You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam bukunya yang berjudul Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Jogiyanto
menyatakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Jenis investasi yang
akan dipilih seorang investor tentunya akan tergantung dengan jenis investor itu sendiri,
karena jenis investor akan mempengaruhi investasi yang dipilihnya. Berbagai bentuk
investasi dapat dipilih oleh investor, mulai dari SBI dan deposito yang berisiko kecil,
obligasi pemerintah maupun perusahaan, sampai saham yang mengandung risiko yang
besar namun dapat menghasilkan return yang tinggi. Bahkan saat ini muncul sebuah
alternatif investasi lain yang diterbitkan oleh pemerintah, yaitu Sukuk Ritel.
Pada tanggal 30 Januari-20 Februari 2009 lalu pemerintah mengeluarkan
instrumen keuangan baru yang disebut dengan sukuk ritel. Sukuk ritel yang pertama kali
diterbitkan adalah bernomor seri SR001. Dan yang dimaksud dengan sukuk ritel itu
sendiri adalah instrumen trust fund (mirip dengan obligasi konvensional) yang dikelola
oleh pemerintah dengan underlying asset yang keseluruhannya adalah properti milik
Departemen Keuangan. Atau dengan kata lain, sukuk ritel adalah sebuah obligasi, namun
obligasi syariah, yaitu yang menganut prinsip syariah. Hadirnya sukuk ritel menarik
perhatian banyak masyarakat Indonesia, ditandai dengan ditingkatkannya batas
penawaran sukuk ritel oleh pemerintah, dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 5,56 triliun, yang
disebabkan oleh munculnya banyak permintaan terhadap sukuk ritel.
Banyaknya permintaan tersebut dikarenakan Surat Berharga Syariah Negara Ritel
menawarkan bunga yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan deposito, di mana bunga
sukuk ritel sebesar 12%, sedangkan bunga deposito hanya berkisar antara 8-10% saja.
Selain karena bunga yang ditawarkan cukup tinggi, para investor juga memilih sukuk
ritel karena risiko yang melekat padanya, karena diterbitkan oleh pemerintah, surat
berharga ini memiliki tingkat risiko keamanan yang nyaris 0%. Selain itu, usianya yang
hanya tiga tahun, dianggap sangat cocok dengan orientasi para investor saat ini. Dan
tentunya ketiga alasan tersebut sudah mampu meyakinkan investor bahwa sukuk ritel
adalah surat berharga yang menguntungkan, ditandai dengan permintaan atas surat
berharga ini yang semakin meningkat.
Dengan larisnya sukuk ritel di pasaran, maka hal ini dapat mempengaruhi kondisi
penjualan surat berharga yang lainnya, seperti obligasi konvensional. Jika memperhatikan
kondisi pasar modal Indonesia pada tahun 2009 lalu, saat SR001 diterbitkan dan laku di
pasaran, hal ini menjadi sebuah masalah yang besar bagi perusahaan yang ingin mencari
dana dari penerbitan obligasi, karena obligasi yang mereka terbitkan kalah dalam
bersaing dengan sukuk ritel. Salah satu cara yang mungkin dilakukan oleh para penerbit
obligasi adalah berusahan memberikan tawaran bunga yang lebih besar dari 12%. Hal ini
merupakan sesuatu yang berat bagi perusahaan yang mencari dana menggunakan
obligasi.
Obligasi syariah dan obligasi konvensional memiliki karakteristik yang berbeda,
dan perbedaan tersebut akan memberikan kesan yang berbeda pula kepada investor.
Munculnya sukuk ritel agak mempengaruhi keadaan obligasi konvensional di pasar
modal, bahkan cenderung mengalahkan penjualan obligasi konvensional. Karena adanya
peristiwa tersebut, dan untuk dapat mengetahui mengapa penjualan sukuk ritel dapat
melebihi penjualan obligasi konvensional, saya selaku penulis tertarik untuk membuat
makalah berjudul “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penlilihan Investor
terhadap Obligasi Konvensional dan Sukuk Ritel”.
PEMBAHASAN

Pengertian Obligasi
Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang
merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi
beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada
saat tanggal jatuh tempo pembayaran (Wikipedia, 2010). Ketentuan lain dapat juga
dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi,
pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. Obligasi
pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10 tahun. Di Indonesia,
Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut
Surat Utang Negara (SUN) dan utang di bawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah
disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN).
Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti.
Penerbit obligasi adalah merupakan si peminjam atau debitur, sedangkan pemegang
obligasi adalah merupakan pemberi pinjaman atau kreditur dan kupon obligasi adalah
bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan
obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan
investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.

Risiko-risiko dalam Obligasi


Berikut ini adalah risiko-risiko yang melekat pada obligasi, dan bagi para investor
merupakan faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam berinvestasi :
1. Interest-Rate Risk.
Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan
tingkat bunga, yaitu jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun.
Dan begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik.
2. Reinvestment Risk
Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga
pasar dinamakan reinvestment risk.
3. Call Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang
diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan
mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan
menarik kembali obligasinya.
4. Default Risk
Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi
yang mengalami kebangkrutan.
5. Inflation Risk
Peningkatan inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya
nilai aliran kas yang diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi.
6. Exchange-Rate Risk
Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak
dapat diketahui dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat
diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.
7. Liquidity Risk
Liquidity atau marketable risk bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk
dijual kembali sebesar nilai obligasinya.
8. Volatility Risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-
faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi, dan risiko jenis ini dikenal dengan
volatility risk.

Pengertian Sukuk Ritel


Direktorat Pembiayaan Syariah dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
menyatakan bahwa Surat Berharga Syariah Negara Ritel (sukuk ritel) adalah surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset Surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu
atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual, dengan volume
minimum yang telah ditentukan. Sukuk Ritel diterbitkan dengan tujuan membiayai
anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan, memperluas basis investor,
mengelola portofolio pembiayaan negara, dan menjamin tertib administrasi pengelolaan
Barang Milik Negara.

Risiko Investasi pada Sukuk Ritel


Risiko-risiko yang melekat pada sukuk ritel adalah sebagai berikut :
1. Default Risk
Adalah risiko dimana investor tidak dapat memperoleh pembayaran dana yang
dijanjikan oleh penerbit pada saat produk investasi jatuh tempo. Berhubung yang
menerbitkan Pemerintah, risiko ini sangatlah kecil (diasumsikan risk free).
2. Market Risk
Adalah potensi kerugian bagi investor (capital loss) karena menjual sukuk ritel
sebelum jatuh tempo (pada saat nilainya turun).
3. Liquidity Risk
Adalah kesulitan dalam pencairan, risiko ini bisa disebabkan karena kecenderungan
produk syariah di-hold (tidak diperjualbelikan hingga saat jatuh tempo), tetapi untuk
sukuk ritel para agen penjual telah menjamin untuk membeli kembali barang yang
dijual oleh investor. Risiko yang bisa terjadi adalah investor terpaksa menjual kepada
agen penjual dengan harga di bawah harga pasar.
4. Apabila pembelian dalam jumlah tidak besar, bunganya yang relatif kecil dan
ditransfer ke Bank bisa menjadi tidak signifikan dan bisa terpakai

Perbedaan Sukuk Ritel dengan Obligasi Konvensional


Berikut ini adalah ringkasan perbedaan antara sukuk ritel dengan obligasi dalam
segi penerbit, obligor, sifat instrumen, penghasilan, jangka waktu, underlying asset, pihak
yang terkait, price, investor, pembayaran pokok, dan penggunaan hasil penerbitan :
Deskripsi Sukuk Obligasi
Penerbit Pemerintah, Korporasi, SPV Pemerintah, Korporasi
Obligor Pemerintah, Korporasi Pemerintah, Korporasi
Sifat instrumen Sertifikat kepemilikan/penyertaan Instrumen utang
atas suatu aset
Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin Bunga/kupon, capital gain
Jangka waktu Pendek - menengah Menengah - panjang
Underlying asset Perlu Tidak perlu
Pihak yang terkait Obligor, SPV, investor, Trustee Obligor/issuer, investor
Price Market Price Market Price
Investor Syariah dan konvensional Konvensional
Pembayaran pokok Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi
Penggunaan hasil Harus sesuai syariah Bebas
penerbitan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Investor terhadap Sukuk Ritel


Dibandingkan dengan Obligasi Konvensional
Pemilihan setiap investor dalam memilih bentuk investasi mana yang akan
diambil tentunya berbeda-beda, dan perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh risiko yang
melekat dalam sebuah investasi, return yang dapat dihasilkan sebuah investasi, dan jenis
investor yang melakukan investasi. Keputusan investasi dari setiap perusahaan adalah
berbeda satu dengan lainnya, keputusan investasi adalah hasil dari perhitungan pihak
manajemen, karena keputusan investasi sangat terkait dengan faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam perusahaan tersebut (Hasibuan, S. M, 2005). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa keputusan seorang investor dalam memilih investasi
dipengaruhi oleh banyak hal, seperti risiko, return, jenis investor, dan perhitungan
manajemen perusahaan.
Jika faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan terhadap investasi, lalu
bagaimana dengan pemilihan terhadap obligasi dan sukuk ritel, apakah faktor-faktor
tersebut juga mempengaruhi pemilihan terhadap obligasi konvensional maupun sukuk
ritel? Jika memperhatikan kondisi pasar modal Indonesia saat ini, penjualan sukuk ritel
yang diecer dengan pembelian terendah Rp 5.000.000 tersebut cenderung laris manis di
pasaran. Minat masyarakat terhadap sukuk ritel melebihi minat masyarakat terhadap
obligasi konvensional, hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya permintaan
masyarakat terhadap sukuk ritel, yang berarti merupakan ancaman bagi perusahaan-
perusahaan yang memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi.
Pemilihan investor terhadap sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi
konvensional tentunya bukan tanpa alasan, namun disertai beberapa faktor dan
pertimbangan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seorang investor untuk
memilih berinvestasi pada sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi adalah sebagai
berikut :
 Sukuk ritel menawarkan bunga sebesar 12%, sedangkan obligasi tidak
menawarkan sebesar ini. Agar mampu bersaing dengan sukuk ritel, obligasi yang
diterbitkan harus menawarkan bunga yang lebih besar dari 12%. Hal ini harus
dilakukan karena investor memiliki pemikiran yang rasional, tentunya investor akan
lebih memilih investasi yang memberikan return yang lebih besar, yaitu sukuk ritel.
 Risiko yang melekat di sukuk retail hampir tidak ada, atau nyaris 0%,
sukuk ritel berisiko sangat kecil karena sukuk ritel adalah obligasi syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah, sehingga obligasi ini memiliki risiko yang sangat
minim. Dan apabila dibandingkan dengan risiko yang melekat pada obligasi
konvensional yang diterbitkan perusahaan-perusahaan untuk mencari dana, maka
obligasi konvensional jelas kalah, sebab risiko yang melekat pada obligasi
konvensional cukup besar, dan risiko ini muncul karena tidak ada jaminan bahwa
perusahaan yang menerbitkan obligasi konvensional akan berjalan terus dan tidak
mengalami kebangkrutan. Apabila perusahaan penerbit obligasi konvensional
mengalami kebangkrutan, maka para investor yang berinvestasi pada perusahaan
tersebut akan menerima risiko gagal bayar (default risk), dikarenakan perusahaan
investee tidak mampu memberikan pembayaran atas investasi yang dilakukan oleh
para investor.
 Jangka waktu sukuk ritel tidak terlalu lama, yaitu hanya tiga tahun,
dibandingkan dengan jangka waktu obligasi konvensional yang mencapai sepuluh
tahun atau lebih, tentunya usia sukuk ritel merupakan yang paling cocok dengan
orientasi para investor saat ini.
 Jenis sukuk yang diterbitkan pemerintah menggunakan kontrak-kontrak
(uqud) yang dapat diterima secara global, artinya kontrak-kontrak yang digunakan
dapat diterima secara umum dan dilakukan oleh siapa saja. Dan tentunya hal
tersebut akan menambah kemudahan bagi masyarakat luas untuk mencoba menjadi
seorang investor.
 Bagi investor syariah, sukuk ritel tidaklah bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah, sehingga selain aman juga menentramkan hati para investor. Jadi,
para investor yang ingin berinvestasi dalam investasi yang halal, dapat memilih
investasi ini. Dan hal ini akan menambah keunggulan dari sukuk ritel bila
dibandingkan dengan obligasi konvensional.
 Prosedur pembelian dan penjualan sukuk ritel cenderung mudah dan
transparan bila dibandingkan dengan pembelian dan penjualan obligasi yang lebih
sedikit rumit. Dan tentu saja kemudahan ini akan semakin menarik minat investor
untuk membeli sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi konvensional.
 Dengan adanya sukuk retil maka memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan mendukung pembiayaan pembangunan
nasional. Sukuk ritel yang diecer dapat dibeli dengan pembelian terendah Rp
5.000.000, sehingga jangkauan masyarakat yang mampu membeli sukuk ritel dapat
semakin meluas, karena ditambah dengan pembelian oleh masyarakat kelas
menengah.
Pembahasan di atas menjelaskan mengenai alasan-alasan yang menyebabkan
sukuk ritel terjual laris di pasaran dan mampu mengalahkan penjualan obligasi. Larisnya
penjualan sukuk retil memberikan keuntungan bagi pemerintah, karena sukuk Ritel
membantu dalam hal membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan,
memperluas basis investor, mengelola portofolio pembiayaan negara, dan menjamin
tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
Dengan melihat penjualan SR001 yang termasuk dalam kategori baik dan
menunjukkan bahwa minat Indonesia terhadap sukuk ritel cenderung besar, oleh karena
itu pemerintah menawarkan SR002 pada 25 Januari-5 Februari 2010 lalu melalui 18 agen
penjual. Penjualan SR002 tersebut pun juga menunjukkan hasil yang baik pula, dan
semoga saja hal ini dapat terus berlangsung dan ikut mendukung perekonomian
Indonesia.
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan,
yaitu bahwa penerbitan sukuk retil atau obligasi syariah yang dilakukan oleh pemerintah
mengalahkan penjualan obligasi konvensional di pasar modal, dan hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Sukuk ritel menawarkan bunga yang lebih besar dari obligasi
konvensional.
2. Risiko yang melekat di sukuk retil hampir tidak ada, atau nyaris 0%,
sedangkan risiko yang melekat pada obligasi konvensional cukup besar.
3. Jangka waktu sukuk ritel merupakan yang paling cocok dengan orientasi
para investor saat ini, yaitu 3 tahun.
4. Jenis sukuk yang diterbitkan pemerintah menggunakan kontrak-kontrak
yang dapat diterima secara umum dan dilakukan oleh siapa saja.
5. Bagi investor syariah, sukuk ritel tidaklah bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah, sehingga selain aman juga menentramkan hati para investor.
6. Prosedur pembelian dan penjualan sukuk ritel cenderung mudah dan
transparan bila dibandingkan dengan pembelian dan penjualan obligasi yang lebih
sedikit rumit.
7. Sukuk retil yang diecer berharga cukup rendah, Rp 5.000.000, sehingga
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan
mendukung pembiayaan pembangunan nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber literatur :
H. M, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE.
Hasibuan, Sonya Melinda. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Investasi Perusahaan Makanan dan Minuman. Univeritas Sumatera Utara.

Sumber internet :
Bataviase. 2010. Realisasi penjualan SR002. (Online) http://bataviase.co.id/node/88388
diakses pada tanggal 8 Juni 2010.
Direktorat Pembiayaan Syariah dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Sukuk Retil.
2010. (Online) http://www.dmo.or.id diakses pada tanggal 6 Juni 2010.
http://ghifiardi.com/2009/02/01/sukuk-retail-sebuah-alternatif-investasi/ diakses pada
tanggal 6 Juni 2010.
http://ghifiardi.com/category/islamic-finance/ diakses pada tanggal 8 Juni 2010.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/obligasi-pengertian-karakteristik-dan.html
diakses pada tanggal 6 Juni 2010.
Inilah.com. 2010. Sukuk versus obligasi. (Online)
http://www.inilah.com/news/read/ekonomi/2009/02/25/86194/perang-timpang-
sukuk-vs-obligasi/ diakses pada tanggal 6 Juni 2010.
Quantum Magna Financial. Sukuk Retil. 2010. (Online).
http://qmfinancial.com/content/view/232/57/ diakses pada tanggal 6 Juni 2010.
Wikipedia. 2010. Obligasi. (Online) http://en.wikipedia.org/wiki/Obligasi diakses pada
tanggal 6 Juni 2010.

You might also like