You are on page 1of 2

Blok Ambalat

Bermula dari lepasnya Timor Timur, 1999, kemudian kekalahan diplomasi politik kita
di Mahkamah Internasional dalam mempertahankan Sipadan-Ligitan, 2002, sehingga
kedua pulau tersebut menjadi milik Malaysia. Lepasnya kedua wilayah dengan mudah
dan dalam waktu relatif singkat membuat masyarakat kita trauma kemungkinan
trauma Sipadan-Ligitan terulang untuk kasus Blok Ambalat. Konstruksi bangunan
teritorial kita dilihat dari kepentingan nasional dirasakan begitu rapuh dalam beberapa
tahun terakhir. Sengketa dua blok wilayah Malaysia-Indonesia kembali memanas.
Masing-masing mengklaim sebagai wilayah sah mereka. Malaysia memberi nama
ND6 dan ND7 dan Indonesia menamakan Blok Ambalat dan Blok Ambalat Timur.

kajian politik yang ditulis MA Yusoff (2004), bahwa dalam konteks historis,
sebenarnya Sipadan-Ligitan diakui masuk dalam wilayah Indonesia, tetapi dari aspek
teknologi yang digunakan dan penguasaan konsep-konsep diplomasi politik modern
dalam persidangan di Mahkamah Internasional, tim negosiator dari Malaysia jauh
lebih unggul karena Indonesia hanya mengandalkan aspek historis. Ada kemungkinan
referensi ini menjadi inspirasi kuat bagi Pemerintah Malaysia untuk menggiring kasus
Ambalat ini menjadi lebih kompleks di tingkat Mahkamah Internasional, sebagaimana
ia memenangkan Sipadan-Ligitan dengan mudah.

Dalam sengketa ini kekuatan militer TNI juga telah diperhitungkan kekuatannya oleh
para ahli strategi di Malaysia sebagai referensi pemerintah Malaysia dalam
menentukan sikap terhadap sengketa di wilayah ambalat. Bahwa TNI tidak berada
dalam keadaan optimal akibat embargo militer AS sejak beberapa tahun lalu, hanya
sebagian peralatan tempur yang dimiliki TNI AU dapat digunakan karena ketiadaan
suku cadang untuk mengoperasikan kekuatan secara penuh. Jet Sukhoi yang dimiliki
Indonesia hanya mempunyai kemampuan radar, tanpa dibantu oleh kelengkapan
persenjataan yang lebih canggih lainnya. Pertanyaannya, bagaimana persiapan
Pemerintah RI untuk mengelola kasus ini. Karena kasus ini, bukan hanya terkait
dengan persoalan klaim sumber minyak, tetapi jauh dari itu juga menyangkut
pelecehan harkat dan martabat,harga diri, dan nasionalisme kebangsaan Indonesia
serta wilayah kedaulatan negara yang “haram” untuk dinegosiasikan.

Reklamasi Pantai oleh Singapura

Sentosa Island, di singapura sudah bukan rahasia umum merupakan hasil teknologi
reklamasi pantai yang bahan baku pasirnya didapat dari Negara kita, tepatnya di
daerah kepulauan riau. Hal ini merupakan kasus pencaplokan wilayah dengan cara
tersembunyi. Minimnya pengetahuan masyarakat, dan rendahnya tingkat
kesejahteraan wilayah setempat, atau berbagai hal termasuk keserakahan pemerintah
juga permainan pemodal, menjadikan hal ini legal. Dan merekapun tak kuasa untuk
menerima iming-iming limpahan materi sebagai kompensasi hal tersebut. Pasir pantai
wilayah NKRI kita dikeruk secara berkala dan dipindahkan ke wilayah Singapura,
hingga akhirnya menambahkan sebuah pulau dalam Negara tersebut.

Gerakan Separatis

Gerakan Aceh Merdeka, Lepasnya wilayah Timor Leste, hingga Organisasi Papua
Merdeka. Secara sadar bahwa ada sekian warga negara yang tidak bangga ataupun
merasa tidak diperhatikan dan sejahtera sebagai bagian dari NKRI. Sehingga timbul
keinginan untuk lepas untuk membangunt Negara sendiri atau menggabungkan diri
dengan Negara lain. Bukan hal rahasia lagi, dalam kasus seperti inipun tidak lepas
dari intervensi Negara tetangga yang berbatasan. Batas wilayah yang sangat
berdekatan dengan Negara tetangga dimanfaatkan untuk mengambil hati masyarakat
sekitar hingga mereka merasa nyaman dan kebutuhan kesejahteraanpun lebih
dipenuhi oleh Negara tetangga tersebut, tanpa masyarakat tahu adanya tendensi dari
sikap baik itu. Kurangnya perhatian pemerintah menjadi factor utama permasalahan
ini. System pengelolaan hasil sumber daya alam yang salah oleh pemerintah pusat,
dan hanya menyisakan beberapa persen untuk alokasi di wilayah pemilik SDA
tersebut, menjadikan kekecewaan dan memunculkan keinginan untuk berpisah.
Sehingga ketika diadakan referendum, mayoritas penduduk tempat tersebut akan lebih
memilih untuk lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

SOLUSI PERMASALAHAN PERTAHANAN NEGARA KEPULAUAN

Wawasan Nusantara

Diperlukan suatu konsep geopolitik khusus untuk menyiasati keadaan/kondisi Negara


Indonesia, yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar sepanjang 3,5 juta mil. Konsep
geopolitik itu adalah Wawasan Nusantara. Berbeda dengan pemahaman geopolitik
negara lain yang cenderung mengarah kepada tujuan ekspansi wilayah, konsep
geopolitik Indonesia, atau Wawasan Nusantara justru bertujuan untuk
mempertahankan wilayah. Sebagai negara kepulauan yang luas, Bangsa Indonesia
beranggapan bahwa laut yang dimilikinya merupakan sarana “penghubung” pulau,
bukan “pemisah”. Sehingga, walaupun terpisah-pisah, bangsa Indonesia tetap
menganggap negaranya sebagai satu kesatuan utuh yang terdiri dari “tanah” dan “air”,
sehingga lazim disebut sebagai “tanah air”. Untuk mewujudkan integrasi tanah air
serta mencapai tujuan Wawasan Nusantara, maka dipakailah empat asas, yaitu:

You might also like