Professional Documents
Culture Documents
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata
gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian
gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi
terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk
dapat ditahan.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu
kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak
dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan
terjadi.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan
gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau
akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik
tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat
terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi
A SUMATERA BARAT
Bagaimana kita tahu kerusakan akan sangat besar ?
Gempa yang relatif kecil dan hiposenternya sangat dalam tidak perlu dikhawatirkan.
Gempa-gempa sangat dalam ini hanya diperlukan dalam dunia ilmiah sebagai salah
satu data penelitian tektonik. Di permukaan kita hanya terasa goyangan kecil. Dalam
skala MMI sangat rendah sehingga kerusakan tidak berarti.
Gempa besar dalam
Apabila hiposenter gempa sangat dalam tetapi besarnya energi dan besaran
magnitudenya besar, maka gempa ini akan menjalar sangat jauuh dan akan merusak
permukaan yang berdekatan dengan episenter.
Gempa yang dangkal berposisi di laut walaupun relatif kecil masih berpotensi
merusak melalui tsunami. Energi gempa ini akan dipakai untuk mengangkat dasar
lautan (dislokasi) sehingga mampu menimbulkan tsunami yang juga merusak.
Gempa Padang
Getaran gempa Padang akhir September 2009 kali ini terasa hingga di Singapore dan
bahkan Kuala Lumpur. Mirip dengan gempa bengkulu yang dengan kekuatan 8.4 SR
dua tahun lalu. Bandingkan dengan ketiga gempa-gempa lain yang terjadi
sebelumnya dibawah ini :
Sejarah Gempabumi
Berdasarkan catatan data sejarah kegempaan, daerah Sumatera Barat memang sudah
berapa kali mengalami gempabumi merusak. Sejak 1822 hingga 2009 telah terjadi
setidaknya 14 kali kejadian gempabumi kuat dan merusak di Sumatera Barat dan
diantaranya menyebabkan tsunami. Sejarah panjang gempabumi merusak di
Sumatera
Barat, diantaranya adalah Gempabumi Padang (1822, 1835, 1981, 1991, 2005),
Gempabumi Singkarak (1943), Gempabumi Pasaman (1977) dan Gempabumi Agam
(2003).
Sedangkan gempabumi yang diikuti gelombang tsunami terjadi di Mentawai (1861)
dan Sori-Sori (1904).
Catatan paling tua menunjukkan bahwa di Padang pada tahun 1822 telah terjadi
gempabumi kuat yang diikuti suara gemuruh yang berpusat di antara Gunung Talang
dan Gunung Merapi. Meski tidak ada laporan secara rinci menyebutkan, namun
gempabumi ini dilaporkan menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa cukup
banyak.
Pada tanggal 28 Juni 1926, gempabumi dahsyat 7.8 Skala Richter juga dilaporkan
pernah mengguncang Padang Panjang. Akibat gempabumi ini tercatat korban tewas
lebih dari 354 orang. Kerusakan parah terjadi di sekitar Danau Singkarak Bukit
Tinggi, Danau Maninjau, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawah Lunto dan
Alahan
Panjang. Gempabumi susulan mengakibatkan kerusakan pada sebagian wilayah
Danau
Singkarak. Tercatat di Kabupaten Agam sebanyak 472 rumah roboh, 57 orang tewas
dan 16 orang luka berat. Di Padang Panjang sebanyak 2.383 rumah roboh, 247
orang tewas. Dampak gempabumi juga menimbulkan banyak tanah terbelah,
longsoran
di Padang Panjang, Kubu Krambil dan Simabur.
Gempabumi kuat dengan magnitudo 5.6 Skala Richter juga pernah terjadi pada 16
Pebruari 2004. Getaran empabumi ini dirasakan di sebagian besar daerah Sumatera
Barat hingga pada VI MMI (Modified Mercalli Intensity) yang menimbulkan korban
tewas sebanyak 6 orang dan meluluhlantakkan ratusan bangunan rumah di
Kabupaten
Tanah Datar.
Selang beberapa hari kemudian, tepatnya pada 22 Pebruari 2004, gempabumi yang
lebih besar kembali mengguncang Sumatera Barat dengan magnitudo 6 Skala
Richter. Gempabumi ini mengakibatkan satu orang korban tewas dan beberapa orang
luka parah serta ratusan rumah rusak berat di Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan data sejarah gempabumi Sumatera, dalam 100 tahun terakhir, sudah
sekitar 20 gempa besar dan merusak terjadi zona patahan ini. Berdasarkan
penelitian, aktivitas gempabumi di patahan Semangko rata-rata sekitar 5 tahun
sekali. Meskipun gempabumi di zona patahan ini magnitudonya relatif kecil,
namun dampaknya bisa sangat berbahaya disebabkan sumbernya di daratan yang
berdekatan dengan kawasan pemukiman.
Sebagai kawasan yang sangat rawan gempabumi, Daerah Sumatera Barat akan selalu
menjadi kawasan yang sering diguncang gempabumi. Oleh karena itu kita semua
dituntut untuk lebih serius dalam memperbaiki sistem penanganan bencana alam,
baik dalam memperbaiki sistem pamantauan gempabumi, pembuatan peta rawan
gempabumi, menyusun peta mikrozonasi gempabumi, merencanakan bangunan
tahan
gempabumi dan pendidikan masyarakat melalui sosialisasi mitigasi bahaya
gempabumi. Jatuhnya banyak korban gempabumi sebenarnya disebabkan karena
kurang
pahamnya masyarakat dalam menghadapi genpabumi.** *
Gempa bumi Sumatera Barat 2009
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
10:16:10, 30 September
Tanggal
2009 (UTC)
Kekuatan 7,6 Mw
Kedalaman: 87 km
1°23′49″S 99°54′00″E / 1.397°S
Episentrum: 99.9°EKoordinat: 1°23′49″S
99°54′00″E / 1.397°S 99.9°E
Indonesia
Negara yang
terkena Singapura
Malaysia
Intensitas
VII MMI[1]
maksimum:
Tanah Ya (di Kabupaten Padang
longsor: Pariaman)
Korban: 1.115 tewas
1.214 luka berat
1.688 luka ringan
1 hilang[2]
Gempa bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di
lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009.
[3]
Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.
[3]
Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat
seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota
Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang[4], Kabupaten Agam, Kota Solok,
dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sedikitnya 1.115 orang
tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatera Barat,
korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1
orang. Sedangkan 135.299 rumah rusak berat, 65.306 rumah rusak sedang, & 78.591
rumah rusak ringan[2].
Latar belakang
Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar
(lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di
dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah
seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus
200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa
berulangnya siklus. “Jadi lempeng tektonik Samudera Hindia menujam di bawah
lempeng Asia yang berada di Sumatera. Energi yang dilepaskan itu akibat
penujaman itu menjadi gempa,” paparnya saat dihubungi okezone, Rabu
(30/9/2009).
Dari catatan BMG, kata Sukhyar, terjadi beberapa gempa susulan. Namun
intensitasnya menurun. “Gempa susulan memang terjadi, tapi sangat kecil
kemungkinan terjadi gempa yang lebih besar,” ujarnya
Gempa 7,6 SR Pariaman, Sumatera Barat, pada pukul 17.16 WIB, menewaskan 75
orang. Berdasarkan laporan sementara Walikota Padang Fauzi Bahar, tanggap
darurat akan diberlakukan selama dua bulan.
“Tanggap darurat dua bulan ini karena kondisi gempa yang sangat berat,” kata Wakil
Presiden Jusuf Kalla usai rapat kabinet mendadak di rumah dinas, Jalan Diponegoro,
Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 30 September 2009.
Saat ini, lanjut dia, pengobatan dan makanan bagi mereka yang mengungsi serta para
korban lainnya, akan menjadi tanggungan pemerintah.
Tanggungan pemerintah itu akan berlakukan selama tiga bulan. “Tim medis dari
rumah sakit dikerahkan 100 tim medis,” ujar JK.
Seperti diketahui, gempa dahsyat itu berpusat di 0.84 Lintang Selatan dan 99.65
Bujur Timur.
Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat.
Sebelumnya, JK menyebut korban tewas mencapai 75 orang
Kejadian gempa
Bencana terjadi sebagai akibat dua gempa yang terjadi kurang dari 24 jam pada
lokasi yang relatif berdekatan. Pada hari Rabu 30 September terjadi gempa
berkekuatan 7,6 pada Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km di barat
daya Kota Pariaman (00,84 LS 99,85 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km.
Pada hari Kamis 1 Oktober terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala
Richter, kali ini berpusat di 46 km tenggara Kota Sungaipenuh pada pukul 08.52
WIB dengan kedalaman 24 km.[5] [6]Setelah kedua gempa ini terjadi rangkaian gempa
susulan yang lebih lemah. Gempa pertama terjadi pada daerah patahan Mentawai (di
bawah laut) sementara gempa kedua terjadi pada patahan Semangko di daratan.[7]
Getaran gempa pertama dilaporkan terasa kuat di seluruh wilayah Sumatera Barat,
terutama di pesisir. Keguncangan juga dilaporkan dari Padangsidempuan, Medan,
Kuala Lumpur, Singapura, Pekanbaru, Jambi, dan Bengkulu. Dilaporkan bahwa
pengelolaan sejumlah gedung bertingkat di Singapura mengevakuasi stafnya. [8]
Kerusakan parah terjadi di kabupaten-kabupaten pesisir Sumatera Barat, bagian
selatan Sumatera Utara serta Kabupaten Kerinci (Jambi). Sementara Bandar Udara
Internasional Minangkabau mengalami kerusakan pada sebagian atap bandara
(sepanjang 100 meter) yang terlihat hancur dan sebagian jaringan listrik di bandara
juga terputus[9]. Sempat ditutup dengan alasan keamanan, bandara dibuka kembali
pada tanggal 1 Oktober[10].
Akibat
Peringatan tsunami sempat dikeluarkan namun segera dicabut dan terdapat laporan
kerusakan rumah maupun kebakaran. [11] Sejumlah hotel di Padang rusak, dan upaya
untuk mencapai Padang cukup susah akibat terputusnya komunikasi. [12] Korban
tewas akibat gempa terus bertambah, dikhawatirkan mencapai ribuan orang.[13]
Namun demikian, hingga tanggal 4 Oktober 2009, angka resmi yang dikeluarkan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah 603 orang korban
tewas dan 343 orang dilaporkan hilang.[14] Pada tanggal 13 Oktober 2009, angka
korban tewas meningkat menjadi 1.115 jiwa.[15]Pertolongan yang sangat dibutuhkan
oleh korban gempa terutama adalah kekurangan obat-obatan, air bersih, listrik, dan
telekomunikasi, serta mengevakuasi korban lainnya.[16]
Lebih dari 100 warga negara Australia hilang menyusul bencana gempa bumi di
Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (30/9) lalu. Menteri Luar Negeri Australia Stephen
Smith mengumumkan Australia segera memberi bantuan darurat ke kawasan
bencana.
Smith memperkirakan sekitar 250 warga negara Australia berada di Padang, Sumbar
saat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang daerah itu Rabu sore lalu.
Padang sangat populer bagi peselancar dari berbagai negara, termasuk dari Australia.
Dari 250 orang Australia yang sedang berada di Padang itu, 140 orang di antaranya
sudah dapat dikontak.
“Saya peduli dengan 100-an orang Australia lainnya yang sampai sekarang tidak
diketahui keberadaan mereka,” kata Smith kepada Australian Broadcasting
Corporation, Jumat (2/10).
“Pada tahap ini, kami tidak punya bukti yang menunjukkan apakah warga Australia
itu tewas atau terluka,” kata Smith. “Kami hanya khawatir dan memastikan apakah
orang Australia berada di daerah gempa,” katanya.
Australia akan mengirim 44 anggota tim pencari dan penyelamat hari Jumat ini
untuk membantu operasi, bersama 10 spesialis penilai dari militer.
Barang-barang yang dibutuhkan saat keadaan darurat seperti tenda, terpal, kelambu,
dan tablet pemurni air siap dikirim ke Padang sebagai bagian dari kontribusi bantuan
Australia untuk Indonesia. “Saya pikir dengan skala bencana yang begitu dahsyat,
tak ada satu negara pun dapat mengatasinya sendirian,” kata Smith lagi.
Penyusun,
TUGAS MAKALAH GEMPA
SUMATERA BARAT