You are on page 1of 6

Akhlakul Karimah

Al Anbiya (21:107)

šÏϑn=≈yèù=Ïj9 ZπtΗôqy‘ āωÎ) š≈oΨù=y™ö‘r& !$tΒuρ


dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Menurut perkataan Allah swt di dalam surat ini, seluruh manusia, binatng, tumbuhan
seharusnya mendapat manfaat dari Islam Bagaimana orang non islam bisa mendapat
manfaat dari Islam, sedangkan mereka tidak mempercayai ajaran Islam ?. Bagaimana
binatang dan tumbuhan bisa medapatkan manfaat dari Islam sedangkan mereka tidak bisa
membaca dan berpikir ?. Jawabannya adalah melalui perilaku dan budi pekerti yang
baik dari ummat Islam. Perlaku dan budi pekerti yang baik inilah yang di sebut dengan
akhlakul karimah.

Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir
perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa mengharapkan apa-apa

Allah swt mengatakan dalam Quran surat

An nisa (4:85)

…ã&©! ä3tƒ Zπy∞ÍhŠy™ Zπyè≈x x© ôìx ô±o„ tΒuρ ( $pκ÷]ÏiΒ Ò=ŠÅÁtΡ …ã&©! ä3tƒ ZπuΖ|¡ym ºπyè≈x x© ôìx ô±o„ ¨Β

$\F‹É)•Β &óx« Èe≅ä. 4’n?tã ª!$# tβ%x.uρ 3 $yγ÷ΨÏiΒ ×≅ø Ï.

Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik], niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari
padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk], niscaya ia akan memikul bahagian (dosa)
dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Jelas sekali dalam ayat ini bahwa salah satu cara mendapatkan pahala adalah dengan
berbuat baik. Dengan berbuta baik ini selain kita mendapat pahala, orang lain, binatang
dan juga tumbuhan akan medapatkan manfaat dari perbutan baik kita tersebut. Kalau
setiap muslim bisa melakukan hal ini maka akan terlihat bahwa Islam itu memang
merupakan rahmat kepada seluruh alam semesta.

Sebaik-baiknya akhlak manusia, yang terbaik akhlaknya adalah Muhammad saw, seperti
yang dikatakan sendiri oleh Allah swt dalam surat:
Al Qalam (68:4)

5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7‾ΡÎ)uρ


dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Berikut ini salah satu contoh dari akhlak beliau Muhammad saw. Saat itu menjelang
wafat, beliau mengumpulkan para sahabat, lalu beliau menyampaikan fatwa singkat.

”Wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah Nabimu, pemberi nasihat dan yang
mengajak kepada Allah dengan seizin-Nya. Bagimu, aku tak berdaya seperti saudara
seayah dan seibu. Siapa diantara kamu yang pernah kusakiti, bangkitlah dan balaslah aku
sebelum datang pembalasan di hari kiamat nanti.”

Awalnya, tak ada tanggapan dari para sahabat, hingga ketiga kalinya Nabi Saw nampak
marah sembari berteriak. ”Ayo, siapa yang pernah kusakiti bangkitlah, balaslah
aku…ambil qisasnya pada diriku!”

Pada saat itulah Ukasyah, salah seorang sahabat Nabi yang hadir pada saat itu, bangkit
dan berkata, ”Wahai Rasulullah, demi ayah ibuku yang menjadi tebusannya. Jika engkau
tidak menyerukan hal itu hingga tiga kali, tentu tidak ada seorangpun yang dapat
mendorong aku untuk menghadapmu.”

”Apa keinginanmu ya Ukasyah?” tanya Nabi.

”Begini Baginda, pada saat perang Badar, tiba-tiba saja unta yang kutunggangi lepas
kendali dan mendahului unta Baginda, sehingga aku keluar barisan. Aku turun mendekat
kepada Baginda. Saat itulah tiba-tiba baginda mengayunkan cambuk ketubuhku. Aku
tidak tahu, apakah Baginda sengaja memukulku atau memukul unta.”

Meski motifnya belum jelas, Rasulullah segera mengambil sikap tegas, balasan harus
ditunaikan. Beliau meminta Bilal untuk megambil cambuk dirumah Fatimah. Dengan
tegopoh-gopoh Bilal kembali ke majelis dengan membawa cambuk, lalu diserahkan
kepada Ukasyah. Ukasyah pun siap menunaikan qisas. Abu Bakar r.a dan Umar r.a. dua
sahabat setia Rasulullah segera bangkit menghadangnya. ”Hai Ukasyah, sekarang kami
dihadapanmu, ambillah qisasmu dari kami. Sedikitpun kami tidak rela kamu mengambil
qisas kepada Rasul.” Tetapi Rasulullah menenangkan mereka dan meminta mereka untuk
kembali duduk.
Tidak hanya Abu Bakar dan Umar, sahabat yang lainpun Ali serta Hasan dan Husein juga
maju meminta hal yang sama kepada Ukasyah. Namun Rasulullah kembali
menenanangkan mereka. Nabi kemudian meminta Ukasyah untuk segera melaksanakan
qisas. ”Ukasyah, cambuklah aku. Lakukan jika aku pernah benar-benar melakukan
kesalahan padamu.”

”Ya Rasul, ketika engkau memukulku, saat itu aku tidak memakai baju.” Jelas Ukasyah.
Rasulullah pun langsung menuruti, dibukanya baju beliau. Begitu melihat Rasul tidak
mengenakan bajunya, para sahabat menangis histeris. Ukasyah sendiri bergetar hatinya,
meremang bulu kuduknya dan larut dalam keagungan serta kebesaran jiwa Nabi
dihadapannya. Saat itulah dia melakukan keanehan, tidak melakukan qisas, tetapi justru
menubruk tubuh Rasulullah seraya mencium kulit bagian perutnya sampil menangis
sejadi-jadinya.

”Subhaanakaallahumma wabihamdika, Asyhadu al-laa ilaahailla Anta, Astaghfiruka wa


atuubu ilaik.”
”Maha suci Engkau ya Allah. Dengan memuji-Mu saya bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Engkau. Saya memohon ampun dan bertobat kepada-Mu.”

Contoh lain dari seorang gembala domba yang mempunyai akhlakul karimah:

Salah seorang sahabat nabi yang terkenal dengan kealiman (tinggi ilmu) dan
kezuhudannya (sederhana), Abdullah bin Umar suatu ketika bertemu dengan seorang
pengembala kambing ditengah padang pasir yang tandus, muncul keingintahuannya
untuk mengetahui apakah ajaran Islam dalam bingkai akhlak mulia yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW sampai ke tengah padang pasir yang sangat terpencil tersebut?

Setelah mengucapkan salam, Abdullah bin Umar berkata kepada pengembala yang masih
bocah itu. ”Hai pengembala, aku ingin membeli seekor kambing yang kau gembala ini.
Bekalku sudah habis.”

”Maaf Tuan, aku hanyalah seorang budak yang mengembalakan kambing-kambing ini.
Aku tidak bisa menjualnya. Ini bukan milikku tapi milik majikanku.” Jawab pengembala
itu.

”Ah itu masalah yang mudah. Begini, kau jual seekor saja kambingmu padaku. Kambing
yang kau jaga ini sangat banyak, tentu akan sangat sulit bagi tuanmu untuk menghitung
jumlahnya. Atau kalaupun dia tahu ada sesekor kambing yang berkurang, bilang saja
telah dimangsa srigala padang pasir. Mudah sekali, bukan? Kau pun bisa menikmati
uangnya.” Bujuk Abdullah bin Umar dengan serius.

”Lalu, di mana Allah? Majikanku memang tidak akan tahu dan bisa saja dibohongi, tetapi
ada Dzat Mahatahu, yang pasti melihat apa yang kita lakukan. Apa kau kira Allah tidak
ada?” Jawab pengembala itu mantap.
Sungguh jawaban itu membuat Abdullah bin Umar tersentak kaget.
”Aku tidak diberi kuasa oleh majikanku untuk menjual kambing ini. Aku hanya
diperbolehkan mengembalanya dan meminum air susunya ketika aku membutuhkannya
dan memberi minum para musafir yang kehausan.”

”Minumlah Tuan, kulihat anda kehausan. Jika masih kurang bisa tambah. Jangan kuatir,
susu ini halal. Allah tahu ini halal sebab pemiliknya menyuruhku memberinya pada
musafir yang kehausan.” Tutur pengembala dengan wajah ramah.

Abdullah bin Umar meminum susu itu dengan perasaan terharu. Dia minum sampai rasa
hausnya hilang. Setelah itu, dia mohon diri.

Dijalan, dia tidak bisa menyembunyikan tangisnya, teringat kata-kata pengembala itu,
”Di mana Allah? Apakah kau kira Allah tidak ada?”
Dia menangis mengingat seorang bocah pengembala kambing di tengah padang pasir
yang pakaiannya kumal, ternyata memiliki rasa takwa yang begitu dalam. Dia memiliki
kejujuran yang tinggi. Hatinya menyinari keimanan. Akhlaknya sungguh mulia.
Sesungguhnya ajaran Rasulullah telah terpatri dalam jiwanya. Abdullah bin Umar terus
melangkahkan kakinya sambil bercucuran air mata. Sepantasnyalah seorang manusia
yang berakhlak mulia dan memiliki ketakwaan kapada Allah yang begitu tinggi tidaklah
sepatutnya menjadi hamba sahaya manusia. Dia hanya pantas menjadi hamba Allah Swt!

Selanjutnya Abdullah bin Umar membeli budak itu dan langsung memerdekakannya.

Dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyuruh kita untuk berbuat baik, antara
lain:

An nisa(4:2)

#’n<Î) öΝçλm;≡uθøΒr& (#þθè=ä.ù's? Ÿωuρ ( É=Íh‹©Ü9$$Î/ y]ŠÎ7sƒø:$# (#θä9£‰t7oKs? Ÿωuρ ( öΝæηs9≡uθøΒr& #’yϑ≈tFu‹ø9$# (#θè?#uuρ

#ZŽÎ6x. $\/θãm tβ%x. …çµ‾ΡÎ) 4 öΝä3Ï9≡uθøΒr&

dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang
baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya
tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.
Al Isra(17:23)

uŽy9Å6ø9$# x8y‰ΨÏã £tóè=ö7tƒ $¨ΒÎ) 4 $—Ζ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ çν$−ƒÎ) HωÎ) (#ÿρ߉ç7÷ès? āωr& y7•/u‘ 4|Ós%uρ

$VϑƒÌŸ2 Zωöθs% $yϑßγ©9 ≅è%uρ $yϑèδöpκ÷]s? Ÿωuρ 7e∃é& !$yϑçλ°; ≅à)s? Ÿξsù $yϑèδŸξÏ. ÷ρr& !$yϑèδ߉tnr&

dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

Banyak lagi ayat-ayat di Quran yang memerintahkan kita untuk berbuat baik:
menyampaikan amanat, mendamaikan perselisihan antar manusia, infaq, mendahulukan
kepentingan orang lain, silaturahmi, tawadhu (rendah hati), menjaga rahasia, lemah
lembut dll.

Pada dasarnya akhlakul karimah itu tidak terbentuk dengan sendirinya. Kita harus
membentuknya, terutama untuk diri kita sendiri kemudian keluarga kita.

Ada tiga langkah yang bisa membantu kita membentuk akhlakul karimah:
1. Mengerti secara mendasar nilai-nilai akhlakul karimah dan kenapa kita harus
mempunyai akhlakul karimah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
2. Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai hal-hal yang kita fahami
mengenai akhlakul karimah tersebut. Dengan mengajarkan kepada orang lain, kita secara
tidak sadar sudah mengikat diri kita agar berkelakuan seperti yang kita ajarkan.
3. Menerapkan secara sungguh-sungguh hal-hal yang difahami tersebut di dalam
kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada lingkungan yang
paling dekat dan bersifat privat, serta segerakan mulai dari saat ini.

Hak lan yang juga penting kita lakukan adalah mendidik anak kita sejak dini dalam hal
akhlakuk karimah ini.

1. Teladan. Anak adalah peniru jitu. Tingkah laku orang-orang terdekatnya sehari-hari
mempengaruhi karakter dirinya. Untuk itu contoh pertama beretika harus dari orang tua.

2. Membiasakan hal-hal yang baik. Pengetahuan dan pemahaman terhadap Islam serta
keteladanan harus dipraktikkan agar menjadi bagian dari kehidupan dan keseharian anak.
Untuk itu diperlukan pembiasaan. Adab/ etika merupakan cerminan akhlak seseorang
yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku, maka untuk membentuknya diperlukan
pembiasaan-pembiasaan.

3. Nasihat. Anak sebagai amanah dari Allah, memerlukan bimbingan dan asuhan.
Nasehat-nasehat sangat diperlukan sebagai sumber ilmu bagi anak. Boleh jadi suatu
perbuatan yang dilakukan dan dianggap melanggar karena ketidak tahuan. Untuk itu
peran orang tua dan lingkungan tempat anak dibesarkan akan membentuk akhlak seorang
anak. Dalam sirah (sejarah -red), seperti difirmankan Allah SWT Nabiyullah Luqman
pun pernah menasihati anak-anaknya, yang bisa dibaca di surat Luqman. Begitupun
dengan Ibrahim AS.

4. Kontrol atau pengawasan. Dalam proses pembelajaran, anak yang dibimbing perlu
mendapat pengendalian, agar nasehat dan pembiasaan tadi bisa terlaksana dengan baik
dan membentuk akhlakul karimah (akhlak yang baik).

5. Sangsi. Agar pendidikan etika ini efektif, harus ada hukuman sebagai sangsi
pelanggaran. Sebagai contoh perintah salat, anak dianjurkan untuk salat ketika usia 7
tahun dan bila usia 10 tahun lalai maka ia harus di cepret. Namun tidak bermaksud
menyakiti, tapi hanya pukulan pendidikan. Keteladanan dalam beretika bisa dilihat dari
kepbribadian Rasulullah saw, karena dalam diri Rasul terdapat teladan yang baik. Bila
melihat sejarah hidup Rasulullah saw, ketika usia balita dan anak-anak, dia dibesarkan di
lingkungan yang jauh dari hingar bingar kota Mekah waktu itu. Hal ini pula yang menjadi
alasan "orang tuanya", agar Muhammad tumbuh jadi manusia yang berkarakter budaya
Arab murni yang jauh dari jahiliyah

You might also like