You are on page 1of 5

PENTINGNYA KONSELING DALAM PELAYANAN KAUM MUDA

Siapakah kaum muda? Apakah mereka begitu penting? Apa yang mereka hadapi?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin merupakan pertanyaan sederhana dari kehidupan

sehari-hari. Tidak ada yang spesial dalam hal ini mungkin, karena tidak semua orang tertarik

untuk memperhatikan mereka secara khusus. Secara umum, kaum muda adalah orang-orang

yang baru keluar dari masa remaja kepada masa dewasa, dengan umur sekitar 17-30 an, kira-

kira merupakan anak-anak yang baru saja lulus SMU. Lalu, apa yang menarik dari mereka?

Toh semua orang pun pernah mengalami masa-masa tersebut. Memang pergumulan pemuda

secara umum saat ini masih sama seperti generasi sebelumnya, yaitu:

1. Identitas: Siapa aku, dan apa tempatku dalam masyarakat?

2. Pasangan hidup: Apakah aku akan mendapatkan seseorang yang mengasihi aku?

3. Decisive Years: Tahun-tahun penentuan arah hidup pemuda menuju stagnasi atau

generous

Namun ada beberapa hal yang telah berubah dari masa sebelumnya, yaitu kehadiran budaya

kota dan teknologi modern yang ternyata mudah sekali diserap oleh kaum muda masa kini.

Ciri-ciri budaya kota:

1. Tergesa-gesa dan serba instant

2. Individualis

3. Mobilitas tinggi

Budaya kota ini telah mengakibatkan serangkaian pengaruh buruk bagi pemuda,

yaitu:

- Para pemuda harus mengambil berbagai keputusan secara bertubi-tubi, setiap hari,

setiap waktu dalam hidup mereka dihadapkan oleh pilihan


- Kurang dekat dengan orang lain, relasi telah menjadi persamaan tujuan dan

kepentingan

- Tidak terdorong dan tidak cukup waktu merenungkan makna hidup dan

keberadaannya

- Mau menghasilkan segala sesuatu dengan instant, dan kurang mau berjuang untuk

menguasai sesuatu yang bernilai tinggi, lebih menyukai mengerjakan yang mudah

untuk mencapai hasil yang praktis.

Kemudian juga dengan munculnya era informasi menggantikan era teknologi yang

menginvasi para pemuda dengan Televisi, Internet, MTV, dan lain sebagainya ternyata telah

mengakibatkan perubahan yang sangat besar bagi kaum muda dewasa ini. Belum pernah

dalam sejarah dunia ini, kaum muda diperhadapkan dengan 1001 kesempatan untuk dapat

memilih satu dari 1001 identitas yang diinginkannya. Begitu banyak pilihan. Untuk pertama

kalinya juga kaum muda dapat memilih dan menikahi pasangan hidup mereka sendiri tanpa

pernah bertemu secara muka dengan muka, alias hanya bertemu secara maya saja di internet.

Dan belum pernah pula dalam sejarah kaum muda memiliki tingkat kesulitan yang demikian

sulit untuk bisa bertahan hidup dalam persaingan merebut tempat dalam komunitas. Kaum

muda saat ini bukan saja dihadapkan dengan keputusan yang bertubi-tubi, namun juga

teramat kompleks dan membingungkan karena saat mereka membutuhkan jawaban, yang

diperoleh adalah teguran, amarah atau kesepian karena budaya kota yang individualis juga

menyerang keluarga. Akhirnya mereka berpaling pada teman-teman mereka, pada pola

pergaulan yang negatif, dan saat orang tua mereka sadar, seringkali sudah terlambat. Karena

anak-anak mereka telah menjadi korban budaya jaman ini.

Maka akhirnya munculah suatu prinsip penting dalam pelayanan kaum muda yaitu:

No Relationship = No Ministry

(Tanpa hubungan, tidak mungkin ada pelayanan kaum muda)


Kemudian munculah pertanyaan selanjutnya, “OK, hubungan itu penting, namun

apakah harus dengan konseling? Bukankah banyak anak muda yang berhasil dalam hidupnya

tanpa konseling? Dapatkah kaum muda ditolong dengan menggunakan Injil saja, atau dengan

Firman Allah saja? Bukankah Kristus telah menyelamatkan kita, menebus kita secara penuh,

dan menjadikan hidup kita sama sekali baru?” Tentu saja penebusan Kristus tidak lagi perlu

ditambahkan apapun agar kita menerima karunia keselamatan. Dan tentu saja Firman Allah

yang hidup adalah cukup untuk menjawab segala permasalahan hidup manusia. Pertanyaan

yang sesungguhnya adalah How? Bagaimana Firman Tuhan dapat menjadi pengubah hidup

kaum muda?

Dalam bukunya, “Siapa Anda Sesungguhnya”, Dr. Neil T. Anderson mengatakan

bahwa pemuridan atau Pemahaman Alkitab (PA) akan gagal tanpa memahami terlebih dahulu

keadaan orang yang dimuridkan dan tanpa menerima terlebih dahulu apa adanya dirinya.

Beliau juga mengatakan bahwa pertumbuhan rohani tidaklah hanya sekedar membimbing

mereka dalam kelompok PA. Mereka juga memerlukan konseling. Demikian juga menurut

David E. Carlson. yang mengatakan bahwa ada saatnya di mana upaya Penginjilan dan

pengajaran Firman menjadi terbatas dan tidak efektif. Kaum muda tidak tertarik dan tidak

ingin diajar. Dalam situasi seperti inilah pelayanan konseling menjadi sangat berguna untuk

menolong mereka.

Prinsip utama Konseling Kristen mendefinisikan bahwa semua permasalah hidup

manusia timbul karena dosa dan karena itu, satu-satunya penyelesaian masalah yang efektif

dan permanen adalah dengan kelahiran kembali dan setelah itu hidup berjalan bersama Allah

setiap waktu. Artinya Konseling Kristen mengandalkan Firman Allah untuk menjawab

permasalahan hidup manusia, dengan ilmu psikologi sebagai “tambahan” yang dimanfaatkan

untuk melengkapi pengetahuan konselor-konselor Kristen dalam mendalami masalah di balik


tingkah laku manusia yang kompleks ini. Di sinilah Firman Tuhan memang digunakan

dengan cara konseling untuk menolong kaum muda.

Melihat hal ini, sudah selayaknyalah gereja menempatkan konseling sebagai salah

satu pelayanan yang tidak bisa tidak ada dalam pelayanan kaum muda. Namun saat ini, fakta

di lapangan memang menunjukkan bahwa konseling di gereja rata-rata berada di pundak para

hamba Tuhan penuh waktu. Selain tugas mereka yang cukup disibukkan dengan berbagai

aktivitas gereja, berkhotbah, mengatur organisasi gereja, mereka juga harus menyediakan

waktu mereka untuk menerima konseling jemaat, yang bukan hanya terdiri dari anak muda

saja, melainkan juga sampai ke kaum usia senja.

Di samping kesibukan para hamba Tuhan, masalah lain yang terjadi pada kaum muda

adalah keengganan mereka untuk berbicara dengan hamba Tuhan. Hamba Tuhan sering

digambarkan sebagai orang suci yang memegang “tongkat kerajaan Allah” yang akan

menghajar mereka apabila mereka melakukan kesalahan. Atau sebagai orang luar biasa yang

jauh sekali di atas mereka, tidak tersentuh dan tak terhampiri. Akhirnya mereka tetap mencari

jawaban dalam kebingungan sesama kaum muda lainnya atau mencari pada sumber-sumber

yang tidak dapat dipercayai kebenarannya, misalnya akhirnya jatuh pada ajaran yang

menyimpang.

Namun keadaan ini tidak perlu terus berlaku seperti ini. Kaum awam dapat

diperlengkapi untuk bisa melakukan tugas konseling dan masuk ke pelayanan kaum muda

tanpa harus dicap suci/agung/jauh dan lain-lain. Asalkan kaum awam diperlengkapi secara

benar dalam teologi maupun psikologi dan konseling Kristen, mereka dapat menjadi kekuatan

yang dashyat yang membantu para hamba Tuhan menolong kaum muda.

Akhirnya, setelah kita mengamati kondisi kaum muda dewasa ini, melihat mengapa

konseling merupakan hal yang penting dalam pelayanan kaum muda, dan mengamati

kebutuhan akan konselor awam yang diperlengkapi dengan baik, muncullah pertanyaan yang
paling akhir sebagai konklusi dari permasalahan di atas, yaitu: Bagaimana memperlengkapi

kaum awam dengan benar secara teologi, psikologi dan konseling Kristen, agar mampu

melayani khususnya kepada kaum muda sehingga masa depan gereja yang berada di tangan

para pemuda dapat menjadi suatu masa depan yang penuh pengharapan akan kondisi gereja

dan masyarakat yang membaik dari masa sekarang ini? Dan sesudah diperlengkapi,

bagaimana kaum awam tersebut dapat dipergunakan oleh gereja untuk benar-benar terjun

dalam pelayanan kaum muda, masuk dan menolong kaum muda? Jawaban dari pertanyaan

pertama tentu terletak pada institusi pendidikan konseling dan para hamba Tuhan yang

menguasai ilmu konseling Kristen. Sedangkan jawaban terhadap pertanyaan kedua terletak di

tangan para pemimpin gereja yang mampu membuat pelayanan konseling oleh orang awam

di gereja menjadi sesuatu yang dimungkinkan.

Sumber:

 Seminar dan Lokakarya Pelayanan Kaum Muda, Wisma Abdi Cipayung 19-21

April 2002, oleh Pdt. Robby I. Chandra, Yuwana Lestari Indonesia

 Siapa Anda Sesungguhnya, Menyadari Kuasa Identitas Anda di dalam Kristus,

Dr. Neil T. Anderson, Lembaga Literatur Baptis, 1999

 Psikologi yang Sebenarnya, Pdt. Dr. W. Stanley Heath, Yayasan Andi 1995

 Prinsip-Prinsip Konseling Siswa – Pedoman Lengkap untuk Pelayanan Kaum Muda

Jilid II, Bab 26, David E. Carlson, B.D., M.A., M.S.W., Yayasan Kalam Hidup, 1999

You might also like