Professional Documents
Culture Documents
0,02
=124.000x103ml=124.000.000 ml
II. ∑ = n x p
V
= 20 X 100
0,02
=100.000x103ml=100.000.000 ml
Jadi pada mencit 1 jumlah kerapatan
spermanya adalah 124.000.000 ml dan
pada mencit 2 jumlah kerapatan
spermanya adalah 100.000.000 ml
- kepala gepeng
- kepala dua
- ekor pendek
1.2 Pembahasan
1.2.1 Menghitung Konsentrasi Spermatozoa
Praktikum analisis spermatozoa ini bertujuan untuk menghitung konsentrasi
spermatozoa. Langkah awala adalah menyiapkan mencit jantan yang sudah dewasa untuk
diambil spermatozoanya. Setelah itu mencit tersebut dibunuh dengan cara dislokasi
servikalis. Cara membunuh dislokasi servikalis yaitu sebagai berikut mencit dipegang
tengkuk lehernya dan dipegan ekornya, kemudian ekornya ditarik dengan tangan yang satu
menahan tengkuknya. Apabila terdengar bunyi seperti patahan pada tengkuk mencit maka
mencit sudah dapat dipastikan mati. Selanjutnya ditunggu kira – kira 5 menit atau 10 menit
maka mencit sudah dapat dibedah. Cara ini digunakan agar spermatozoa mencit tetap sehat
dan tidak tercampur oleh obat jika dibunuh dengan cara diberi chloroform. Mencit
kemudian dibedah dan diamati organ reproduksinya. Pada bagian cauda epididimis
diambil. Hal ini dilakukan karena pada cauda epididimis sperma sudah matang dan sperma
sudah mengalami pengaktifan gerak. Kemampuan pergerakan sperma disebut motilitas.
Epididimis melekat ke satu sisi testis dari anterior ke posterior.dari luar tampak
seperti pembuluh besar berbentuk seperti satu pembuluh besar berbentuk seperti huruf S
terbalik, sebetulnya ia terdiri dari pembuluh (vas) yang melilit – lilit yang dibungkus oleh
jaringan pengikat sehingga menjadi satu bangunan. Terdiri atas tiga bagian caput, corpus,
dan cauda. Caput ada di depan tempat bermuara vasa efferensia. Corpus adalah bagian
tengah dan memanjang ramping disepanjang sisi testis. Cauda adalah bagian ujung atau
ekor, berbentuk huruf U, ujungnya bertemu vas deferens (Yatim, 1996).
Setelah cauda epididimis diambil. Cauda epididimis diletakkan pada cawan petri
yang sudah berisi NaCl 0,9 %. NaCl digunakan karena NaCl bersifat isotonic yang akn
menjaga sperma untuk lebih bertahan hidup dan tidak cepat mati. Cauda epididimis yang
sudah tercelup ke dalam NaCl dicacah selembut mungkin. Hal ini dilakukan agar sperma
keluar dari cauda epididimis. Suspensi sperma tersebut disedot dengan pipet thoma set
darah merah dengan volume 1 ml. Kemudian disedot lagi NaCl sampai batas volume 101.
suspensi disedot dengan cara ujung pipet thoma diletakkan ke dalam mulut lalu disedot.
Suspensi sperma ditaruh ke dalam hemasitometer improved neubeuer. Hemasitometer inin
berbenruk seperti kaca tebal yang mempunyai sekat – sekat kecil yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop sebab sekat ini bersifat mikroskopis. Sekat – sekat inilah yang disebut
bilik atau kamar. Pada percobaan kali ini hanya dihitung 25 kamar . saat sperma bergerak
menuju sekat maka dihitung satu apabila sudah terlihat kepala dari sperma. Percobaan inin
menggunakan 2 mencit. Pada mencit pertama setelah dihitung pada bilik 1 terdapat sperma
sebanyak 39, bilik 2 = 33, bilik 3 = 5, bilik 4 = 17, bilik 5 = 30. pada mencit kedua bilik 1
= 27, bilik 2 = 23, bilik 3 = 9, bilik 4 = 17, bilik 5 = 24. Rata- rata sperma mencit pertama
adalah 24, 8 sedangkan mencit kedua adalah 20. dari perhitungan konsentrasi
menunjukkan bahwa konsentrasi mencit pertama adalah 124.000.000 ml dan mencit kedua
adalah 100.000.000 ml. hasil tersebut menunjukkan bahwa mencit 1 dan 2
normozoospermia, sebab konsentrasinya antara 40 – 200 juta /ml.
Pada pengamatan spermatozoa salah satunya dapat dilihat dari penghitungan
konsentrasi dan volume, yaitu sebagai berikut :
1. Konsentrasi
Konsentrasi/ jumlah spermatozoa /ml semen,dihitung dengan hemacytimeter
neubaeur juga, dihitun dengan melihatnya di bawah mikrskop perbesaran 450X.
Melihat pada konsentrasi pria dapat dibedakan atas 4 golongan fertiltas :
a. polyzoospermia : >250 juta/ml
b. normozoospermia : 40-200 juta/ml
c. oligozoospermia : <40 jta/ml
d. azoospermia : 0/ml
Menurut Rehan et al (1975) konsentrasi itu 8,1 ± 57 SD juta/ml, dengan range 4-318
juta/ml. Sedang menurut Smith et al (1978) konsentrasi itu 70 ± 65 SD juta/ml, dengan
range 0,1-600 juta/ml.
2. Volume
Rata-rata volume ejakulasi adalah 2.5 – 3.5 ml (manusia)
- aspermia : 0 ml tidak ada sperma sama sekali/mandul.
- hypospermia : < 1 ml kemungkinan sampel tumpah; gangguan patologis dan
genetis; vesicula seminalis terganggu, atau gangguan hormonal.
- normospermia : 1 – 6 ml
- hyperspermia : > 6 ml kemungkinan karena abstinensi terlalu lama, kelenjar
kelamin terlalu aktif.
(Yatim, 1994)
1.2.2 Pengamatan Morfologi Spermatozoa
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk morfologi sperma yang normal
dan abnormal. Langkah awal yaitu mengambil beberapa tetes sperma dari suspensi sperma
yang telah dibuat tadi. Kemudian diteteskan pada kaca obyek dan diratakan dengan kaca
obyek yang lain. Hal ini dilakukan agar terbentuk lapisan tipis pada kaca obyek yang akan
memudahkan pengamatan saat diamati dengan mikroskop. Setelah itu dibiarkan beberapa
saat agar mengering. Preparat sperma ditetesi dengan methanol secara merata pada lapisan
tipis sperma yang terbentuk pada saat pemerataan dengan kaca obyek yang lain dan
dibiarkan beberapa saat agar mengering. Metanol berfungsi untuk melekatkan preparat
pada kaca obyek. Preparat ditetesi lagi dengan eosin y dan dibiarkan selama 5 menit. Eosin
y berwarna merah dan berfungsi untuk mewarnai bagian bagian sel yang bersifat basa
sebab eosin itu sendiri berasifat asam. Kemudian dibilas agar tidak terlalu banyak eosin y
yang mewarnai preparat sebab apabila pewarnaan terlalu tebal maka preparat akan susah
diamati. Terakhir preparat ditetesi dengan metilen blue dan dibiarkan 5 menit, lalu dibilas
dengan air. Metilen blue berwarna biru dan berfungsi untuk mewarnai bagian sel yang
bersifat asam sebab metilen blue bersifat basa. Setelah pewarnaan preparat sperma selesai
maka diamati morfolginya dibawah mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan adanya
morfologi sperma yang abnormal, yaitu sperma berkepala gepeng, berkepala dua, ekor
bagian utama dan ujung terbagi 2, letak ekor yang apaxial, dan ekor pendek.
Spermatozoa yang normal terdiri atas kepala, leher, dan ekor. Dengan morfologi
kepala lonjong jika dilihat dari atas dan “pyriform” jika dilihat dari samping, lebih tebal
dekat leher dan menggepeng ke ujung. Panjang 4 – 5 m, lebar 2,5 – 3,5 m. Sebagian
besar kepala berisi inti. Dua pertiga bagian depan inti diselaputi tutup akrosom. Jika terjadi
pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim – enzim, yang
terpenting diantaranya ialah hialuronidase dan protease mirip tripsin. Enzim itu perlu untuk
membuyarkan sel corona radiata yang menyalut ovum dan menembus zona pelucida.
(Yatim, 1996)
Spermatozoa dapat berbentuk lain dari biasa, terdapat baik pada orang fertil maupun
infertil. Hanya saja pada orang fertil kadarnya sedikit saja. Ada batas minimum %
abnormal terhadap normal kebanyakan, mengakibatkan orangnya infertil. Bentuk abnormal
terjadi karena berbagai macam gangguan dalam spermatogenesis, terutama pada waktu
spermiogenesis. Gangguan itu mungkin karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat
radiasi, atau oleh penyakit (Yatim, 1994).
BAB II
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Wildan, Dr.(1994). Reproduksi dan Embryologi. Penerbit Tarsito : Bandung.
SKEMA KERJA
1. Menghitung konsentrasi spermatozoa
Mus musculus jantan dewasa
HASIL