Professional Documents
Culture Documents
Dalam pembelajaran kita belum mengetahaui tentang paragraf narasi, ekposisi, persuasi
dan sebagainya. Kemudian dalam makalah ini akan di sajikan bentuk dan cirri-ciri paragraf
narasi.
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam
karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif
tidak memiliki kalimat utama
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut
dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri
mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara
bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.
1
KATA PENGANTAR
Dengan kerja keras dan kekuatan keyakinan terhadap Tuhan Yang M aha Esa, sang Tri
Ratna dan para Bodhi satva. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
Paragraf Narasi dengan tepat waktu.
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca menjadi tahu bagaimana
paragraf narasi itu. Karena paragraf narasi merupakan tugas yang belum saya pahami.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberi motivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada ayah dan ibu saya
tak lupa kepada Ibu Asih yang telah memberikan bimbingan dalam belajar, serta teman-teman
Mahasiswa yang selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, di
karenakan belum bisa merangkai kata-kata dengan baik dan kemapuan penulis. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik sehingga untuk tugas berikutnya bisa
menyempurnakan lembali dengansebaik-baiknya dan benar.
Mettacittena,
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………………………....i
2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN………………………………………………………………………………………4
1.3 MANFAAT……………………………………………………………………………………4
BAB II ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam karangan tentunya terdiri dari beberapa paragraf yang mengandung ide pokok
paragraf. Sedangkan dijelaskan bahwa paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan
(biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea.
Tujuan karang mengarang yaitu untuk mengungkapkan pikiran, perasaan secara jelas dan efektif
kepada penulis dan pembaca.
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam
karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif
tidak memiliki kalimat utama.
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
Pada kesempatan ini penulis mengharapkan makalah ini dapat di pahami oleh penulis dan
pembaca.
4
BAB II
ISI
LAHIR di Yogyakarta, 18 Septemberr 1943, Kuntowijoyo sudah bergelut dengan kegiatan tulis-
menulis sejak 1958 ketika ia masih duduk di kelas tiga SMP. Cerpen-cerpen awalnya muncul di
majalah Sastera dan Horison. Meraih gelar doktor dalam bidang sejarah pada Universitas
Columbia (1980) dengan disertasi berjudul Social in An Agrarian Society Madura 1 1 (kini
dalam proses penerjemahan ulang untuk diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia), Kunto
dikenal sebagai sejarawan sekaligus sastrawan andal. Beberapa karya sastranya sudah
dibukukan, di antaranya Dilarang Mencintai Bunga- Bunga (kumpulan cerpen); umput- umput
Danau Bento (1968) dan Topeng (1973): naskah drama; Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari
(1966), Pasar (1972), dan Khotbah di Atas Bukit (1976): novel; Isyarat dan Suluk Awang- wung
(kumpulan puisi). Buku-bukunya di bidang sejarah, sosial, dan budaya juga telah terbit, seperti
Dinamika Sejarah mat Islam Indonesia (1985); Budaya dan Masyarakat (1987); Paradigma Islam
Interpretasi untuk Aksi (1991), dan adikalisme Petani (1993). Tiga di antara sekian banyak
cerpennya yang dimuat di Kompas terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas dalam tiga tahun
berturut-turut, yakni Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995); Pistol Perdamaian (1996); dan
Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997). Ketika novel ini dalam prosespenerbitan,
Kuntowijoyo yang kini tercatat sebagai Koordinator Mata Kuliah Jurusan Sejarah Fakultas
5
Sastra UGM tengah mempersiapkan naskah pidato untuk upacara pengukuhan dirinya sebagai
guru besar tetap pada Fakultas Sastra UGM.
DALAM setting budaya Jawa berikut warna Islam yang selalu mewarnai karya-karya
Kuntowijoyo, tokoh Abu Kasan Sapari tumbuh dalam suatu proses dialektika dengan zamannya
ketika ”bumi gonjang-ganjing, langit megap-megap”. Sebagai pegawai di sebuah kecamatan di
kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, Abu berkesempatan tampil sebagai saksi sejarah menjelang
tumbangnya kejayaan sebuah orde yang kemaruk. Orde Baru! Sampai akhirnya tanda-tanda
zaman itu muncul, isyarat bahwa pemerintah yang tengah berkuasa akan segera ambruk. Lalu,
pada suatu malam pada musim kemarau, hujan lebat – oleh masyarakat dinamakan hujan salah
musim – itu datang disertai angin ribut. ”Pagi hari, hujan dan angin reda. Orang-orang keluar ke
terminal. Beringin itu tumbang! Pohon yang selama ini tegak menghadapi musim hujan dan
angin itu terbujur, akar-akarnya mencuat di atas tanah . . . .”
Pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa menggambarkan suatu peristiwa menurut
rangkaian kejadian dan urutan peristiwanya.
Contoh:
Kubuka peralatan kerjaku di bagian sortir, dan mulailah aku bekerja hingga istirahat pukul 12.00.
Lima jam bekerja membuat pinggangku selalu terasa pegal. Satu jam istirahat aku gunakan untuk
makan, salat, dan berbaring sejenak. Pukul empat, aku menyudahi pekerjaanku untuk memburu
bus yang akan membawaku pulang.
Pola hubungan mula dan akhir penekanannya pada penjelasan "mula-mulanya" dan "akhirnya".
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian
awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
6
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu
diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara
berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang
menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya
sendiri.
Contoh:
Prosesnya cukup cepat. Mula-mula saya menyiapkan naskahnya. Naskah itu lalu saya bawa ke
bagian peneriamaan naskah. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk
akhir majalah. Selanjutnya, naskah yang sudah diatur tata letaknya dibawa ke bagian percetakan.
Akhirnya, kita tinggal menunggu hasilnya.
Dalam karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf
naratif tidak memiliki kalimat utama.
Contohnya :
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut
dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri
mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara
bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa
sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf
narasi terdapat tiga unsur utama yaitu tokoh-tokoh, kejadian, dan latar ruang atau waktu.
Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi
fiksi dan narasi nonfiksi.
Narasi fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif.
Narasi fiksi disebut juga narasi sugestif.
Contohnya: novel dan cerpen.
Narasi nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, suatu yang ada dan
benar-benar terjadi.
Narasi ini disebut juga narasi ekspositori.
Contohnya biografi dan laporan perjalanan.
Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:
Narasi Fiksi
2.2.3 Menyampaikan makna atau amanat secara tersirat sebagai sarana rekreasi rohaniah.
2.2.4 Menggugah majinasi.
7
2.2.5 Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.
2.2.6Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.
Narasi Nonfiksi
3.3.1menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.
3.3.2memperluas pengetahuan atau wawasan.
3.3.3Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.
3.3.4Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.
Paragraf Narasi Espositoris disebut juga Narasi Teknis adalah karangan yang mencoba
menyajikan sebuah peristiwa kepada pembaca apa adanya.
Aku berjalan menuju halaman rumah-rumah yang sunyi. Aku terus berjalan d kota kecil yang
sunyi, hingga kutemukan patung sepeda-sepedaan di tengah taman. Ada seorang gadis berbaju
hijau mengintipku dari balik rerimbun daun. Aku mengejarnya. Lantas, ia berhenti di salah satu
sudut taman. Kami berpandang-pandangan sebelum aku tahu ia benar-benar hilang. Bolak-balik
aku mencoba untuk mencarinya. Sebelum aku benar-benar menemukannya, dering jam weker
cukup mengejutkanku. Cahaya matahari sudah menerobos masuk jendela kamarku.
Keterangan:
8
2.5 Contoh paragraf sugestif
Paragraf narasi sugestif adalah paragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang disusun
sedemikian rupa seehingga merangsang daya khayal pembaca, tentang peristiwa tersebut.
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh
Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai
tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan
membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu.
Akan tetapi, semunya gagal.
10
BAB III
11
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
12