You are on page 1of 8

HUKUM PERBANKAN

Kredit Bermasalah

Oleh :

HAPSORO AGUNG 0920102016

Magister Kenotariatan

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011
1. Penyebab Kredit Bermasalah (NPL)

Sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan pengembalian kredit oleh nasabah atau


penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Self Dealing

Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kredit terhadap
permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian kredit yang tidak layak atas dasar
yang kurang sehat terhadap nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi
berupa pemberian imbalan dari nasabah.

b. Anxiety for Income

Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan


utama sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun nafsu yang berlebihan untuk
memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit  sering menimbulkan
pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit.

c. Compromise of Credit Principles

Pelanggaran prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit
yang mengandung risiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah.

d. Incomplete Credit Information

Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping informasi
lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber
pelunasan kembali kredit.

e. Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements


Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah
diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan
penyebab timbulnya kredit-kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah
bagi bank.

f. Complacency

Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya
kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan

g. Lack of Supervising

Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian


kredit, kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi
kewajibannya dengan baik.

h. Technical Incompetence

Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek
keuangan meupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan
suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha
atau sektor yang tidak dikenal dengan baik.

i. Overlending

Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan


pelunasan kredit oleh nasabah.

j. Competition

Competition merupakan risiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang
memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat.
2. Solusi dan pencegahan kredit bermasalah

Penggolongan kualitas kredit menurut SK Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR


pada Pasal 4 terdiri atas Kredit Lancar (pass), Kredit Dalam Perhatian Khusus (special
mention), Kredit Kurang Lancar (substandard), Kredit Diragukan (doubtful) dan Kredit
Macet. Dan kriteria sebagai kredit macet apabila terdapat tunggakan angsuran pokok
dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau kerugian operasional ditutup dengan
pinjaman baru; atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar. Pengecualian kriteria tersebut apabila kredit dinilai mengandung aspek
pidana oleh instansi berwenang.Penanganan kredit bermasalah sebelum diselesaikan
secara yudisial dilakukan melalui penjadwalan (rescheduling), persyaratan (reconditioning),
dan penataan kembali (restructuring). Penanganan dapat melalui salah satu cara ataupun
gabungan dari ketiga cara tersebut. Setelah ditempuh dengan cara tersebut dan tetap tidak
ada kemajuan penanganan, selanjutnya diselesaikan secara yudisial melalui jalur
pengadilan, pengadilan Niaga, melalui PUPN, dan melalui Lembaga Paksa Badan.Perlu
diketahui bahwa Undang-Undang Perbankan tidak cukup akomodatif untuk mengatur
masalah kredit macet. Hal ini terbukti dari: a) UU Perbankan No.7 Tahun 1992 tidak cukup
banyak pasal yang mengatur tentang kredit macet; b) UU Perbankan No.7 Tahun 1992
tidak mengatur jalan keluar dan langkah yang ditempuh perbankan menghadapi kredit
macet; c) UU Perbankan No.7 Tahun 1992 tidak menunjuk lembaga mana yang menangani
kredit macet, dan sejauh mana keterlibatannya, dan 4) UU Perbankan No.7 Tahun 1992
tidak memberikan tempat yang cukup baik kepada komisaris bank sebagai badan
pengawas. Untuk itu perlu dibentuk UU khusus tentang penanggulangan kredit macet baik
dari segi hukum substantif, pengawasan preventif ataupun segi prosedural atau segi
represif lainnya.

a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai


usahanya, selain yang diperoleh dari bank.
b. Pejabat kredit harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang
sesungguhnya.

c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai taksasi jaminan yang mengcover
kredit yang diberikan

d. Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan risiko yang dihadapi


dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan.

e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi risiko pemberian kredit yang mungkin
secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi
bank.

f. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan
masalah di kemudian hari

Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu CREDERE yang artinya kepercayaan. Pihak
kreditur akan memberikan pinjaman kepada debitur bilamana memiliki kepercayaan yang
tinggi, tanpa kepercayaan mustakhil pinjaman akan diberikan.Bila mana kepercayaan telah
ada maka prosedur kredit bisa dijalankan dan prosedur ini sangat rumit, perlu ketelitian,
kecermatan dalam membaca data data calon peminjam Saat ini banyak bank yang
bangkrut, koperasi gulung tikar hal ini sebenarnya diakibatkan kurang hati hatinya seorang
petugas kredit dalam melaksanakan prosedur serta kurang profesionalnya petugas itu
sendiri yang dikarenakan ketidakmampuan soal hutang piutang . Disamping petugas kredit
yang kurang hati hati dalam memberi kredit ke debitur juga pihak manajemen yang kurang
memahami mengenai manajemen resiko kredit sehingga banyak kredit yang macet.
Manajemen hanya percaya kepada petugas kredit dan hanya melihat jaminan kredit
mencukupi apa tidak dan bila jaminan kredit sangat mencukupi, manajemen langsung
menyetujui permohonan kredit tersebut. Hal hal demikianlah termasuk salah satu bagian
yang menyebabkan banyaknya kredit macet yang berakibat bangkrut nya usaha simpan
pinjam dan ditutupnya bank oleh Bank Indonesia
Prinsip prinsip utama dari perkreditan adalah 5 C dan prinsip ini harus dipegang dan di
mengerti serta dilaksanakan oleh petugas kredit.Prinsip 5 C yaitu :

1) Caracter Karakter atau watak dari pribadi calon debitur harus dimngerti, bila
karakternya jelek dan dimata masyarakat memiliki nilai negatif maka hendaknya
kredit ditolah.

2) Collateral Jaminan yang dimiliki oleh calon debitur harus diteliti dengan cermat
apakah jaminan tersebut milik sendiri atau milik orang lain dan apakah jaminan
tidak tersangkut masalah hukum. Berapa nilai jaminan.

3) Capacity
Bagaimana kapasitas calon debitur dalam mengatur keuangannya, bagaimana
keuntungan yang diperoleh setelah memperoleh pinjaman dan mampukah calin
debitur dalam melakukan pembayaran atas kredft yang diberikan.

4) Capital
Berapa besar modal keuangan dari calon debitur, apakah modal yang dimiliki benar
benar milik sendiri atau modal nya berupa modal kerjasama.

5) Condition
Bagaimana kondisi usaha calon debitur saat ini apakah memiliki prospek yang bagus
di kemudian hari, apakah usahanya dalam bentuk musiman atau tidak dan
bagaimana usahanya dihubungkan dengan kondisi ekonomi saat ini.
Prinsip dasar diatas adalah prinsip awal sebelum pencairan kredit walaupun
sebenarnya banyak aspek lain yang mendukung dan sangat berpengaruh
terhadap analisa dan hal tersebut sangat umum dilakukan namun
demikian hal diatas hanya sebagai filter awal .
Langkah langkah yang praktis untuk mencegah timbulnya kredit bermasalah
adalah:
 Monitor atau kunjungi debitur pada periode tertentu atau secara teratur

 Ikuti prosedur pembeian kredit secara benar

 Jangan ragu ragu untuk menolak permohonan kredit bila memang tidak layak
untuk diberi
kredit

 Lengkapi lebih dulu dokumen yang kurang sebelum kredit dicairkan dan jangan
percaya janji janji debitur.

 Petugas kredit memiliki feeling tersendiri atas analisa data calon debitur

 Memantau perkembangan pembayaran angsuran setiap bulannya

 Bila terjadi kelambatan segera dicari penyebabnya

 Minta laporan keuangan setiap 3 bulan sekali untuk debitur besar atau yang
memiliki usaha.

 Bila debitur dalam angsuran pembayaran setiap bulan sering mengalami


keterlambatan hendaknya cukup waspada dan perlu monitor lebih aktif.

 Jangan pernah merasa ingin membantu calon debitur dan mengharapkan


imbalan dari calon debitur.

 Jangan mencairkan kredit hanya melihat kecukupan besarnya jaminan.


Semoga pengalaman ini menjadi dasar bagi pemula yang bekerja didunia
lembaga keuangan kususnya yang menangani simpan pinjam.

You might also like