You are on page 1of 30

BAB VIII

GEOSTRATEGI INDONESIA

A. Pengertian Geostrategi
Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman, dan bermartabat. Sir Balford
Mackinder (1861-1947) guru besar geostrategi Universitas London teori yang
dikembangkannya tentang “geostrategic continental”, merupakan teori yang saat ini
digunakan oleh Negara-negara maju Maupin Negara-negara berkembang (Suradinata,
2005: 10).
Bagi bangsa Indonesia geostrategic diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUd 1945, melalui proses
pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka hal itu sebagai pegangan atau bahkan
doktrin dan hal ini lazim disebut sebagai suatu ketahanan nasional. Dalam pembukaan
UUd 1945 dijelaskan setelah alinea III tentang pernyataan Proklamasi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka berkembangnya geostrategi Indonesia sangat
terkait dengan hakikat terbentuknya bangsa Indonesia yang terbentuk dari berbagai
macam etnis, suku, ras, golongan, agama bahkan terletak dalam teritorial yang terpisah
oleh pulau-pulau dan lautan. Selain itu hal itu terwujud karena adanya proses sejarah,
nasib serta tujuan untuk mencapai martabat kehidupan yang lebih baik. Dengan lain
perkataan menurut Notonegoro terbentuknya bangsa Indonesia karena proses persatuan
“monopluralis”. Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam suatu
proses sejarah,sejak zaman prasejarah-sejarah, Sriwijaya, Majapahit, Sumpah pemuda
28 Otober 1928 dan samapai proklamasi 17 Agusuts 1945, dan kemudian membentuk
bangsa dan Negara Indonesia.
2. Kesatuan nasib, yaitu segenap unsur bangsa berada dalam suatu proses sejarah yang
sama dan mengalami nasib yang sama, yaitu dalam penderitaan penjajah dan
kebahagian bersama.
3. Kesatuan kebudayaan, yaitu beraneka ragam kebudayaan tukbuh dan berkembang
dan secara bersama-sama membentuk puncak-puncak kebudayaan nasional Indonesia.
4. Kesatuan wilayah, yaitu segenap unsur bangsa Indonesia berdiam di segenap wilayah
teritorial yang dalam wjud berbagai pulau, denga lautannya, namun merupakan satu
kesatuan wilayah tumpah darah Negara dan bangsa Indonesia.
5. Kesatuan asas kerohanian, yaitu adanya kesatuan ide, tujuan, cita-cita, dan nilai-nilai
kerohanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam dasar filosofi Negara Indonesia
Pancasila (Notonagoro, 1975 : 106).

B. Ketahanan Nasional
Negara Indonesia sebagai suatu Negara memiliki letak geografis yang sangat strategi
di Asia Tenggara. Oleh karena itu dikawasan Asia tenggara Indonesia memiliki posisi
yang sangat penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era globalisasi dewasa ini
menjadi perhatian nanyak Negara didunia. Berdasarkan peranan dan posisi negara
Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan akan merupakan ajang perebutan
kepentingan kekuatan transnasional. Oleh karena itu sebagai suatu Negara, Indonesia
harus memperhatikan dan mengembangkan ketahanan nasional.
Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan, baik yang dating dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun
tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negra
serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia (Suradinata, 2005: 47)
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan ntuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasional
Dalam hubungan dengan realisasi pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, maka
filsafat pancasila merupakan esensi dari “staats fundamentalnorm” atau pokok kaidah
Negara yang fundamental. Konsekuensinya Pancasila merupakan suatu pangkal tolak
derivasi dari seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia, termasuk hokum dasar
dan seluruh sistem hokum positif lainnya (Kaelan, 2004). Sementara itu dalam
hubungannya dengan ketahanan nasional, dalam konsepsi dan seluruh pelaksanaannya
harus memiliki landasan yuridis yang jelas. Atas dasar pengertian inilah maka landasan
konstitusional atau landasan yuridis ketahanan nasional Indonesia adalah UUD 1945,
yang bersumber pada dasar falsafah Pancasila.

1. Konsepsi Ketahanan Nasional


Secara konseptual, ketahan nasional sutau bangsa dilatarbelakangi oleh :
a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan Negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan Negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
c. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan
(regular) dan stabilitas, yang didalamnya terkandung potensi untuk terjadinya
perubahan (the stability idea of changes) (Usman, 2003: 5).
Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan ketahanan adalah
suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan Negara dapat bertahan, kuat menghadapi
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.
Tantangan adalah merupakan suatu usaha yang bersifat menggugah suatu kemampuan,
adapun ancaman adalah suatu usaha untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan atau
keadaan secara konsepsional dari sudut kriminal maupun politis.
Berdasarkan pengertian sifat-sifat dasarnya maka ketahanan nasional adalah :
a. Integratif
Hal ini mengandung pengertian segenap aspek kehidupan kebangsaan dalam
hubungannya dengan lingkungan socialnya, lingkungan alam dan suasana kedalam
saling mengadakan penyesuaian yang selaras dan serasi.
b. Mawas ke dalam
Ketahanan Nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan Negara itu sendiri,
untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. Pengaruh luarnya adalah hasil yang
wajar dari hubungan internasional dengan bangsa lain.
c. Menciptakan kewibawaan
Ketahanan Nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat integrative mewujudkan
suatu kewibawaan nasional serta memiliki deterrent effect, yang harus diperhitungkan
pihak lain.
d. Berubah menurut waktu
Ketahanan Nasional suatu bangsa pada hakikatnya tidak bersifat tetap, melainkan
sangat dinamis. Ketahanan nasional dapat meningkat atau bahkan dapat juga
menurun, dan hal itu sangat tergantung kepada situasi dan kondisi.
Untuk dapat mencapai tujuan nasional suatu bangsa harus mempunyai kekuatan,
kemampuan, daya tahan dan keuletan. Dengan demikian jelaslah bahwa ketahanan
nasional harus diwujudkan dengan mempergunakan baik pendekatan kesejahteraan,
maupun pendekatan keamanan. Kehidupan nasional tersebut dapat dibagi ke dalam
beberapa aspek sebagai berikut :
a. Aspek alamiah yang meliputi
1) Letak geografis Negara
2) Keadaan dan kekayaan alam
3) Keadaan dan kemampuan penduduk
b. Aspek kemasyarakatan yang meliputi :
1) Ideologi
2) Politik
3) Ekonomi
4) Sosial budaya dan hankam
5) Pertahanan dan keamanan

Ketahanan Nasional sebagai kondisi


Ditinjau dari segi sifatnya maka sebenarnya konsepsi ketahanan nasional tersebut
bersifat objektif dan umum, oleh karena itu secara etis dapat diterapkan dinegara
manapun juga. Dalam hubungan penerapan konsepsi tersebut factor situasi dan kondisi
Negara sangat menentukan.
Oleh karena itu berkaitan dengan kondisi ketahanan nasional Indonesia, adalah
kondisi dinamis bangsa dan Negara Indonesia. Sesuai konsepsi ketahanan nasional, maka
kondisi tersebut mengandung suatu kemampuan untuk meyusun kekuatan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia.

Demikianlah maka ketahanan suatu bangsa adalah merupakan suatu persoalan


universal, sedang cara dan strategi yang ditentukan berbeda-beda. Terdapat berbagai
istilah misalnya strategy of interdepence, strategy of limited war, sedangkan bagi bangsa
Indonesia dikembangkan konsepsi strategi ketahanan nasional (Suradinata, 2005: 50).

C. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Konsepsi Tannas sebagaimana dijelaskan didepan yang merupakan suatu gambaran
dari kondisi system kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada suatu saat tertentu.
Dengan sendirinya berbagai aspek tersebut memiliki sifat dinamis terutama dalam era
globalisasi dewasa ini. Konsekuensinya tiap-tiap aspek senantiasa berubah sesuai kondisi
waktu, ruang dan lingkungan sehingga interaksi dari kondisi sangat kompleks dan sulit
dipantau.

I. Pengaruh Aspek Ideologi


Istilah ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti gagasan, konsepsi, pengertian
dasar dan “logos” yang berarti “ilmu”. Kata “Idea” berasal dari kata bahasa yunani
“eidos” yang berarti “bentuk”. Disamping itu ada kata lain “idein” yang berarti “melihat”.
Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari, kata “idea” disamakan artinya dengan “cita-cita”. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang
bersifat tetap itu sekaligus merupakan suatu dasar, pandangan atau faham.
Pengertian ideology secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan,
ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis
yang menyangkut :
a) Bidang politik
b) Bidang sosial
c) Bidang kebudayaan
d) Bidang keagamaan (Soemargono : 8)
Pada era reformasi dewasa ini yang sekaligus era global tarik menarik kepentingan
ideologi akan sangat mempengaruhi postur ketahanan nasioanal dalam bidang ideology
bangsa Indonesia, terutama banyak kalangan aktivis poltitk yang justru menjadi budak
ideologi asing, sehingga aktivitasnya akan berpengaruh bahkan sering melakukan tekanan
terhadap ketahanan ideologi bangsa Indonesia.

a) Ideologi Dunia
1) Liberalisme
Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadilah suatu revolusi
dalam bidang ilmu pengetahuan kemudian berkembang kearah revolusi teknologi
dan industri. Perubahan tersebut membawa pula perubahan orientasi kehidupan
masyarakat baik dalam bidang social, ekonomi, maupun politik.
Paham Liberalisme berkembang dari akar-akar rasioanlisme yaitu paham yang
mendasar pada rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialism yang
meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas
kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap Indra manusia), serta
individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai nilai
tertinggi dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan Negara.
Berdasarkan latar belakang timbulnya liberalisme yang merupakan sintesis dari
beberapa faham filsafat antara lain materialisme, rasionalisme, empirisme dan
individualisme maka penerapan ideologi tersebut dalam Negara senantiasa
didasari oleh aliran –aliran serta paham-paham tersebut secara keseluruhan.
Dalam masalah ini terdapat dua sudut pandang yang berbeda yang sering
digunakan dalam memahami pengertian dan eksistensi masyarakat sipil.
Pertama, perspektif yang melihat posisi Negara sebagai yang mengungguli
masyarakat sipil. Perspektif ini sering digunakan sebagai dasar pijak untuk
menjelaskan keadaan politik dalam suatu Negara yang menerapkan system
otoritarianisme.
Kedua, perspektif yang melihat adanya otonomi dari masyarakat sipil di luar
Negara dan yang harus diperjuangkan dalam rangka mengimbangi kekuasaan
Negara.
Menurut Henningsen bahwa masyarakat sipil pada dasarnya identik dengan ruang
public dalam masyarakat modern yang berfungsi dengan baik. Dalam suatu
Negara yang telah mencapai perkembangan demokrasi yang matang, domein
Negara dengan masyarakat sipil itu tidak lagi relevan untuk dipermasalahkan dan
dipertentangkan secara kontradiktif, karena masyarakat sipil adalah Negara itu
sendiri dan Negara adalah sebenarnya merupakan organisasi kemasyarakatan
yang dibangun oleh masyarakat sipil itu sendiri.

Komunisme
Berdasarkan prinsip-prinsip ideologi komunisme maka komunisme berpaham
atheis, tidak mengakui adanya tuhan bahkan anti tuhan, sehingga hal ini tidak sesuai
dengan pandangan hidup dan dasar filsafat bangsa Indonesia yang Ber-ketuhanan
Yang Maha Esa. Selain itu dalam operasionalisanya komunisme senantiasa
menciptakan konflik dan untuk mencapai tujuan senantiasa menghalalkan segala cara.
Kekuatan social, budaya, politik, dan keagamaan yang merupakan unsure vital bagi
bangsa Indonesia sangat rentan untuk dikembangkan kearah tingkat konflik, dan hal
ini sangat jelas kita lihat pada reformasi dewasa ini isu demokrasi, kebebasan dan
HAM dimanfaatkan demi tujuan politik, sehingga berkembanglah konflik diberbagai
daerah baik konflik horizontal maupun vertical, seperti Kalimantan yaitu sambas
Kalimantan barat, Sampit, poso, Ambon, dan lain sebagainya.
Idelogi komunisme pada hakikatnya bercorak particular yaitu suatu ideology yang
hanya membela dan diperuntukkan suatu golongan tertentu, yaitu golongan proletar
(Mahendra, 1999). Dalam kaitannya dengan sifat dan lingkup pengembangannya
maka ideology komunisme bersifat kosmopolitisme yaitu mengembangkan
hegemoninya keseluruh dunia. Marx menyerukan kepada seluruh kaum buruh
diseluruh dunia untuk bersatu memerangi kaum kapitalisme dan agama.
2) Ideologi Keagamaan
Ideologi keagamaan pada hakikatnya memliki perspektif dan tujuan yang
berbeda dengan ideologi liberalisme dan komunisme. Senernya sangatlah sulit
untuk menentukan tipologi ideology keagamaan karena, sangat banyak dan
beraneka ragam wujud, gerak dan tujuan dari ideologi tersebut. Namun secara
keseluruhan terdapat suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa
mendasarkan pemikiran, cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama
tertentu.
Gerakan-gerakan politik yang mendasarkan pada suatu ideologi keagamaan
lazimnya sebagai suatu reaksi atas ketidakadilan, penindasan, serta pemaksaan
terhadap suatu bangsa, entis maupun kelompok yang mendasarkan suatu agama.
Atas dasar kenyataan poltik dunia yang demikian ini maka muncullah
berbagai gerakan yang berbasis pada ideologi keagamaan,untuk melawan
ketidakadilan dan kesewenang-wenangan bangsa satu terhadap bangsa
lainnya.Misalnya di Belfas Inggris persoalan Irlandia Utara dan Selatan oleh
karena tekanan Inggris maka muncullah gerakan Tentara Republik Irlandia utara
yang berbasis pada ideology nasrani, sehingga kekerasan terjadi di Inggris. Di
Piliphina merasa kelompok muslim diperlakukan tidak adil atas kelompok lainnya
maka muncullah gerakan poltik yang berbasis ideology keagamaan yaitu gerakan
pembebasan rakyat Moro. Diindonesia sendiri karena ketidakpuasan politik maka
timbullah gerakan untuk mendirikan suatu Negara islam yaitu Darul Islam
dibawah Kartosuwiryo.
Pada era reformasi dan era globalisasi dewasa ini dunia dikuasi oleh
kekuatan sekutu dibawah komando Amerika. Berbagai praktek eksploitasi bangsa
diberbagai Negara terutama Negara yang sedang berkembang dewasa ini
dibawah tekanan internasional baik ekonomi, politik, maupun keamanan.
Jikalau kita membandingkan dua peristiwa didunia yaitu kasus Rakyat
palestina dan Negara Timur Tengah lainnya atas pendudukan dan penjajahan
Israel dan kasus Timor-timur yang melibatkan Negara Indonesia. Kita masih
ingat peristiwa penyerahan Timor-timur tahun 1998 yang lalu bagaimana bangsa
Indonesia menjadi bulan-bulanan Negara-negara sekutu dibawah Amerika.
Bangsa Indonesia yang dahulu disponsori Amerika untuk menarik Rakyat Timor-
timur untuk berintegrasi kedalam wilayah kekuasaan Negara Indonesia, sebab
muncul kekkhawatiran gerakan komunis Fretelin di timor-timur akan menguasai
dan Timor-timur dijadikan basis pangkalan uni Sovyet kala itu.
Sebaliknya bangsa Israel yang melakukan penjajahan diberbagai wilayah
dinegara Timur Tengah sejak tahun 1967 tidak pernah bias diselesaikan karena
kekuasaan hak veto oleh Negara-negara sekutu. Pelanggaran HAM berat telah
dilakukan diberbagai wilayah misalnya di Libanon, pembantaian terhadap rakyat
sipil di kamp pengungsian Sabra dan Satilla, pembantaian di hebron atas rakyat
sipil penyerangan dan pembantaian di wilayah rakyat Palestina, sampai saat ini
tidak pernah bisa diselesaikan Oleh PBB karena kekuatan sekutu.
Dalam kaitannya dengan konsep Negara juga banyak gerakan politik di
berbagai Negara termasuk di Indonesia, yang mendasarkan organisasinya atas
basis ideologi agama. Sebenarnya berkembanya ideologi keagamaan memiliki
aspek positif dan negatif. Aspek positif sebenarnya tidak ada satu agamapun
mengajarkan kekerasan, saling menyerang dan membuat kekacauan.

b) Ideologi Pancasila
Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu kesepakatan filosofis dan
kesepakatan politis dari segenap elemen bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara.
Dapat juga diistilahkan bahwa Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu kontrak
sosial seluruh elemen bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara. Kausa finalis atau
tujuan pokok dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara, sehingga
konsekuensinya seluruh aspek dalam penyelenggaraan Negara berasaskan system
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Proses terjadinya pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi besar lainnya seperti
liberalisme, komunisme, sosialisme dan lain sebagainya. Pancasila digali dan
dikembangkan oleh para pendiri Negara dengan melalui pengamatan,pembahasan dan
konsensus yang cermat nilai-nilai Pancasila yang bersumber dari budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri disublimasikan menjadi suatu prinsip hidup
kebangsaan dan kenegaraan bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan proses kausalitas
perumusan dan pembahasan Pancasila tersebut maka sumber materi yang merupakan
nilai-nilai kultural dan religius, pada hakekatnya dari bangsa Indonesia sendiri.
Berdasarkan proses kausalitas sebagai suatu kausa materialis nilai Pancasila telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada awalnya Pancasila adalah
merupakan suatu pandangan hidup masyarakat, kemudian bangsa Indonesia yang
dijajah berjuang untuk mewujudkan jati dirinya dan terformulasi dalam suatu prinsip
nilai yang konsisten dan komprehensif yaitu nilai-nilai Pancasila, akhirnya atas dasar
proses kausalitas tersebut maka Pancasila telah diakui kebenarannya dan
kesesuaiannya dengan bangsa Indonesia sehingga akhirnya Pancasila ditentukan
sebagai dasar filsafat dan ideologi bangsa dan Negara Indonesia.
Berdasarkan konsep tersebut maka menurut Pancasila Negara pada hakekatnya
merupakan satu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya. Negara
mengatasi semua golongan, bagian-bagian yang membentuk Negara, Negara tidak
memihak pada suatu golongan tertentu betapapun golongan itu paling besar. Negara
dan bangsa adalah suatu unsur yang membentuk kesatuan tersebut.

c) Ketahanan Nasional Bidang Ideologi


Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi. Sebagaimana diketahui bersama bahwa bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, yang dengan sendirinya memiliki
beranekaragam budaya masing-masing. Selain itu bangsa Indonesia juga tersusun atas
golongan, agama dan atadt istiadat yang beranekaragam. Keadaan yang demikian ini
memiliki dua kemungkinan :
Pertama, keanekaragaman itu dapat menimbulkan potensi perpecahan, jikalau
diantara unsur-unsur bangsa tidak memiliki wawasan kebersamaan sebagaimana
terkandung dalam ideology Pancasila.Oleh karena itu jikalau unsur-unsur bangsa
memiliki wawasan yang sempit maka bukannya tidak mungkin, akan terjadi
perpecahan bangsa disintegrasi bangsa. Hal ini Nampak pada kondisi bangsa pada era
reformasi dewasa ini yang salah memahami kekebasan serta otonomi daerah.
Kedua, keanekaragaman itu justru merupakan suatu khasanah budaya bangsa
yang dapat dikembangkan serta menguntungkan dalam berbagai kepentingan,
misalnya dalam bidang pariwisata, serta dapat menumbuhkan kebanggaan nasional
serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai suatu ideology bangsa dan Negara Indonesia, kecuali sebagai
prinsip persatuan dan kesatuan bangsa, juga berfungsi mengarahkam perjuangan
bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya sehingga peranannya sangat penting
dalam kehidupan Negara. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa secara politis
persatuan dan kesatuan itu merupakan suatu syarat mutlak berdirinya suatu Negara
dan juga merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya tujuan secara keseluruhan.

Konsep Pengertian Ketahanan Ideologi


Sejalan dengan prinsip-prinsip diatas,ketahanan nasional bidang ideology
merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan ideologi di dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, rongrongan, hambatan dan gangguan
baik yang datang dari luar Negara Indonesia maupun maupun yang dating dari dalam
Negara Indonesia sendiri.
Ideologi adalah suatu perangkat prinsip pengarahan (guiding principles) yang
dijadikan dasar serta member arah da tujuan untuk dicapai dalam melangsungkan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan nasional suatu bangsa dan Negara. Ideologi
memiliki sifat futuristik, artinya mampu memberikan suatu gambaran masa depan
yang ideal (Sastra Pratedja, 1995 : 143). Dengan lain perkataan ideology merupakan
suatu konsep yang mendalam mengenai kehidupan yang dicita-citakan serta yang
ingin diperjuangkan dalam suatu kehidupan yang nyata.
Selain itu fungsi dasar ideology juga memmbentuk identitas suatu kelompok atau
bangsa. Ideologi memiliki kecenderungan untuk menentukan karakteristik kelompok
manusia. Dengan demikian dalamkehidupan bernegara ideologi menentukan
kepribadian nasional, sehingga mampu menyatukan aspirasi atau cita-cita suatu
kehidupan yang diyakini sebagai terbaik, serta mempersatukan perjuangan untuk
mewujudkan cita-cita tersebut.
Dalam kaitannya dengan ideology nasional Indonesia maka dasae filsafat
Pancasila, di mana setelah melalui suatu proses penyelidikan kedalam BPUPKI
kemudian pembahasan serta consensus oleh para komponen dan elemen bangsa yang
terwadahi dalam BPUPKI kemudian disahkan secara yuridis oleh PPKI, sebagai
lembaga pembentuk Negara dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.

d) Strategi Pembinaan Ketahanan Ideologi


Dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara upaya untuk meningkatkan
ketahanan nasional bidang ideology dipengaruhi oleh system nilai, artinya
kemanfaatan ideology sangat bergantung kepada serangkaian nilai yang terkandung
didalamnya yang dapat memenuhi dan menjamin segala aspirasi dalam masyarakat
baik secara pribadi, mahluk social, maupun sebagai warga Negara sesuai dengan
kodrat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya setiap bangsa
itu mengembangkan ideologinya sesuai dengan filsafat hidup atau pandangan
hidupnya yaitu sistem nilai yang sesuai dengan kepribadian bangsa itu sendiri.
Ideologi bagi suatu Negara merupakan system nilai yang mencakup segenap nilai
hidup dan kehidupan bangsa serta Negara baik bersifat interelasi maupun
interdependensi. Memiliki suatu ideologi yang sempurna dan cocok belum menjamin
ketahanan nasional bangsa tersebut dibidang ideologi.
Agar terwujudnya suatu ketahanan nasional bidang ideologi secara ideologis
harus diwujudkan baik secara kenegaraan maupun secara kewarganegaraan. Artinya
suatu ideology harus terealisasikan baik dalam kehidupan perseorangan dalam
berbangsa dan bernegara, maupun dalam kehidupan kenegaraan secara formal. Oleh
karena itu dalam pelaksanaanya ideology dibedakan atas dua macam aktualisai yaitu :
Pertama, aktualisasi secara objektif, yaitu pelaksanaan ideology dalam bidang
kenegaraan. Hal ini terwujud dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara serta
peraturan perundang-undangan lainnya serta dalam segala aspek penyelenggaraan
Negara lainnya.
Kedua, aktualisasi secara subjektif, yaitu aktualisasi ideology Negara dalam
kehidupan kewarganegaraan secara perseorangan. Hal ini terwujud dalam sikap,
prilaku, kepribadian setiap warga Negara perseorangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Makin tinggi kesadaran suatu bangsa melaksanakan dan mengaktualisasikan
ideology, baik aktualisasi objektif maupun subjektif, pada hakekatnya semakin tinggi
pula ketahanan bidang ideology bangsa tersebut.
Secara rinci dalam rangka strategi pembinaan ideology adalah sebagai berikut :
a. Secara prinsip aktualisasi secara kongkrit ideology Negara terus diwujudkan baik
dalam bidang kenegaraan maupun pada setiap warga Negara dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara, secara realistis, objektif dan actual.
b. Aktualisasi fungsi ideology sebagai perekat pemersatu bangsa harus senantiasa
ditanamkan kepada semua warga Negara terutama dalam perwujudan kongkrit
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Dalam proses reformasi dewasa ini aktualisasi ideology bangsa dan Negara harus
dikembangkan kea rah keterbukaan dan kedinamisan ideology, yang senantiasa
mampu mengantisipasi perkembangan zaman, iptek, peradaban, serta dinamika
aspirasi masyarakat untuk mencapai cita-cita reformasi.
d. Senantiasa menanamkan dan memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
bersumber pada asas kerohanian ideology pancasila yang mengakui keaneka
ragaman dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
e. Kalangan elit Negara baik itu eksekutif, legislative maupun yudikatif harus
mencurahkan kepada cita-cita untuk memperbaiki nasib bangsa pada era
reformasi dewasa ini, dengan melalui realisasi pembangunan nasional yang
tertuang dalam program-program pembangunan Negara.
f. Mengembangkan dan menanamkan kesadaran masyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada generasi penerus bangsa dengan cara menanamkan ideology
pancasila sebagai ideology yang humanis, eligius, demokratis, nasionalis, dan
berkeadilan.
g. Menumbuhkan sikap positif terhadap warga Negara untuk memilki kesadaran
bermasyarakat berbangsa dan bernegara, dengan meningkatkan motifasi dalam
pembangunan nasional demi kesejahteraan seluruh bangsa (Partomo, 1995).

II. Pengaruh Aspek Politik


a. Pengertian
Sejalan dengan pengertian ketahanan nasional secara umm, maka
pengertian ketahanan nasional bidang politik adalah suatu kondisi dinamis suat
bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan potensi nasional menjadi kekuatan nasional, sehingga dapat
menagkal dan mengatasi segala kesulitan dan gangguan yang dihadapi oleh
Negara baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Sebagai titik tolak pembahasan, ada baiknya dipahami makna politik itu sendiri
secara umum. Dalam kehidupan bernegara, istilah politik memiliki makna
bermacam-macam, dan kesemuanya itu dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu :
Pertama : Politik sebagai sarana atau usaha untuk emperoleh kekuasaan dan
dukungan dari masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama.
Dengan demikian politik dapat dikatakan menyangkut kekuatan
hubungan (power relationship.) Dengan kata lain, politik mengandung
makna usaha dalam memperoleh, memperbesar, memperluas serta
mempertahankan kekuasaan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan
istilah politics.
Kedua : Politik dipergunakan untuk menunjukkan kepada suatu rangkaian
kegiatan atau cara-cara yang dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan
yang dianggap baik. Secara singkat politik dapat diartikan sebagai suatu
kebijakan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah policy
(Parmono, 1995).
Dalam proses reformasi mekanisme lima tahunan yang tertuang dalam
proses politik selama masa Orde Baru kurang memberikan ruang kepada
terwujudnya proses demokrasi. Hal ini dilakukan oleh kalangan eksekutif maupun
legislative dengan melakukan reformasi terhadap Undang-undang Politik tahun
1985, dan diganti dengan Undang-undang politik no. 4 tahun 1999. Atas dasar
Undang-Undang politik inilah maka bangsa Indonesia melakukan pemilu dan
menghsailkan para wakil rakyat kita sekarang ini (kaelan, 2000).
Politik dalam arti kebijakan (policy) merupakan suatu proses alokasi
system nilai dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diyakini baik
dan benar, dilakukan oleh suatu institusi yang berwenang, agar menjadi pedoman
pelaksanaan dalam mewujudkan cita-citanya. Mengingat bangsa Indonesia itu
sangat heterogen, kiranya dapat dipahami bahwa didalam kehidupan politik itu
sering terjadi perbedaan persepsi, perbedaan skala prioritas, bahkan konflik
kepentingan kelompok atau golongan.
Sebagai suatu proses penentuan pilihan kebijakan yang diyakini baik dan
benar (the quality of life) dalam hidup bernegara, tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang, berkaitan dengan tingkat kecerdasan, tingkat kemakmuran
ekonomi, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keeratan
social, integritas bangsa serta situasi keamanan. Sesuai dengan sistematis aspek
kehidupan politik tersebut satu dengan lainnya saling mempengaruhi secara
menyeluruh. Oleh karena itu adanya konotasi negative terhadap pengertian
politik, perlu diluruskan.
Politik dilakukan dalam rangka kehidupan bernegara, kekuasaan politik
(political power) berpusat pada pemerintah Negara yang telah memperoleh
mandate dari rakyat, bertindak atas nama rakyat, system pemerintahan
mempunyai otoritas menentukan kebijaksanaan umum. Oleh karena itu
perjuangan politik pada akhirnya ditujukan untuk menguasai pemerintahan dalam
arti positif.
Kehidupan politik dapat dibagi dalam 2 sektor, yaitu :
Pertama : sektor pemerintahan,
Kedua : sektor kehidupan politik masyarakat
Berdasarkan ketentuan tersebut maka ruang lingkup studi politik memang
amat luas, sehingga untuk memahami ketahanan nasional dalam bidang politik
juga memerlukan suatu kajian yang lebih mendalam. Dengan demikian hal-hal
yang menyangkut ketahanan nasional bidang politik meliputi beberapa unsur,
antar lain :
i. Menempatkan secara proporsional kedaulatan rakyat didalam kehidupan
Negara, dalam arti kesempatan, kebebasan yang menempatkan hak dan
kewajiban, partisipasi rakyat yang menentukan kebijaksanaan nasional.
ii. Memfungsikan lembaga-lembaga Negara, sesuai dengan ketentuan konstitusi
yaitu kedudukan, peran, hubungan kerja, kewenangan, dan produktivitas.
iii. Menegakkan keadilan sosial dan keadilan hukum.
iv. Menciptakan situasi yang kondusif, dalam arti memelihara dan
mengembangkan budaya poliitik
v. Meningkatkan budaya politik dalam arti luas, sehingga kekuatan social politik
sebagai pilar demokrasi dapat melaksanakan hak dan kewajiban dengan
semestinya.
vi. Memberikan kesempatan yang optimal kepada saluran-saluran politik untuk
memperjuangkan aspirasinya secara proporsional. Saluran-saluran politik itu
antara lain : partai politik, media massa, kelompok moral, kelompok
kepentingan agar tumbuh rasa memiliki, partisipasi dari seluruh rakyat.
vii. Melaksanakan pemilihan umum, secara demokratis secara langsung, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
viii. Melaksanakan social control yang bertanggung jawab kepada jalannya
pemerintahan Negara, walaupun tidak harus menjadi partai oposisi.
ix. Menegakkan hukum dan menyelenggarakan keamanan dan ketertiban
masyarakat.
x. Mengupayakan pertahanan dan keamanan nasional.
xi. Mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

b. Politik Dalam Negeri


Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi
masyarakat dalam suatu system. Unsure-unsurnya terdiri atas struktur politik,
proses politik, budaya politik, komunikasi politik, dan partisipasi politik.
1. Struktur politik merupakan wadah penyaluran kepentingan masyarakat dan
sekaligus wadah pengkaderan pimpinan nasional.
2. Proses politik merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan tentang
berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum yang bersifat
nasional dan penentuan dalam pemilihan kepemimpinan yang puncaknya
terselenggara melalui pemilu.
3. Budaya politik merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban
rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
dilaksanakan secara sadar dan rasional melalui pendidikan politik maupun
kegiatan politik yang sesuai dengan disiplin nasional.
4. Komunikasi politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimana rakyat merupakan sumber
aspirasi dan sumber pimpinan nasional.

Ketahanan pada Aspek Politik Dalam Negeri


1. Sistem pemerintahan yang berdasarkan hokum, tidak berdasarkan
kekuasaan yang bersifat absolute, dimana kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR sebagai penjelasan seluruh
rakyat.
2. Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat.
3. Kepemimpinan nasional mampu mengakomodasi aspirasi yang hidup
dalam masyarakat dan tetap berada dalam lingkup dasar filsafat Pancasila,
UUD 1945 dan Wawasan nusantara
4. Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat, dan antar kelompok/golongan dalam masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan nasional dan kepentingan nasional (Lemhanas,
SUSCADOSWAR, 2000).

c. Politik Luar Negeri


Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan
nasional dalam pergaulan antar bangsa.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka rincian politik luar negeri
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bagian integral dari strategi nasional, yaitu politik luar negeri yang
merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar bangsa.
Hal tersebut dijiwai oleh filsafat Negara Pancasila sebagai tuntutan moral
dan etika, politik luar negeri Indonesia ditujukan pada kepentingan nasional
terutama pembangunan nasional.
2. Garis politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas artinya
bahwa bangsa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Aktif dalam pengertian peran
Indonesia dalam pencaturan dunia Internasional tidak bersifat reaktif, dan
Indonesia tidak menjadi objek pencaturan dunia Internasional. Indonesia
berperan serta atas dasar cita-cita bangsa yang tercermin dalam pancasila
dan Pembukaan UUD 1945. Karena Hiteroginitas kepentingan Bangsa-
bangsa didunia, maka politik luar negeri Indodesia harus bersifat fleksibel
dalam arti moderat dalam hal yang kurang prinsipial yang ditentukan dalam
pembukaan UUD 1945. Politik Luar Negeri juga harus lincah dalam
menghadapi dinamika perubahan hubungan antar bangsa yang cepat dan
tidak menentu. Daya penyesuaian yang tinggi diperlukan dalam
menghadapi dan menanggapi perkembangan-perkembangan tersebut.

Ketahanan pada Aspek Politik luar Negeri


1. Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerja sama internasional
diberbagai bidang atas dasar sikap saling menguntungkan, meningkatkan citra
positif Indonesia di luar negeri, dan memantapkan persatuan serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka
meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar Negara berkembang serta antara
Negara berkembang dengan Negara maju untuk kepentingan nasional.
3. Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas
4. Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji dengan
seksama agar dampak negative yang mungkin mempengaruhi stabilitas nasional
dan menghambat kelancaran pembangunan pencapaian tujuan nasional dapat
diperkirakan secara dini.
5. Langkah bersama Negara berkembang dengan industry maju untuk memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidak adilan perlu ditingkatkan melalui perjanjian
perdagangan internasional serta kerja sama lembaga-lembaga keuangan
Internasional.
6. Perjuangan mewujudkan suatu tatanan dunia baru dan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social melalui
penggalangan, pemupukan solidaritas, kesamaan sikap, serta kerja sama
Internasional dalam berbagai forum Internmasional dan Global.
7. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia perlu dilaksanakan dengan
pembenahan system pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan calon diplomat secara
menyeluruh agar mereka dapat menjawab tantangan tugas yang mereka hadapi.
8. Perjuangan Bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional, seperti
melindungi kepentingan Indonesia dari Kegiatan Diplomasi negative Negara lain
dan melindungi hak-hak warga Negara Republik Inmdonesia diluar Negeri perlu
ditingkatkan. (Lemhanas RI, SUSCADOSWAR 2000)

III. Pengaruh Aspek Ekonomi


1. Pengertian Perekonomian
Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka
mencukupi kebutuhannya di samping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal
tersebut dalam Ilmu Ekonomi menyangkut bebagai bidang antara lain permintaan,
penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa.
Pada abad ke-21 ini telah terjadi suatu fenomena yang lain yaitu system
perekonomian telah masuk era globalisasi. Memang dalam pengertian sempit
globalisasi telah mulai Nampak sejak lama, tatkala Negara-negara barat melakukan
penjajahan atas Negara lain. Sebelumnya kemunculan nation state, perdagangan dan
migrasi lintas benua juga telah lama berlangsung yang telah membuat interaksi antar
suku bangsa yang terjadi secara alamiah.
Gelombang Globalisasi yang melanda seantero dunia sejak tahun 1980, jauh
berbeda dari segi intensitas dan cakupannya. Proses konvergensi yang kita
saksikanakibat dari globalisasi dewasa ini praktis telah menyentuh bergaia sendi
kehidupan, tidak saja menyangkut ekonomi. Politik, social, budaya, ideology
melainkan juga telah menjamah ketataran system, proses, actor dan event, sekalipun
prosesnya tidak berjalan mulus. Hal inilah yang sangat mempengaruhi perkembangan
ekonomi terutama terutama Negara besar yang beperanan dalam bidang ekonomi
yang akan mempengaruhi gelombang pasang surut perekonomian Negara lain.

2. Perekonomian Indonesia
Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa walaupun terdapat system
perekonomian besar seperti liberalism dan sosialisme komunis, namun dalam
kenyataannya kedua system tersebut tidak pernah diterapkan dalam satu Negara
secara murni, sehingga terjadi saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Sistem ekonomi sosialis komunis juga telah banyak menggunakan system yang
merupakan cirri ekonomi kapitalis seperti persaingan, pemilikan modal oleh individu
dengan demikian pula system kapitalis juga telah banyak memperhatikan pemerataan
dan lain sebagainya.
Sistem ini secara konstitusional telah dijamin dalam pasal 33 UUd 1945, yang
menyebutkan bahwa system perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Cabang-cabang poduksi yang penting bagi Negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Bumi dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya oleh rakyat.
Sistem ini menekankan bahwa suatu usaha bersama berarti bahwa setiap warga
Negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda
perekonomian dengan tujuan untuk mensejahterahkan bangsa. Dalam pengertian ini
individupun memiliki kesempatan untuk melakukan suatu usaha, namun juga
pemerintahan Negara sebagai lembaga hidup bersama juga ikut serta dalam kegiatan
perekonomian demi kesejahteraan rakyat secara bersama. Maka perekonomian tidak
hanya dijalankan oleh pemerintah yang berupa kegiatan badan-badan usaha yang
miliki Negara, namun juga masyarakat dapat turut serta dalam kegiatan
perekonomian dalam bentuk usaha-usaha swasta dalam berbagai bidang.
Secara makro system perekonomian Indonesia dapat disebut system
perekonomian kerakyatan. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Ketahanan pada Aspek Ekonomi


Ketahanan ekonomi adalah merupakan suatu kondisi dinamis kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan dan dinamika perekonomian baik yang
dating dari dalam maupun dari luar Indonesia, dan secara langsung maupun tidak
langsung menjamin kelangsungan dan peningkatan perekonomian bangsa dan Negara
republic Indonesia yang telah diatur berdasarkan UUD 1945.
Pencapaian tingakt ketahanan ekonomi yang diinginmkan memerlukan
pembinaan berbagai hal, yaitu:
1. System Ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata diseluruh wilayah Negara Indonesia, melalui
ekonomi kerakyatan akan menjamin kesinambungan pembangunan nasional dan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara berdasarkan UUD 1945.
2. Ekonomi Kerakyatan Harus Menghindarkan diri dari:
a. Sistem Free Fight Liberalisme yang hanya menguntungkan para pelaku
ekonomi yang bermodal tinggi.
b. Sitem Etatisme, dalam artian Negara beserta aparatur Negara bersifat dominan
serta mendesak dan mematikan potensi dan daya saing kreasi unit-unit
produksi diluar sector Negara.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam membentuk
monopoli yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita
keadilan sosial.
3. Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antara sector pertanian perindustrian dan jasa.
4. Pembangunan ekonomi, yang merupakan usaha bersama atas dasar asas
kekeluargaan dibawah pengawasan anggota masyarakat secara aktif. Keterkaitan
dan kemitraan antar pelaku dalam wadah kegiatan ekonomi, yaitu pemerintah,
badan usaha milik Negara, koperasi badan usaha swasta, dan sector informal
harus diusahakan demi mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas
ekonomi
5. Pemerataan pembangunan dan pemanfaatan hasil-hasilnya senantiasa
dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian pembangunan
wilayah dan antar sektor.
6. Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis untuk
mempertahankan serta meningkatkan eksistensi dan kemandirian perekonomian
nasional.

Demikianlah ketahanan ekonomi yang hakikatnya merupakan suatu kondisi


kehidupan perekonomian bangsa berlandaskan UUD 1945 dan dasar filosofi Pancasila,
yang menekankan kesejahteraan bersama, dan mampu memelihara stabilitas ekonomi
yang sehat dan dinamis serta menciptakan kemandirian perekonomian nasional dengan
daya saing yang tinggi.

4. Pengaruh Aspek Sosial budaya


i. Pengertian Budaya
Manuasia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa didalam kehidupan ini
mempunyai kedudukan yang tinggi, dibandingkan dengan mahluk-mahluk lainnya.
Menurut koentjaraningrat produk kebudayaan dibedakan atas tiga macam yaitu :
1. Sistem nilai, gagasan-gagasan atau system pemikiran yang bersifat abstrak
yang hanya mampu dipahami, dimengerti dan dipikirkan
2. Benda-benda budaya, yaitusuatu karya kebudayaan manusia yang berupa
benda-benda baik berupa prasasti, candi, lembaran sejarah, pusaka, rumah,
kerajinan, benda seni dan lain sebagainya.
3. Suatu system interaksi antar manusia dalam kehidupan bersama atau sering
diistilahkan dengan kehidupan social. Manusia berinteraksi antara satu dengan
lainnya untuk memenuhi kebutuhannya, ekspresi, kerjasama atau memenuhi
hasrat emosi dan lain sebagainya. Yang terakhir ini diistilahkan dengan
system social (koentjaraningrat, 1987).
Melalui budayanya itulah manusia berkarya, sehingga manusia menjadi
mahluk yang berbudaya, terhormat dan beradab. Dengan demikian individu
sebagai anggota masyarakat dalam berbuat itu mengembangkan kepribadiannya
kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

ii. Kondisi Budaya di Indonesia


Bangsa Indonesia terdiri dari atas berbagai suku bangsa sub etnis, yang
masing-masing mempunyai kebudayaan sendiri. Dalam setiap kebudayaan daerah
terdapat nilai-nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi budaya asing, yang sering
disebut sebagai local genius.

Kebudayaan Nasional
Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam etnis yang mendiami beribu-
ribu pulau, dan masing-masing memiliki kebudayaan sesuai dengan daerah
masing-masing. Oleh karena itu untuk merumuskan pengertian kebudayaan
Nasional tidak bisa dilepaskan dengan eksistensi kebudayaan daerah yang
merupakan unsure kebudayaan Nasional. Oleh karena itu kebudayaan nasional
adalah merupakan hasil interaksi kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa yang
masing-masing memiliki kebudayaan daerah, yang kemudian diterima sebagai
nilai bersama dan sebagai suatu identitas bersama sebagai satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia.
Jadi kebudayaan nasional Indonesia dalam pengertian ini merupakan suatu
totalitas dari keseluruhan akar-akar budaya daerah.
Kebudayaan dan Alam lingkungan
Perkembangan kebudayaan dalam suatu wilayah daerah tertentu senantiasa
sangat ditentukan oleh alam lingkungan dimana kebudayaan tersebut tumbuh dan
berkembang. Hal ini telah berlangsung sejak bertahun-tahun lamanya, namun
belum pernah dipikirkan bahwa interaksi manusia dalam mengembangkan
kebudayaan senantiasa tidak bisa dilepaskan dengan struktur alam lingkungan
dimana mereka hidup. Lazimnya kebudayaan lama meninggalkan nilai-nilai
kebudayaan yang meletakkan manusia dibawah kekuasaan alam lingkungannya.
Akibatnya bangsa Indonesia dikuasai oleh mitos, legenda bahkan takhyul sehingga
bangsa Indonesia ketinggalan dalam mengembangkan Iptek.

iii. Struktur Sosial di Indonesia


Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup
manusia dalam bermasyarakat.Dalam proses ini terkandung didalamnya nilai-nilai
kebersamaan, solidaritas, kesamaan nasib sebagai unsure pemersatu kelompok.
Untuk menjamin keberadaan dan keberlangsungan hidup masyarakat, terdapat tiga
unsur penting yaitu :
1 Struktur sosial artinya fungsi utama dari hidup berkelompok dimaksudkan
agar mudah dalam menjalankan tugas dan memenuhi kebutuhan hidup,
seperti sandang, pangan, papan, keamanan dansejenisnya.
2 Pengawasan sosial, yaitu merupakan suatu system dan prosedur yang
mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat dalam berinteraksi satu
dengan yang lainnya, agar tidak terjadi konflik.
3 Media sosial, yaitu didalam realita kehidupan masyarakat diperlukan
hubungan/relasi.

iv. Ketahanan pada Aspek Sosial Budaya


Berdasarkan pengertian social dan kebudayaan sebagaimana tersebut diatas
maka dapat dirumuskan bahwa ketahanan nasional bidang social budaya adalah
suatu kondisi dinamis social budaya suatu bangsa, yang berisi keuletan,
ketangguhan dan kemampuan suatu bangsa untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, permasalahan,
gangguan, ancaman, serta hambatan baik dari luar maupun dari dalam negeri, yang
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan kelangsungan kehidupan
social budaya bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Wujud ketahananbidang social tercermin dalam kebidupan social budaya
bangsa, yang mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan social budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas maju, dan sejahtera
dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal
penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional. Esensi
pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan social budaya bangsa Indonesia
dengan demikian adalah pengembangan kondisi social budaya dimana setiap
warga masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya
berdasarkan pandangan hidup, filsafat hidup dan dasar nilai yang telah ada dan
dimilikinya sejak zaman dahulu kala, yang tertuang dalam filsafat Negara
Pancasila.
Dalam hubungan ketahanan bidang sosial budaya harus diingat bahwa
demokrasi harus menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, tidak
hanya politik saja melainkan juga sosial, budaya , ekonomi bahkan kehidupan
umat beragama. Oleh karena itu sudah saatnya kalangan intelektual kampus
mengembangkan ketahanan nasional bukannya untuk kekuasaan, ideology atau
sekelompok penguasa atau bahkan bukan untuk reformasi melainkan untuk
kesejahteraan dan kebersamaan seluruh elemen bangsa untuk hidup aman,
tenteram, damai yang Berketuhanan Yang Maha Esa dan berkemanusiaan yang
adil dan beradab.

v. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan


1 Filosofi Pertahanan dan Keamanan
Dewasa ini konsep pertahanan dan keamanan Negara sering diartikan
negative, yaitu untuk mempertahankan kekuasaan atau meningkatkan supremasi
kekuasaan Negara. Bagi sekelompok orang yang memandang konsep Negara
terpisah dari masyarakat sipil, maka akan berpandangan bahwa konsep
pertahanan dan keamanan hanya akan memperkuat supremasi kekuasaan
Negara, bahkan kekuasaan sekelompok orang. Namun bagi sementara orang
memendang Negara adalah sebagai lembaga hidup bersama yang berkembang
dalam masyarakat, maka pertahanan dan keamanan adalah sebagai sesuatu yang
mutlak harus ada karena masyarakat membentuk Negara salah satu tujuannya
adalah untuk mendapatkan jaminan keamanan dari Negara, sehingga dalam
kehidupan sehari-harnya dapat tenteram, damai dan sejahtera.
Sejalan dengan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan pengertian
ketahanan nasional dalam bidang pertahanan dan keamanan, yaitu merupakan
suatu kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang
mengandung potensi untuk mengembangkan kemampuan nasional menjadi
kekuatan nasional, guna menghadapi dan mengatasi segala ancaman,
rongrongan, gangguan, hambatan baik yang datang dari dalam negeri maupun
dari luar negera Indonesia, langsung maupun tidak langsung membahayakan
pertahanan dan keamanan bangsa dan Negara.
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh
rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan Negara demi
kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wujud ketahanan, pertahanan, dan keamanan tercermin dalam kondisi daya
tangkal bangsa yang dilandasi oleh kesadaran bela Negara dari seluruh rakyat.
Kondisi ini mengandung kemampuan bangsa dalam memelihara stabilitas
pertahanan dan keamanan Negara, mengamankan pembangunan dan hasil-
hasilnya, serta mempertahankan kedaulatan bangsa dan Negara dan menangkal
segala bentuk ancaman yang secara konstitusional berdasarkan UUD 1945 dan
dasar falsafah Pancasila. Prinsip-prinsip nilai yang merupakan dasar keyakinan
dan kebenaran bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah
sebagai berikut ;
1. Pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai.
2. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara kesatuan republic
Indonesia, dilandasi oleh landasan ideal nilai-nilai Pancasila, UUD 1945,
Wawasan Nusantara.
3. Pertahanan dan Keamanan Negara merupakan suatu upaya nasional terpadu.
Hal ini melibatkan segenap potensi dan kekuatan nasional.
4. Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia diselenggarakan
dengan Siskamnas (Sishankamrata). Hal ini bersifat total, kerakyatan, dan
kewilayahan.
5. Segenap kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta
diorganisaikan dalam satu adah tunggal yang dinamakan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan POLRI.

2 Postur kekuatan Pertahanan dan Keamanan


Postur Kekuatan Hankam
Postur kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan dan
gelar kekuatan. Terdapat empat pendekatan yang digunakan untuk membangun
postur kekuatan hankam, yaitu pendekatan ancaman, misi, kewilayahan, dan
politik. Dalam konteks ini perlu ada pembagian tugas dan fungsi yang jelas
antara masalah pertahanan dan masalah keamanan.

Pembangunan Kekuatan Hankam


Konsepsi hankam perlu mengacu kepada konsep Wawasan Nusantara
dimana Hankam mengarah pada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan
Negara kesatuan republic Indonesia, yang meliputi wilayah laut, udara, dan
darat termasuk pulau-pulau besar dan kecil. Disamoing itu kekuatan Hankam
perlu mengantisipasi prediksi ancaman dari luar sejalan dengan pesatnya
perkembangan Iptek militer, yang telah menghasilkan daya gempur yang tinggi
dan jarak jangkauan yang jauh.

Hakikat Ancaman
Rumusan ini akan mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi
pembangunan kekuatan Hankam. Kekeliruan dalam merumuskan hakikat
ancaman akan mengakibatkan postur kekuatan Hankam menjadi kurang efektif
dalam menghadapi bergai gejolak di dalam negeri, bahkan tidak mampu untuk
melakukan perang konvensional.
Dengan demikian pembangunan postur kekuatan hankam masa depan
perlu diarahkan ke pembangunan kekuatan secara proporsional dan seimbang
antar unsure-unsur utama kekuatan pertahanan, yakni TNI AD, TNI AL, dan
TNI AU serta unsure utama keamanan, yaitu POLRI. Pesatnya kemajuan Iptek
membawa implikasi meningkatnya kemampuan tempur, termasuk daya hancur
dan jarak jangkauan.

Gejolak dalam Negeri


Didalam era globalisasi dewasa ini dan dimasa yang akan datang tidak
menutp kemungkinan munculnya campur tangan asing dengan alas an
menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi, penegakan hukum, dan lingkungan
hidup dibalik kepentingan nasional mereka. Situasi ini kemungkinan besar
dapat terjadi apabila unsure-unsur utama kekuatan hankam dan komponen
bangsa yang lain tidak mampu mengatasi permasalahan dalam negeri.

Geopolitik keArah Geoekonomi


Kondisi ini mengimplikasi semakin canggihnya upaya diplomasi guna
mencapai tujuan politik dan ekonomi. Pergeseran ini seolah-olah tidak akan
mrenimbulkan ancaman yang serius darimluar negeri.Namun bila dikaji justru
dapat menimbulkan ancaman yang sangat membahayakan integritas bangsa
dan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Perkembangan lingkungan Strategis
Perkembangan ini mengisyaratkan bahwa pergeseran geopolitik kearah
geoekonomi, membawa perubahan besar dalam penerapan kebijaksanaan dan
strategi Negara-negara didunia dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya
masing-masing. Dalam menyikapi perkembangan seperti ini, kita perlu
membangun postur kekuatan hankam yang memiliki profesionalisme yang
tinggi untuk melaksanakan : (1) kegiatan intel strategis dalam semua aspek
kehidupan nasional, (2) upaya pertahanan darat, laut dan udara, (3)
pemeliharaan dan penegakkan keamananan dalam negeri secara berlanjut
dalam semua aspek kehidupan nasional, (4) pembinaan potensi dan kekuatan
wilayah dalam semua aspek kehidupan nasional untuk meningkatkan Tannas,
(5) pemeliharaan stabilitas nasional dan Tannas secara menyeluruh dan
berlanjut.

Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam


Perwujudan postur kekuatan Hankam yang memiliki daya bendung dan
daya tangkal yang tinggi dalam menghadapi kemungkinan ancaman dari luar
membutuhkan anggaran yang sangat besar. Di sisi lain, kita dihadapkan kepada
berbagai keterbatasan. Pengembangan konsep dengan susunan kekuatan
hankam ini meliputi : (1) perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata
yang merupakan kekuatan TNI yang selalu siap dan yang dibina sebagai
kekuatan cadangan serta bala potensial, yaitu POLRI dan Ratih yang fungsinya
sebagai Wanra, (2) perlawanan yang tidak bersenjata yang terdiri atas ratih
yang berfungsi sebagai Tibum, Linra, Kamra dan Linmas, (3) komponen
pendukung perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang
profesi masing-masing dengan pemanfaatan semua sumber daya nasional,
sarana, dan prasarana serta perlindungan masyarakat terhadap bencana perang
dan bencana lainnya (Lemhanas, 2000).
Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia
Kondisi kehidupan nasional Indonesia merupakan suatu pencerminan
ketahanan nasional yang mencakup aspek ideology, politik, ekonomi, social
dan budaya dan pertahanan keamanan.
Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional setiap warga Negara
Indonesia perlu :
1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik
yang disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mapu
mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala
tantangan, ancaman, gangguan, dan hambatan yang datang dari luar
maupun dari dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan Negara serta pencapaian tujuan nasional.
2. Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek
ideology, politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan
sehingga setiap warga Negara Indonesia mengeliminir pengaruh tersebut.
Demikianlah letak pentingnya pengaruh aspek pertahanan dan keamanan
nasional dalam mewujudkan cita-cita nasional, terutama kerah terwujudnya
masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran. Hal ini menjadi sangat
penting sekali terutama pada kondisi bangsa Indonesia yang sedang melakukan
reformasi diberbagai bidang dan kondisi bangsa yang sedang mengalami krisis
multidimensional dewasa ini. Hakikat tujuan reformasi pada hakikatnya adalah
perbaikan nasib bangsa agar menjadi lebih sejahterah, makmur, tentram, aman
dan damai.

You might also like