You are on page 1of 13

Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di

ASEAN
Oleh : Redaksi-kabarindonesia | 24-Mar-2007, 07:26:01 WIB

KabarIndonesia - Usia harapan hidup penduduk Indonesia menurut WHO berkisar rata-rata
66,4 tahun. Angka ini jauh berada lebih rendah daripada angka harapan hidup Negara
Vietnam rata-rata 69,6 tahun, Filipina rata-rata 68,3 tahun, Malaysia rata-rata 72 tahun,
dan Singapura rata-rata 79,6 tahun. Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia berjumlah
230 per 100 ribu kelahiran hidup, Vietnam 130, Filipina 200, Malaysia 41, Singapura 15.
Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia berjumlah 39 per 1000 kelahiran hidup,
Vietnam 31, Filipina 28, Malaysia 8, Singapura 3.

Rendahnya angka harapan hidup ini menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH disebabkan
ketidakjelasan arah reformasi sistem pelayanan kesehatan primer.

“Data kesehatan global menunjukkan bahwa semakin baik sistem pelayanan kesehatan
primer (pertama) semakin baik status kesehatan masyarakatnya serta semakin efisien
pelayanannya,” ujar Nugroho Wiyadi, Jumat (23/3) di Ruang PBL, Gedung Radiputro FK
UGM dalam sosialisasi kegiatan Konferensi dan Pertemuan Ilmiah Nasional yang
membahas Refinement Arah Reformasi Sistem Pelayanan Kesehatan Primer dan
Pengembangan Profesi Dokter Praktek Umum, Dokter Layanan Primer dan Dokter Keluarga,
dilaksanakan pada 29-30 Maret 2007.

Kata Nugroho, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak memiliki kompetensi
dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak sesuai standar, dan
sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada akhirnya
mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti resistensi
obat akibat pemakaian obat antibiotik.

Pemahaman masyarakat yang lemah tentang sistem pelayanan kesehatan primer


(puskesmas/Dokter Praktek Umum) dan sekunder (Rumah Sakit), mengakibatkan mereka
tidak mengikuti sistem rujukan yang ada. “Masyarakat pada kelas ekonomi lemah
cenderung memilih pelayanan kesehatan yang paling dekat dan murah, tidak peduli
apakah petugas yang dia mintai pertolongan tersebut memiliki kewenangan dan
kompetensi yang memadai. Sedangkan masyarakat pada kelas ekonomi menengah ke atas
cenderung langsung memeriksa diri ke dokter spesialis dengan berbagai risiko
ketidaktepatan pemilihan jenis dokter spesialis yang dipilihnya,” papar Nugroho.

Nugroho menambahkan, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dapat


dilakukan melalui penyediaan pelayanan yang bermutu, “Sejak tahun 2001 Indonesia telah
menerapkan kebijakan desentralisasi kesehatan. Fokus dari kebijakan desentralisasi
kesehatan tersebut lebih ke arah perubahan kewenangan dan kelembagaan, yang dalam
sistem pelayanan kesehatan primer dimanisfestasikan adanya semi otonomi pengelolaan
puskesmas, yang sayangnya belum menyentuh reformasi sistem pelayanan primernya itu
sendiri,” kata Nugroho.

Sumber : www.ugm.ac.id
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
Sistem Kesehatan adalah kombinasi antara institusi kesehatan, mekanisme
financial, system informasi, mekanisme jaringan organisasi, dan manajemen struktur
termasuk administrasi, dalam upaya mendukung penyediaan jasa pelayanan kesehatan
bagi pasien (Lassey, 1997).
Pada SKN 2004, Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan tindak lanjut keikutsertaan
Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan setingi-tingginya, yang dideklerasikan
oleh WHO 1980, “Health For All By The Year 2000”. Melalui rencana pembangunan
jangka panjang bidang kesehatan (RPJPK 1982). Selanjutnya awal abad XXI
Indonesia menetapkan “Indonesia Sehat 2010”. Dan dilanjutkan dalam menjalankan
tujuan MDG (Millenium Development Goal) pada tahun 2015 adalah untuk
memberantas kemiskinan dan kelaparan, peningkatan pendidikan dan kualitas
perempuan, mengurangi kematian anak-anak, meningkatkan tingkat kesehatan,
terutama dalam melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, meyakinkan
sustainable development berjalan di berbagai negara.
Landasan Sistem Kesehatan Nasioanal meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan
ayat (3), serta pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), pasal 28 B ayat (2), pasal 28 C ayat (1).
3. Landasan Operasional, meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan masyarakat
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah
secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem kesehatan nasional yang berpihak kepada rakyat miskin harus memenuhi
beberapa syarat, di antaranya memberikan bantuan biaya pengobatan bagi masyarakat
miskin. Membangun fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat miskin
dan memrioritaskan penanggulangan penyakit yang banyak diderita masyarakat
miskin. Pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak dana kesehatan bagi
masyarakat miskin, mengutamakan keterlibatan masyarakat tingkat akar rumput
dalam pembangunan kesehatan dan menerapkan program kesehatan masyarakat
nonpersonal.
Pemerintah telah memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin
melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pelaksanaan program
itu tidak disesuaikan dengan sistem jaminan sosial nasional sebagaimana diatur dalam
undang-undang nomor 40 tahun 2004.

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan menigkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Lovey dan Loomba,
1973).
Sistem Pelayanan Kesehatan merupakan bagian penting untuk menigkatkan
derajat kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan
mempengaruhi. Sistem teridiri dari :

1. Input

Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya


sebuah sistem. Input tersebut dapat berupa potensi masyarakat, tenaga dan sarana
kesehatan, dll.

2. Proses

Yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem
tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan antara lain, berbagai kegiatan dalam
pelayanan kesehatan.

3. Output
Merupakan hasil yang memperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan
antara lain, pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat dalam
sembuh dan sehat.

4. Dampak

Merupakan akibat dari output, jadi dalam waktu yang lama. Contohnya, masyarakat
sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.

5. Umpan balik

Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan, terjadi dari sebuah sistem
yang saloing berhubungan dan mempengaruhi. Contohnya kualitas tenaga kesehatan.

6. Lingkungan

Semua keadaan duliar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

Input pr
oses out put dampak lingkungan umpan balik

Macam-macam pelayanan kesehatan.


Menurut pendapat Hudgetts dan Cascio tahun 1983 ada 2 jenis pelayanan kesehatan

1. Pelayan Kesehatan Masyarakat (Public Health Services)

Ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam


suatu organisasi, tujuan utam,anya adalah untuk memelihara dan meningkatkan
klesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan
masyarakat.

2. Pelayanan Kedokteran (Medical Services)

Ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakiut dan memulihkan kesehatan, serta sasaran utamanya
keluarga dan perseorangan.

Faktor yang menentukan bentuk dan jenis pelayanan kesehatan

1. Pengorganisasian pelayanan

Sendiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

2. Ruang Lingkup Pelayanan

Apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan,


pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi
daripada keduanya.

3. Sasaran Pelayanan Kesehatan

Apakah perseorangan , keluarga, kelompok, atau untuk masyarakat keseluruhan.

Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan


Dalam system pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan
keperawatan dan pelayanan keesehatan masyarakat terdapat 3 bentuk pelayanan
kesehatan yaitu:
1) Primary Health Care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
• Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang
ringan/masyarakat sehat sehingga kesehatan optimal dan sejahtera.
• Sifat pelayanan kesehatan, contohnya PUSKESMAS, balai kesehatan.
2) Secondary Health Care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap tapi tidak dilaksanakan di
pelayanan kesehatan utama. Contoh RS yang tersedia tenaga spesialis.
3) Tertiary Health Care (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
• Tingkat pelayanan tertinggi
• Membutuhkan tenaga ahli/subsspesialis dan sebagai tempat rujukan utama seperti RS
tipe A atat tipe B
Suatu pelayanan Kesehatan dikatakan baik apabila:
1. tersedia (available) dan bekesinambungan (continous). Artinya semua jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan
serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang
dibutuhkan.
2. dapat diterima (Acceptable) dan bersifat wajar (Appropiate). Artinya
pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
3. mudah dicapai (Accesible), lokasi, distribusi, sarana kesehatan yang penting,
dengan demikian dapat diwujudkan pelayanan kesehatan yang baik.
4. mudah dijangkau (affordable). Keterjangkauan yang dimaksud adalah
terutama dari sudut biaya, artinya biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai
kemampuan ekonomi masyarakat.
5. bermutu (Quality). Mutu yang dimaksud adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang sesuai dengan kode etik serta
standar yang ditetapkan.

Lembaga Pelayanan Kesehatan


Merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk
meningkatkan status kesehatan.
Dibedakan atas tujuan pemberian pelayanan kesehatan:

1. rawat jalan

bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan


pengobatan penyakit akut dan kronis yang memungkinkan tidak dirawat inap

2. institusi

adalah lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan


berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Contoh: RS, Pusat Rehalibitasi, dsb

3. hospice

Pelayanan kesehatan yang berfokus dengan klien sakit terminal sampai melewati
masa terminal dengan tenang.
4. community best agency

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di keluarga klien, seperti praktek perawat


keluarga
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia meliputi:

• Pelayanan kesehatan dasar pada umumnya dilaksaakan di


puskesmas,puskesmas pembantu,puskesmas keliling,dan pelayanan lainya di
wilayah kerja puskesmas selain rumah sakit.
• Pelayanan kesehatan rujukan umumnya dilaksanakan di rumah sakit

Good Governance adalah tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.
Macam-macam Good Governance:
1. Public good
Layanan public goods digunakan untuk kepentingan bersama dan dimiliki bersama.
Keberadaanya memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Barang ataupun jasa yang
pendanaanya berasal dari pemerintah, baik dari pajak maupun dana kelompok
masyarakat.
2. Merit Good
Merit Good adalah semua orang membutuhkannya namun tidak semua orang dapat
mengakses, seperti pendidikan dan layanan kesehatan. Musgrave (1959) menyebutkan
merit goods adalah barang-barang yang seharusnya disediakan meskipun masyarakat
tidak memintanya. Masyarakat sering tidak bijaksana atau tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup untuk mengalokasikan sumber ekonomi yang dimiliki.
Peranan pemerintah adalah membantu masyarakat untuk mengalokasikannya untuk
kebaikan masyarakat. Contohnya adalah pemerintah menyediakan helm agar
masyarakat terhindar dari bahaya manakala terjadi kecelakaan, demikian juga
pemerintah menggalakkan asuransi untuk masyarakat.
3. Private good
Berupa barang atau jasa swasta yang pedanaanya berasal dari perseorangan.
Digunakan untuk kepentingan sendiri dan dimiliki perseorangan , tidak bisa dimiliki
sembarangan orang, terdapat persaingan dan eksternalitas rendah.

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN


Kebijakan pelayanan kesehatan partisipatif.
a. Mengembangkan sistem pelayanan berbasis rakyat.
Pengembangan sistem pelayanan berbasis kebutuhan rakyat dimaksud adalah
menciptakan satu sistem yang bersumber pada persoalan-persoalan kesehatan riil
masyarakat setempat. Untuk itu pemerintahan daerah harus membentuk team multi
pihak yang berperan melakukan kajian di lapangan dan kemudian merumuskan dalam
satu sistem pelayanan kesehatan rakyat daerah. Yang terjadi selama ini, sistem
pelayanan kesehatan di daerah selalu mengacu pada pedoman pelayanan nasional.
Akibatnya, banyak masalah kesehatan rakyat setempat yang tidak teratasi karena tidak
terkafer dalam program pelayanan nasional.
b. Alokasi anggaran kesehatan
Untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan rakyat, hal yang paling berpengaruh
adalah anggaran biaya kesehatan yang mencakup sarana-prasara/fasilitas, tenaga
medis. Kenyataan bahwa pelayanan kesehatan tidak mampu menjangkau rakyat di
desa terpencil. Untuk mengefektifkan pelaksaaan di lapangan, maka sangat perlu
membentuk satu sistem pengawasan indipenden yang melibatkan masyarakat
setempat. Dan di tingkat daerah/kabupaten perlu membentuk satu dewan kesehatan
daerah yang secara khusus mendeteksi perkembangan pelayanan kesehatan
masyarakarat.
c. Mengembangkan sistem kesehatan prefentif.
Pemerintah harus mulai mengembangkan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, tidak hanya terbatas pada penyuluhan kesehatan yang sering dilakukan
oleh petugas kesehatan, tapi pendidikan kesehatan harus mendapatkan alokasi
anggaran khusus dan terprogram secara kontinue. Program ini langsung pada
masyarakat desa (kampung) dengan sasaran utama memberikan pendidikan tentang
pentingnya kesehatan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dan
untuk bisa efektif dan menjangkau wilayah nusantara, maka melibatkan semua
stakeholder.
d. Mengembangkan kesehatan alami.
Kesehatan alami dimaksud adalah perawatan kesehatan dengan menggunakan obat-
obat ramuan tradisional. Ini sangat membantu masyarakat kecil di desa yang jauh dari
pusat pelayanan medis dan sekaligus mengembangkan budidaya tanaman obat
tradisional yang berdampak lanjut pada konservasi alam-lingkungan. Karena itu
pemerintah harus mengalokasikan secara khusus untuk kesehatan alami ini. Apabila
masyarakat sadar dan tahu tentang pengobatan ini, dapat membantu rakyat kecil
mengatasi kesehatan secara cepat,mudah dan murah.

Desentralisasi
Desentralisasi merupakan suatu proses politik dan administratif yang dapat
memberikan berbagai keuntungan dengan cara menstimulasi peningkatan efisiensi
dan efektivitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Bryant, 1999). Untuk
mencapai sistem desentralisasi perencanaan kesehatan yang efektif, berbagai faktor
perlu diperhatikan sebagai berikut (Omar, 2001) :
a. Perlunya efektivitas distribusi fungsi perencanaan antara pemerintah pusat dan
daerah kabupaten/kota
b. Desentralisasi perencanaan seharusnya merupakan bagian integral dari proses
desentralisasi fungsi, sumber daya dan kewenangan kepada kabupaten/kota
c. Perlu diperhatikan bahwa perencanaan kesehatan merupakan salah satu aspek vital
dalam sistem desentralisasi kesehatan
d. Skill yang relevan dalam aspek perencanaan mutlak diperlukan pada level
kabupaten/kota
e. Sepatutnya kabupaten/kota mengadopsi model/siklus perencanaan tertentu yang
realistis
f. Perencanaan kesehatan kabupaten/kota sebaiknya disesuaikan dengan pola/kultur
perencanaan di daerah masing-masing

KEBIJAKAN KESEHATAN TERKAIT POLITIK


Contoh real kebijakan pemerintah tentang kesehatan terkait politik:
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia
telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari � 30 Juli
2004 berupa DOC dan Pakan.
b. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.
c. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.
d. Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas
produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.
Etika Politik dalam Merawat Pasien
Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu
mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh
mereka. Mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuhan kebutuhan.Dalam
pengalaman penderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin
juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan
yang timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah
kemampuan untuk meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni
yang dapat dipelajari, latihan imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi
motivator yang kuat, yang juga dapat diperoleh dalam melakukan tanggung jawab
professional.

Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik


Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam Negara. Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik
menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak
dikehendakinya.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif
maupun pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam
bidang politik hingga talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”. Dalam
wilkipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak
menjadi insan politik dengan mengikuti suatu partai politik , mengikuti ormas atau
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal tersebut seseorang
berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan
perundangan hukum yang berlaku.

Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di Indonesia
juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi
terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat
bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib
perawat itu sendiri.
Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik
bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan
terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan
seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Sulitnya menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya
keterwakilan seorang perawat di badan legislative sana. Menjadi bagian dari dunia
perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu mewakili banyaknya
aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan salah
satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi
pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat
bisa dipertanggung jawabkan.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan
keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak
melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya.
Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi
keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang
dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan kliniktidak kalah pentingnya dengan regulasi
pendidikan, dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan
persiapan yang matang sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita
melakukan pembangunan fondasi yang kokoh dan system yang mensupport akan
terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap tempur. Regulasi kewenangan
perawat dilahan klinik akan menjadiakan profesi keperawatan semakin mantap dalam
langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan
menjadikan perawat semakin professional dan proporsional sesuai dengan tanggung
jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan
tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari
terjadinya malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke
dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu
partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah
perpolitikan Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai
yang melakukan pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon
legislative dari embrio yang akan diberikan suntikan ideology dari partai tersebut, ada
juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang
bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.
Organisasi Keperawatan
Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat
nasional yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada
tanggal 17 Maret 1974. Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat
beberapa macam organisasi keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari
penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti: IPI (Ikatan Perawat
Indonesia), PPI (Persatuan Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),
IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia). Setiap orang yang telah menyelesaikan
pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan
semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut calon anggota.
PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam
musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang.
Berbagai masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian
memberikan hasil yang berupa rekomendasi atau keputusan organisasi.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi
keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu:
1.Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar
pendidikan dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh
melalui pemberian izin praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga
dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan norma perilaku (Styles, 1983).
2.Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit.
Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh
berbagai ahli teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu
keperawatan. Tantangan bagi para perawat di masa depan adalah menggerakkan
pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah dipublikasikan ini dan
kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya
penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan
sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan.
3.Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi
untuk diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat
dan berbagai proses sosialisasi.
4.Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada
masyarakat dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara
pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk
berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah.
5.Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh
organisasi perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan
social bagi anggota untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan
mengatasi masalah professional anggotanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada


Admid. 2009. “Good Governance dan Pelayanan Publik”.
http://abimata.wordpress.com/2009/07/06/good-governance-dan-pelayanan-publik.
(online). diakses tanggal 2 Oktober 2010
Effendi, Taufiq. 2007. Agenda Strategis Reformasi Birokrasi Menuju Good
Governance. http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=87&Itemid=54(online). Diakses tanggal 2
Oktober 2010
Admin. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. http://hukum.jogjakota.go.id/cetak.php?
id=95(online). Diakses tanggal 29 Oktober 2010
Admin. 2009.. Pemerintah Pusat Diminta Mengubah Sistem Kebijakan Kesehatan.
http://bataviase.co.id/detailberita-10448913.html(online). Diakses tanggal 28 Oktober
2010

You might also like