Professional Documents
Culture Documents
Anggi Mustika
209000008
Psikologi B
UNIVERSITAS PARAMADINA
2010
Page 0
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……..………………………………………………………………….....……1
2.2 Motivasi.......................................................................................................................... 10
Perspektif Sosial............................................................................................................ 11
a. Teori Biologis............................................................................................................ 15
Page 1
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
a.2. Drive-Reduction Theory ..................................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................... 26
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
Page 2
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan karunia-Nya sehingga,
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa juga saya panjatkan shalawat
dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, semoga selalu terlimpah-curahkan salam serta
shalawat-Nya.
Selain itu, saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung penyusunan makalah ini, khususnya kepada:
a. Mama dan papa yang selalu mendukung dan menjadi penyemangat saya selama ini.
b. Ibu Alfikalia, M.Psi, selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, yang telah
memberikan tugas ini guna menambah pengetahuan saya mengenai dunia pendidikan,
serta membantu dan membimbing saya dalam penyusunan tugas akhir ini.
c. Ibu Sriyati dan Bapak Atim Ilyas, selaku guru kelas 6 SD Negeri Tegal Parang 01
Pagi yang telah bersedia menjadi narasumber.
d. Siswa-siswi SD Negeri Tegal Parang 01 Pagi kelas 6 yang telah bersedia membantu
jalannya proses observasi sebagai objek observasi.
e. Teman-teman, yang telah memberikan bantuan dan dukungannya guna penyelesaian
makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak yang harus
diperbaiki dalam penyusunan maupun penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, saya selaku
penyusun sangat menerima saran dan kritikan yang membangun demi penyusunan makalah
yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi yang membaca.
Terima kasih..
Penyusun
Page 3
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,
dan cara. (Depdikbud, 2003 : 230) Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta tanggung jawab (Depdikbud, 2003 :54). (Majid, 2008,”Sistem Reward”)
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri
manusia. Manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui
sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seluruh umat manusia. Hak untuk memperoleh
pendidikan harus diikuti oleh kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Dengan
demikian, dapat dilihat dengan jelas betapa pentingnya peranan pendidikan dalam
meningkatkan kualitas SDM agar sejajar dengan manusia lain, baik secara nasional maupun
internasional. (Majid, 2008,”Sistem Reward”)
Hasil studi dari United Nations for Development Program (UNDP), kualitas sumber
daya manusia Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-109 dari 174 negara di dunia.
Sementara itu, Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand masing-masing berada pada
peringkat ke-41 sampai 44. Posisi negara kita bahkan di bawah Vietnam yang baru bangkit
karena tekanan tentara Amerika Serikat. (Pikiran Rakyat, 3 Januari 2004) Menteri Pendidikan
Nasional (2004) menyatakan hasil studi Internatonal Institute for Management Development
(IIMD, 2001) bahwa indeks kompetisi manusia (SDM) Indonesia mendudukkan Indonesia di
peringkat ke-49 dari 49 negara. Dan ketika masalah rendahnya kualitas Sumber Daya
Manusia maka muaranya akan selalu menunjuk pada lembaga pendidikan sebagai satu
lembaga yang memproduksi keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia. . (Majid,
2008,”Peningkatan Mutu”)
Page 4
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Misalnya menurut pendapat Us Toharudin (Pikiran Rakyat, 2005) mengemukakan
“Disatu pihak kondisi pendidikan kita dipandang sangat memprihatinkan dimana hasil
lulusan kita belum seluruhnya memenuhi harapan masyarakat, masih banyak komplain dari
masyarakat.” (Majid, 2008,”Sistem Reward”)
Untuk meningkatkan SDM, salah satu cara yang ditetapkan pemerintah yaitu dengan
memberlakukan sistem kelulusan melalui UN mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). UN merupakan ujian yang dilakukan secara serentak
dan menyeluruh di berbagai wilayah di seluruh Indonesia sebagai evaluasi belajar dan
penentu kelulusan dengan batas nilai yang telah ditentukan. (Majid, 2008,”Sistem Reward”)
Keberadaan UN sebagai penentu kelulusan siswa masih menjadi pro kontra. Terlepas
dari itu, psikologis siwa selayaknya diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan
UN mempengaruhi psikologis anak “Banyak cara dilakukan para pelajar untuk melawan
kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) yang dimulai besok. Ada yang berziarah ke
makam wali, ada juga yang menggelar istigasah atau doa bersama sampai empat kali,” kata
Arifin. (Ant, 2010, “Cemas Hadapi UN”)
Kecemasan yang dialami oleh para murid haruslah diredam. Kecemasan merupakan
perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan (Santrock, 2004).
Kecemasan yang tinggi dan konstan dapat membuat murid sulit berkonsentrasi dan
mengganggu kemampuan untuk berprestasi (Santrock, 2010).
Adapun makalah ini dibuat untuk membahas mengenai reinforcement dan punishment
serta pengaruhnya terhadap motivasi siswa untuk belajar dalam menghadapi Ujian Nasional.
Page 5
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
1.2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang berupa wawancara dan
observasi (pengamatan). Adapun penyusunan makalah ini dengan menggunakan berbagai
referensi, yaitu blog, website dan buku.
Objek penelitan pada penelitian ini yaitu guru dan siswa-siswi SD Negri Tegal Parang
01 Pagi kelas 6 (enam) ini bertempat di Mampang Prapatan, Kecamatan Mampang Prapatan
Jakarta Selatan.
Page 6
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
1.5 MAKSUD DAN TUJUAN
Page 7
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Reinforcement theory merupakan suatu pendekatan psikologi yang penting. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang itu dapat menentukan, memilih dan mengambil keputusan
dalam dinamika kehidupan. Teori ini bisa digunakan pada berbagai macam situasi yang
seringkali dihadapi manusia. Reinforcement theory ini mengatakan bahwa tingkah laku
manusia itu adalah hasil kompilasi dari pengalaman-pengalaman yang ia temui sebelumnya,
atau dalam bahasa lainnya disebut “consequences influence behavior”. (Hidayat, Rahayu &
Muwakidah, 2009)
Dalam ilmu psikologi, suatu respon anak terhadap suatu pembelajaran dapat diperkuat
ataupun dihilangkan. Burhuss Frederich Skinner dengan penelitiannya dalam pembelajaran
operant conditioning mengungkapkan 2 (dua) prinsip umum, yaitu:
a. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan
diulang;
b. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata
terjadinya respon operan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Skinner reinforcement adalah segala sesuatu yang
meningkatkan probabilitas terjadinya kembali suatu respon.
Page 8
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Punishement merupakan proses dimana sebuah stimulus atau kejadian melemahkan
atau menurunkan kemungkinan munculnya respon yang mengikutinya Setiap stimulus atau
kejadian yang tidak menyenangkan dapat menjadi hukuman. (Tavris & Wade, 2007)
Punishment juga terdiri dari dua macam, yaitu: . (Tavris & Wade, 2007)
a. Punishment positif
Merupakan prosedur menghilangkan perilaku dimana respon diikuti oleh penyajian
atau peningkatan intensitas stimulus yang memperlemah perilaku; sebagai hasilnya
respon menghilang dan muncul respon yang diinginkan. (Tavris & Wade, 2007)
b. Punishment negatif
Merupakan prosedur menghilangkan perilaku dimana respon diikuti oleh
penghilangan penundaan atau penghilangan intensitas stimulus yang memperlemah
perilaku; sebagai hasilnya respon menghilang dan muncul respon yang diharapkan.
(Tavris & Wade, 2007)
Page 9
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
b. Fixed Ratio
Merupakan jadwal pemberian reinforcement yang dilakukan setelah sejumlah
perilaku/respon.
c. Variable Rasio
Merupakan jadwal pemberian reinforcement yang dilakukan setelah perilaku/respon
terjadi pada waktu yang bervariasi.
d. Fixed Interval
Merupakan pemberian reinforcement yang dilakukan pada waktu yang tetap.
e. Variable Interval
Merupakan pemberian reinforcement yang setelah jumlah waktu yang bervariasi.
2.2 MOTIVASI
Motivasi berasal dari bahasa latin yang sama yaitu movere yang berarti bergerak.
“Motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan
organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki atau justru menjauh dari
situasi yang tidak menyenangkan.” (Wade & Tavris, 2008)
“Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku.”
(Santrock, 2004)
Para ilmuwan psikologi memiliki cara-cara yang berbeda dalam menjelaskan motivasi
sesuai dengan perspektifnya masing-masing. Adapun perspektif tersebut yaitu behavioral,
humanistis, kognitif dan sosial. (Santrock, 2010)
Page 10
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
PERSPEKTIF BEHAVIORAL
PERSPEKTIF HUMANISTIS
PERSPEKTIF KOGNITIF
PERSPEKTIF SOSIAL
Page 11
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya
memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah. (Baker, 1999; Stipek,
2002) Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu
bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua dan keinginan untuk
menjalin hubungan dengan guru.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah
perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu
(Uno, 2008). Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik
(Uno, 2008).
a. Motivasi instrinsik
Merupakan motivasi internal untuk melakukan sesuatu karena memang menikmati
kepuasan dalam melakukan tindakan tersebut (Wade & Tavris, 2008). Misalnya,
hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
3. Interest (minat).
b. Motivasi ekstrinsik
Merupakan motivasi untuk mengejar suatu tujuan yang dilakukan akibat imbalan-
imbalan yang bersifat eksternal, seperti uang atau popularitas (Wade & Tavris, 2008).
Page 12
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Misal, penghargaan,lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang
menarik.
1. Atribusi.
2. Mastery motivasi.
3. Self-efficacy.
Ada beberapa indikator atau unsur yang mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar, diantaranya: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil;
(2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik. (Uno, 2008)
Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik saling berhubungan satu sama lain.
Keduanya dapat digunakan untuk mengubah perilaku. Hadiah di kelas dapat berguna.
(Cameron, 2001; Santrock, 2004) Terdapat dua kegunaan hadiah, diantaranya (1) sebagai
insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid,
dan (2) mengandung informasi tentang penguasaan keahlian. Akan tetapi, dalam beberapa
situasi imbalan/hadiah (motivasi ekstrinsik) dapat melemahkan pembelajaran. Imbalan yang
digunakan sebagai insentif menimbulkan persepsi bahwa perilaku murid disebabkan oleh
imbalan eksternal, bukan oleh motivasi dalam diri murid untuk menjadi pandai. (Santrock,
2010)
Hadiah yang mengandung informasi tentang kemampuan murid dapat meningkatkan
motivasi instrinsik dengan cara meningkatkan perasaan bahwa diri mereka kompeten. Akan
tetapi, umpan balik negatif, seperti kritik, yang mengandung informasi bahwa murid tidak
pandai, dapat melemahkan motivasi instrinsik terutama apabila murid meragukan
kemampuan mereka untuk menjadi kompeten (Stipek, 2002; Santrock, 2010).
Judy Cameron (2001) berpendapat bahwa dalam pendidikan adanya keyakinan yang
kuat bahwa hadiah selalu menurunkan motivasi instrinsik murid. Dia menemukan bahwa
hadiah verbal (seperti pujian dan tanggapan positif) dapat dipakai untuk memperkuat
motivasi instrinsik. Dia juga menyimpulkan jika hadiah yang jelas –seperti medali emas dan
Page 13
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
uang– ditawarkan secara mendadak atau diberikan tanpa pmberitahuan terlebih dahulu, maka
motivasi instrinsik akan tetap terjaga. (Santrock, 2010)
Apati Kejemuan
Rendah
Kecemasan Flow
Tinggi
Page 14
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Pada dasarnya motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku
individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari
motivasi dari belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (1) menentukan hal-hal yang dapat
dijadikan penguat belajar; (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; (3)
menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; serta (4) menentukan ketekunan
belajar.
A. TEORI BIOLOGIS
Teori ini berdasarkan kepada teori evolusi-Darwin. Teori ini menekankan pada peran
insting terhadap motivasi. Setiap bayi yang dilahirkan dilengkapi dengan insting bawaan.
Teori ini berpandangan bahwa setiap perilaku pasti melibatkan insting. Setiap manusia
memiliki insting keserakahan, keingintahuan, berkelahi, membina relasi, mempertahankan
keturunan, dan menegaskan diri.
Menurut teori ini, motivasi manusia diarahkan untuk memuaskan insting. Insting
seksual, agresi, keberhasilan, dll sangat terkait dengan genetik. Teori ini lemah dalam
menjelaskan motivasi karena sebagian besar perilaku manusia sangat kompleks dan tidak
cukup dijelaskan hanya dengan berdasarkan insting.
Teori ini menekankan kepada drive dan need. Drive merupakan dorongan yang
disebabkan oleh kebutuhan fisiologis. Analogi sederhana: drive merupakan dorongan untuk
mencari air karena tubuh merasa haus, dorongan menggaruk karena kulit terasa gatal dan
dorongan mencari toilet ketika perut terasa mules.
Page 15
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Need adalah suatu kondisi kekurangan atau kondisi membutuhkan yang mendorong
drive untuk menghilangkan kondisi kekurangan/kebutuhan tersebut. Pada umumnya, need
dan drive saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. Contohnya, tubuh membutuhkan air
(need), individu mencari air untuk diminum (drive). Tetapi dalam kondisi tertentu, terkadang
need dan drive tidak saling terkait. Drive terkadang muncul tanpa adanya need.
Teori ini menyatakan bahwa ketika drive bertambah kuat, individu termotivasi untuk
mereduksi/menghilangkan/mengurangi drive tersebut untuk mencapai kondisi homeostatis.
Teori ini memiliki kelemahan yaitu bahwa terkadang manusia berperilaku bukan semata-
mata karena adanya dorongan untuk mereduksi drive, tetapi untuk hal lain yang sifatnya
diatas drive itu sendiri.
Teori ini dikemukakan oleh David McCleland. Teori ini berfokus pada 3 kebutuhan,
yaitu:
Merupakan kebutuhan untuk berkuasa atas diri sendiri dan orang lain. Tujuan
nPow adalah mempengaruhi, mengontrol, membujuk, mengajak, memimpin, menarik
orang lain, dan untuk menarikkan reputasi pribadi dimata orang lain. Orang dengan
nPow yang tinggi, memperoleh kepuasan dari pencapaian tujuan ini.
Orang dengan nPow tinggi lebih suka menjadi leader dalam kelompok dan
menyukai berhubungan dengan orang-orang yang kurang populer dan mudah
dikontrol, tidak suka diatur dan diperintah. Ia berpikiran bahwa yang berkuasa atas
dirinya sendiri adalah dirinya, bukan orang lain.
Page 16
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
3. Kebutuhan akan relasi (nAff-need for Affiliation)
C. TEORI AGRESI
Secara instingtif, manusia sama seperti hewan yaitu memiliki motivasi agresi, yang
membedakannya hanyalah tujuan dari agresi tersebut. Kita menyerang, melukai, bahkan
saling membunuh dan menghancurkan.
Agresi terbagi menjadi dua bagian, yaitu agresi bermusuhan (hostile-agression) dan
agresi instrumental (instrumental-agression). Agresi bermusuhan merupakan agresi yang
bertujuan untuk melukai. Agresi instrumental merupakan agresi yang bertujuan untuk motif
lain.
Diciptakan oleh Abraham Maslow. Menurut teori ini, pada dasarnya manusia
memiliki 5 jenjang kebutuhan. Kelima jenjang tersebut bersifat hierarkhi dari yang paling
mudah hingga yang sulit dicapai, dan setiap jenjang berkaitan satu sama lain. Motivasi
manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan tiap jenjang tersebut.
Berdasarkan teori ini, satu jenjang kebutuhan harus terpenuhi dahulu untuk dapat
meningkat kepada jenjang berikutnya. Terdapat pro-kontra terhadap teori ini, tetapi teori
hirarki kebutuhan Maslow merupakan teori besar yang menjadi landasan yang banyak
dipakai oleh ilmu-ilmu sosial dalam memahami perilaku manusia.
Page 17
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Gambar 1. Hirarki Piramida Kebutuhan Abraham Maslow
Page 18
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
BAB III
Narasumber pertama adalah Bapak Attim Ilyas selaku guru SD kelas 6 di SDN Tegal
Parang 01 Pagi. Bapak Attim mengatakan bahwa untuk mendorong siswa supaya mau belajar
lebih keras khususnya untuk UN, ia melakukan beberapa cara diantaranya yaitu:
(a) mengadakan pendalaman materi UASBN; (b) memberikan suatu janji bahwa bagi anak
yang mendapatkan nilai 5 tertinggi pada nilai UN diantara teman-temannya ia akan
mendapatkan hadiah (bentuk hadiahnya sengaja disembunyikan); serta (c) sosialisasi kepada
para orang tua siswa 2 (dua) bulan sekali mengenai nilai mid semester, nilai semester, hasil
Try Out UN. TO diadakan 8 kali dengan TO pertama dari sekolah, 2-6 dari Sudin dikdas dan
TO ke 8 dari Dinas.
Bapak Attim melakukan cara-cara tersebut dimulai sejak awal pembelajaran semester
II. Menurut pengamatannya, setelah ia mengungkapkan janjinya, terlihat adanya peningkatan
maupun nilai yang didapat pada siswa. Namun, tidak dapat dipungkiri pula, selama satu
semester tersebut etos belajar siswa tidaklah selalu konstan. “Perubahan etos belajar pasti
terjadi. Ada saatnya siswa akan merasa jenuh dengan pembelajaran yang ada, termasuk try
out UN yang dilaksanakan sebanyak 8 kali. Yang penting perubahan tersebut tidaklah
ekstrem, naik turunnya dorongan, semangat dan etos belajar siswa masih tergolong wajar dan
stabil karena perbedaan nilai yang didapat tidak terlalu jauh,” kata Bapak Attim.
Mengenai proses belajar-mengajar, untuk menangani siswa yang suka membuat
keributan di kelas, pak Attim sudah mengantisipasinya dari awal sebelum pembelajaran
dimulai. Sebelum proses belajar-mengajar dimulai, ia menempatkan siswa yang sekiranya
akan membuat keramaian di bangku paling depan.
Page 19
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Untuk menjaga agar siswa tetap belajar di rumah, ia mengaku selalu memberikan PR
(pekerjaan rumah). Ia menerapkan sistem hukuman bagi murid yang tidak mengerjakan PR-
nya. Ia menghukum siswa dengan menyuruh untuk mengerjakan tugasnya diluar kelas dan
tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran selama tugasnya belum selesai. Ketika murid dapat
menyelesaikan tugasnya lebih awal (saat pembelajaran masih berlangsung), ia menyuruh
siswanya untuk mengoreksi tugasnya sendiri di papan tulis (di depan kelas).
Menurutnya, hukuman seperti itu lebih efektif untuk mengubah perilaku siswa
dibandingkan dengan hukuman yang sebelumnya diberlakukan, yakni membersihkan toilet
ataupun berdiri di depan kelas. “Hukuman yang bersifat fisik tidaklah efektif, karena tidak
akan menimbulkan efek jera. Dan hukuman akan terasa lebih efektif jika diberikan secara
langsung ketika siswa berperilaku menyimpang –nakal. Konsekuensi yang saya terapkan
cukup membuat siswa paham dan terbukti jarang sekali siwa mengulangi kesalahannya
berulang-ulang kali,” tutur pak Attim.
Narasumber kedua ialah guru SD kelas 6 SD Negeri Tegal Parang 01 Pagi bernama
Ibu Sriyati. Ia mengatakan bahwa supaya siswa mau belajar lebih giat khususnya untuk Ujian
Nasional, upaya yang ia lakukan adalah dengan memberi nasihat bahwa masa depan itu
membutuhkan pendidikan yang bagus, menggambarkan kehidupan yang akan datang, dll. Ia
selalu menekankan hal tersebut pada siswa-siswinya dimulai awal pembelajaran kelas 6, tidak
hanya ketika akan dilaksanakan Ujian Nasional.
Ibu Sriyati mengaku bahwa ada perubahan perilaku yang positif pada siswa-nya
setelah ia memberikan nasihat, meskipun perubahan etos belajar tidak selalu tetap. Untuk
menjaga agar siswa tetap belajar, ia selalu memberikan PR (Pekerjaan Rumah) setiap harinya
walaupun hanya 3 atau 5 nomor saja. Ia berpendapat bahwa tugas itu tidak perlu banyak,
akan tetapi yang penting adalah bagaimana caranya agar paham dan rutin membuka kembali
pelajaran yang telah dipelajari.
Ketika ada siswa yang tidak mengerjakan PR-nya, ibu Sriyati akan memberikan
konsekuensi sesuai dengan jumlah berapa kali siswa tersebut tidak mengerjakan PR. Ada
beberapa tahapan konsekuensi yang ia terapkan, diantaranya: (1) Memberi anak peringatan
dan menyuruhnya mengerjakan tugas di depan kelas sampai selesai; (2) Memberikan
peringatan kedua dan masih menyuruhnya mengerjakan tugas di depan kelas sampai selesai;
Page 20
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
serta (3) Memanggil orang tuanya untuk datang ke sekolah untuk membicarakan perilaku
siswa bersangkutan.
Saat proses belajar-mengajar berlangsung, jika ada siswa yang membuat keributan
dan mengganggu proses pembelajaran, ia akan langsung memberikan siswa tersebut
pertanyaan menyangkut pelajaran yang sedang dipelajari. Setelah siswa tersebut dapat/tidak
dapat menjawab, ia akan langsung memberitahu alasan mengapa iamemberi pertanyaan
(tidak memperhatikan).
Menurut ibu Sriyati, hukuman yang efektif merupakan hukuman yang mendidik.
Hukuman fisik –seperti menyuruh lari mengelilingi lapangan sekolah– tidaklah efektif.
Hukuman fisik hanya akan merugikan siswa karena siswa tersebut akan ketinggalan
pelajaran.
Ketika siswa mendapat nilai bagus saat try out UN, ia selalu langsung memberikan
siswa tersebut pujian dan memberikan dorongan semangat untuk tetap mempertahankan dan
meningkatkan prestasinya. Begitu juga ketika ada siswa yang mendapat nilai dibawah rata-
rata dalam try out, ia juga memberikan dorongan semangat agar siswa tersebut belajar lebih
giat lagi.
Page 21
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
tugas di tengah lapangan. Ada pengakuan dari beberapa siswa yang sering dihukum bahwa
hukuman tersebut tidaklah membuat mereka kapok/jera.
Wawancara dilakukan terhadap 3 orang orang tua siswa kelas 6 SDN Tegal Parang 01
Pagi. Pada umumnya orang tua siswa merasa cemas karena anaknya akan menghadapi Ujian
Nasional (UN). Untuk mendorong anak-anaknya agar tetap belajar, 1 (satu) diantara 3 (dua)
orang tua mengatakan bahwa ia menjanjikan akan memberikan sesuatu yang diminta anaknya
asalkan anaknya tersebut lulus. Akan tetapi, 2 (dua) orang tua mengatakan bahwa mereka
tidak pernah menjanjikan sesuatu apapun pada anaknya melainkan memberikan nasihat,
gambaran dan paparan tentang masa depan.
Terdapat perubahan pada sikap anak terhadap stimulus yang diberikan oleh orang tua
meskipun tidak terlalu signifikan. 2 (dua) dari 3 (tiga) orang tua mengatakan bahwa etos
belajar anak naik turun, adakalanya mereka terlihat bersemangat dan ada kalanya mereka
terlihat seperti jenuh.
Semua narasumber juga menyebutkan bahwa mereka selalu mengikuti perkembangan
anak termasuk mengetahui semua nilai Try out UN anak-anaknya. Setiap anaknya tersebut
mendapat nilai baik, mereka selalu memuji pencapaian nilai anaknya tersebut. Meskipun
begitu, mereka tetap memberikan nasihat bahwa anak harus tetap mempertahankan dan
meningkatkan prestasinya. Adapun ketika anak mendapat nilai dibawah rata-rata mereka
mengaku tidak pernah memberikan hukuman apapun kepada anakanya. Mereka merasa tidak
tega jika harus menghukum anaknya. Akan tetapi 1 (satu) diantaranya mengatakan bahwa
jika anaknya mendapat nilai jelek, ia hanya berani untuk memberikan omelan pada anaknya
dengan maksud agar anak mau belajar karena ia tidak mau ibunya terus-terusan mengomel.
Ketiga orang tua siswa tersebut berpendapat bahwa hukuman hanya mengubah
perilaku anak secara sementara saja. Lagi pula, ketiga orang tua siswa tersebut mengaku
bahwa mereka tidak tega jika memberikan hukuman pada anaknya. Satu diantara ketiga
orang tua mengungkapkan bahwa ia pernah hendak menghukum anaknya dengan tidak
memberikan uang jajan selama satu hari, tetapi hukuman tersebut tidak jadi diberikan karena
ia tidak tega memberikan hukuman tersebut.
Page 22
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
3.1.5 OBSERVASI
1. Penerapan reinforcement
2. Penerapan punishment
Page 23
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Punishment positif Ketika ada salah seorang Siswa yang menjadi
siswa yang nakal (membuat pembanding menjadi
keributan di kelas), guru lebih fokus dan siswa
langsung yang dibandingkan
membandingkannya dengan menjadi agak diam
salah seorang siswanya yang dan tidak gaduh.
diam mengerjakan tugas dan
pintar di kelas
Page 24
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
dapat menjawab pertanyaan memperhatikan.
yang diajukan oleh gurunya,
gurunya berkata ”makanya
perhatikan..”
Page 25
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa
reinforcement dan punishment secara langsung atau tidak langsung memang terlibat dalam
proses belajar-mengajar. Dimulai dengan Bapak Attim yang menjanjikan bahwa ia akan
memberikan suatu hadiah kepada 5 (lima) orang anak yang nantinya mendapatkan nilai Ujian
Nasional tertinggi diantara teman-teman yang lainnya. Janji akan memberikan hadiah
tersebut dapat dikatakan sebagai reinforcement. Selain itu, pak Attim juga menerapkan
punishment pada siswa-siswinya, yakni tidak memperbolehkan siswa yang tidak mengerjakan
PR-nya di rumah untuk mengikuti pembelajaran saat siswa bersangkutans belum selesai
mengerjakan PR yang tidak dikerjakannya.
Begitu pula pada Ibu Sriyati, secara langsung ataupun tidak langsung ia melibatkan
sistem reinforcement dan punishment dalam kegiatan belajar-mengajarnya. Sebagai contoh
reinforcement yang ia berikan ialah pujian. Ia selalu memberikan pujian setiap kali ada
muridnya yang mendapat nilai bagus, khususnya pada nilai try out Ujian Nasional.
Punishment yang ia terapkan misalnya berupa memberikan pertanyaan menyangkut topik
pelajaran yang sedang dipelajari pada anak yang tidak memperhatikan saat kegiatan belajar-
mengajar berlangsung.
19 orang dari 33 orang siswa kelas 6 yang diwawancara dijanjikan akan diberikan
hadiah (reinforcement) oleh ibunya –seperti handphone, PSP, komputer, dll– jika mereka
mendapatkan nilai Ujian Nasional yang bagus dan dapat lolos masuk ke SMP (Sekolah
Menengah Pertama) Negeri. Mereka juga mengakui bahwa di sekolah terdapat hukuman yang
diterapkan oleh guru-gurunya, misalnya hukuman lari mengelilingi lapangan sekolah
sebanyak 5 (lima) kali ataupun menulis kalimat “Saya berjanji tidak akan mengulanginya
lagi…” sebanyak 100-200 kali bagi anak yang tidak mengerjakan PR.
Page 26
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Ketiga orang tua siswa yang menjadi narasumber wawancara pun secara tidak
langsung mereka menggunakan sistem reinforcement. Satu orang diantaranya mengakui
bahwa ia menjanjikan akan memberikan sesuatu yang diinginkan anaknya jika anaknya lulus
pada Ujian Nasional. Ketiga orang tua tersebut selalu memperhatikan nilai hasil encapaian
belajar anaknya. Misalnya saja pada nilai try out, mereka mengaku bahwa mereka
memberikan anaknya pujian ketika anaknya mendapat nilai bagus. Sedangkan hanya satu
diantara ketiga orang tua tersebut yang mengaku akan mengomel jika anaknya mendapatkan
nilai dibawah rata-rata pada saat try out. Sedangkan mengenai punishment, ketiga orang tua
siswa mengaku tidak tega jika mereka memberikan anaknya hukuman.
Berdasarkan hasil wawancara dan motivasi pula, semua narasumber baik guru, orang
tua dan murid berpendapat bahwa hukuman tidaklah efektif digunakan untuk mengubah
perilaku. Salah satu murid yang notabene-nya sering mendapat hukuman mengaku bahwa ia
merasa tidak jera/kapok dengan hukuman, misalnya hukuman lari mengelilingi lapangan
sebanyak 3-5 kali ataupun menulis “Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi” sebanyak
100-200 kali.
4.1.2 MOTIVASI
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, murid SDN Tegal Parang 01 Pagi ini
lebih termasuk pada perspektif behavioral. Hal ini dikarenakan motivasi siswa ditentukan
oleh luar dirinya/lingkungan, baik berupa imbalan ataupun hukuman. Motivasi instrinsik
siswa –seperti meraih cita-cita– ditingkatkan dengan nasihat dan dorongan semangat dari
guru ataupun orang tua. Contohnya, gambaran masa depan yang disampaikan oleh Ibu
Sriyati. Motivasi ekstrinsik siswa ditingkatkan oleh hadiah-hadiah yang dijanjikan oleh guru
dan orang tuanya. Selain itu, harapan-harapan yang disampaikan oleh guru dan orang tuanya
juga ikut andil dalam motivasi ekstrinsik, yakni harapan guru-gurunya agar murid lulus dan
harapan orang tua yang juga menginginkan anaknya lulus dan dapat masuk ke SMP Negeri.
Page 27
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
Berdasarkan teori motivasi drive-reduction theory, dapat dikatakan bahwa yang
menjadi need motivasi instrinsik pada murid ialah cita-cita dan masa depan yang hendak
diraih, sedangkan yang menjadi need motivasi ekstrinsiknya yaitu harapan guru dan orang tua
yang menginginkan anaknya lulus dengan nilai bagus dan dapat lolos masuk ke SMP Negeri.
Dengan adanya need tersebut, anak menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat agar dapat
memenuhi need tersebut.
Page 28
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
a. Guru dan orang tua lebih banyak mengembangkan reinforcement berupa penghargaan
secara verbal (pujian), seperti “Hebat,””Subhanallah, bagus sekali nilainya.”
b. Guru dan orang tua lebih meningkatkan dan mengembangkan motivasi instrinsik
siswa.
c. Lebih mendekatkan hubungan antara guru, orang tua siswa dan siswa.
Page 29
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
d. Guru dan orang tua memberikan pengertian pada anak bahwa Ujian Nasional
bukanlah suatu tujuan, melainkan hanya merupakan jalan menuju tujuan/cita-cita
yang dimilikinya.
Page 30
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina
DAFTAR PUSTAKA
Tavris, Carol & Wade, Carole. 2007.Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Uno, Dr. H. Hamzah B. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ant. (21 Maret 2010). Cemas Hadapi UN, Doa Empat Kali. Diakses dalam
bataviase.co.id/node/138909 pada tanggal 15 April 2010
Majid, Nur Cholis. (18 September 2008). Sistem Reward dan Punishment dalam
Meningkatkan Sumber Daya Manusia. Diakses dalam myhmplibra.blogspot.com/ pada
tanggal 21 April 2010
Majid, Nur Cholis. (18 September 2008). Peningkatan Mutu SDM Pendidikan.
Diakses dalam myhmplibra.blogspot.com/ pada tanggal 21 April 2010
Page 31
Anggi Mustika_Psikologi
Universitas Paramadina