You are on page 1of 9

Blok MDC 206: RESPIRASI

PBL 2
Tutor: dr. Halim

Disusun oleh:

PBL 3

Kevin Kristian 2009.060.009

Vincent Hans Limbri 2009.060.010

Anggelina Wijaya 2009.060.011

Febrina Utami Putri 2009.060.070

Calista N. G. 2009.060.071

Caroline Yunita R. 2009.060.073

Yanti Agustina 2009.060.164

Sardito 2009.060.167

Steven Yoe 2009.060.168

Randy Adiwinata 2009.060.202

Marvin 2009.060.204

Silvia Suminto 2009.060.205

Universitas Katolik Indonesia ATMA JAYA


Kampus Pluit (Fakultas Kedokteran)
Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dyspnea atau yang biasa disebut sesak napas merupakan manifestasi penting
untuk penyakit kardiopulmoner, selain itu dapat pula ditemukan pada penyakit
neurologic, metabolic, dan psikologik. Secara normal, manusia dapat menderita
dyspnea akibat aktivitas fisik yang berat, namun napas akan kembali normal setelah
istirahat selama beberapa menit. Dalam banyak keadaan, dyspnea merupakan salah
satu gejala dari kelainan-kelainan dalam tubuh. Misalnya dyspnea pada penderita
asma, COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), pneumonia. Selain karena
penyakit paru, dyspnea dapat juga terjadi akibat kelainan di jantung, misal pada heart
failure, congestive heart disease. Gabungan antara penyakit paru dan jantung juga
dapat menimbulkan dyspnea yang berat. Terdapat juga berbagai penyebab lain yang
memungkinkan terjadinya dyspnea seperti gangguan psikogenik, anemia, dll.
PBL kali ini akan lebih membahas tentang dyspnea. Mengenai penyebab yang
dapat menimbulkan dyspnea dan mekanisme terjadinya dyspnea serta cara
mendiagnosisnya. Tujuannya adalah agar kami sebagai mahasiswa kedokteran mampu
untuk melihat bahwa terdapat berbagai macam penyebab dyspnea dan dapat mengerti
patofisiologinya serta bagaimana cara untuk mendiagnosa etiologi dyspnea secara
tepat melalui berbagai tahap pemeriksaan.
BAB 2

ISI

I. Clarify Unfamiliar Terms


Cukup jelas.

II. Define The Problems


1. Apakah definisi sesak napas?
2. Apa saja etiologi terjadinya sesak napas?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak napas? Apa saja perubahan yang terjadi pada
faal paru?
4. Apa saja penyakit yang dapat menimbulkan sesak napas?
5. Bagaimana pertolongan pertama pada penderita sesak napas?
6. Bagaimana pengobatan penderita dyspnea?
7. Komplikasi apa yang timbul apabila sesak napas tersebut dibiarkan?
8. Apakah terdapat hubungan antara sesak napas dan batuk?

III. Brainstroming and IV. Arrange Explenation Into a Tentative Solution


Sesak napas atau disebut juga dyspnea merupakan perasaan subjektif dimana
seseorang merasa kekurangan udara untuk bernapas.
Penyebab dyspnea berbagai macam, dan dapat dibagi berdasarkan penyebab yang
berasal dari paru, jantung, gabungan paru dan jantung, serta penyebab lain diluar paru dan
jantung. Penyebab yang berasal dari paru bisa berupa penyakit obstruksi saluran napas,
spasme dari otot-otot napas, kerusakan pons dan medulla yang merupakan pusat pengatur
system pernapasan, tekanan pada rongga toraks, adanya efusi pleura, peningkatan tekanan
intrapleural, adanya paralisis otot pernapasan, pecahnya alveolus, emfisema, dan adanya
kanker saluran pernapasan. Penyebab yang berasal dari jantung misalnya karena ada
kelainan jantung: asma kardial. Kemudian penyebab lain diluar faktor paru dan jantung yaitu
sesak karena alergi bahan tertentu, rangsangan psikologis seperti takut, emosi, dan
sebagainya, sesak akibat suasana lingkungan kurang oksigen (O2), karena infeksi bakteri dan
jamur, karena adanya trauma, peningkatan asam lambung, aspirasi, dan akibat yang
ditimbulkan karena rokok.
Semua hal diatas memiliki mekanisme yang berbeda-beda sehingga memunculkan
gejala sesak napas. Mekanisme akibar faktor paru terdapat berbagai macam. Pada satu
keadaan, bronkus menyempit disertai sekresi mucus yang berlebihan sehingga menyebabkan
saluran pernapasan makin menyempit dan terjadilah sesak napas. Keadaan lain, misal pada
batuk pertusis, batuk yang terus menerus tanpa henti akan menyebabkan pertukaran udara
menjadi tidak seimbang. Banyak udara yang dikeluarkan paru lewat batuk persisten namun
tidak ada kesempatan untuk mengambil udara dengan cukup sehingga memicu tubuh untuk
mengambil udara dengan paksa dan akibatnya saat inspirasi terdengan bunyi whooping
karena tubuh memaksa memasukkan udara dalam jumlah banyak sebagai pengganti udara
yang banyak keluar saat batuk. Pada Neonatal Respiratory Disstress Syndrome, surfaktan
berkurang sehingga compliance turun dan mengakibatkan sesak napas. Pada emfisema, jarak
antaralveolus makin lebar sehingga difusi udara makin sulit dan sedikit maka timbul sesak
napas. Pada pneumotoraks, terjadi gangguan tekanan intrapleural sehingga tekanan
intrapleural dan ekstrapleural menjadi sama dan akibatnya paru tertekan dan menimbulkan
bronkiektasis. Infeksi bakteri pada paru juga dapat menimbulkan jaringan parut karena
bakteri dimakan oleh makrofag dan kemudian terbentuk jaringan ikat di sekeliling makrofag
tersebut.
Mekanisme akibat faktor jantung dapat disebabkan oleh adanya heart failure. Denyut
jantung yang tidak teratur menyebabkan tubuh berkompensasi dan menimbulkan napas yang
tidak beraturan untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Hal ini terjadi karena reseptor
O2 di pembuluh darah memberi sinyal bahwa tubuh butuh oksigen lebih banyak sehingga
sinyal tersebut menjadi pemicu system pernapasan untuk bernapas lebih sering untuk
mencukupi kebutuhan oksigen.
Mekanisme akibat faktor lain diluar paru dan jantung meliputi respon tubuh akibat
rangsangan psikologi, kejiwaan, trauma, dan system THT (Telinga Hidung Tenggorokan).
Berbagai penyakit yang dapat menimbulkan dyspnea antara lain batuk pertusis, asma,
emfisema, pneumonia, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ketika bertemu penderita yang mengalami sesak napas, hal pertama yang wajib kita
lakukan adalah melonggarkan segalam macam hal yang menekan tubuhnya sehingga si
penderita dapat bernapas dengan lebih nyaman. Namun pengobatan yang diberikan pada
pasien dengan dyspnea tergantung dari penyakitnya atau dengan kata lain tergantung dari
etiologi utamanya. Sebagai contoh, pada asma diberikan beta2agonis dan kortikosteroid,
contoh lain misal pada obstruksi saluran napas atas (di atas trakea) dilakukan tracheostomy
apabila pasien menderita dyspnea parah.
Penderita dyspnea berat apabila dibiarkan tanpa ditangani dengan cepat dapat terjadi
gagal napas dan akhirnya meninggal. Oleh karena itu butuh penanganan yang cepat dan
logika berpikir yang cepat pula untuk menentukan kemungkinan penyebab sesak napas yang
dialami pasien.
Antara batuk dan sesak napas bisa jadi terdapat hubungan. Misalnya saja pada batuk
pertusis. Karena batuk pertusis terjadi secara kontinu maka penderita menjadi kekurangan
udara dan mengakibatkan sesak napas. Hubungan antara batuk dan sesak napas kembali lagi
tergantung pada etiologi utamanya.

V. Learning Objectives
1. Apakah definisi dari dyspnea?
2. Apa saja yang merupakan etiologi dari dyspnea?
3. Bagaimana mekanisme dari masing-masing etiologi tersebut?
4. Bagaimana cara mendiagnosa dyspnea? Pemeriksaan apa saja yang
dilakukan?

VII. Share The Result of Information Gathering and Private Study


1. Apakah definisi dari dyspnea?
Perasaan yang tidak nyaman yang berhubungan dengan pernafasan. Perasaan ini bersifat
subjektif sehingga kualitas dari rasa sesak itu pun berbeda-beda. Pada saat sesak nafas, otot
tambahan digunakan untuk inspirasi seperi M. Sternomastoideus, dan M. Scalenus. Selain itu
juga didapati pernafasan cuping hidung

2. Apa saja yang merupakan etiologi dari dyspnea?


Penyebab dari sesak nafas dapat dibagi menjadi 4 tipe:
• Kardiak
Gagal jantung, penyakit arteri koroner, infark miokard, kardiomiopati, disfungsi katup,
hipertrofi ventrikel kiri, hipertrofi asimetrik sptum, pertikarditis, aritmia
• Pulmoner
Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Asma, Penyakit paru restriksi, Gangguan penyakit paru,
herediter, pneumotoraks
• Campuran kardiak dan pulmoner
PPOK dengan hipertensi, pulmoner, emboli paru kronik, trauma
• Non kardiak dan non pulmoner
Kondisi metabolik, nyeri, gangguan neuromuskular, gangguan panik, hiperventilasi,
psikogenik, gangguan asam basa, gangguan di saluran pencernaan (reflux, spasme
oesophagus, tukak peptic)

Hubungan antara sesak nafas dan derajat keparahan gagal jantung:

Derajat 1: Penderita dengan penyakit jantung tanpa hambatan tidak mengalami sesak naafs
pada pekerjaan ringan, tapi pada kerja fisik yang berat akan timbul keluhan sesak nafas.

Derajat 2: Penderita dengan hambatan ringan. Pada keadaan istirahat tidak ada keluhan, tetapi
pada kerja fisik yang sedikit agak berat, akan timbul keluhan sesak nafas.

Derajat 3: Penderita dengan hambatan sedang, pada keadaan istirahat tidak ada keluhan. Tapi
pada kerja yang ringan saja sudah menimbulkan keluhan sesak nafas yang jelas.

Derajat 4: Penderita dengan hambatan berat sehingga tidak mampu melakukan kerja fisik,
karena dalam keadaan istirahat pun sudah ada keluhan sesak nafas.

3. Bagaimana mekanisme dari masing-masing etiologi tersebut?

Chemoreceptor adalah reseptor yang terletak di badan carotid dan medulla. Reseptor ini
distimulasi oleh hipoksemia, hipekapnea akut, dan acidemia. Mechanoreceptor terletak di
paru-paru dan distimulasi oleh bronchospasm dan hiperinflasi. Metaboreceptors terletak di
otot skelet. Reseptor ini teraktivasi oleh perubahan biokimia pada saat beraktivitas berat atau
olahraga. Tiga reseptor ini menerima sinyal dari berbagai macam perubahan tubuh, lalu
teraktivasi dan menghantarkan sinyal tersebut ke sensory cortex. Proses ini dinamakan
sebagai proses feedback. Dari sensory cortex sinyal akan dibawa ke pusat respirasi di medulla
lalu ke dihantarkan ke otot ventilasi melalui motor neuron. Proses ini disebut feed forward.
Error signal terjadi apabila reseptor terstimulasi tanpa adanya sinyal-sinyal yang
sesungguhnya. Sehingga terjadi peningkatan atau penurunan ventilasi yang tidak seharusnya.

Mekanisme sesak nafas pada pasien gagal jantung:


Gagal
jantung

Bendungan paru
(Hipertensi
pulmonal)
Refleks
Bronkokonstriksi Volum vaskular
(pada fase akut) pulmonal naik
Cairan interstisial
paru naik
(edema paru)
Ventilasi paru Kapasitas total paru
menurun meningkat
Restrictive work Lung compliance
meningkat berkurang
(frictional resistance Resistensi elastic
naik) meningkat
Dispne
a

4. Bagaimana cara mendiagnosa dyspnea? Pemeriksaan apa saja yang dilakukan?


Ada beberapa gambaran klinis dispnea:

1. Dyspnea d’ effort (exertional dyspnea)


Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik tetapi menghilang setelah istirahat selama
beberapa waktu.
2. Paroxysmal nocturnal dyspnea
Sesak nafas timbul sewaktu tidur malam hari sehingga pasien terbangun dan harus duduk
selama beberapa waktu sampai sesaknya hilang.
3. Ortopnea
Sesak nafas yang timbul ketika berbaring. Pada sikap berbaring, aliran balik vena lebih lancar
sehingga pengisian atrium dan ventrikel kanan jadi lebih banyak. Akibatnya bendungan paru
lebih mudah terjadi
4. Asma kardial
Terjadi karena edema paru akut. Sesak nafas timbul tiba-tiba karena edema paru mendadak
akibat gagal jantung kiri akut. Gagal jantung kiri menimbulkan bendungan paru dan akhirnya
terjadi edema paru akut. Cairan masuk ke dalam ruang alveoli sehingga timbul gejala dispnea
yang agak berat.
5. Pernafasan Cheyne-Stoke
Pernafasan ini ditandai dengan hiperpnea periodik diselang fase apnea. Keadaan ini
disebabkan) karena curah jantung yang menurun.
6. Palpitasi
Adanya rasa debaran jantung di dada yang tidak seperti biasanya, dapat terjadi karena denyut
jantung yang lebih keras dari biasa, atau lebih cepat dari biasa, atau irama denyut jantung
yang tidak teratur (aritmia)
Anamesa

Ketika pasien menyampaikan keluhan sesak nafas maka perlu ditanyakan berapa lama sesak
nafas tersebut dialami untuk menentukan akut dan kronis dari penyakit itu. Sesak nafas adalah
sebuah gejala dari suatu penyakit sehingga perlu ditanyakan gejala-gejala lain yang menyertai
untuk dapat mendiagnosa penyakit yang diderita pasien tersebut. Contohnya:

• Nyeri dada bisa disebabkan oleh emboli paru, infark miokard atau penyakit plera

• Batuk bisa disebabkan oleh infeksi saluran nafas, atau proses radang

• Demam bisa disebabkan oleh infeksi

• Hemoptisis bisa disebabkan oleh emboli paru, tumor, atau radang saluran nafas.

Selain itu perlu dicari tahu tentang keadaan lingkungan ataupun obat-obatan yang sedang
dikonsumsi pasien tersebut karena dapat berdampak pada gejala sesak nafas juga. Contohnya
saja alergen seperti serbuk, jamur, zat kimia dapat menyebabkan sesak nafas. Obat-obatan
yang dimakan atau injeksi juga dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang
menyebabkan sesak. Lalu dokter harus menanyakan riwayat penyakit dari pasien seperti
penyakit jantung, paru dan anemia.

Pemeriksaan fisik

Inspeksi
Pasien yang tampak gelisah dengan nafs yang cepat bisa disebabkan oleh hipoksemia berat
karena primer penyakit paru, jantung atau anxiety attack
Otot bantu pernafasan di leher yang berkontraksi menunjukkan obstruksi saluran nafas yang
cukup parah. Gerakan dada yang asimetri juga harus diperiksa.

Palpasi:
Pengembangan hemitoraks yang tidak simetris menunjukkan adanya gangguan yang dapat
disebabkan oleh obstruksi, pneumotoraks, atau efusi pleura
Selain itu menurunnya fremitus taktil pada daerah yang dipalpasi dapat menunujukkan
bronkus yang tersumbat atau adanya efusi pleura.

Perkusi:
Jika terdengar suara redup/ dullness diatas batas paru hepar dapat menunjukkan efusi pleura.
Auskultasi:
Berkurangnya intensitas suara nafas pada paru-paru menunjukkan adanya obstruksi saluran
nafas. Bunyi tambahan seperti ronkhi, wheezing, dan sebagainya juga harus diperhatikan
karena merupakan ciri khas dari penyakit tertentu.
Selain itu keadaan jantung dan hematologi juga harus diperiksa karena dapat menimbulkan
gejala sesak nafas juga.

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Dispnea atau sesak nafas adalah sensasi kesulitan bernafas, dan merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan paru atau jantung. Keluhan sesak nafas ini dapat bervariasi pada
setiap individu dan pada berbagai aktivitas fisik. Selain dari penyakit jantung paru, sesak
nafas juga dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti kelainan hematologi, gangguan asam
basa, dan gangguan metabolik. Di dalam tubuh kita banyak reseptor-reseptor yang
menangkap sinyal-sinyal dan berpengaruh pada refleks pernafasan. Misalnya chemoreceptor
di badan karotid yang terstimulasi pada keadaan hipoksemia yang menyebabkan pernafasan
meningkat. Gangguan pada reseptor-reseptor tersebut juga dapat menimbulkan sesak nafas.

Saran:

Jika menemukan pasien dengan dispnea sangat penting untuk menemukan diagnosa pasti dari
etiologi sesak nafas pasien, supaya gejala sesak nafas itu dapat segera ditangani sesuai dengan
penyebabnya. Maka dari itu anamesa dan pemeriksaan fisik yang benar sangat diperlukan.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika ada keraguan dalam membedakan satu penyakit
dengan penyakit lainnya.

You might also like