Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ini di ambil sebagai judul makalah karena menurut penulis filsafat pancasila sebagai sistem
etika di Indonesia itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Maka dari itu kita harus mengikuti suatu ajaran moral
tertentu, atau bagaimana kita harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan berbagai ajaran moral.
1.4 Sistematika
A. Bagian Permulaan
- Judul
- Hal Kata Mutiara
- Kata Penghargaan
- Daftar Isi
B. Bagian Analisa
- Pendahuluan
- Analisa Landasan
- Analisa dan Penetapan Metode yang Digunakan
- Pengumpulan dan Penyajian Data
- Analisa Data
- Kesimpulan dan Saran
C. Bagian Akhir
- Daftar Pustaka
- Lampiran
BAB II
ANALISA LANDASAN
2.2Penampilan Anggapan
Sebenarnya tidaklah begitu penting apakah Pancasila hadir menjiwai terlebih dahulu
sebelum badannya dirumuskan, atau sebaliknya. Hanya saja ada implikasi yang dapat
digunakan untuk menganalisa masalah delegitimasi Pancasila akhir- akhir ini dengan melihat
itu mana yang hadir terlebih dahulu. Ketika melihat Pancasila sebagai jiwa yang hadir
terlebih dahulu, dengan melihat kondisi saat ini, berarti bukan Pancasilanya yang
bermasalah. Bahwa Pancasila tidak lagi relevan adalah omong kosong belaka. Pancasila
adalah tetap Pancasila yang tetap terbuka bagi semua golongan dan nilai-nilainya akan terus
termutakhirkan sesuai dengan perkembangan zaman, seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr.
Nurcholish Madjid, “Pancasila adalah sebuah ideologi, maka itu berarti terbuka lebar adanya
kesempatan untuk semua kelompok sosial guna mengambil bagian secara positif dalam
pengisian dan pelaksanaannya. Maka para pemuka Islam pun harus tanggap kepada
masalah ini.” Jadi manusia-manusianya yang kepribadiannya tergerus.
Dan jika kemudian, jika yang hadir terlebih dahulu adalah badannya, maka kita memang
perlu melihat kembali sila-sila Pancasila. Sudahkan hal itu sesuai dengan watak dan pribadi
bangsa ini. Atau paling tidak sudah cukup dapat menampung watak dan kepribadian itu.
Terakhir, yang bermasalah apakah Pancasila ataukah manusia-manusianya, masih menjadi
pekerjaan rumah, yang bukan hanya diteliti dalam tataran teoritis atau sekedar wacana saja.
Namun, juga dalam tataran praktisnya. Atau bahkan kita melepaskan itu semua, didasari
ketakberdayaan kita dalam menghadapi gerusan arus globalisasi, dengan nilai-nilai positif
dan negatifnya
Keadilan social yang dimaksud harus didasarkan pada empat sila sebelumnya.
Keadilan di sini lantas mencakup tiga bentuk keadilan
(1) Keadilan distributif: menyangkut hubungan negara terhadap warganegara, berarti bahwa
negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam membagi kemakmuran, kesejahteraaan
penghasilan negara, yang terakhir ini dalam bentuk bantuan, subsidi dan kesempatan untuk
hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban yang setara dan seimbang
(2) Keadilan legal, yaitu keadilan dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban warganegara
terhadap negara, tercermin dalam bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam Negara
(3) Keadilan komutatif: yaitu suatu hubungan keadilan antara warga dengan warga lainnya
secara timbal balik. Keadilan social tercermin bukan dalam kehidupan social dan
pelaksanaan hukum oleh negara, tetapi juga dalam kehidupan ekonomi dan politik, serta
lapangan kebudayaan dan pelaksanaan ajaran agama.
a. Pengertian
Nilai : Sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek, bukan obyek itu sendiri
Moral : Integritas dan martabat pribadi manusia Sedangkan etika sendiri memiliki makna
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.
1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan batin).
- Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan
dihayatiolehmanusia;
- Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan
batiniah manusia;
- Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan olehs ubyek, dan bersifat byektif bila melekat
pada sesuatu yang terlepasd arti penilaian manusia
2. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Norma
hokum merupakan norma yang paling kuat keberlakuannya karena dapat dipaksakan oleh
suatu kekuasaan eksternal, misalnya penguasa atau penegak hukum
4. Makna mora lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan tercermin pada sikap
dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun sikap dan tingkah laku manusia.
5. Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu pengetahuan yang
membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk menggolong-
golongkan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat beranekaragam, tergantung pada
sudut pandang dalam rangka penggolongan tersebut.
BAB V
ANALISA DATA
5.1Analisa Kuantitatif
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut lingkungan
masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu
filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi tentang segala sesuatu yang ada
sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada
tersebut. Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan,
tentang pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang transenden.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi. dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahass
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau
bagaimana kita harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku
bagi setiap tindakan manusia sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus
dibagi menjadi etika individu yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup
masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada umumnya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai "susila" dan "tidak
susila", "baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan
dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya
dikatakan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika banyak bertangkutan dengan Prinsip-
prinsip dasar pembenaran dalam hubungan
dengan, tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan
dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.
Filsafat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai
untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya "keberhargaan‘ (Worth) atau ‘kebaikan
(goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai
atau melakukan penilaian, (Frankena,229)
Didalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi
nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan
objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat
pada susuatu itu.
c)Nilai praksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam suatu kehidupan yang nyata, sehingga nilai praksis ini merupakan perwujudan dari
nilai instrumental namun tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan.
Artinya oleh karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis itu merupakan suatu
sistem perwujudannya tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut. Sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa nilai adalah kualitas dari suatu yang bermaanfaat bagi kehidupan
manusia, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan,
alasan, atau motivasi., dalam bersikapdan bertingkah laku baik disadari maupun tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi W.M,“Pancasila sebagi Etika Politik dan Dasar Negara,” makalah ini
disampaikan pada mata kuliah Pancasila di ICAS Jakarta, 06 November 2006.
Djumhardjinis, 2008, Pendidikan Pancasila, Demokrasi dan Hak Azasi Manusia,
Widya, Jakarta.
Kumpulan Artikel-Artikel di Internet
Rahman, Budhi Munawar, Ensiklopedia Cak Nur, Jakarta; Paramadina, 2007
S. Soemarsono (Tim Lemhanas), 2004, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia,
Jakarta.
Suseno, Franz-Magniz, Etika Politik; Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern, Jakarta: Gramedia, 2003
lisme / kebangsaan Indonesia yang terkandung dalam sila ketiga.