You are on page 1of 17

MAKALAH

“ PENERAPAN TEORI DIENES


PADA MATERI BANGUN RUANG “

PENYUSUN :
YULI NOVIANTI SYAH – 200913500???
HELDAWATI – 200913500693
FARINA CAHYANINGTYAS – 200913500721
RAHMAN SALEH – 2009913500559
KRISANTUS AMOS – 200913500725
GAGAS IMAM - 200913500730
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Belajar ………………………………………………………… 1

1.2 Pembelajaran Matematika ………………………………………………… 2

1.3 Teori Belajar ……………………………………………………….……… 4

BAB II ISI

2.1 Teori Belajar Kognitif ……………….………………..………...………….. 6

2.2 Teori Dienes ……………………………………………..………..……….. 7

2.3 Pakem………………………………………………………………….…... 12

2.4 Penerapan Teori Dienes Pada Materi Bangun Ruang ……………...……… 13

BAB III KESIMPULAN …………………………………………………….…… 14

BAB IV DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. PENGERTIAN BELAJAR

Secara psikologi, belajar dapat didefinisikan sebagai “Suatu usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahn tingkah laku secara sadar dari hasil
interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna.
Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah lakku yang terjadi harus
secara sadar. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar, apabila setelah melakukan
kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya ia
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat, sikapnya semakin
positif dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa
usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.
Dari pengertian diatas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah
laku itu dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
dipandang sebagai hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnnya menyangkut dua hal
yaitu, proses belajar dan hasil belajar.
Hasil belajar dapat dilihat, diukur, atau dirasakan oleh seseorang yang yang belajar
atau orang lain. Tetapi tidak demikian halnya dengan proses belajar. Terjadinya proses belajar
pada diri siswa sebagai upaya untuk memperoleh hasil belajar sesungguhnya sulit untuk
diamati karena ia berlangsuing di dalam mental. Meskipun demikian, terjadiinya proses
belajar dapat diidentifikasi dari interaksi yang dilakukan oleh siswa dengan lingkungannya
selama belajar. Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku
manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini
selanjutnya lazim desebut dengan teori belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, teori belajar menyatakan hokum-hukum /
prinsip-prinsip umum yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya dalam belajar. Di
dalam teori belajar terkandung dua hal, yakni :
a. Uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada peserta didik (secara
psikologi/intelektual)
b. Uraian tentang kemampuan intelektual peserta didik mengenai hal-hal yang dapat
dipikirkan pada usia tertentu.
3
Sedangkan teori mengajar menyatakan hukum-hukum / prinsip-prinsip umum tentang
bagaimana semestinya mengajar peserta didik. Dari pada teori mengajar terdiri dari dua hal
pokok yakni prosedur dan tujuan mengajar.
Meskipun secara prinsip terdapat perbedaan sudut pendang antara teori belajar dan
teori mengajar, namun pada pelaksanaannya kedua teori tersebut tidak dapat dipisahkan,
keduanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi mata uang logam. Hal ini bermakna bahwa,
setiap peristiwa mengajar selalu terjadi peristiwa belajar (bagaimana pun kadar intensitasnya),
walaupun belum tentu terjadi sebaliknya, sebab belajar dapat dilakukan secara sendiri (self
learner). dengan mengetahui berbagai teori belajar-mengajar, guru dapar mengetahui
kemampuan berpikir yang telah dimiliki dan memahami proses terjadinya belajar pada peserta
didik.
Dengan demikian guru mengetahui bagaimana menciptakan kegiatan belajar-mengajar
deseuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran. Disamping itu guru akan mengerti
bagamana seharusnya memberikan stimulasi sehingga peserta didik suka belajar, dan guru
juga dapat memprediksi secara rtepat dan beralasan tentang keberhasilan belajar peserta
didiknya.

1. 2. PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Pengertian matematika yang tercantum di dalam Kurikulum Matematika tahun 2004


adalah sebagai berikut: “ Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memeiliki objek
abstrak & dibangun melalui proses penalaran dedeuksi, yaitu kebeneran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebeanran sebelumnya sudah diterima, sehingga
keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat & jelas (Depdikbud, 2004: 2).
Matematika SD adalah matematika yang di ajarkan pada jenjang sekolah dasar dengan
raung lingkupnya meliputi bilangan, geometri dan pengukuran, aritmatikaserta pengolahan
data. Hal ini sesuai dengan Kurikulum 2004 mengenai ruang lingkup matematika antara lain:
“Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang
dibakukan dan harus dicapai oleh sisiwa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini
dikelompokkan dalam kemahiran matematika Bilangan, Pengukuran, dan Geometri, Aljabar,
Statiska, dan Peluang, Trigonometri dan Kalkulus (Depdikbud, 2004: 2).

4
Sedangkan fungsi dan tujuan matematika menurut Depdiknas 2003 adalah sebagai
berikut:
(1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalkan melalui
kegiatan penyeleidikan eksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten, serta inkonsistensi.
(2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
(3) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
(4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau menkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam
menjelaskan gagasan.
Dalam belajar matematika diperlukan pemahaman dan penguasaan materi terutama
dalam membaca simbol, tabel dan diagram yang sering digunakan dalam matematika serta
struktur matematika yang kompleks, dari yang konkret sampai yang abstrak, apalagi jika yang
diberikan adalah soal dalam bentuk cerita yang memerlukan kemampuan penerjemahan soal
kedalam kalimat matematika denagn memperhatikan maksud dari pertanyaan soal tersebut.
Dalam belajar matematika sama dengan belajar Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
PPKN, maupun IPS, itu dikarenakan matematika dan fisika mempunyai karakteristik/ciri
tertentu yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Ciri tersebut antara lain:
1. Objek penbicaraannya abstrak
2. Pembahasannya mengandalkan tata nalar
3. Pengertian/konsep atau pernyataan/sifat sangat jelas berjenjang sehingga terjaga
konsistensinya
4. Melibatkan perhitungan/pengerjaan (operasi)
5. Dapat dialihgunakan dalam berbagai aspek keilmuan maupun kehidupan sehari-
hari
Jadi, belajar matematika harus merupakan belajar bermakna, dalam arti setiap konsep
yang dipelajari harus benar-benar dimengerti/dipahami sebelum sampai pada latihan yang
aplikasinya pada materi dan kehidupan sehari-hari.

5
1. 3. TEORI BELAJAR

Dalam peokologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai


suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman
untuk memperoleh, meningkatkan datau membuat perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai
dan pandangan dunia (Illeris, 2000;Ormorod, 1995).
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofi mengenai teori-teori belajar, yaitu:
Behaviorisme, Kognitif, dan Konstruktivisme. Behaviorisme hanya berfokus pada aspek
objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan
pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstuktivisme belajar sebagai sebuah proses di
mana pelajar aktif membangun ide-ide batu atau konsep.
1. Behaviorisme
Teori belajar Behaviorisme berkonsentrasi pada studi tentang perilaku terbuka
yang dapat diamati dan diukur (Good & Brophy, 1990). Ini pandangan pikiran sebagai
“kotak hitam” dalam arti bahwa respon terhadap stimulus dapat diamati secara
kuantitatif, sama sekali mengabaikan kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam
pikiran. Beberapa pemain kunci dalam erkembangan teori behavioris ialah Bruner,
Pavlov, Watson, Thorndike dan Skinner.

2. Kognitif
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang Psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya emberikan banyak konsep utama dalam
lapangan Psikologi Perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
Kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang
berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata
(skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya) dalam tahapan-
tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti,
tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh
Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia.

3. Konstruktivisme
Barlett (1932) merintis apa yang menjadi pendekatan konstuktivis; konsturtivis
percaya bahwa “peserta didik membangun kenyataan mereka sendiri atau paling tidak
menafsirkannya berdasarkan persepsi mereka tentang pengalaman, sehingga pengetahuan
individu adalah fungsi dari pengalaman sebelumnya, struktur mental, dan keyakinan yang
diigunakan untuk menafsirkan objek dan peristiwa”. “Apakah seseorang mengetahui
didasarkan pada persepsi pengalaman ffisik dan sosial yang dipahami oleh pikiran”.
(Jonasson, 1991)
Jika salah satu pencarian melalui teori-teori filosofis dan psikologi banyak dari
masa lalu, benang konstruktivisme dapat ditemukan dalam penulisan orang-orang seperti
Bruner, Ulrick, Neiser, Gidman, Kant, Kuhn, Kwek dan Habernas. Yang paling
berpengaruh besar adalah Jean Piaget yang diinterprestasikan dan diperpanjang oleh van
Glasserfield (Smorgansbord, 1997)

7
BAB II
ISI
1. TEORI BELAJAR KOGNITIF

Belajar seharusnya menjadi kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya
memplertahankan hidup dan mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan, berlajar
merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan proses belajar – mengajar. Melalui belajar
seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang barum, dan atau mengalami perubahan
tingkah laku, sikap dan keterampilan.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti diungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa
“Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara related dan
berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu peoses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebahai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat rlatif dan
berbekas.
Sesuai dengan karakterisrtik matematika maka belajar marematika lebih cenderung
termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat
langsung dalam kokteks perubahan tingkah laku.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan taknologi yang sangat pesat dewwasa ini akan
dapat membawa dampak yang positif pada masyarakat i\Indonesia berupa usaha untuk serlalu
meningkatkan diri agar tidak ketinggalan dalam duni apendidikan. Masalah-masalah
pendidikan yang sangat mendesak dan meni=untut priorotas untuk segera ditanggulangi
antara lain” pemerataan pendidikan, relevansi pendidikanm, dan mutu pendidikan. Guru
merupakan unsure penting dalam sebuah sistem pendidikan. Proses belajar siswa sangar
dipoengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka. Guru yang member perhatian,
hangat dan supportif (member semangat) diyakini bisa member motivasi belajar yang pada
gilirannya dapat meningkatkan prestasi siswa.

8
Hal ini dapat dilihat dengan adanya bahan pembelajaran yang sulit akan terasa mudah
oleh siswa dengan bantuan guru. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar
sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Interaksi
tersebut sudah pasti akan mengoptimalkan tujuan yang telh dirimuskan. Upaya
peningkatankualitas pendidikan merupakan salah satu pokom permasalahan. Salah satu
pemecahan masalah tersebut adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Penelitian pendidikan
yang dimaksud adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Ada bebertapa pendapat mengenai proses belajar mengajar. Diantaranya menutut Usman
proses belajar mengajar adalah suatu proses yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapat tujuan tertentu. Dalam proses belajar emngajar ada guru, pesertra didik ddan
sesuatu yang diajarkan. Menurut William Burton , proses belajar ialah pengalaman, berbuat,
mereaksi, dan melampaui. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan
lingkungan. Bukti bahwa seorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku orang
tersebut (Oemar Hamalik, 2003)
Suatu proses belajar uang aktif ditandai dengan adanya kerlibatan siswa secara
komprehensif baik fisik, mental maupun emosional. Pembelajaran matematika memerlukan
kemampuan guru dalam mengelila proses belajar mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat
optimal, yang akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Pengelolaan ini dapat
dilakukan dengan melakukan variasi metode mengajar, disesuaikan dengan sub pokok
bahasan yang sedang diberikan.

2. 1. Teori Dienes

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada


cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori pieget, dan
pengembangannya diorientasikan pada anak-anak, sedemikian rupa sehingga sistem yang
dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika.
Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi
tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur dan
mengkatagorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan
bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang
konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau

9
obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pengajaran matematika.
Makin banyak bentuk-bentuk yang berlainan yang diberikan dalam konsep-konsep
tertentu, akan makin jelas konsep yang dipahami anak, karena anak-anak akan memperoleh
hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajarinya itu.
Dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai diarahkan dalam kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih anak-
anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan
mentranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan yang satu ke bentuk permainan
lainnya. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam
permainan semula..
Menurut Dienes konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-
tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:

1. Permainan Bebas (Free Play)


Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan konsep
bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang
aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk
mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai
membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami
konsep yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik
mulai mempelajari konsep-konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang
merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi.

2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)


Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola
dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam
konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami
aturan-aturan tadi. Jelaslah, dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal
dan memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan
yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa,
karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang
dipelajari itu. Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu
kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak

10
relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan permainan block logic, anak diberi kegiatan
untuk membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian
membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam
membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap
konsep tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak
merah (biru, hijau, kuning).

3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)


Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari
kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan
struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat
abstrak yang ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan
permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang
tebal, anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok
tersebut (anggota kelompok).

4. Permainan Representasi (Representation)


Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para
siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil
menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu.
Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada
pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang
sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak untuk menemukan banyaknya diagonal poligon
(misal segi dua puluh tiga) dengan pendekatan induktif seperti berikut ini.
Segitiga Segiempat Segilima Segienam Segiduapuluhtiga
0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal ..... diagonal ……. diagonal

5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)


Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan
merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika
atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal
dengan pendekatan induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya
diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.

11
6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-
siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat
baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur
matematika seperti aksioma, harus mampu
merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut. Contohnya, anak didik telah
mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan
suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta
membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang
sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya.
Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan peserta sifat-sifat tertutup, komutatif,
asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem
matematika. Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama
belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi
matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes
berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang
dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent)
dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.
Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya
sesuai dengan prinsip variabilitas perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik
dapat melihat struktur dari berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya
imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian (multiple
embodiment) juga membuat adanya manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel
matematika. Variasi matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai sejauh mana
sebuah konsep dapat digeneralisasi terhadap konsep yang lain. Dengan demikian, semakin
banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, semakin jelas bagi
anak dalam memahami konsep tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa untuk memahami suatu amanat perlu diberikan
beranekaragam materi konkret sebagai model (representatif) konkret dari konsep itu.
a. Dengan melihat berbagai contoh siswa akan memperoleh penghayatan lebih
benar. Misalnya anak-anak akan bertanya-tanya apakah kasuari itu burung?
Apabila sehari-hari ia hanya mengenal burung perkutut yang ada di rumahnya,

12
tentu pertanyaan tersebut akan muncul. Begitu pula ia akan lebih baik
memahami konsep segitiga bila representatif segitiga itu ditujukkan dengan
gambar segitiga, bidang yang mencakup beranekaraggaman jenis segitiga
(segitiga lancip, tumpul, sama kaki, sama sisi, sembarang, dan siku-siku) tidak
hanya satu macam saja.
b. Dengan banyaknya contoh ia akan lebih banyak menerapkan konsep itu kedalam
situasi yang lain. Misalnya anak yang dalam belajar menetukkan luas suatu
bidang akan dapat menerapkan konsep tersebut untuk mencari luas suatu
lapangan.
Berhubungan dengan tahap belajar, suatu anak didik dihadapkan pada permainan yang
terkontrol dengan berbagai sajian. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk membantu
anak didik menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya. Langkah
selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan pelajaran
tanda material kongkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan akhirnya
memadukan simbol - simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu
cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses penemuan
dan formalisasi melalui percobaan matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan
anak didik pada kegiatan belajar secara aktif dari pada hanya sekedar menghapal. Pentingnya
simbolisasi adalah untuk meningkatkan kegiatan matematika ke satu bidang baru.
Dari sudut pandang tahap belajar, peranan guru adalah untuk mengatur belajar anak
didik dalam memahami bentuk aturan-aturan susunan benda walaupun dalam skala kecil.
Anak didik pada masa ini bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk kongkret
dan mereka memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan Anak harus
mampu mengubah fase manipulasi kongkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait
dengan pengalaman kongkretnya.

13
2. 2. PAKEM
Teori belajar Dienes yang menekankan pada tahapan permainan yang berarti
pembelajaran yang diarahkan pada proses melibatkan anak didik dalam belajar. Hal ini berarti
proses pembelajaran dapat membangkitkan dan membuat anak didik senang dalam belajar.
Oleh karena Itu teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan konsep pembelajaran dengan
pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Berikut ini
akan dijelaskan secara sengkat tentang PAKEM.
Menurut Siswono (2004), PAKEM bertujuan untuk menciptakan sesuatu
leiongkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik engan keterampilan-keterampilan,
pengetahuan dan sikap bagi kehidupan anak-anak kelak.
Aktif diartikan peserta didik mampu berinteraksi untuk menunjang pembelajaran.
Guru harus menciptakan suasana sehingga peserta didik aktif bertanya, memberikan
tanggapan, mengungkapkan ide dan mendemonstrasikan gagasan atau idenya. Guru aktif akan
mementau kegiatan belajar peserta didik, memberi umpan bailk, mengajukan pertanyaan
menantang dan mempertanyakan gagasan anak didik. Dengan memberikan kesempatan
peserta didik aktif akan mendorong kreativitas peserta didik dalam belajar maupun
memecahakn masalah.
Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan
membuat alat bantu belajar, bahkan menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan pembelajarannya. Peserta didik akan
kreatif, bila diberi kesempatan merancang/membuat sesuatu, menuliskan ide atau gagasan.
Kegiatan tersebut akan memuaskan rasa keingintahuan dan imajinasi mereka. Apabila suasana
belajar yang katif dan kreatif terjadi, maka akam mendorong peserta didik untukmenyenangi
dan memotivasi mereka untuk terus belajar.
Menyenangkan, diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang “hidup”, semarak,
terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan mendorong pemusatan perhatian peserta didik
terhadap belajar. Agar menyenangkan diperlukan afirmasi (Penguatan/penegasan), memberi
pengakuan dan merayakan kerja kersnya dengan tepuk tangan, poster umum, catatan pribadi
atau saling menghargai. Kegiatan belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan harus tetap
bersandar pada tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
Efektif yang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan
pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif dan
menyenangkan, tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan belaka.

14
2. 3. Penerapan dalam pembelajaran bangun datar
• Tahap pertama. Siswa diperkenalkan dengan beberapa bentuk bangun ruang. Misalnya
guru menggambarkan bentuk asli dari sebuah bangun kubus.
• Lalu, guru bisa memberikan pertanyaan kepada siswa “apakah nama bentuk dadu yang
sering digunakan untuk permainan?”, “coba sebutkan sebuah benda yang berbentuk
balok yang kalian sering lihat dirumah! ” dengan pertanyaan seperti ini, Siswa bisa
memberikan contoh dalam bentuk bangun lain, sesuai dengan apa yang mereka telah
lihat dalam kehidupannya sehari-hari.
• Lalu, siswa bisa menentukan ciri-ciri atau sifat dari bangun ruang yang telah
diketahui. Misalnya, antara kardus dan buku mempunyai 6 sisi, antara buku dan kasur
mempunyai jumlah 4 diagonal ruang. Guru bisa memberikan pertanyaan “berapakan
jumlah sisi dari prisma segiempat ?.”
• Tahap yang lebih lanjut untuk pengenalan geometri ruang yaitu mengenai luas
permukaan. Dengan cara menggambarkan sebuah balok. Dan memberikan penjelasan
mengenai :
H G

E
F
D C

A B
Gambar diatas merupakan sebuah balok ABCD.EFGH yang memiliki panjang (p),
lebar (l), dan tinggi (t).
Luas ABCD = luas EFGH = p x l
Luas BCFG = luas ADEH = l x t
Luas ABEF = luas DCGH = p x t
Jadi, luas permukaan balok tersebut adalah :
2(p x l)+( l x t)+( p x t) = 2 pl + 2 lt + 2 pt
= 2 (pl+lt+pt)
• Pada tahap formalisasi, siswa harus mampu untuk mengurutkan sifat-sifat dari
masing-masing bangun ruang dan merumuskan suatu rumus untuk menghitung luas
permukaan bangun ruang atau volumenya.
BAB III
KESIMPULAN

• Teori belajar Dienes membagi belajar menjadi 6 tahapan, yaitu:


1. Permainan Bebas (Free Play)
2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
4. Permainan Representasi (Representation)
5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)

• PAKEM adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. PAKEM dalam praktek pembelajarannya lebih berfokus pada
keaktifan siswa, guru sebagai fasilitator saja.

• Kelebihan Teori belajar Dienes adalah :


1. Dengana menggunakan benda-benda konkrit, siswa lebih dapat memahami
maksud dari sebuah konsep dengan benar.
2. Susunan belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak membosankan.
3. Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif.
4. Konsep yang lebih dipahami dapat lebih mengakar karena siswa
membuktikannya sendiri.
5. Dengan banyaknya contoh dengan melakukan permainan siswa dapat
menerapkan kedalam situasi yang lain.

• Kekurangan Teori belajar Dienes adalah :


6. Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes, karena teori ini
lebih mengarah kepermainan.
7. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama.
8. Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarahkan siswa, maka siswa
cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.

16
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar, 1994. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim, 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ratna, Wilis Dahar 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Rusyan, Tabrani dkk, 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,Bandung:


Remaja karya.

17

You might also like