Professional Documents
Culture Documents
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-
hidroksil dari gliserol. Ikatan ester adalah ikatan yang paling umum digunakan
dalam lemak.
Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasil gliserol (merupakan asam
ester lemak dengan gliserol). Perbedaan antara minyak dan lemak bisa dari bentuk
dan sumbernya yakni minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya
berasal dari tumbuhan yang merupakan minyak nabati dan lemak berbentuk padat
pada suhu kamar dan umumnya berasal dari hewan yang merupakan lemak
hewani.
Lemak dan minyak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling
minyak dan lemak terhadap beberapa jenis pelarut seperti air, etanol, kloroform,
dan n-heksan sehingga kita dapat menentukan pelarut yang paling baik bagi
minyak dan lemak sehingga menjadi dasar penentuan pelarut yang paling tepat
dalam ekstraksi minyak dan lemak. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga
kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi
macam pelarut.
2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak
dan lemak
pada campuran air dan minyak beberapa kali dan memisahkan larutan yang
terbentuk yang kemudian dihitung diameter noda yang terbentuk pada kertas
TINJAUAN PUSTAKA
Lipid (dari kata Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau
hewan yang dicirikan sifat kelarutannya. Lipid dapat diekstraksi dari sel dan
jaringan dengan pelarut organik. Sifat kelarutan ini membedakan lipid dari tiga
golongan utama lain dari produk alam lainnya, yaitu karbohidrat, protein, dan
asam nukleat, yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut organik
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali
ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin
dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji
kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang
penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium
terkandung dalam abu tandan kosong (TKS) dapat dipakai sebagai katalis dalam
Perbedaan lemak dan minyak bisa dilihat pada sifat fisiknya. Pada
temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu
kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada
dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada
kekecualian. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga
asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu
asam oleat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam
trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Fessenden dan
Fessenden, 1997)
lemak yang berbeda. Lemak mengandung sejumlah besar asam-asam lemak jenuh
yang terdistribusi di antara trigliserida-trigliserida sedangkan minyak mempunyai
sejumlah besar asam lemak tidak jenuh. Adanya asam-asam lemak tidak jenuh
akan menyebabkan lebih rendahnya titik lincir (slip point) yaitu suhu di mana
lemak atau minyak mulai mencair. Pada umumnya, lemak diperoleh dari bahan
hewani sedang minyak dari bahan nabati. Keduanya, lemak dan minyak,
Sherrington, 1994).
dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuknya akrolein yang
tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi
gliserol akan membentuk aldehida tak jenuh atau akrolein tersebut (Winarno,
2004).
gliserol yang berikatan dengan tiga molekul asam lemak. Digliserida terdiri dari
gliserol yang mengikat dua molekul asam lemak sedangkan monogliserida hanya
memiliki satu asam lemak. Digliserida dan monogliserida sering terdapat dalam
Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam
trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak,
HC OH HC OH
H2C OH H2C OH
gliserol monogliserida
HC OCO R2 HC OCO R2
digliserida trigliserida
molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu
boleh sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam adalah asam
Tipe gliserida yang paling sederhana adalah yang ketiga asam lemaknya
sama. Namun demikian, kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam
lemak yang berbeda dan dikenal sebaga trigliserida majemuk. Lemak alami adalah
mengandung sejumlah asam lemak yang beraneka ragam pula. Pada dasarnya ada
hidrogen.
2. Asam lemak tidak jenuh, yaitu bila rantai hidrokarbonnya tidak dijenuhi oleh
hidrogen dank arena itu mempunyai satu ikatan rangkap atau lebih.
BAB III
METODE PERCOBAAN
minyak kelapa, margarin, etanol, kloform, n-heksan, kertas saring, korek api,
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, oven, pembakar spritus, mistar, pensil, pinset, sikat
masing-masing diisi dengan 5 tetes sampel minyak dan lemak. Tabung reaksi
pertama ditambahkan akuades, tabung reaksi kedua dengan etanol, tabung reaksi
ketiga dengan kloroform, dan tabung reaksi keempat dengan n-heksan. Tiap-tiap
tabung reaksi tersebut kemudian dikocok, dipipet dan diteteskan pada kertas
pada tabung ditambahkan lagi 1 mL. Lapisan organik digabungkan. Dikocok dan
dipipet masing-masing 1 tetes larutan dalam tabung tersebut di atas kertas saring.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat
dalam pelarut organik maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut.
Zat-zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat
pelarut-pelarut organik).
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Percobaan
ekstraksi minyak dan lemak ini, dilakukan pencampuran antara sampel campuran
air dengan minyak dan lemak dengan kloroform. Lapisan organiknya dipisahkan
dan dimasukkan dalam tabung reaksi lain. Lapisan air yang tetap ada ditambahkan
lagi kloroform.
4.2 Reaksi
O
CH2 O C R1
O
CH O C R2 + H2O
O
CH2 O C R3
b. Minyak dengan etanol
O
O
CH2 O C R1
CH2 O C R1
O
O
CH O C R2 + 3 C2H5OH
CH O C R2
O O
CH2 O C R3 CH2 O C R3C2H5OH
O
O
CH2 O C R1
O CH2 O C R1
CH O C R+2 3 CH3(CH2)4CH3 O
O CH O C R2
CH2 O C R3 O
CH2 O C R3
CH3(CH2)4CH3
d. Minyak dengan kloroform
O
O
CH2 O C R1
O CH2 O C R1
O
CH O C R2 + 3 CHCl3
CH O C R2
O
O
CH2 O C R3
CH2 O C R3 CHCl3
4.2.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
O
CH2 – O – C
R1
O
CH – O – C + H2O
R2
O
CH2 – O – C
R3
O
CH2 – O – C
R1
O
CH – O – C + CHCl3
R2
O CHCl3
CH2 – O – C
R3
4.3 Pembahasan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu minyak dan lemak
ialah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu gliserida asam
lemak rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu gliserida
asam lemak rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang rantai
atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan lemak
minyak dan lemak dimana pelarutnya adalah akuades, etanol, n-heksana, dan
klororform, dengan cara melihat dan mengukur diameter noda yang dihasilkan
setelah ditetesi pada kertas saring dimana kertas saring itu telah dikeringkan.
pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat
kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati.
dan lemak dilarutkan dalam beberapa pelarut seperti air, etanol, kloroform, dan
minyak kelapa tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena perbedaan sifat
kepolarannya dimana sampel diatas tersebut bersifat non polar sedangkan pelarut
yang digunakan bersifat polar, selain itu sampel tersebut umumnya berbentuk
trigliserida berantai panjang sehingga sangat sulit untuk larut dalam air.
Selanjutnya minyak kelapa sedikit larut dengan membentuk 2 fasa dengan pelarut
etanol hal ini disebabkan karena etanol adalah pelarut yang bersifat semi polar dan
keempat sampel tersebut akan membentuk kelarutan yang sedikit dimana fasa
diatas adalah sampel dan fase bawah adalah fase etanol karena momen dipol
etanol dan bobot molekulnya lebih besar dibandingakn keempat sampel tersebut.
kelapa larut dengan kloroform hal ini disebabkan karena kloroform pada
struturnya ada satu atom H yang terikat Cl, sehingga ada sedikit perbedaan
momen dipol yang menyebabkan kloroform tidak terlalu polar sehingga dapat
larut pada sampel yang bersifat non polar. Namun, dalam kloroform, terbentuk
noda pelarut pada kertas saring yaitu semakin besar diameter noda, semakin besar
pula kelarutan minyak dan lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan
karena semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring
akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika
minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka
dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga
apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan hingga
pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas
saring.
pelarut organik dengan konsentrasi zat tersebut dalam pelarut air. Sehingga, dalam
melakukan ekstraksi yang paling penting adalah bagaimana kita memilih pelarut
yang paling tepat. Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkan
karena akan semakin besar nilai koefisien distribusinya, dimana semakin besar
nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik untuk digunakan.
pelarut kloroform. Dari pelarut ini, dapat dibuktikan bahwa minyak dan lemak
cukup larut dalam kloroform yang dapat dilihat dari diameter noda yang
dihasilkan. Saat dicampurkan terdapat dua lapisan. Saat kloroform dan air
dicampurkan, larutan kloroform di bawah dan air di atas karena berat jenis air
lebih kecil dari pada kloroform. Tabel di atas menunjukkan pelarut air
memberikan noda yang bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan lapisan
minyak. Artinya minyak dan lemak sangat larut dalam air. Hal ini sangat tidak
bersesuaian dengan teori yang ada, air bukan pelarut yang baik untuk minyak dan
lemak karena perbedaan kepolarannya. Hal ini terjadi mungkin karena praktikan
sebenarnya tak ada noda pada kertas saring tersebut. Ketidaktahuan atau
5.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa :
1. Pelarut yang paling baik untuk melarutkan minyak dan lemak adalah n-heksan.
Urutan kelarutannya adalah n-heksan > kloroform > etanol > air.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk percobaan kali ini yakni sebaiknya
pada percobaaan kelarutan minyak dan lemak, sampel minyak dan lemaknya lebih
divariasikan lagi, jangan hanya satu jenis sampel minyak atau lemak saja, agar
minyak dan lemak, jenis pelarut yang digunakan jangan cuma satu saja, karena
tujuan dari percobaan ini adalah menentukan jenis pelarut yang baik untuk
ekstraksi minyak dan lemak, jadi butuh lebih dari satu jenis pelarut yang
digunakan sebagai pembanding antara jenis pelarut yang satu dengan pelarut yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, J., dan. Fessenden, J.S., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B., 1994, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi, UGM-Press, Yogyakarta.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik: Edisi Sebelas,
diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Imanuddin, M., Yoeswono, Wijaya, K., dan Tahir, I., 2008, Ekstraksi Kalium dari
Abu Tandan Kosong Sawit sebagai Katalis pada Reaksi Transesterifikasi
Minyak Sawit, Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis
(online), 3(1-3):14-20, (http://bcrec.ac.id, diakses tanggal 23 Oktober
2010, pukul 21.00 WITA).
Winarno, F.G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
5 tetes sampel
tabung
diberi tanda
Noda
Data
Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak
- Ditambahkan 1 mL kloroform
- Dikocok
kertas saring
Noda Noda