You are on page 1of 7

Jumat, 10 Juli 2009

TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

TELAAH BUKU TEKS

I.DENTITAS BUKU TEKS


1.Judul
Bahasa dan Sastra Indonesia I
2.Pengarang
Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi
3.Editor
Ida Safrida
4.Setting dan Layout
Tim Bahasa Dept. Setting
5.Desain sampul
Achmat Taufik
6.Percetakan
PT. Gelora Aksara
7.Penerbit
Erlangga, Jakarta
8.Tahun Terbit
2005
9.Ditujukan untuk
SMP/ MTs kelas VII

II.SUDUT PANDANG PENDEKATAN

Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra merupakan salah satu hasil budaya
yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas dan pengejawantahannya. Bahasa dan
sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan
hakikat dan fungsinya
Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa
dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan
situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang sistem bahasa, tetapi berpikir
bagaimana menggunakan bahasa ini secara tepat sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara
pragmatis bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi daripada sebuah sistem
ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih
menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem
bahasa.
Sementara itu, sastra adalah satu bentuk sistem tanda karya seni yang menggunakan media
bahasa. Sastra ada untuk dibaca, dinikmati, dan dipahami, serta dimanfaatkan, yang antara lain
untuk mengembangkan wawasan kehidupan. Jadi, pembelajaran sastra seharusnya ditekankan
pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi. Oleh
karena itu, pembelajaran sastra haruslah bersifat apresiatif. Sebagai konsekuensinya,
pengembangan materi, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran sastra haruslah lebih menekankan
kegiatan pembelajaran yang bersifat apresiatif.
Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa
dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran sastra
yang menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Pendekatan lain yang biasa
digunakan dalam setiap pembelajaran adalah pendekatan proses dimana siswa secara aktif dan
kreatif dengan bimbingan guru berusaha menemukan pola-pola berbahasa dengan cara mencatat
pola-pola bermakna yang dijumpai dalam setiap kegiatan berbahasa di kelasnya untuk kemudian
menggunakannya dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, baik komunikasi lisan maupun
komunikasi tulis.
Ketiga pendekatan tersebut di atas- lah yang dipakai oleh ketiga penyusun buku teks Bahasa dan
Sastra Indonesia. Hal ini telihat dari kata pengantar yang disampaikan penyusun.

”Pengajaran Bahasa Indonesia hendaknya dikembalikan pada kedudukan yang sebenarnya, yaitu
melatih kalian membaca, menulis, berbicara dan mengapresiasi sastra. ....”

Ketiga pendekatan tersebut tercermin dalam setiap bab pelajaran. Pada setiap bab pelajaran
selalu ada 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan lanjutan.
Pada kegiatan awal siswa diberi tugas-tugas sebagai bahan pretest untuk memasuki kegiatan inti,
yang merupakan target pembelajaran pada setiap pelajaran dan pada setiap keterampilan
berbahasa. Kemudian bagian ketiga adalah bagian kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan diberikan
sebagai pengayaan dan pemamtapan siswa terhadap inti pelajaran pada setiap keterampilan
berbahasa.
Sebagai gambaran kita akan lihat pelajaran pertama buku teks ini yang bertema Pengalaman
Mengesankan dengan sub tema membaca pemahaman untuk menemukan gagasan utama.
Pada sub tema ini kegiatan terbagi menjadi 3 seperti yang telah tersebut di atas, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan lanjutan.
Pada kegiatan awal siswa diajak untuk mendata kebiasaan-kebiasaan dalam membaca sehingga
siswa bahkan guru akan mengetahui sudah seberapa besar minat anak terhadap kegiatan
membaca. Setelah mendata kebiasaan-kebiasaan membaca siswa diajak untuk mengenali cara
penggambaran objek dalam sebuah teks. Kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan inti yaitu membaca pemahaman untuk mengenali gagasan
utama dan gagasan penjelas dalam sebuah teks atau bacaan.

III. BAHAN

A. Kelayakan Materi

1. Kesesuaian Materi Buku Teks dengan Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari
suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh
guru di sekolh. Pengertian ini mengharuskan setiap perencanaan dan usaha yang dilakukan oleh
pelaku pendidikan termasuk pembuat bahan ajar baik yang berupa buku atau yang lainnya harus
mengacupada kurikulum yang berlaku.
Pada kurikulum Bahasa Indonesia 2004 kemampuan berbahasa dibedakan menjadi dua, yaitu
kemampuan terhadap materi kebahasaan dan kemampuan materi kesastraan sehingga dituntut
dalam setiap keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca dan menulis) kedua
kemampuan berbahasa tersebut harus mendapat perhatian.
Materi yang ada dalam buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia yang kami telaah ini telah
mencerminkan hal tersebut. Kelengkapan materi dalam buku teks ini bisa dilihat dari adanya
wacana, pemahaman terhadap wacana, fakta kebahasaan dan kesastraan dan juga adanya
penerapan konsep dasar baik dari materi kebahasaan maupun kesastraan melalui pelatihan, tugas
serta kegiatan mandiri sehingga peserta didik mampu menggali dan memanfaatkan informasi
serta menyelesaikan masalah yang ada.

2. Keakuratan Materi

Wacana yang disajikan dalam buku teks ini sesuai dengan kenyataan tidak dibuat-buat. Hal ini
terbukti disebutkannya sumber secara jelas di samping itu bacaan yang ada sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa kelas VII SMP/ MTs.
Sementara itu keakuratan konsep dan teori tercermin dari kesesuaian teori dan konsep yang
disajikan untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) dengan definisi yang berlaku dalam bidang
ilmu bahasa (linguistik) dan ilmu sastra. Selain itu keakuratan teori dan konsep itu terlihat juga
dalam penggunaannya yang tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan
banyak tafsir (ambigu).

3. Keakuratan dalam memilih contoh

Contoh-contoh latihan yang disajikan menunjukkan keruntutan konsep dari yang mudah ke yang
sukar, dari yang konkret ke abstrak, dari yaang sederhana ke yang kompleks dari yang telah
dikenal sampai ke pengembangannya.
Sebagai contoh kita akan ambil materi pada pelajaran pertama.
Tema Pelajaran Pertama adalah Pengalaman Mengesankan. Sebelum peserta didik diberi tugas
membaca pemahaman dengan menemukan gagasan utama disajikan, penyusun mengajak peserta
didik melihat kebiasaan-kebiasaan mereka dalam membaca termasuk mendata buku apa saja
yang telah dibacanya. Setela itu peserta didik diajak untuk mengenali cara-cara yang sering
dilakukan oleh para pengarang dalam menggambarkan objek kemudian barulah peserta didik
diajak untuk membaca pemahaman untuk mengenali gagasan utama dan gagasan penjelas
dengan model pembimbingan dengan cara memberikan tips menemukan ide dengan cepat.

B. Pendukung Materi Pembelajaran

1. Relevansi ilustrasi dengan tema atau subtema.

Gambar lebih mudah diserap dan lebih tahan dalam memori seseorang daripada kata-kata.
Karenanya dalam berusaha membuat tampilan buku ini lebih menarik minat siswa untuk
mempelajari materi di dalamnya, dalam sebagian besar bab dan subbab buku ini menampilkan
ilustrasi, baik yang berupa gambar, grafik maupun tabel.
Kalau dilihat secara keseluruhan tampilnya ilustrasi di awal setiap pelajaran memang sudah
mencerminan tema yang akan dibahas dalam setiap pelajaran. Tetapi ketika dicermati lebih
lanjut masih terdapat ilustrasi-ilustrasi yang kurang mendukung permasalahan baik tema maupun
sub temanya. Sebagai contoh ditambilkannya gambar sendratari pada halaman 148 Pelajaran 9
pada kegiatan awal, sementara kegiatan yang ditugaskan adalah menjelaskan makna kata
berimbuhan. Contoh yang lain misalnya pada pelajaran pertama di halaman 5 ditampilkan
gambar dua orang peselancar padahal judul wacana Pulau Nias Penuh Sejarah dan Budaya.

2. Relevansi materi dan bahan dengan tingkat usia siswa

Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan yang
sangat pesat dalam setiap aspeknya. Salah satu aspek ersebut adalah aspek kognitif.
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama
dengan usia siswa SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang
berkembang pada siswa adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu
secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkret, bahkan objek yang
visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran
bahasa Indonesia bahwa belajar akan bermakna apabila input (materi pelajaran) sesuai dengan
minat dan bakat siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia akan berhasil apabila penyusun silabus
dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta
karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences
yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu: (1) kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa
yang fungsional), (2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berpikir runtut), (3) kecerdasan
musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama), (4) kecerdasan spasial
(kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas), (5) kecerdasan kinestetik-ragawi
(kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), (6) kecerdasan intra-pribadi
(kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan jati diri), (7) kecerdasan
antarpribadi (kemampuan memahami orang lain). Ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan
karakteristik keilmuan bahasa Indonesia, dan akan dapat berkembang pesat apabila dapat
dimanfaatkan oleh guru bahasa Indonesia untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam, baik gejala
kebendaan maupun gejala kejadian/peristiwa guna membangun konsep bahasa Indonesia.
Materi yang ada pada buku teks ini terlihat ingin menerapkan teori tersebut di atas dalam
penyusunannya. Ilustrasi –ilustrasi yang disajikan menimbulkan imajinasi pada diri pemakai
buku ini akan informasi atau materi apa yang akan disajikan.Ilustrasi pada kover, misalnya,
(disajikannya gambar orang yang sedang menelpon, gambar tangan mengetik, gambar kover
buku novel Nh. Dini dan gambar WS. Renda yang sedang membaca puisi ) akan memberikan
penjelasan kepada tentang empat keterampilan berbahasa dan dua kemampuan berbahasa yaitu
kemampuan kebahasaan dan kemapuan kesastraan yang akan diajarkan dan dilatihkan dalam
buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia. bisa kita lihat

C. Kelengkapan Penyajian

Secara keseluruhan buku teks Bahasan dan Sastra Indonesia ini telah menyajikan materi secara
lengkap dengan sistematika yang runtut. Hal ini bias dilihat dari:
1. Bagaian Pendahulu.

a. Kata Pengantar

Pada bagian penulis memberikan informasi berkaitan dengan tujuan penulis buku teks, ucapan
terima kasih, harapan bahkan bagaimana mengajar dan belajar bahasa pun disampaikan penulis
dalam bagian kata pengantarnya.

b. Daftar Isi.

Adanya daftar isi pada bagian pendahuluan memberikan kemudahan peserta didik dan pengguna
buku teks ini dalam mencarai dan menemukan bab, subbab serta topik yang ada di dalamnya.

2. Bagian Isi

a. Pendahuluan

Pengantar pada awal buku berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, cara
belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik bahkan
pemberian motivasi kepada peserta didik.

“Begitulah seharusnya proses belajar berlangsung. Anak belajar dari pengalaman sendiri.
Rasanya kalian perlu kembali meniru proses belajar memanah di atas. Dalam proses tersebut,
kalian mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru…..” (bagian Kata Pengantar)

“Faktanya, kalian sudah menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.


Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/ MTs selayaknya diarahkan pada pelatihan berbahasa
yang kreatif, yaitu membaca kreatif, menulis kreatif dan berbicara kreatif” (bagaian Kata
Pengantar)

b. Rujukan:

Pada setiap ilustrasi dan wacana yang diambil dari sumber lain, penulis telah memberikan
identitas sumber yang jelas kecuali ilustrasi yang berupa gambar-gambar kartun.

c. Rangkuman dan refleksi

Rangkuman merupakan konsep kunci bab yang bersangkutan yang dinyatakan dengan kalimat
ringkas, jelas, dan memudahkan peserta didik memahami keseluruhan isi bab. Refleksi memuat
simpulan sikap dan prilaku yang harus diteladani. Dalam buku ini rangkuman ini tidak ada
sehingga peserta didik kurang mendapatkan tekanan materi yang harus benar-benar dikuasai.
Sebagai ganti dari itu penulis menyampaikan ringkasan fokus kemampuan dasar yang harus
dikuasai peserta didik.

d. Pelatihan:

Hampir di setiap awal dan akhir pembicaraan penulis selalu memberikan tugas-tugas sebagai
bahan pretest dan posttest sebagai evaluasi terkuasainya kompetensi sesuai dengan SK dan KD
3. Bagian penyudah

Pada bagian akhir buku teks ini disajikan daftar pustaka atau daftar buku yang digunakan sebagai
bahan rujukan dalam penulisan buku tersebut dan dalam penulisan daftar pustaka seudah sesuai
dengan penulisan daftar pustaka yang standar sebagaimana yang disampaikan oleh H. Amat
Mukhadis yaitu diawali dengan nama pengarang (yang disusun secara alfabetis), tahun terbitan,
judul buku, tempat, dan nama penerbit.

D. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam buku teks ini sudah sesuai dengan bahasa yang baik dan benar.
Baik artinya sesuai dengan konteks situasi dan kondisi dan benar artinya sesuai dengan kaidah-
kaidah baku yang berlaku. Atau singkatnya bahasa yang digunakan dalam buku teks ini sudah
pragmatis.

IV. METODE

1. Ceramah/ Penjelasan melalui deskripsi maupun eksposisi, khususnya terhadap konsep-


konsep dasar baik kebahasaan maupun kesastraan.
2. Cerita Bergambar
3. Kuis
4. Penugasan, baik individu maupun kelompok

V. EVALUASI

Evaluasi baik yang bersifat pretest maupun post test yang ada dalam buku teks ini sangat
bervariasi. Selain dengan penugasan, pelatihan dan mengerjakan tugas-tugas baik secara individu
maupun kelompok. Bervariasinya evaluasi ini bisa menghindarkan siswa dari kebosanan
terhadap latihan dan tugas-tugas yang monoton dan menjemukan.
Bentuk evaluasi yang ada meliputi:
1. Menjawab pertanyaan bacaan
2. Mengisi bagian kalimat yang rumpang.
3. Memberi tanda S (jika setuju) dan T (jika tidak setuju)
4. Mengerjakan tugas membaca, baik pemahaman, membaca indah maupun membaca cepat.
5. Mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan


Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2006. Panduan Pengembangan
Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengan Pertama, Jakarta. (Online)
(www.diknas.org, diakses , tanggal 9 Juni 2008)
2. Esti Ismawati. Buku Teori dan Aplikasi Telaah Kurikulum SLTA. Surakarta: Pustaka Cakra
3. M. Umar Muslim, KTSP dan Pembelajaran Bahasa Indonesia (Online) (www.whandi.net ,
diakses tanggal 9 Juni 2008)
4. Henry Guntur Tarigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
5. H. Amat Mukhadis. (Eds).2000. Kaidah Tata Tulis Artikel Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang.
6. Piaget, J. 1970. Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Viking.

You might also like