_sistem_radiator_kendaraan.aspx
6. http://www.inverterplus.com/2010/12/fungsi-radiator-adalah.html
7. http://www.tanjungenimnews.co.cc/2010/04/radiator_24.html
8. http://www.google.com/ 2137eaa4c15fcaa526490ca9cf74549ca41e0213.pdf
28
29