Professional Documents
Culture Documents
teknologi, maka motif dan modus tindakan kriminal pun semakin beragam, diantanranya penipuan.
Dengan meningkatnya teknologi, penipuan makin marak dan bervariasi.
Dalam hal ini, penipuan biasanya paling banyak dilakukan dalam jual beli, baik dari pihak penjual
ataupun dari pihak pembeli, mulai dari mengurangi ukuran barang, sampai penipuan dalam
pembayarannya. Selain itu, banyak penipuan yang menggunakan modus investasi.
Dewasa ini marak penipuan dalam bentuk pemberian hadiah yang didapat dari suatu produk, baik yang
langsung terdapat pada produk tersebut atau melalui jalur sms yang meminta korbannya untuk
menyerahkan uang muka sebagai biaya administrasi.
Dari fenomena tersebut maka penulis mencoba memaparkan pemahaman mengenai penipuan baik dari
segi bentuk-bentuk ataupun unsur-unsur penipuan itu sendiri, yang diharapkan dapat memproteksi diri
dan tidak terjebak dalam sebuah penipuan.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih pada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini, khusunya dosen pembimbing. Dan diharapkan makalah singkat ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan penulis pada khususnya. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana penipuan?
2. Apa saja bentuk-bentuk penipuan dan bagaimana akibat hukumnya?
3. Apa unsur-unsur dari penipuan?
C. Tujuan Penulisan
1. dapat mendeskrifsikan pengertian penipuan
2. menganalisis tindak pidana penipuan
3. menjelaskan bentuk-bentuk penipuan, unsur-unsur dan akibat hukumnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana atau kejahatan terhadap harta benda.
Dalam arti yang luas tindak pidana ini sering disebut bedrog. Di dalam KUHP, bedrog diatur dalam bab
XXV pasal 378 sampai dengan 395. Dalam rentang pasal-pasal tersebut, bedrog kemudian berubah
menjadi bentuk-bentuk penipuan yang lebih khusus.
1. Penipuan Pokok
Menurut pasal 378 KUHP penipuan adalah barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain dengan melawan hukum, baik menggunakan nama palsu atau keadaan palsu, maupun
dengan tipu daya, ataupun dengan rangkaian perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya
menyerahkan barang atau supaya membuat utang atau menghapus piutang.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulakan bahwa dalam penipuan tidak menggunakan paksaan akan
tetapi dengan tipu muslihat seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut
bertindak tanpa kesadaran penuh.
Unsur-unsur penipuan pokok tersebut dapat dirumuskan:
a. Unsur-unsur objektif:
1. perbuatan: menggerakkan atau membujuk;
2. yang digerakkan: orang
3. perbuatan tersebut bertujuan agar:
a) Orang lain menyerahkan suatu benda;
b) Orang lain memberi hutang; dan
c) Orang lain menghapuskan piutang.
4. Menggerakkan tersebut dengan memakai:
a) Nama palsu;
b) Tipu muslihat,
c) Martabat palsu; dan
d) Rangkaian kebohongan.
b. Unsur-unsur subjektif:
1. Dengan maksud (met het oogmerk);
2. Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
3. Dengan melawan hukum.
2. Penipuan Ringan
Penipuan ringan telah dirumuskan dalam pasal 379 KUHP yang berbunyi:
Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 378 jika benda yang diserahkan itu bukan ternak dan harga dari
benda, hutang atau piutang itu tidak lebih dari Rp. 250,00 dikenai sebagai penipuan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 900,00
Dalam masyarakat kita binatang ternak dianggap mempunyai nilai yang lebih khusus, sehingga
mempunyai nilai sosial yang lebih tinggi dari binatang lainnya. Akan tetapi, apabila nilai binatang ternak
tersebut kurang dari Rp. 250, 00,- maka bukan berarti penipuan ringan.
Adapun yang dimaksud hewan menurut pasal 101 yaitu:
- Binatang yang berkuku satu: kuda, keledai dan sebagainya.
- Binatang yang memamah biak: sapi, kerbau, kambing, biri-biri dan sebagainya.
Sedangkan harimau, anjing dan kucing bukan merupakan hewan yang dimaksud dalam pasal ini.
Dalam bahasa asing kejahatan ini dinamakan flessentrekkerij. Dan baru dimuat dalam KUHP pada tahun
1930. Kejahatan ini biasanya banyak terjadi di kota-kota besar, yaitu orang yang biasanya membeli
secara bon barang-barang untuk dirinya sendiri atau orang lain dengan maksud sengaja tidak akan
membayar lunas. Model yang dilakukan biasanya dengan mencicil atau kredit. Dengan barang yang
sudah diserahkan apabila pembeli tidak membayarnya lunas, sehingga merugikan penjual. Dalam hukum
perdata hal ini disebut wan prestasi. Akan tetapi, apabila sudah dijadikan mata pencaharian atau
kebiasaan seperti maksud semula tidak ingin membayar lunas, maka disebut tindak pidana.
Unsur-unsur kejahatan pembeli menurut pasal 379a yaitu:
a. Unsur-unsur objektif:
1. Perbuatan membeli;
2. Benda-benda yang dibeli;
3. Dijadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasaan.
b. Unsur-unsur Subjektif:
1. Dengan maksud menguasai benda tersebut untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
2. Tidak membayar lunas harganya.
Agar pembeli tersebut bisa menjadikan barang-barang tersebut sebagai mata pencaharian maka
setidaknya harus terdiri dari dua perbuatan dan tidaklah cukup apabila terdiri dari satu perbuatan saja.
Akan tetapi, hal ini tidak muthlak harus terdiri dari dari beberapa perbuatan.
Yang dimaksud dari menyerahkan barang lain daripada yang disetujui misalnya; seseorang membeli
sebuah kambing sesuai dengan kesepakatan. Akan tetapi, penjual mengirimkan kambing tersebut
dengan kambing yang lebih jelek. Sedangkan yang dimaksud dari pasal 383 (2) yaitu: melakukan tipu
muslihat mengenai jenis benda, keadaan benda atau jumlah benda. Dan apabila keuntungan yang
diperoleh oleh penjual tidak lebih dari Rp. 250,00. Maka penipuan tersebut masuk pada penipuan
ringan.
Adapun yang ditekankan dalam pasal ini adalah apabila setelah dicampurnya barang makanan,
minuman, atau obat-obatan tersebut berkurang nilai atau faidahnya, atau bahkan nilai atau faidah
barang tersebut hilang sama sekali, maka kasus ini termasuk dalam kasus pidana dan termasuk
pemalsuan barang. Oleh karena itu, tidak menjadi kasus pidana apabila setelah dicampur tidak
berkurang atau hilang nilai dan faidahnya, maka tidak melanggar pasal ini.
Unsur-unsur dari kejahatan penipuan ini adalah:
a. Unsur-unsur objektif:
1. perbuatan: menjual, menawarkan, dan menyerahkan.
2. objeknya : benda makanan, benda minuman dan benda obat-obatan
3. benda-benda itu dipalsu.
4. menyembunyikan tentang palsunya benda-benda itu.
b. Unsur-unsur subjektif:
Penjual yang mencampur tersebut mengetahui bahwa benda-benda itu dipalsunya. Dalam hal ini
penjual tidak dikenai hukuman apabila ia mengutarakan bahwa benda yang dipalsukan tersebut
diberitahukan terhadap pembeli dan pembeli membeli barang tersebut berdasarkan kemauannya.
Adapun perbedaan antara pasal 383 dan 386 adalah:
1. kejahatan dalam pasal 386 adalah khusus hanya mengenai barang berupa: bahan makanan dan
minuman atau obat-obatan, sedang dalam pasal 383 mengenai semua barang.
2. pasal 386 mengatakan tentang “menjual, menawarkan atau menyerahkan” barang (belum sampai
menyerahkan barang itu sudah dapat dihukum), sedangkan pasal 383 mengatakan “menyerahkan”,
(supaya dapat dihukum barang itu harus sudah diserahkan).
Selain itu, juga melanggar pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
yang salah satu poinnya berbunyi: “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang, rusak, cacat
atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan
tercemar, dengan atau tanpa rnemberikan informasi secara lengkap dan benar.”
Juga melanggar pasal 11 Undang-Undang yang sama, yang berbunyi: “Pelaku usaha dalam hal penjualan
yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen dengan:
menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu;
menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi; tidak
berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain;
tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual
barang yang lain; tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan
maksud menjual jasa yang lain; menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan
obral.
Tidak pidana yang diatur dalam pasal 380 ayat (1) angka 1 KUHP itu mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Unsur Subyektif: dengan maksud untuk menimbulkan kesan seolah-olah karya tersebut berasal dari
orang, yang nama atau tandanya telah ia bubuhkan pada atau di dalam karya tersebut.
b. Unsur Obyektif: (1) barang siapa (2) membubuhkan secara palsu suatu nama atau tanda (3)
memalsukan nama yang sebenarnya atau tanda yang asli (4) pada suatu karya sastra, ilmiah, seni atau
kerajianan.
Selain itu, juga melanggar ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, yang
berbunyi: “Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup: buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out)
karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain
yang sejenis dengan itu; alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
lagu atau musik dengan atau tanpa teks; drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim; seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat,
seni patung, kolase, dan seni terapan; arsitektur; peta; seni batik; fotografi; sinematografi; terjemahan,
tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan”.
7. Stellionaat
Tindak pidana stellionaat atau dapat disebut penipuan dalam hal yang berhubungan dengan hak atas
tanah dirumuskan dalam pasal 385 yang rumusannya adalah sebagai berikut:
1. barang siapa dengn maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
menjual, menukar, atau membebani dengan credietverband suatu hak tanah Indonesia, suatu gedung,
bangunan, penanaman atau pembenihan d iatas tanah dengan hak tanah atas Indonesia padahal
diketahui bahwa yang mempunyai hak di atasnya adalah orang lain.
2. barang siapa dengan maksud yang sama menjual, menukar, atau membebani dengan kredit verband
suatu hak tanah Indonesia yang telah dibebani kredit verband, atau suatu gudang bangunan,
penanaman atau pembenihan di atas tanah yang juga telah dibebani demikian, tanpa memberitahukan
tentang adanya beban itu kepada pihak lain.
3. barang siapa dengan maksud yang sama menggadaikan kredit verband mengenai suatu hak tanah
Indonesia dengan menyembunyikan kepada pihak lain bahwa tanah yang behubungan dengan hak tadi
sudah digadaikan
4. barang siapa dengan maksud yang sama menggadaikan atau menyewakan tanah dengan hak
Indonesia padahal diketahui bahwa orang lain mempunyai atau turut mempunyai hak atas tanah itu.
5. barang siapa dengan maksud yang sama menjual atau menukarkan tanah dengan hak Indonesia yang
telah digadaikan padahal tidak diberitahukan pada pihak lain bahwa tanah itu telah digadaikan.
6. barang siapa degan maksud yang sama menjual atau menukarkan tanah dengan hak Indonesia untuk
suatu masa, padahal diketahui bahwa tanah itu telah disewakan kepada orang lain untuk masa itu juga.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 387 KUHP tersebut adalah:
a. Pasal 387 KUHP ayat (1):
1. Seorang pemborong atau ahli bangunan atau penjual bahan-bahan bangunan,
2. Pada waktu membuat bangunan
3. Pada waktu menyerahkan bahan bangunan
4. Yang dapat berakibat: (a) menimbulkan bahaya bagi keselamatan manusia atau barang, (b)
menimbulkan bahaya bagi negara pada waktu perang.
b. Pasal 387 ayat (2):
1. Seorang yang diberi tugas penyerahan barang
2. Membiarkan perbuatan curang dilakukan
3. Dengan sengaja
11. Penipuan dengan Memberikan Gambaran Tidak Benar Tentang Surat Berharga
Tindak pidana dilakukan dengan modus tidak memberikan gambaran yang senyatanya yang sengaja
dilakukan untuk menarik orang lain agar tertarik untuk ikut serta dalam usaha tersebut.
Tindak pidana ini diatur dalam pasal 391 KUHP yang menyatakan :
Barang siapa menerima kewajiban untuk, atau memberi pertolongan padapenempatan surat atau
hutangsesuatu Negara atau bagiannya, atau suatu lembaga umum, sero atau surat hutang sesuatu
perkumpulan, yayasan atau perseroan, mencoba menggerakan khalayak umumuntuk pendaftarannya
atau penyertaannya, dengan sengaja menyembunyikan atau mengurangkam keadaan yang sebenarnya,
atau dengan membayang-bayangkan keadaan yang palsu diancam dengan pidana penjara paling lama 4
tahun.
Adapun apabila diperinci, maka pasal di atas akan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Unsur-unsur Obyektif
a. Petindaknya:
1. seorang pengusaha
2. seorang pengurus
3. komisaris dari: (a) PT (b) Maskapai Andil Indonesia (c) Koperasi
b. Perbuatannya: mengumumkan
c. Obyeknya: keadaan atau neraca yang tidak benar
b. Unsur-unsur subyektif: dengan sengaja
Demikian pembahasan mengenai bentuk-bentuk penipuan. Akan tetapi, masih ada beberapa bentuk
yang tidak dicantumkan, misal: Penipuan terhadap penyerahan barang untuk keperluan militer,
penipuan dengan nama perdagangan atau merk orang lain, dll. Karena menurut hemat penulis bentuk-
bentuk penipuan tersebut tidak lagi dipandang dari perspektif KUHP, melainkan dari UU yang lebih
khusus mengatur tentang bentuk-bentuk tindak pidana tersebut.
C. Analisis Kasus
25/03/2008 08:30 Kasus Penipuan
Penipuan Kupon Berhadiah Memakan Korban
Liputan6.com, Depok: Christine, warga Cisalak, Depok, Jawa Barat tertipu kupon undian berhadiah
mobil, baru-baru ini. Ia terpaksa kehilangan uang senilai Rp 7 juta yang masuk ke rekening pelaku.
Korban yang melaporkan kejadian ini ke Pos Polisi Cililitan, Jakarta Timur diminta untuk meneruskan
laporan ke Kepolisian Sektor Cimanggis. Pasalnya, lokasi kejadian di wilayah hukum Cimanggis.
Penipuan itu bermula saat Christine membeli sabun deterjen dalam bentuk sachet. Dalam kemasan
terdapat kupon undian yang menyebutkan korban memenangi sebuah mobil. Korban mengaku telah
mengkonfirmasi nomor telepon yang tertera pada kupon. Namun, pelaku dengan cerdik mencatut nama
Direktur Lalu Lintas Kepolisan Daerah Metro Jaya Djoko Susilo yang seolah-olah mengesahkan hadiah
mobil tersebut.
Kasus serupa juga menimpa warga Sukabumi, Jabar. Diah, istri Ibin harus kehilangan uang Rp 25 juta
setelah tertipu undian berhadiah sebuah mobil keluaran terbaru yang diperoleh dari sebungkus
deterjen. Mereka langsung melaporkan penipuan ini ke aparat Polsek Cisaat, Sukabumi.
Penipuan berawal saat Diah membeli enam bungkus deterjen di sebuah pasar tradisional di Sukabumi.
Dalam salah satu bungkus deterjen, ia menemukan kupon undian berhadian mobil. Setelah mengontak
nomor telepon yang tertera dalam kupon, korban diminta menyetorkan uang Rp 25 juta untuk biaya
balik nama mobil. Korban kemudian meminjam uang kepada tetangganya dengan jaminan rumah.
Namun, usai menyetorkan uang mereka baru sadar telah ditipu. Kasus penipuan itu kini ditangani
jajaran Kepolisian Resor Kota Sukabumi.(RMA/TimLiputan6SCTV)
Kalau diperhatikan, dalam kasus di atas terdapat beberapa unsur penting yang mengindikasikan
terhadap tindakan pidana penipuan. Baik dari segi unsur objektif maupun unsur subjektif dari perbuatan
melawan hukum yang dilakukan pelaku dalam kasus tersebut. Unsur objektif dalam kasus tersebut
terlihat jelas dari cara-cara yang digunakan pelaku, yaitu adanya upaya untuk menggerakan korban
dalam hal ini dengan mempengaruhi korban atau menanamkan pengaruh agar korban menyerahkan
sesuatu, dalam kasus ini uang sebagai biaya untuk balik nama mobil yang merupakan tipu muslihat
pelaku saja. Selain itu pelaku juga menggunakan nama palsu. Yaitu dalam kasus di atas pelaku mencatut
nama Direktur Lalu Lintas Kepolisan Daerah Metro Jaya Djoko Susilo yang seolah-olah mengesahkan
hadiah mobil tersebut. Hal ini dilakukan pelaku untuk mempengaruhi Christine yang merupakan korban
dalam kasus tersebut.
Sedangkan unsur subjektif yang mengindikasikan tindakan pidana penipuan yang terdapat dalam kasus
diatas yaitu adanya kesengajaan pelaku untuk menguntungkan diri sendiri yang merupakan maksud si
pelaku dari perbuatan menggerakan korban dengan perbuatan melawan hukum. Dalam hal ini tentunya
sebelum melakukan atau ketika memulai perbuatan menggerakan si pelaku telah memiliki kesadaran
dalam dirinya bahwa menguntungkan diri sendiri dengan melakukan perbuatan seperti ini adalah
melawan hukum. Yang merupakan perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan tidak dikehendaki
oleh masyarakat.
Dari unsur-unsur yang terkandung dalam kasus di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kasus tersebut
termasuk tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok yang diatur dalam KUHP pasal 378 yang mana
akibat hukumnya adalah yang diancam dangan hukuman penjara paling lama empat tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan yang sedemikian ringkas di atas, maka dapat kami simpulkan:
1. Tindak pidana penipuan secara umum (bedrog) adalah tindak-tindak pidana yang di atur dalam bab
XXV KUHP yang terentang antara pasal 378-395.
2. Tindak pidana yang diatur dalam bab XXV KUHP tersebut, mempunyai banyak sekali bentuk,
diantaranya: penipuan pokok, penipuan ringan, penipuan dalam jual beli, penipuan menyingkirkan batas
halaman, dll.
3. Dari setiap bentuk-bentuk penipuan tersebut, mempunyai unsur-unsur yang berbeda-beda.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh pembaca agar dapat lebih mendalami dan memahami secara lebih
kompherensif masalah-masalah penipuan dengan cara membandingkan dengan literatur lain, yang pada
akhirnya akan terhindar dari segala bentuk penipuan. Karena yang harus diingat, bahwa kejahatan
bukan hanya ada niat dari pelaku, tetapi juga adanya kesempatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adami Chazawi. 2006. Kejahatan Terhadap Harta Benda. Malang: Bayumedia Publising
P.A.F. Lamintang, Djisman Samosir. 1979. Delik-delik Khusus Terhadap Hak Milik dan yang Timbul dari
Hak Milik. Bandung: Tarsito
R. Soesilo. 1988. KUHP serta Komentar-Komentarnya. Bogor: Politera
________. 1984. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus. Bandung: PT.
Karya Nusantara
P.A.F. Lamintang. 1989. Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Bandung: Sinar Baru
Tongat. 2003. Hukum Pidana Materiil. Malang: UMM Press
Tim Prospect. 2006. KUHAP dan KUHP. WiPress
Wirjono prodjodikoro. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama
http://www.liputan6.com/news/?id=156845&c_id=2
Moeljatno. 2007. KUHP. Jakarta: Bumi Aksara