You are on page 1of 26

PENGORGANISASIAN, STRUKTUR ORGANISASI,BENTUK-BENTUK

ORGANISASI, DEPARTEMENSI

1.PENGORGANISASIAN
Dalam kehidupan nyata, orang-orang bekerja bersama-sama untuk
mencapai suatu tujuan bersama, kegiatan yang dilakukan tersebut
menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional atau biasa
disebut dengan istilah “organisasi”. Organisasi dalam hal ini bisa
terdapat pada badan usaha, instansi pemerintah, lembaga
pendidikan, militer, kelompok masyarakat atau suatu perkumpulan
olah raga.

Suatu organisasi perlu untuk mengalokasikan dan menugaskan


kegiatan diantara para anggotanya agar tujuan dari organisasi
tersebut dapat tercapai dengan efisien. Oleh karena itu, didalam
bab ini akan diungkapkan mengenai bermacam-macam aspek
proses pengorganisasian yang tentu saja berkenaan dengan
pencapaian tujuan organisasi.

Kata Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pengertian


pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional,
seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan
pemerintah atau suatu perkumpulan olah raga. Pengertian kedua
berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara
dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan
diantara para anggotanya agar tujuan organisasinya dapat tercapai
dengan efisien.

Pengorganisasian (Organizing) merupakan proses penyusunan


struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur
organisasi adalah departementalisasi, yaitu merupakan
pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar
kegiatan-kegiatan yang sejenis yang saling berhubungan dapat
dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal
suatu organisasi, dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan
organisasi. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan
agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk
dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Kedua
aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif.

1.1 PENGERTIAN PENGORGANISASIAN


Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian.
Istilah tersebut dapat digunakan untuk menujukkan hal-hal berikut
ini :
1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan
yang paling efektif sumberdaya-sumberdaya keuangan, fisik,
bahan baku, dan tenaga kerja organisasi.
2. Hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan para
karyawan.
3. Cara dalam mana para manejer membagi lebih lanjut tugas-
tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan
mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan
tugas tersebut.

Dari tiga hal diatas dapat disimpulkan bahwa Pengorganisasian


merupakan suatu proses untuk merancang anggota struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau
pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi
dapat dicapai dengan efisien dengan sumber daya yang dimiliki
dan lingkungan yang melingkupinya baik intern maupun ekstern.
Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan
pembagian kerja yang merupakan dasar proses pengorganisasian.
James D. Mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersana, “ sedang
Chester I. Bernard memberikan pengertian organisasi yaitu suatu
system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih. Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur
formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas
diantara para anggota untuk mencapai tujuan.

Jadi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut :


1. Organisasi dalam arti badan : kelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan : gambaran skematis tentang
hubungan kerjasama dari orang-orang yang terlibat dalam
organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :


1. Adanya tujuan bersama
2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3. Adanya pembagian tugas
4. Adanya kehendak untuk bekerja sama.

TEORI-TEORI ORGANISASI

Teori-teori organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori


organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.
a. Teori organisasi klasik :
Teori klasik disebut juga teori tradisional, yang berisi tentang
organisasi mulai abad 19.
-Teori klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan,
kekuasaan- kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-
kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi bila
orang-orang bekerja sama.
-Teori klasik berkembang dalam tiga aliran yang dibangun atas
dasar anggapan-anggapan yang sama, yaitu : teori birokrasi, teori
administrasi dan teori manajemen ilmiah.

1. Teori birokrasi :
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam buku “The
Protestant Ethic and Spirit of Capitalism”.
Karakteristik birokrasi menurut Weber adalah :
- Pembagian kerja yang jelas
- Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
- Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi
- Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja
- Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban
posisi para pemegang jabatan
- Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal

2. Teori Administrasi :
Teori ini dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan
Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori
administrasi yaitu :
- Pembagian kerja
- Wewenang dan tanggung jawab
- Disiplin
- Kesatuan perintah
- Kesatuan pengarahan
- Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi
- Balas jasa
- Sentralisasi
- Rantai scalar
- Aturan
- Keadilan
- Kelanggengan personalia
- Inisiatif
- Semangat korps
Teori fungsionalisme Fayol yaitu : perencanaan, pengorganisasian,
pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan.

3. Manajemen ilmiah
Manajemen ilimiah adalah seperangkat mekanisme atau teknik “a
bag of tricks” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
b. Teori organisasi neoklasik

Teori neoklasik secara sederhana dikenal sebagai teori/aliran


hubungan manusiawi.
Dalam hal pembagian kerja, teori neoklasik telah mengemukakan
perlunya hal-hal sebagai berikut :
1. Partisipasi
2. Perluasan kerja sebagai kebalikan dari pola spesialisasi
3. Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan
kepada para junior untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan manajemen puncak

c. Teori oraganisasi modern


Teori modern menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah
sangat kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional,
multivariable, dan probabilistic.
Teori modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan
universal yang selalu muncul pada system manusia dalam
perilakunya berorganisasi yaitu :
- Komunikasi
- Konsep keseimbangan
- Proses pengambilan keputusan

2. STRUKTUR ORGANISASI
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi
diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja,
standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam
pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi
yaitu :
1. Strategi organisasi pencapaian tujuan.
2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output
akan membedakan bentuk struktur organisasi.
3. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan
mereka juga lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan struktur perusahaan.
4. Besarnya satuan oraganisasi dan satuan kerja mempengaruhi
struktur organisasi.

Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :

1. Spesialisasi kegiatan
2. Koordinasi kegiatan
3. Standarisasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kerja

1.2 BENTUK-BENTUK ORGANISASI


Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi
dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur
organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen

Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut


Henry G. Hodges dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar

Bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan atas :


1. Organisasi Garis

Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana,


diciptakan oleh Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu
organisasinya masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling
mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.

Kebaikannya :
• Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada
pada satu tangan.
• Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan
berhubungan langsung dengan bawahan.
• Proses pengambilan keputusan cepat.
• Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang
rendah dapat segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan
malas.
• Rasa solidaritas tinggi.

Kelemahannya :
• Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia
tidak mampu melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan
terancam kehancuran.
• Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
• Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.

2. Organisasi Garis dan Staf

Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai


bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah
karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang
tertentu tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang
kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.

Kebaikannya :
• Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil,
serta apapun tujuan perusahaan
• Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan
pelaksana sebagai akibat adaya staf ahli.
• Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat
ditentukan menjadi suatu spesiali-sasi.
• Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat
pula.
• Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang
yang diajak berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam satu
tangan.
• Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang
terperinci.
• Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya
disesuaikan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Kelemahannya :
• Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi
tidak saling mengenal.
• Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf,
karena atasan dengan staf dapat terjadi adanya perintah sendiri-
sendiri padahal kewenangannya berbeda.
• Kesatuan komando berkurang.
• Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan
adanya hambatan pelaksanaan tugas.

3. Organisasi Fungsional

Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan.


Organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya
dapat dibedakan dengan jelas.
Kebaikkanya :
• Pembidangan tugas lebih jelas.
• Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
• Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
• Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
• Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
• Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
• Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang
sama sehingga sering timbul konflik.

4. Organisasi Panitia

Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah


tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.

Kebaikannya :
• Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam
pembahasan yang dalam dan terperinci.
• Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.
• Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.

Kelemahannya :
• Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang
berlarut-larut yang menghambat pelaksanaan tugas.
• Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya
sama.
• Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan,
karena faktor kreatifitas lebih dipentingkan.

5. Organisasi Formal dan Informal


Ragam arti organisasi banyak sekali seperti organisasi statis,
organisasi dinamis, organisasi formal, organisasi informal,
organisasi tunggal, organisasi jamak, organisasi daerah, organisasi
regional, organisasi negara, organisasi internasional dan lain
sebagainya. Ada beberapa saja yang akan dibahas di sini, yaitu :

1. Organisasi Statis
Yaitu gambaran skematis hubungan-hubungan kerjasama yang
terdapat dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
2..Organisasi Dinamis
Yaitu kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan
skema organisasi, mengadakan departementasi dan menetapkan
wewenang, tugas dan tanggung jawab.

3. Organisasi Formal
Yaitu sistem kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang dikoordinir untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan
secara rasional.

4.Organisasi Informal
Yaitu kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
tidak dikoordinir untuk mencapai tujuan yang disadari tapi
akhirnya mempunyai tujuan bersama, dimana kedudukan dan
fungsi-fungsi yang dilakukan tampak kabur.

DEPARTEMENTASI
(DEPARTEMENTATION)
Efesiensi kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-
satuan yang bermacam-macam dalam organisasi. Proses penentuan
cara bagaimana kegiatan dikelompokkan disebutkan
departementasi. Macam bentuk departementasi yaitu :

1. Departementasi Fungsional
Mengelompokkan fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk
membentuk satuan organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi
yang paling umum dan bentuk dasar departementasi. Organisasi
fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan
bentuk dasar departementalisasi. Gambar 6.1 menunjukkan
departementalisasi fungsional yang digunakan pda tingkatan
manajemen puncak dalam membagi empat fungsi utama bisnis-
produksi, pemasaran, keuangan dan personalia (kepegawaian).
Kebaikannya :
• Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi
utama
• Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi
• Memusatkan keahlian organisasi
• Memungkinkan pengawasan mana-jemen puncak terhadap
fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.

Kelemahannya :
• Menciptakan konflik antar fungsi
• Adanya kemacetan pelaksanaan tugas
• Umpan balik yang lambat
• Memusatkan pada kepentingan tugasnya
• Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.

2. Departementasi Devisional
Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah,
langganan, dan proses, dimana tiap divisi merancang,
memproduksi dan memasarkan produknya sendiri. Organisasi
divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar
produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk. Setiap
departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau
sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk).
Divisionalisasi produk adalah pola logik yang dapat diikuti bila
jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-
metoda pemasaran yang sangat

Struktur Organisasi divisional atas dasar wilayah.


Departementalisasi wilayah, kadang-kadang juga disebut
departementalisasi daerah, regional atau geografis, adalah
pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi
berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan
usahanya. Faktor-faktor lokasi yang terutama menjadi
pertimbangan adalah sumber bahan mentah, pasar dan tenaga
kerja. Perusahaan yang menjual produknya diberbagai wilayah
yang tersebar luas, dapat membaginya menjadi kelompok-
kelompok wilayah dengan manajer tersendiri (area manager)
untuk setiap wilayah. Perusahaan-perusahaan jasa, perbankan dan
peruahaan-perusahaan bukan manufakturing lainnya lazin
diorganisasikan atas dasar wilayah, dengan membuka kantor-
kantor cabang.

Struktur organisasi divisional atas dasar langganan.


Departementalisasi langganan adalah pengelompokan kegiatan-
kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk atau jasa
tertentu. Pembentukan divisi ata dasar langganan ini terutama
digunakan dalam pengelompokan kegiatan-kegiatan penjualan
atau pelayanan, dan diperlukan bila suatu divisi menjual sebagian
besar atau semua produknya kepada suatu kelas langganan
tertentu. Sebagai contoh, perusahaan elektronika mungkin
mempunyai divisi-divisi yang terpisah untuk langganan militer,
industri dan konsumen. Sebagai suatu pedoman umum,
perusahaan-perusahaan manufacturing dengan garis produk yang
sangat beraneka ragam cenderung diorganisasikan atas dasar
langganan atau produk

Struktur organisasi divisional atas dasar proses atau peralatan.


Departementalisasi proses atau peralatan adalah pengelompokan
kegiatan-kegiatan atas dasar proses atau peralatan produksi. Hal
ini sering dijumpai dalam departemen produksi. Kegiatan-kegiatan
suatu pabrik menufacturing dapat dikelompokkan menjadi
departemen-departemen pemboran, penggilingan, penggergajian,
perakitan dan penyelesaian terakhir. Tipe departementalisasi ini
mempunyai kegunaan bila mesin-mesin atau peralatan-peralatan
yang digunakan memerlukan ketrampilan-ketrampilan
pengoperasian khusus atau akan lebih ekonomis bila kapasitas
digunakan sepenuhnya. Pendekatan proses atau peralatan
terutama ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomis.

Tidak seperti departemen fungsional, suatu divisi menyerupai


perusahaan yang terpisah. Kepala divisi terutama memusatkan
perhatiannya pada operasi divisinya, bertanggung jawab atas laba
atau rugi, dan bahkan mungkin bersaing dengan satuan-satuan
lainnya dalam perusahaan yang sama. Tetapi suatu divisi bukan
merupakan kesatuan yang bebas seperti halnya perusahaan yang
terpisah. Dalam hal ini, seorang manajer divisi tidak dapat
membuat keputusan-keputusan sebebas pemilik perusahaan
terpisah, karena dia masih harus melaporkan kegiatannya kepada
direktur pusat. Sebagai pedoman umum, wewenang kepada divisi
terbatas bila keputusan-keputusannya akan mempengaruhi
kegiatan divisi-divisi lain.
• Struktur organisasi divisional atas dasar produk
Setiap departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang
berhubungan. Struktur ini dipakai bila teknologi pemrosesan dan
metode pemasaran sangat berbeda.
• Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
Pengelompokkan kegiatan atas dasar tempat dimana operasi
berlokasi atau menjalankan usahanya. Faktor yang menjadi
pertimbangan adalah bahan baku, tenaga kerja, pemasaran,
transportasi dan lain sebagainya.
• Struktur organisasi divisional atas dasar langganan
Pengelompokkan kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan
produk, terutama dalam kegiatan pengelompokkan penjualan,
pelayanan.

3. Departemensi Proyek

Merupakan bentuk departementasi campuran.ini dilakukan dengan


mengkombinasikan kebaikkan-kebaikkan dari system fungsional
dan divisional dengan menghindarkan segala kelemahannya.
Organisasi Proyek Murni
• Proyek terpisah dan organisasi induk.
• Menjadi organisasi tersendiri dalam staf teknis tersendiri,
administrasi yang terpisah dari ikatan dengan organisasi induk,
laporan kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai
proyek.
• Pimpinan dalam hal ini manajer proyek bisa melakukan
pembangunan sumber daya dari luar berupa sub kontraktor atau
supplier selama sumberdaya itu tidak bersedia atau tidak bisa
dikendalikan dalam organisasi.

Kelebihan
• Manajer proyek (MP) mempunyai wewenang penuh untuk
mengelola proyek.
• Semua anggota tim proyek secara langsung bertanggungjawab
terhadap manajer proyek.
• Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara manajer proyek
dengan eksekutif secara langsung.
• Bila ada proyek yang sejenis berturut‐turut, organisasi ini bisa
memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan kaderisasi
dalam penguasaan teknologi tertentu.
• Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk membuat
keputusan bisa cepat dilakukan.
• Adanya kesatuan komando.
• Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan.
• Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap proyek.

Kelemahan
• Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek yang harus
dikerjakan, biasanya setiap proyek akan mengusahakan sendiri
sumberdaya, sehingga terjadi duplikasi usaha dan fasilitas.
• Struktur ini akan menambah biaya yang cukup mahal bagi
Organisasi induk, karena biasanya akan berdiri sendiri dengan staf
yang penuh.
• Sering kali manajer proyek menumpuk sumberdaya secara
berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan teknologi
sewaktu-waktu diperlukan.
• Bila proyek selesai akan terjadi masalah tentang bagaimana
nasib
pekerja proyek yang ada.
• Ketidakkonsistenan prosedur bisa sering terjadi dengan memakai
alas an “memenuhi permintaan klien”.
Memilih Bentuk Organisasi Proyek
• Frekuensi adanya y proyek baru : berapa sering suatu
perusahaan mendapat proyek dan sejauh mana perusahaan induk
tersebut terlibat dengan aktivitas
proyek.
• Berapa lama proyek berlangsung
• Ukuran proyek: tingkat pemakaian tenaga kerja, modal dan
sumberdaya
yang dibutuhkan.
• Kompleksitas hubungan : jumlah bidang fungsional yang terlibat
dalam proyek dan bagaimana hubungan ketergantungannya.

4. Departemensi Matriks.

Pada prinspinya sama dengan system proyek, tapi disini para


karyawan mempunyai dua atasan, yang tentunya berada di dua
wewenang. Rantai perintah pertama yaitu, fungsional, yang
wewenangnya mengalir secara vertical. Kadua yaitu rantai
perintah lateral atau horizontal, wewenangnya melintasi
departemen yang dilaksanakan oleh manajer proyek, sehingga
menyerupai matrix dalam lalu-lintas aliran wewenang.
Kebaikkan :
• Memaksimumkan efisiensi penggunaan manajer fungsional.
• Mengembangkan keterampilan dan kreativitas karyawan serta
fleksibilitas kepada organisasi/
• Melibatkan motivasi dan menantang karyawan serta memperluas
pandangan manajemen terhadap masalah strategi perusahaan
yang akhirnya membebaskan manajemen puncak untuk
perencanaan.
• Menstimulasi kerja sama antar displin dan mempermudah
kegiatan perusahaan dengan orientasi obyek.

Kelemahan :
• Adanya pertanggungjawaban ganda dan kebijaksanaan yang
kontradiktif
• Memerlukan koordinasi vertical dan horizontal.
• Memerlukan lebih banyak keterampilan antar pribadi.
• Menimbulkan resiko timbulnya perasaan anarki.
• Sangat mahal untuk diimplentasikan.
• Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebih mengarah
perdebatan daripada kegiatan.
Matriks dan organisasi proyek murni cocok untuk proyek berskala
menengah dan besar, kompleksitas tinggi, beresiko tinggi, batasan
waktu ketat.

Organisasi fungsional cocok untuk proyek dengan skala relatif


kecil, resiko kecil, waktu fleksibel.

PENGORGANISASIAN DAN STRUKTUR KEORGANISASI


PENDAHULUAN

Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing together of


interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and control
may be exercised to achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis
daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan
yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang
telah ditentukan).
Istilah pengorganisasian (organizing) dan struktur keorganisasian (organizational structure)
sering kali kita gunakan. Kedua istilah tersebut berulang kali akan kita jumpai dalam membahas
aneka macam aspek teori organisasi. Untuk itu, baiklah kita pelajari arti dan makna kedua
konsep tersebut. Dalam arti yang paling luas, pengorganisasian (organizing) dapat dinyatakan
sebagai proses, yaitu diupayakan agar struktur sesuatu organisasi tertentu, cocok dengan sasaran-
sasarannya, sumber dayanya, dan lingkungannya.
Struktur keorganisasian (organizational structure) dapat dirumuskan sebagai pengaturan dan
antar hubungan bagian-bagian komponen dan posisi-posisi suatu perusahaan.
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa struktur suatu organisasi menspesifikasi aktifitas-aktifitas
kerja. Ditunjukan pula olehnya bagaimana berbagai fungsi atau aktifitas-aktifitas yang berbeda
berkaitan satu sama lain. Hingga tingkat tertentu, ia juga menunjukan tingkat spesialisasi
aktifitas-aktifitas pekerjaan.
Juga ditunjukan olehnya, hirarki organisasi yang bersangkutan, struktur otoritas, dan hubungan-
hubungan atasan bawahan.
Struktur keorganisasian memberikan stabilitas dan kontinuitas. Hal ini memungkinkan organisasi
yang bersangkutan menghadapi keluar masuknya individu-individu dan mengordinasi aktifitas-
aktifitasnya dengan lingkungannya.

PETA ORGANISASI

Fungsi-fungsi pekerjaan para karyawan perlu dibagi-bagi antara mereka dan dikombinasi dengan
cara-cara yang logis. Para pekerja yang mempunyai fungsi-fungsi yang berkaitan satu sama lain,
biasanya berkecimpung dalam bidang kerja yang sama. Mereka pun merupakan sebuah unit
kerja. Efisiensi arus pekerjaan tergantung pada integrasi secara berhasil dari berbagai macam
unit didalam organisasi yang bersangkutan. Pembagian kerja dan kombinasi-kombinasi tugas-
tugas secara logis menyebabkan timbulnya struktur-struktur departemen logis dan struktur-
struktur subunit-subunit.
Sewaktu sebuah perusahaan mengalami pertumbuhan, maka jumlah unit-unit kerja dan subunit-
subunit bertamabah, dan lapisan-lapisan supervise ditambahkan. Para manajer dan para bawahan
makin dipisahkan dari hasil akhir kegiatan-kegiatan mereka. Maka, mereka memerlukan suatu
gambaran yang jelas tentang bagaimana aktifitas-aktifitas dapat disesuaikan dengan gambaran
besar. Hal itu tentang apa organisasi mereka dan apa yang dilakukan organisasi tersebut.

Disamping itu, dapat dikatakan bahwa apabila seseorang perlu menangani problem tertentu, peta
yang ada dapat menunjukan dimana orang tersebut dapat ditemukan. Akhirnya, dapat dikatakan
pula bahwa proses penyusunan peta organisasi memungkinkan para manajer melacak
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan keorganisasian. Misalnya, sumber konflik
potensial atau bidang-bidang dimana terdapat adanya duplikasi yang tidak perlu.
Lima macam aspek pokok dari struktur keorganisasian
1. Pembagian kerja, masing-masing kotak mewakili seorang individu, atau subunit yang
bertanggung jawab tehadap bagian tertentu dari beban kerja organisasi yang bersangkutan.
2. Para manajer dan pihak bawahan, garis-garis pada peta organisasi menunjukan rantai komando
(siapa yang bertanggung jawab terhadap siapa-siapa bawahan dan siapa-siapa atasan).
3. Tipe pekerjaan yang sedang dilaksanakan, lebel-lebel atau deskripsi-deskrpsi untuk kotak-
kotak yang ada menunjukan tugas-tugas kerja organisasi tersebut yang berbeda-beda atau
bidang-bidang tanggung jawab.
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan, Seluruh peta menunjukkan berlandaskan-
berlandaskan apa, aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan dipisah-pisahkan (Misalkan,
berdasarkan landasan fungsional atau landasan regional).
5. Tingkat-tingkat manajemen, Sebuah peta menunjukan bukan saja manager-manager individual
dan pihak bawahan, tetapi pula disajikan olehnya seluruh hierarki manajemen. Semua orang
yang merupakan bawahan individu yang sama berada pada tingkat manajemen sama, terlepas
dari apakah mereka muncul atau tidak pada peta yang ada.

STRUKTUR ORGANISASIAN
Menurut James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman, departemen suatu organisasi secara formal
dapat distruktur berdasrkan tiga macam cara, yakni distrukturkan dalam :
• Fungsi
• Produk/Pasar
• Bentuk Matriks
Organisasi-organisasi yang distruktur berdasrkan fungsi menyatukan dalam suatu departemen,
semua pihak yang terlibat pada aktivitas tertentu atau berbagai macam aktivitas yang berkaitan
satu sama lain. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa sebuah organisasi yang dibagi
berdasarkan fungsi memiliki departemen produksi, departemen pemasaran, dan departemen
penjualan secara terpisah. Seorang menejer penjualan pada organisasi demikian diberi tanggung
jawab terhadap penjualan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan.
Organisasi yang distruktur berdasarkan produk produk atau pasar, yang sering pula dinamakan
orang organisasi berdasarkan devisi, menyatukan dalam semua unit kerja, semua pihak yang
terlibat dalam bidang produksi dan pemasaran sesuatu produk, atau kelompok produk yang
berkaitan satu sama lain. Ini disatukan pada wilayah geografis tertentu atau yang berhubungan
dengan tipe pelanggan tertentu. Sebagai contoh, dapat terlihat bahwa organisasi yang
bersangkutan mencakup devisi-devisi kimia, deterjen dan kosmetik yang terpisah. Masing-
masing pimpinan devisi bertanggung jawab terhadap produksi, pemasaran, dan aktivitas-aktivitas
penjualan seluruh unitnya.
Pada organisasi matriks, terdapat dua macan tipe desain secara simultan. Departemen-
departemen fungsi permanent, memiliki otoritas bagi performa, dan standar-standar professional
unit-unit mereka. Diciptakan pula tim-tim proyek sesuai kebutuhan untuk melaksanakan
program-program spesifik. Anggota-anggota tim tersebut diambil dari berbagai departemen
fungsional, Mereka bertanggung jawab terhadap seorang menejer proyek. Menejer proyek
bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap hasil pekerjaan tim tersebut.
Banyak perusahaan yang memproduksi pesawat-pesawat terbang, yang mengandalakan diri pada
pekerjaan kontrak, memanfaatkan metrics demikian. Ketiga macam tipe desain organisasi
memiliki keuntungan maupun kerugian.
ORGANISASI FUNGSIONAL
James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman, sebuah organisasi fungsional merupakan sebuah
bentuk departemensasi. Setiap orang terlibat dalam sebuah kegiatan fungsional, seperti kegiatan
pemasaran atau keuangan, yang dikelompokkan ke dalam satu unit.
Organisasi fungsional merupakan bentuk departementasi yang paling mendasar serta yang paling
logis, yang menawarkan asortimen produk terbatas. Hal itu karena sumber-sumber daya
terspesialisasi dimanfaatkannya secara efisien.
Keuntungan lain dari sebuah struktur fungsional adalah membuat pekerjaan supervise menjadi
lebih mudah. Hal itu karena masing-masing manajer harus menjadi eksper dalam bidang sempit
keterampilan-keterampilan. Di samping itu, dapat dikatakan bahwa sebuah struktur yang
difungsionalisasi menyebabkan lebih mudah untuk memobilisasi keterampilan-keterampilan
terspesialisasi, dan membawanya ke bidang yang paling memerlukan.

Di dalam sebuah struktur organisasi tidak terlepas dari prinsip-prinsip organisasi. Salah satunya
A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya “Organization
of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi :
1) Prinsip bahwa Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas,
2) Prinsip Skala Hirarkhi,
3) Prinsip Kesatuan Perintah,
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang,
5) Prinsip Pertanggungjawaban,
6) Prinsip Pembagian Pekerjaan,
7) Prinsip Rentang Pengendalian,
8) Prinsip Fungsional,
9) Prinsip Pemisahan,
10) Prinsip Keseimbangan,
11) Prinsip Fleksibilitas,
12) Prinsip Kepemimpinan.

1) Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.


Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai
antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2) Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu
pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan
pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3) Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang
atasan saja.
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga
perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang
harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang
dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan
orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya
lagi.
5) Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada
atasan.
6) Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar
kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang
didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan
dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang,
pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7) Prinsip Rentang Pengendalian.


Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu
dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin
besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang
pengendaliannya.
8) Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan
wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
9) Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada
orang lain.
10) Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini,
penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan
organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi
yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur
organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta,
Bandung, atau Surabaya.
11) Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika
organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external
factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
12) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain
organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang
digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

Daftar Pustaka

- Prof. Dr. J. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Keorganisasian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003.
- AM. Willms (1965), Organization of Canadian Government Administration, Ottawa.
- Yayat Hayati Djatmiko (2002), Perilaku Organisasi, Alfabeta- Bandung
- www.gaisol.com

PENGORGANISASIAN DAN STRUKTUR ORGANISASI


  PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertain , istilah tersebut dapat
digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini:
a)      Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya
keuangan , fisik , bahan baku , dan tenaga kerja organisasi.
b)      Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, dimana setiap pengelompokan
didikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-
anggota kelompok.
c)      Hubungan-hubungan antara fungsi , jabatan , tugas dan para karyawan.
d)      Cara dalam mana para manager lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam
departemen mereka dan mendelagasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas
tersebut.
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal ,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara organisasi
agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.

STRUKTUR ORGANISASI
Sturktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan
mana organisasi dikelola. Sturktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan
pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan
kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Struktur
ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarlisasi, koordinasi, sentralisasi atau
desentralisasi dalam pembuatan keputusan atau besaran satuan kerja.
            Faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai
berikut:
1.      strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. strategi menjelaskan bagaimana aliran wewenang
dan saluran komunikasi dapat disusun diantara para pimpinan dan bawahan.
2.      teknologi yang digunakan. perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang-
barang atau jasa akan membedakan struktur organisasi.
3.      anggota (pegawai/karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. kemanapun dan
cara berfikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus diperhatikan dalam
merancang struktur organisasi.
4.      ukuran organisasi. besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan kerjanya yang sangat
mempengaruhi struktur organisasi. semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan
semakin kompleks dan harus dipilih struktur yang tepat.
Unsur-unsur struktur organisasi teriri dari: (1) Spesialisasi kegiatan; (2) Standardisasi
kegiatan; (3) Koordinasi kegiatan; (4) Sentralisasi dan Desentralisasi pembuatan keputusan; (5)
Ukuran satuan kerja.

  BAGAN ORGANISASI FORMAL


Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yang
secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pembagian kerja
2. Menejer dan bawahan atau rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
            Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar
            Tujuan dibentuknya panitia manajemen adalah untuk mengkoordinasikan dan
mempertukarkan informasi, memberi saran manajemen, atau bahkan membuat keputusan sendiri.

  DEPARTEMENTALISASI
            Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang
dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut:
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa-numeral
9. Proyek atau matriks
Departementalisasi Fungsional
            Mengelompokkan fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk membentuk satuan
organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang paling umum dan bentuk dasar departementasi.
Kebaikannya:
a. Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama
b. Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi
c. Memusatkan keahlian organisasi
d. Memungkinkan pengawasan mana-jemen puncak terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi.
Kelemahannya:
a. Menciptakan konflik antar fungsi
b. Adanya kemacetan pelaksanaan tugas
c. Umpan balik yang lambat
d. Memusatkan pada kepentingan tugasnya
e. Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
Departementalisasi Divisional
            Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan proses, dimana
tiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
a. Struktur organisasi divisional atas dasar produk
Setiap departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang berhubungan. Struktur ini
dipakai bila teknologi pemrosesan dan metode pemasaran sangat berbeda.
b. Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
Pengelompokkan kegiatan atas dasar tempat dimana operasi berlokasi atau menjalankan
usahanya. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah bahan baku, tenaga kerja, pemasaran,
transportasi dan lain sebagainya.
c. Struktur organisasi divisional atas dasar langganan
Pengelompokkan kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk, terutama dalam kegiatan
pengelompokkan penjualan, pelayanan.
Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat diperinci:
1.      Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian
tanggapan yang cepat.
2.      Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang
khas.
3.      Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahan-kelemahan struktur divisional secara terperinci:
1.      Masalah duplikasi sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
2.      Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi.
Organisasi Proyek dan Matriks
            Bentuk organisasi proyek dan matriks adalah tipe departementalisasi campuran (hybrid
design). Kedua struktur organisasi ini tersusun dari satu atau lebih tipe-tipe departementalisasi
lainnya. Struktur proyek dalam matriks bermaksud untuk mengkombinasikan kebaikan-kebaikan
kedua tipe design fungsional dan divisional dengan menghindari kekurangan-kekurangan.
Kebaikan organisasi matriks. Berbagai kebaikan organisasi dapat diperinci:
1.      Memaksimumkan efisiensi penggunaan manager-manager fungsional
2.       Membebaskan manajeman puncak untuk perencanaan.
3.       Menstrimulasi kerja sama antar disiplin dan mempermudah kegiatan perusahaan yang
bermacam-macam dengan orientasi proyek.
Kelemahan-kelemahan organisasi matriks adalah:
1.       Mengandung resiko timbulnya perasaan anarki.
2.       Sangat memerlukan koordinasi horizontal dan vertikal.
3.      Memerlukan lebih banyak keterampilan-keterampilan antar pribadi.
4.       Sangat mahal untuk diimplementasikan.
5.      Mengandung resiko timbulnya perasaan anarki
6.      Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebih mengarah perdebatan daripada kegiatan

KELOMPOK-KELOMPOK KERJA FORMAL ORGANISASI


            Organisasi mempunyai tiga tipe utama kelomok-kelompk kerja formal:
1.       Kesatuan tugas khusus (task forces) dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas khusus.
2.       Panitia tetap (standing committees) daan panitia Ad hoc merupakan bagian tetap dari struktur
suatu organisasi yang dibentuk guna menangani tugas yang terus-menerus ada dalam organisasi.
3.       Dewan dan komisi (boards) dibentuk dari individu-individu yang dipilih atau ditugaskan untuk
mengelola suatu organisasi masyarakat atau swasta.

ORGANISASI INFORMAL
            Organisasi informal memainkan peranan penting dalam dinamika perilaku organisasi.
Perbedaan pokok antara organisasi formal  dan informal adalah:
1.       Hubungan-hubungan antar pribadi
2.       Kepemimpinan
3.       Pengendalian perilaku
4.       Ketergantungan
Fungsi-fungsi yang dilaksanakan, antara lain:
1.       Menetapkan, memperkuat, dan meneruskan norma-norma dan nila-nilai sosial budaya penting
para anggota kelompok
2.       Memberikan dukungan terhadap tujuan organisasi dan bantuan terhadap pelaksanaan tugas
manajer.
3.       Menstimulasi komunikasi efektif dan dinamik sebagai alat komunikasi tambahan.
Memberikan kepuasan dan status sosial kepada para anggota yang tidk dapat diberikan oleh organisasi
formal.

You might also like