You are on page 1of 5

Ekonomi adalah ilmu yang berusaha menjawab persoalan alokasi sumber-sumber yang

langka guna menghasilkan komoditas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemikiran
ini harus memenuhi persyaratan atau harus rasional, dimana dalam ilmu ekonomi selalu ada
norma-norma atau mengandung nilai-nilai atau keharusan. Keran itu ilmu ekonomi dapat
digolongkan dalam disiplin ilmu modern karena ia hidup dan tumbuh dalam atmosfir modernitas.
Selain itu juga ilmu akan disebut sebagai ilmu modern jika dapat menerangkan hukum-hukum
yang permanen. Ilmu ekonomi berusaha menerangkan hukum-hukum yang permanen terutama
tentang perilaku ekonomi manusia. Ekonomi menjadi ilmu ketika berhasil menerangkan
fenomena-fenomena ekonomi dengan aturan-aturan yang ajeg (swaregulasi), seperti adanya
hukum permintaan dan penawaran, hukum pasar, dan sebagainya.
Fenomena-fenomena ekonomi yang ingin diterangkan adalah bagaimana manusia yang
mempunyai kehendak bebas mampu diikat oleh hukum-hukum ekonomi. Dalam ilmu ekonomi
dikenal juga dengan relasi ekonomi yang terdiri dari agen-agen yang terpisah antara satu sama
lain dan berhubungan secara voluntaristik, yang memiliki informasi yang cukup, rasional
(Instrumental Rasionality), self interested untuk melakukan pertukaran.
Adapun yang dimaksud dengan Instrumental Rasionality adalah suatu tujuan dicapai dengan
sarana se efisien mungkin, ini yang disebut Rasional dalam ekonomi. Fenomena diatas tentunya
masih mengacu pada asumsi dasar yaitu homo economicus dimana dalam homo
economicusselalu ada asumsi-asumsi seperti well informed, Instrumental Rasionality, dan self
interested.
Sifat rasional yang diperkenalkan oleh ekonom neoklasik dimana penekanannya pada
asumsi bahwa manusia adalah agen rasional yang dalam aktivitas ekonomihanya berorientasi
pada memaksimalkan kegunaan atau kebahagiaan. Sifat rasional ini mempunyai ciri sebagai
berikut, pertama, memperhitungkan untung-rugi. Kedua, mementingkan keuntungan diri sendiri.
Ketiga, memberikan hasil yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.
Namun ada kritik-kritik yang mengatakan bahwa self interested tidak selalu mengacu pada
kepentingan diri sendiri tetapi ada juga kepentingan lain yang lebih menyangkut kepentingan
orang lain (the other interest). Hal ini juga akan membongkar tentang anggapan bahwa
manusia homo economicus selalu mengharapkan untung yang besar (utility maximizer).
Memang selama ini (terutama pemikiran atau mazhab Klasik) menekankan ilmu ekonomi
lebih pada homo economicus yang menekankan bahwa individu selalu digerakkan semata-mata
oleh kepentingan pribadi atau motifnya untuk mendapatkan keuntungan. Dimana manusia
diasumsikan sebagai sesuatu yabng lepas dari kontek sosial secara keseluruhan dan tindakan
manusia lebih pada tindakan instrumental yang melakukan sesuatu untuk mendaoatkan sesuatu.
Sedangkan dalam ilmu Sosiologi juga dibahas tentang perilaku ekonomi yang berdimensi sosial.
Dalam sosiologi, perilaku sosial merupakan perilaku manusia yang bersifat kompleks, interaksi
dan tidak berdiri sendiri.
Ada seorang ahli ekonomi yang bersala dari mazhab Chicago yang bernama Frank
Knight yang tidak setuju dengan pendapat mazhab Klasik yang menekankan pada konsep homo
economicus yang selalu menekankan pada utility maximizer atau lebih menekankan pada hukum
permintaan dan penawaran (Supply and demand law). Ia mengatakan bahwa perilaku ekonomi
manusia harus dibedakan dengan perilaku benda-benda fisik yang cenderung melihat pada
hubungan sebab akibat yang linier dan bisa diukur.
Menurutnya perilaku manusia tidak bisa diukur dan selalu mempunyai motif
atau intention yang tentunya tidak dapat diukur. Perilaku manusia tidak mudah untuk diramalkan
karena ada variabel-variabel tertentu yang bisa menentukan arah gerak motif manusia
diantaranya ada otonomisasi tindakan.
Knight punya pendapat yang berbeda tentang homo economicus yaitu manusia tidak
didorong semata-mata oleh hasrat tetapi mereka merealisasikan atau memanifestasikan nilai-nilai
tertentu. Oleh Knight nilai atau value mulai dimasukkan sebagai elemen normatif. Bagi Knight,
dalam memilihpun manusia ada value jedgement (keputusan nilai) atauvaluation (penilaian).
Baginya motivasi individu melibatkan valuationyang berkarakter sosial bukan hanya semata-
mata hasratnya saja.
Ada dua pendapat Knight yang patut disimak tentang perilaku manusia, yaitu:
1. Apa yang dipikirkan dalam transaksi ekonomi umumnya untuk sesuatu yang lain. dimana
sarana yang dipilih untuk mrncapai tujuan yang diinginkan dan sarana yang dipilih
ditentukan oleh value judgement.
2. Ada sesuatu yang diinginkan demi sesuatu itu sendiri. Itu tidak bisa dikonfigurasikan
secara fisik (sebab akibat). Kalau pun ada tentang hal ini maka itu terkait dengan the
univers of meaning.
Knight juga mengungkapkan ada tiga interpretasi tentang perilaku orang khususnya yang
berkaitan dengan tindakan ekonomi, yaitu:
1. Bahwa perilaku ekonomi direduksi oleh prinsip-prinsip regulasitas (dasar-dasar statistik)
2. Perilaku ekonomi dalam kerangka motivasi, tetapi harus dibedakan antara motif
dan act yang bukan merupakan konsekuensi logis dari motif.
3. Dalam tujuan yang diinginkan dari sesuatu tindakan ekonomi itu diserahkan pada
evaluasi normatif.
Dari sini jelas bahwa Knight mengkritik mazhab Klasik yang memandang suatu
kebebasan sebagai instrument of pleasure dan menolak karakter sosial dari kebebasan.
Eksplanasi kausalitas yang ada pada ilmu ekonomi memang masih mengandung kelemahan
karena kausalitas yang terjadi belum tentu dihasilkan oleh hal yang sama (belief yang sama)
karena dimungkinkan ada alasan atau tujuan yang berbeda pada masing-masing individu.
Demikian pula pada scientific expalanation, mereka hanya menjelaskan tentang sebab akibat,
tidak bisa menjelaskan mengapa manusia melakukan hal tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Namun yang terjadi desire tidak pernah bebas dari evaluasi (qualitative desire). Manusia tidak
pernah memutuskan sendiri (societal evaluation). Dengan kata lain ada pertimbangan-
pertimbangan sosial. Dan hal lainnya adalah terkandung sesuatu keinginan atau tujuan tidak bisa
diukr dengan bentuk materi. Hasrat bukan hanya apa yang diingnkan tetapi juga apa yang harus
dilakukan dan bukan hanya yang disukai, tetapi yang pantas atau patut (approriate) yang
tentunya didasarkan pada societal approval.
Pendapat lain yang turut membantah pendekatan neoklasik adalah suatu pendekatan
dalam psikologi yaitu behavioral economics yang memandang keputusan manusia lebih
kompleks dari sekedar perhitungan untung-rugi atau optimasi nilai guna. Manusia mempunyai
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kognitif. Rasionalitas manusia perlu dipahami
sebagai rasionalitas yang dikelilingi oleh batas-batas tertentu atau disebut bounded rationality.
Dalam psikologi dipahami bahwa tingkah laku manusia sebagai gejala deskriptif, gejala yang
dipahami dan dijelaskan apa adanya. Karena bagi psikologi, pada prakteknya manusia tidak
selalu rasional dalam bertingkahlaku dan tindakan seseorang dipengaruhi juga oleh berbagai
faktor selain perhitungan untung-rugi.
Behavioral economics mencoba memahami manusia seperti seorang psikolog memahami
manusia, memahami manusia sebagai mahluk rasional, mahluk emosional, mahluk sosial dan
sebagainya. Para psikolog memandang manusia sebagai mahluk yang tidak saja egois, tetapi juga
mahluk yang altruis, berorientasi sosial dan sebagainya. Dengan kata lain dalam diri setiap
individu terdapat dua sisi, yaitu sisi baik dan buruk yang keduanya berpengaruh pada pilihan
individu tersebut.
Untuk melengkapi penjelasan behavioral economics ini, para ekonom mulai
mengembangkan beberapa teori diantaranya constrain theory.Constrain theory mengajukan
pendapat bahwa setiap individu dapat membatasi diri dalam usahanya memperoleh keuntungan
yang maksimal. Terkadang pikiran manusia dapat melanggar prinsip-prinsip rasionalitas yang
diusung oleh pendekatan ekonomi klasik. Menurut Constrain theorypilihan manusia dapat
berubah karena dalam diri manusia terdapat emosi, irrasionalitas yang turut menentukan pilihan
manusia..
Hal ini juga diperkuat oleh Hume yang mengatakan bahwa Passion dapat mendistorsi
dari akal budi, passion juga dapat melemahkan kehendak individu, passion juga dapat
berseberangan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional serta hasrat bisa men-discount hasil
jangka panjang menjadi jangka pendek.
Selain itu bagi constrain theory pilihan dapat berubah tanpa ada pengaruh dari
lingkungan, yaitu perubahan dapat disebabkan oleh waktu (time inconsistency). Adapula yang
dapat menyebabkan perubahan pilihan manusia yaitu time discounting, dimana manusia
mempunyai kecenderungan untuk men-discount tujuan jangka panjang menjadi tujuan jangka
pendek dengan kata lain manusia cenderung memperoleh keuntungan pada jangka pendek
daripada memperoleh keuntungan jangka panjang.
Menurut constrain theory ada beberapa usaha untuk mencegah hal diatas terjadi yaitu
dengan cara memberi nilai atau cost tinggi sehingga menutup kemungkinan seorang individu
untuk merubah pilihannya. Hal kedua yaitu harus ada commitment untuk mencegah perubahan
yang tiba-tiba, misalnya dengan membuat ikatan atau semacam kontrak. Hal ketiga yang juga
penting adalah dibentuk sistem Reward dan Punishmentsehingga seorang tidak ingin merubah
pilihannya karena akan dikenakan sanksi yang harus dalam bentuk konkrit.
Terlepas dari itu semua, berbagai kajian psikologi kognitif memberikan bukti bahwa
pandangan manusia sebagai homo economicus tidak selalu rasional dalam menentukan
pilihannya, terkadang manusia dapat pula berfikir tidak rasional dalam menentukan pilihannya
seperti yang diungkapkan dalam behavioral economis dan juga dalam constrain theory, dimana
manusia selalu diliputi berbagai pilihan yang terkadang dalam menjatuhkan pilihannya bukan
lagi berdasarkan untung-rugi tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sosial, emosi dan
sebagainya.

You might also like