Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian K3 :
Dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) atau yang dikenal dengan istilah occupational
safety and health (OSH) yang di gabung dengan lingkungan ( environment ) sehingga menjadi OHSE ,
terdapat beberapa pengertian dasar seperti :
Keselamatan ( safety ) merupakan suatu kondisi bebas dari cedera atau bahaya atau perasaan
takut akan terjadi kecelakaan, cedera maupun resiko bahaya.
Kesehatan ( health ) merupakan suatu kondisi sehat secara fisik maupun mental ataupun social.
Kesehatan kerja biasa nya menyangkut berbagai ancaman terhadap kesehatan pekerja yang
bekerja pada tempat atau lingkungan kerja dimana perusahaan berada.
Lingkungan (environment) adalah suatu keadaan sekeliling tempat kerja atau organisasi atau
perusahaan bersangkutan beroperasi
Kecelakaan kerja ( occupational accident ) dan Penyakit akibat kerja (occupational disease ) dan
atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan ( walk related disease ) menelan korban
berupa jiwa , kerugian , materi , baik bagi pekerja maupun pengusaha atau perusahaan dan
kemungkinan akan merusak lingkungan
K3 merupakan perlindungan agar tenaga kerja orang lain atau pun perusahaan di tempat kerja
selamat dan sehat serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efesien
Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap , dimana
tenaga kerja bekerja atau sering di masuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. Tetapi karena
sekarang kita membahas tentang K3 di wilayah Kampus POLBAN(Politeknik Negeri Bandung), maka
pengertian Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap ,
dimana para mahasiswa bekerja/melakukan praktek atau sering di masuki mahasiswa untuk keperluan
pembelajaran mata kuliah yg dijalani.
Yang dimaksud tempat kerja ialah semua ruangan , lapangan, halaman dan sekeliling ny yang merupakan
bagian2 atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
1
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi
peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan .
Ruang lingkup program k3 sangat mengarah kan baik pekerja maupun perusahaan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, aman, sejahtera dan produktif melalui upaya peningkatan keselamatan
tenaga kerja yang diserasikan dengan kondisi lingkungan secara umum agar bisa meminimalisir
kecelakaan yang mungkin terjadi dan ruang lingkup K3 menurut pokok bahasan saat ini adalah Bengkel
Permesinan POLBAN.
Unsur kegiatan kerja dari suatu system operasional yang berinteraksi dengan lingkungan dan
akan berpengaruh langsung bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
Unsur unsur yang berpotensi memiliki dampak terhadap setiap perubahan lingkungan
keselamatan dan kesehatan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan baik secara
keseluruhan maupun sebagian .
2
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja timbul karena aktifitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan/tempat kerja
K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses industrialisasi,
terutama dalam mewujudkan kesejahteraan pekerja.
Pada tahun 1760 sebelum Masehi, Raja Hammurabi, yang merupakan pendiri Dinasti Babylonia,
menyusun kumpulan undang-undang dan peraturan yang kemudian disebut Kode Hammurabi. Kode ini,
telah diterima oleh raja dari dewa matahari, Shamash, yang memberikan prosedur mengenai hak-hak
milik, hak perorangan, dan hutang-piutang. Kode ini dibuat antara lain untuk mengatur kerusakan yang
disebabkan oleh pengabaian dalam berbagai perdagangan. Sebagai contoh, ini mengatur mengenai hal
berikut :
” Jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang dan tidak membangunnya secara tepat,
kemudian rumah tersebut runtuh dan menewaskan pemiliknya, maka pembangun harus dihukum mati.
Jika pembuat kapal membuat perahu untuk seseorang dan tidak membuatnya dengan kuat, jika selama
tahun yang sama perahu tersebut rusak, maka pembuat kapal harus memperbaikinya dengan biayanya
sendiri. Kapal yang telah diperbaiki tersebut harus diberikan kepada pemiliknya”.
Mungkin kutipan di atas tidak sesuai dengan judul makalah ini. Namun dari kutipan tersebut,
dapat kita pahami bahwa hal tersebut di atas merupakan sejarah lahirnya SK3 di dunia. Maksudnya,
3
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
ternyata SK3 sudah ada dan di terapkan sejak zaman dahulu. Tak hanya itu, SK3 juga mencakup berbagai
aspek kehidupan baik politik, sosial dan budaya, industri, iptek dan lain-lain.
Tapi kenyataan di lapangan sangat berbeda. Sistem ini, seakan diabaikan oleh semua pihak, baik
oleh kaum intelegent, pengusaha, dan khalayak ramai. Pada hal ini khususnya masyarakat umum banyak
yang tidak tahu mengenai keberadaan SK3 di sekelilingnya. Dampaknya, banyak sekali kecelakaan-
kecelakaan yang terjadi di masyarakat dan industry karena kita tidak tahu tentang pentingnya penerapan
SK3.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2). Pekerjaan yang layak bagi
kemanusiaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
sehingga pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Berdasarkan ketentuan tersebut, telah diterbitkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, antara lain mengatur tentang perlindungan tenaga kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai agama.
Selanjutnya, UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, sebagai pengganti undang-undang
keselamatan yang diterbitkan di zaman Hindia Belanda pada tahun 1910 yang dikenal dengan singkatan
VR yaitu “Veilegheids Reglement”. Undang-undang No. 1 tahun 1970 lebih bersifat preventif dibanding
dengan VR yang bersifat represif.
Ruang lingkup keselamatan kerja yang diatur dalam UU No. 1 tahun 1970 mencakup keselamatan
kerja di semua tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara
di wilayah negara Republik Indonesia.
Karena itu sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berada di
tempat kerja harus dikendalikan melalui penerapan syarat keselamatan dan kesehatan kerja sejak tahap
perencanaan, proses produksi, pemeliharaan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasaran,
pemakaian, penyimpanan, pembongkaran dan pemusnahan bahan, barang produk teknis dan alat produksi
yang mendukung dan dapat menimbulkan bahaya dan kecelakaan.
4
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Berdasarkan penelitian, hanya 46% dari 4000 respoden yang memahami tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang dilakukan badan peninjau kelengkapan Politeknik
se-kota Bandung tentang K3, 42% tidak sesuai dengan standart
umum yang ada. Dilain pihak kecelakaan kerja yang terjadi di pabrik kebanyakan dari
lulusan SMK termasuk juga Politeknik. Hal ini membuktikan kalau fasilitas K3 di laboratorium
permesinan masih kurang diperhatikan. . Mengacu
pada masalah diatas maka tujuan pembuatan buku panduan ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana
fasilitas K3 pada laboratorium pemesinan di Politeknik Negeri Bandung ditinjau dari
perlindungan bahaya kebakaran, perlindungan bahaya listrik, dan kondisi lingkungan
kerja.
Rancangan yang di gunakan dalam mengetahui kecelakaan di lab permesinan disini sangat
deskriptif , dimana sedikit sekali yang memperhatikan safety first keselamatan kerja di
laboratorium permesinan, contoh pada saat menggerinda pada mesin gerinda banyak sekali
mahasiswa yang tidak memperhatikan hand safety nya sendiri dengan menggerinda benda kerja
secara over heating yang mengakibat kan tangan melepuh dan membengkak, itu hanya sebagian
contoh kecil yang seharus nya bisa di hindari dengan cara menggerinda step by step apabila
benda panas celupkan kedalam bromus. Dari contoh contoh kecil itu lah yang harus sangat di
perhatikan jika tidak, bisa saja menimbulkan kecelakaan yang lebih berbahaya dan tidak di ingin
kan.Jika di tinjau lebih riskan lagi meliputi: jumlah pemadam kebakaran,
penempatannya, pemberian symbol untuk bahan yang mudah terbakar, tempat
penyimpanannya serta tanda bahaya jika terjadi kebakaran. Perlindungan bahaya listrik
16% yang harus diperbaiki meliputi: pengadaan alat perlindungan dari kontak listrik serta
penggunaan alat penurun tegangan pada las listrik. Untuk kondisi lingkungan kerja 20%
yang perlu perhatian meliputi: ventilasi udara, akustik, ukuran ruangan, pengadaan
ruangan, dan sarana informasi keselematan dan kesehatan kerja (K3).
5
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Karena saat ini OHSAS 18000 sudah dikenal memiliki struktur hampir sama dengan ISO 14001 :
1996, maka akan lebih mudah untuk diintegrasikan dengan ISO 14000dan ISO 9000 dan sistem
audit nya pun hampir sama pula.
PERMENAKER 05/MEN/1996 merupakan salah satu jenis yang sama yang telah di kembangkan
di indonesia dengan nama Sistem ManajemenK-3 , walaupun ada sedikitperbedaan dengan
OHSAS 18000 dimana PERMENAKER 05.MEN/1996 membagi jumlah/jenis elemen untuk jenis
perusahaan tergantung pada besar kecil nya perusahaan itu sendiri, sehingga dalam penerpannya
terbagi menjadi :
1. Perusahaan kecil dengan tingkat resiko rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria
2. Perusahaan sedang dengan tingkat resiko menengah harus menerapkan sejumlah 122 kriteria
3. Perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan 166 kriteria
Sedangkan OHSAS 18000 emnsyaratkan pemberlakuan untuk semua jenis organisasi dengan
tidak melihat besar kecilnya jenis perusahaan.
Dengan demikian penerapan Sistem Manajemen K-3 dan lingkungan perlu dilakukan secara
berkesinambungan , maka tahap demi tahap dalam proses penerapannya perlu disesuaikan dengan
siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) dengan siklus sperti gambar berikut:
6
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
7
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Peraturan Menteri No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Peraturan Perundangan lainnya yang berkaitan dengan Peraturan menteri tersebut
Semua unsure atau elemen system dalam kegiatan organisasi yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan dan berpengaruh langsung terhadap keselamatn dan kesehatan kerja tenaga kerja,
sehingga berdampak pada setiap perubahan terhadap lingkungan, keselamatan dan kesehatan
kerja.
Dalam proses evaluasi nya perlu dipertimbangkan ; dampak terhadap tenaga kerja , factor
hokum , kerugian – kerugian secara ekonomi , frekuensi kejadian, kemampuan personil dll.
2.5 Implementasi
8
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
b. Tahap Pengembangan dan penerapan , tahap ini berisikan langkah yang harus dilakukan organisai
dengan melibat kan seluruh elemen organisasi, baik pada saat penyuluhan, kegiatan audit maupun
dalam pemeliharaan dan perbaikannya .
9
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
KOMITMEN K3, adalah totalitas , pandangan , sikap, ucapan dan tindakan dengan tujuan mendukung
keberhasilan penerpan K3.
Wujud Komitmen K3 :
1. Sikap dan ucapan serta tindakan Pimpinan Perusahaan pada setiap kesempatan selalu mengaitkan
dengan k3.
2. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menetukan
3. Memberi anggaran K3 yang cukup
4. Menyiapkan SDM yang tangguh.
Kebijakan K3:
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari komitmen k3 , dan dalam bentuk tertulis serta di tanda
tangani pimpinan tertinggi di perusahaan tersebut
Kebijakan k3 mencakup:
Perusahaan menerapkan prinsip-prinsip k3 dalam menjalan kan operasi nya
Memandang manusia sebagai aset perusahaan yang harus di jaga dan dipelihara di
samping asset perusahaan lainnya
Mematuhi setiap peraturan dan ketentuan k3
Dimana factor yang terkait dengan social dan keorganisasian di antaranya karakteristik Laboratorium,
training, pengawasan, pengupahan, dan lingkungan social.
10
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Karakter Perusahaan
Mesin Training
Atitude , Sifat , Karakteristik
Peralatan Kerja Pengawasan
fisik, minat, motivasi, jenis
Material Pengupahan
kelamin , pendidikan
Lingkungan Fisik Lingk. sosial
Metoda
Tata Cara
Peraturan
11
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
2.8 Organisasai K3
Ketrampilan yang diperlukan untuk mengelola usaha keselamatan dan kesehatan dalam suatu
organisasi tergantung pada banyak faktor. Bahaya dan resiko apa yang ada dalam organisasi? Jenis
teknologi apa yang menjalankan organisasi? Apakah pekerjaan memerlukan profesional manajemen
keselamatan dan kesehatan? Apakah memerlukan ketrampilan untuk mempengaruhi manajer operasi?
Apakah memerlukan ketrampilan teknis untuk masukan pada rancangan peralatan dan fasilitas? Apakah
masalah interpretasi legal diperlukan dalam pekerjaan ini?
Pada masa lalu, beberapa orang mempertimbangkan cara keselamatan secara sederhana sebagai
mengikuti akal sehat. Pada saat ini, safety dapat dengan mudah diamati pada situasi dimana koreksi
terlihat jelas. Usaha awal pada safety juga mencakup safety contest, safety slogans, dan safety poster. Ini
memberikan usaha awal bahwa keselamatan dan kesehatan adalah suatu permainan dan bahwa setiap
orang dapat melakukannya. Kemudian muncul tiga "E” dalam bidang safety : engineering, education,
dan enforcement.
Beberapa orang menambahkan E yang kelima : enthusiasm. Menerapkan elemen-elemen ini akan
memecahkan banyak permasalahan safety. Kita sekarang tahu bahwa terdapat pendekatan sederhana
untuk menetapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan yang kokoh.
Para praktisi keselamatan dan kesehatan saat ini harus menghadapi dan memecahkan berbagai masalah
rumit dengan peralatan yang baru dan lebih efektif. Ketrampilan yang diperlukan untuk menerapkan
peralatan ini sekarang dikenal sebagai multifaceted. Beberapa sertifikasi profesional telah muncul.
American Industrial Hygiene Association telah mengadopsi beberapa code yang mengatur para
anggotanya. Mereka mempersyaratkan bahwa anggotanya “melakukan profesinya mengikuti prinsip-
prinsip ilmiah yang dikenal dengan realisasinya bahwa kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan manusia
tergantung pada ketetapan profesional mereka....”
Demikian juga, American Society of Safety Engineers mempunyai kode etik dan mengizinkan
sertifikasi bahwa seseorang mempunyai bachelor degree dalam bidang safety dari institusi yang
terakreditasi (atau pilihan lainnya), mempunyai empat tahun pekerjaan safety, memenuhi kriteria
pemilihan dan lulus ujian Safety Fundamentals and Comprehensive Practice. Mereka menggambarkan
profesional safety sebagai “seorang yang terlibat dalam pencegahan kecelakaan, insiden dan kejadian
yang membahayakan manusia, property atau lingkungan. Mereka menggunakan analisa kuantitatif dan
kualitatif terhadap produk yang sederhana dan kompleks, system, operasi dan kegiatan untuk
mengidentifikasi bahaya.... Selain pengetahuan yang luas mengenai bahaya, pengendalian dan metode
assessment, profesional safety harus mempunyai pengetahuan mengenai fisika, kimia, biologi dan ilmu
perilaku, matematika, bisnis, pelatihan dan teknik pendidikan, konsep engineering, dan jenis-jenis operasi
khusus...”
Derajat praktisi keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu untuk menyusun dan menerapkan semua
ketrampilan ini tentunya tergantung pada sifat bahaya dan pekerjaan dalam organisasi. Corporate
downsizing telah mendorong praktisi safety menjadi kurang sebagai pelaksana dan lebih menjadi
pendorong. Ini memerlukan penerapan ketrampilan fasilitasi, advokasi dan menjadi tim atau group leader.
12
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Bahaya dengan kecenderungan ini adalah potensi dilusi dan/atau disolusi dari praktek profesional
keselamatan dan kesehatan. Apakah ini tampaknya akan dipertimbangkan sebagai pendekatan manajemen
dengan cara profesional lain seperti biologi, akuntansi atau engineering?
Pada beberapa organisasi, Corporate CEO menempatkan diri sebagai pejabat kepala safety. Dalam kasus
ini, gaya manajemen telah muncul pada titik dimana ini diketahui bahwa safety dimulai dari puncak.
Organisasi besar mempunyai Senior Vice President Health Safety and Environment dengan staf
profesional kesehatan dan keselamatan yang bekerja secara sentral atau secara tidak langsung melalui lini
organisasi. Pada banyak perusahaan kecil atau menengah, personel yang menangani masalah keselamatan
dan kesehatan memakai berbagai topi seperti sumber daya manusia atau manajemen fasilitas. Pemikiran
organisasional yang muncul mempunyai keselamatan dan kesehatan yang terintegrasi dalam unit bisnis
strategis dimana semua keperluan organisasi tersedia dalam kelompok. Beberapa orang menambahkan hal
ini dengan meletakkan matriks kecil yang tersentralisasi dari ahli-ahli fungsional.
Sebagian besar ahli organisasional akan menyarankan bahwa keselamatan dan kesehatan perlu untuk
sepenuhnya dihubungkan dengan aspek-aspek lain dari struktur organisasi. Menetapkan fungsi
keselamatan dan kesehatan yang tersentralisasi secara kuat yang bekerja mengatur secara top-down jelas
tidak masuk akal untuk suatu organisasi yang bekerja secara desentralisasi.
Dalam beberapa kasus, dimanapun kesehatan dan keselamatan ditempatkan dalam struktur, dengan
maksud untuk keberhasilannya, kegiatan keselamatan dan kesehatan harus sepenuhnya dihubungkan
dengan tujuan bisnis dari organisasi. Usaha kesehatan dan keselamatan harus memberikan nilai bisnis
yang jelas dan dapat diukur. Diskusi dengan bagian-bagian kunci dari organisasi utnuk menentukan misi
bersama dengan tujuan keselamatan dan kesehatan merupakan langkah pertama yang baik dalam
penyelarasan ini. Menyediakan saran keselamatan dan kesehatan secara masuk akal dan profesional ke
atas dan ke bawah dalam organisasi merupakan langkah selanjutnya untuk usaha yang berhasil serta
bernilai.
Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan antara fungsi dan tugas
dari tiap – tiap bagian dalam suatu organisasi. Struktur organisasi k3 dapat dikategorikan sebagai berikut :
Secara umum struktur organisasi departemen K3 dapat dilihat pada gambar berikut :
13
l
p
e
s
o
n
t
w
a
r
K
D
P
m
u
i
b
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
t
i
o
l
n
s
r
t
b
u
p
k
e
g
a
d
u
M
B
S
T
G
h
e
r
S
GTools
M Per
Tek Kepal
D
er aw
os at
haping
Bub
udang
l abor
m
enan
illing
rt
a
inda
e
nis
es
orni
i
ato
uti
um
Gambar 2.4 struktur organisasi k3 lab.Permesinan
Berikut nama – nama yang dosen maupun teknisi yang terlibat dalam struktur organisasi K3 di
Laboratorium Permesinan Politeknik Negeri Bandung:
14
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Keterangan :
1.
2.
3.
4. ML = Milling
Gambar 2.5 bagan dosen dan teknisi di permesinan
Note: Nama nama dosen pengajar yang penulis buat disini adalah nama-nama dosen tingkat I ,
karena penulis sendiri masih berada pada tingkat I
Kepala Laboratorium
K
ose
l abo
Merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang mengelola dan mengambil
keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas divisinya, khususnya dalam hal
penanganan keselamatan dan kesehatan kerja di permesinan
Dosen Laboratorium
15
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Sebagai mengarahkan, membagi, mengawasi dan memberi penilaian setiap pekerjaan yang
dibebankan kepada tiap pelaksana.
Teknisi
Merupakan pekerja level terakhir yang bertugas menjalankan kegiatan untuk menjalankan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium Tersebut .
KETUA JURUSAN
TEKNIK MESIN
Majelis Jurusan
SEK. JURUSAN
Management Representative
16
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
semester yang akan berjalan. Disamping Jadwal Praktikum seorang kepala Laboratorium juga
harus membuat detail keperluan INTERN Laboratorium seperti;
17
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
L ay O ut
BR R o llin g d o o r
KOM PRESO R
F4 F4 F4 F4 K b
GUDANG
b B ahan
F3 F3 F3 F3 b b
G ENSET
T o o l S to r e
GUDANG
A la t
mi R .D O S E N
gd GUDANG
gd
R .T E O R I
gf Gf EDM W C1
K e la s R . D osen
W C2
R . D osen gp gp gp gp
2.10 UUD k3
TENTANG
18
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
KESELAMATAN KERJA
Menimbang :
a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;
b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya;
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma
perlindungan kerja;
e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi;
Mengingat :
2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran
Negara No. 2912);
MEMUTUSKAN :
BAB I.
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
(1) “tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana
19
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
(2) “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri;
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan
untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan
(b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
(4) “direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-
undang ini;
(5) “pegawai pengawas” ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja;
(6) “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
BAB II.
RUANG LINGKUP
Pasal 2.
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, mekanik. perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau
barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuh tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
20
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau
hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-
batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di
permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan
alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau
air;
r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan,
instalasi listrik atau
(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau lapangan-
lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan atau yang
berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).
BAB III.
Pasal 3.
21
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan,
infeksi dan penularan;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di
kemudian hari.
Pasal 4.
22
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan
dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang
disusun secara teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau
pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi
guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan
keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2) :
dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat
keselamatan tersebut.
BAB IV.
PENGAWASAN
Pasal 5.
a. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
b.Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan
Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 6.
(1) Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding
kepada Panitia Banding.
(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pasal 7.
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut
ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8.
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan padanya.
23
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara
berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
BAB V.
PEMBINAAN.
Pasal 9.
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga
kerja tersebut telah memahami syaratsyarat tersebut di atas.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
BAB VI.
Pasal 10.
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja-sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau
24
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII.
KECELAKAAN.
Pasal 11.
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur
dengan peraturan perundangan.
BAB VIII.
Pasal 12.
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan
kerja;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-
alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IX.
Pasal 13.
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja
dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
25
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
BAB X.
KEWAJIBAN PENGURUS.
Pasal 14.
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja
yang diwajibkan, sehelai Undang - undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.
BAB XI.
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP.
Pasal 15.
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran
peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah).
Pasal 16.
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang ini
mulai berlaku wajib mengusahakan di didalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku,
untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 17.
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum
dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini
mulai berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.
26
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Pasal 18.
Undang-undang ini disebut “UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA” dan mulai berlaku pada
hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
SOEHARTO.
Jenderal T.N.I.
ALAMSJAH
PENJELASAN
ATAS
27
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
TENTANG
KESELAMATAN KERJA.
PENJELASAN UMUM
Veiligheidsreglement yang ada sekarang dan berlaku mulai 1910 (Stbl. No. 406) dan semenjak itu di
sana-sini mengalami perobahan mengenai soal-soal yang tidak begitu berarti, ternyata dalam banyak hal
sudah terbelakang dan perlu diperbaharui sesuai dengan perkembangan peraturan perlindungan tenaga
kerja lainnya dan perkembangan serta kemajuan teknik, teknologi dan industrialisasi di Negara kita
dewasa ini dan untuk selanjutnya. Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang
serba pesik banyak dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak diolah dan dipergunakan,
sedangkan mekanisasi dan elektrifikasi diperluas di mana-mana.
Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal
berlangsung pulalah peningkatan intensitet kerja operasionil dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini
memerlukan pengerahan tenaga secara intensief pula dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan
hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab
terjadinya kecelakaan.
Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawatpesawat dan sebagainya yang
serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya
pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan
penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah difahami perlu adanya pengetahuan keselamatan kerja dan
kesehatan kerja yang maju dan tepat.
Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang merupakan
faktor sangat penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga-kerja
yang bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan
produktivitas kerja.
Dalam Undang-undang ini diadakan perobahan prinsipiil dengan merobahnya menjadi lebih diarahkan
pada sifat preventief.
Dalam praktek dan pengalaman dirasakan perlu adanya pengaturan yang baik sebelum perusahaan-
perusahaan, pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel didirikan, karena amatlah sukar untuk merobah atau
merombak kembali apa yang telah dibangun dan terpasang di dalamnya guna memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja yang bersangkutan.
Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang lama, banyak mendapatkan perobahan-perobahan yang
penting, baik dalam isi, maupun bentuk dan sistimatikanya. Pembaruan dan perluasannya adalah
mengenai :
28
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
5. Tambahan pengaturan pembinaan Keselamatan Kerja bagi management dan Tenaga Kerja.
6. Tambahan pengaturan mendirikan Panitya Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
Pasal 1.
Ayat (1).
Dengan perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya Undang undang ini jelas ditentukan oleh tiga unsur:
Tidak selalu tenaga kerja harus sehari-hari bekerja dalam sesuatu tempat kerja. Sering pula mereka untuk
waktu-waktu tertentu harus memasuki ruangan-ruangan untuk mengontrol, menyetel, menjalankan
instalasi-instalasi, setelah mana mereka keluar dan bekerja selanjutnya di lain tempat. Instalasi-instalasi
itu dapat merupakan sumber-sumber bahaya dan dengan demikian haruslah memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja yang berlaku baginya, agar setiap orang termasuk tenaga kerja yang memasukinya dan
atau untuk mengerjakan sesuatu disana, walaupun untuk jangka waktu pendek, terjamin keselamatannya.
Instalasi-instalasi demikian itu misalnya rumah-rumah, transformator, instalasi pompa air yang setelah
dihidupkan berjalan otomatis, ruangan-ruangan instalasi radio, listrik tegangan tinggi dan sebagainya.
Sumber berbahaya adakalanya mempunyai daerah pengaruh yang meluas. Dengan ketentuan dalam ayat
ini praktis daerah pengaruh ini tercakup dan dapatlah diambil tindakan-tindakan penyelamatan yang
diperlukan. Hal ini sekaligus menjamin kepentingan umum.
Misalnya suatu pabrik dimana diolah bahan-bahan kimia yang berbahaya dan dipakai serta dibuang
banyak air yang mengandung zat-zat yang berbahaya. Bila air buangan demikian itu dialirkan atau
dibuang begitu saja ke dalam sungai maka air sungai itu menjadi berbahaya, akan dapat mengganggu
kesehatan manusia, ternak ikan dan pertumbuhan tanam-tanaman.
Karena itu untuk air bungan itu harus diadakan penampungannya tersendiri atau dikerjakan pengolahan
terdahulu, dimana zat-zat kimia di dalamnya dihilangkan atau dinetraliseer, sehingga airnya itu tidak
berbahaya lagi dan dapat dialirkan kedalam sungai.
29
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Dalam pelaksanaan Undang-undang ini dipakai pengertian tentang tenaga kerja sebagaimana dimuat
dalam Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, maka dipandang
tidak perlu di muat definisi itu dalam Undang-undang ini.
Usaha-usaha yang dimaksud dalam Undang-undang ini tidak harus selalu mempunyai motif ekonomi atau
motif keuntungan, tapi dapat merupakan usaha-usaha sosial seperti perbengkelan di Sekolah-sekolah
teknik, usaha rekreasi-rekreasi dan di rumah-rumah sakit, di mana dipergunakan instalasi-instalasi listrik
dan atau mekanik yang berbahaya.
Ayat (6).
Guna pelaksanaan Undang-undang ini diperlukan pengawasan dan untuk ini diperlukan staf-staf tenaga-
tenaga pengawas yang kuantitatief cukup besar serta bermutu.
Tidak saja diperlukan keahlian dan penguasaan teoritis bidang-bidang spesialisasi yang beraneka ragam,
tapi mereka harus pula mempunyai banyak pengalaman di bidangnya.
Staf demikian itu tidak didapatkan dan sukar dihasilkan di Departemen Tenaga Kerja saja.
Karena itu dengan ketentuan dalam ayat ini Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk tenaga-tenaga ahli
dimaksud yang berada di Instansi-instansi Pemerintah dan atau Swasta untuk dapat memformeer
Personalia operasionil yang tepat.
Maka dengan demikian Menteri Tenaga Kerja dapat mendesentralisir pelaksanaan pengawasan atas
ditaatinya Undang-undang ini secara meluas, sedangkan POLICY NASIONALNYA tetap menjadi
TANGGUNG-JAWABNYA dan berada di tangannya, sehingga terjamin pelaksanaannya secara
SERAGAM dan SERASI bagi seluruh Indonesia.
Pasal 2.
Ayat (1).
Materi yang diatur dalam Undang-undang ini mengikuti perkembangan masyarakat dan kemajuan teknik,
teknologi serta senantiasa akan dapat sesuai dengan perkembangan proses industrialisasi Negara kita
dalam rangka Pembangunan Nasional Selanjutnya akan dikeluarkan peraturan-peraturan organiknya,
terbagi baik atas dasar pembidangan teknis maupun atas dasar pembidangan industri secara sektoral.
Setelah Undang-undang ini, diadakanlah Peraturan-peraturan perundangan Keselamatan Kerja bidang
Listrik, Uap, Radiasi dan sebagainya, pula peraturan perundangan Keselamatan Kerja sektoral, baik di
darat, di laut maupun di udara.
Ayat (2).
30
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Dalam ayat ini diperinci sumber-sumber bahaya yang dikenal dewasa ini yang bertalian dengan:
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan
sebagainya.
2. Lingkungan,
Ayat (3).
Dengan ketentuan dalam ayat ini dimungkinkan diadakan perubahan-perobahan atas perincian yang
dimaksud sesuai dengan pendapatan-pendapatan baru kelak kemudian hari, sehingga Undang-undang ini,
dalam pelaksanaannya tetap berkembang.
Pasal 3.
Ayat (1).
Dalam ayat ini dicantumkan arah dan sasaran-sasaran secara konkrit yang harus dipenuhi oleh syarat-
syarat keselamatan kerja yang akan dikeluarkan.
Pasal 4.
Ayat (1).
Syarat-syarat keselamatan kerja yang menyangkut perencanaan dan pembuatan diberikan pertama-tama
pada perusahaan pembuata atau produsen dari barang-barang tersebut, sehingga kelak dalam
pengangkutan dan sebagainya itu barang-barang itu sendiri tidak berbahaya bagi tenaga kerja yang
bersangkutan dan bagi umum, kemudian pada perusahaan-perusahaan yang memperlakukannya
selanjutnya yakni yang mengangkutnya, yang mengedarkannya, memperdagangkannya, memasangnya,
memakainya atau mempergunakannya, memeliharanya dan menyimpannya. Syarat-syarat tersebut di atas
berlaku pula bagi barang-barang yang didatangkan dari luar negeri.
31
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Pasal 6. Cukup jelas. Panitia Banding ialah Panitia Teknis, yang anggota-anggotanya terdiri dari ahli-ahli
dalam bidang yang diperlukan.
Pasal 10.
Ayat (1).
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi pertimbangan dan dapat membantu
pelaksanaan usaha pencegahan kecelakaan dalam,perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberikan
penjelasan dan penerangan efektif pada para pekerja yang bersangkutan.
Ayat (2).
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Badan yang terdiri dari unsur-unsur
penerima kerja, pemberi kerja
Pasal 13.
Yang dimaksud dengan barang siapa ialah setiap orang baik yang bersangkutan maupun tidak
bersangkutan dengan pekerjaan di tempat kerja itu.
Pasal 17.
32
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
BAB III
Identifikasi Bahaya
3.1Hazard
Sebuah Bahaya didefinisikan sebagai situasi dengan potensi menyebabkan kerugian kepada
manusia kesehatan atau keselamatan.
Tujuan dari proses identifikasi bahaya adalah untuk memastikan bahwa operator dan anggota dari
angkatan kerja tahu ada bahaya tentang yang dapat menyebabkan peristiwa kecelakaan besar di
fasilitas/tempat kerja mereka, dan bahwa bahaya baru diakui sebelum mereka diperkenalkan.
Setelah bahaya telah diidentifikasi, operator fasilitas akan dapat mengambil tindakan untuk
benar-benar mengatur mereka. Sangat penting untuk menguasai teknik dalam mengidentifikasi bahaya,
atau teknik, yang memberikan memadai kedalaman analisis.
identifikasi bahaya harus memberikan kesadaran yang cukup, pengetahuan dan pemahaman tentang
bahaya \untuk dapat mencegah dan mengurangi hasil yang tidak diinginkan. identifikasi bahaya
memberikan dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mendefinisikan dan membenarkan pilihan dari
tindakan pengendalian untuk mengurangi risiko.
Lengkap dan acara jenis bahaya harus dipertimbangkan dan output dari bahaya proses identifikasi
sepenuhnya didokumentasikan.
bahaya yang teridentifikasi tidak boleh diabaikan atau dengan potongan hanya karena tindakan kontrol,
atau akan, di tempat.
Proses identifikasi bahaya harus mempertimbangkan semua modus pengoperasian fasilitas tersebut, dan
semua kegiatan yang diharapkan terjadi. Hal ini juga harus mempertimbangkan masalah-masalah manusia
dan sistem serta sebagai isu rekayasa.
Proses identifikasi bahaya harus mengakui bahwa kombinasi kegagalan dapat terjadi,
walaupun mungkin tampak sangat tidak mungkin. Hal ini penting untuk sistematis, juga diperlukan untuk
berpikir lateral.
Proses identifikasi bahaya harus terus menerus dan dinamis. Seharusnya tidak hanya dilakukan selama
perkembangan kasus keselamatan, tetapi juga dalam berbagai keadaan yang ditetapkan, seperti
ketika ada modifikasi fasilitas, sesudah kejadian kecelakaan besar atau terjadinya berbahaya , jika
kekurangan ukuran kontrol diidentifikasi, dan pada interval ditetapkan.
ALARP
33
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Practicable. Praktis. Dalam prakteknya, ini berarti bahwa operator harus menunjukkan melalui dan
didukung argumen beralasan bahwa tidak ada pilihan praktis lainnya
Kontrol Ukur
Kontrol adalah setiap sistem, prosedur, proses, perangkat atau cara lain
menghilangkan, mencegah, mengurangi atau mengurangi risiko peristiwa kecelakaan besar yang timbul
pada atau di dekat fasilitas. tindakan Control berarti dimana risiko
kesehatan dan keselamatan dari peristiwa dihilangkan atau diminimalkan. Kontrol dapat mengambil
banyak bentuk, termasuk peralatan fisik, sistem kontrol proses, manajemen , proses, atau pemeliharaan
prosedur operasi, rencana tanggap darurat, dan kunci personil dan tindakan mereka.
Suatu penilaian keselamatan formal dalam konteks peraturan OPGGS (S), adalah penilaian atau
serangkaian penilaian yang mengidentifikasi semua bahaya memiliki
kemungkinan dan konsekuensi dari setiap peristiwa besar kecelakaan potensial; dan
mengidentifikasi langkah-langkah lain kontrol dan teknis yang diperlukan untuk mengurangi risiko ke
tingkat yang serendah praktis [OPGGS (S) peraturan
Standar Kinerja
Standar Kinerja berarti standar, didirikan oleh operator, dari kinerja yang diperlukan dari suatu sistem,
item peralatan, orang atau prosedur yang digunakan sebagai dasar untuk mengelola risiko sebuah
peristiwa besar kecelakaan [OPGGS (S)
Penilaian Risiko
34
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Penilaian risiko adalah proses estimasi kemungkinan kejadian dari konsekuensi tertentu (kejadian yang
tidak diinginkan) dari keparahan diberikan.
Tenaga Kerja
mengidentifikasi semua bahaya untuk kesehatan dan keselamatan orang pada atau dekat fasilitas;
mengidentifikasi peristiwa yang terkait dan hasil dan peringkat mereka berdasarkan risiko;
menunjukkan hubungan yang jelas antara bahaya, penyebab dan peristiwa potensial;
menyediakan operator dan tenaga kerja dengan pengetahuan yang cukup kesadaran, dan
pemahaman tentang bahaya untuk dapat mencegah dan menangani kecelakaan dan bahaya
memberikan catatan sistematis dari semua bahaya yang teridentifikasi yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan orang pada atau dekat fasilitas, dan khususnya mereka yang dapat
mengakibatkan kecelakaan besar acara, bersama dengan asumsi, dan
bahaya harus mengambil pandangan segar dari setiap pengetahuan yang ada, dan harus tidak secara
otomatis menganggap bahwa tidak ada pengetahuan baru yang diperlukan;
35
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
anggota yang tepat dari tenaga kerja secara aktif terlibat dan teratur dan berkelanjutan
konsultasi terjadi;
Asumsi dan ketidakpastian secara eksplisit diidentifikasi dan dicatat untuk analisis selanjutnya;
Identifikasi didokumentasikan dari bahaya secara teratur dipelihara (update misalnya dari alert dan
insiden) dan digunakan sebagai dokumen hidup Hasil dari identifikasi bahaya harus digunakan untuk
rencana pengelolaan kesehatan dan keselamatan dan harus diberikan kepada orang yang membutuhkan itu
dalam rangka untuk bekerja dengan aman. Pengetahuan tentang bahaya dan implikasinya diperlukan
untuk langkah berikutnya dari pengembangan kasus proses keselamatan, termasuk penilaian risiko dan
evaluasi tindakan pengendalian.
Ruang Lingkup
Dalam menentukan lingkup dari proses identifikasi bahaya, operator harus mempertimbangkan mana
untuk mengatur batas-batas untuk belajar masing-masing. Hal ini penting untuk mendefinisikan dan
merekam setiap asumsi relevan dengan fasilitas atau kegiatan dan kemudian memastikan bahwa proses
identifikasi bahaya beroperasi dalam amplop yang ditetapkan. Ini dapat membantu untuk membagi
fasilitas tersebut menjadi bagian-bagian dikelola, daerah atau Kegiatan untuk proses identifikasi bahaya.
Namun demikian, jika keseluruhan lingkup bahaya identifikasi dibagi menjadi bagian-bagian diskrit atau
studi, interface pada batas antara berbagai studi perlu khusus termasuk juga. Perawatan harus diambil
ketika memutuskan untuk mengecualikan setiap daerah atau operasi, dan alasan dicatat untuk tujuan
untuk menunjukkan di keselamatan kasus bahwa keputusan tersebut telah tepat.
FD Fasilitas Deskripsi
36
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
OPGGS(S) Offshore Petroleum and Greenhouse Gas Storage (Safety) Regulations 2009 MSDS Material
Safety Data Sheet
BAB IV
37
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
mahasiswa memang dipersiapkan dan dituntut untuk membekali ilmu ilmu yg di butuhkan oleh industry
industry di dunia kerja. Di dalam Bengkel Permesinan khususnya untuk mahasiswa Tingkat Pertama pada
semester I, mahasiswa diajarkan dan dites untuk mengoperasikan berbagai mesin yg digunakan di
berbagai industry, diantaranya: Mesin Grinding, Mesin Milling, Mesin Scrab, Mesin Bubut.
38
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Mesin Grinding atau yang disebut Mesin Gerinda adalah mesin yang digunakan untuk
mengikis/membentuk permukaan benda dengan cara menempelkan benda yang ingin dikikis ke batu
gerinda yang sedang berputar ketika mesin sedang dioperasikan sehingga permukaan benda akan terkikis.
Motor listrik
Tutup roda
gerinda
Batu gerinda
Meja pengasah
Sakelar
Pengatur sudut
40
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
41
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Dua golongan besar jenis mesin frais horizontal dan mesin frais vertical, dimana mesin frais
horizontal adalah cocok untuk pengerjaan frais yang paling banyak dijumpai, dimana mesin itu
mempunyai cirri yaitu poros utama yang terletak horizontal.
a. Coloumn : Merupakan dudukan dari bagian-bagian lainnya dan di bagian dalamnya terdapat
motor yang dapat menggerakan spindle dan feed
b. Knee : Daat digerakkan vertikl untuk mengatur naik turunnya spindle dan meja sebagai
tempat benda kerja, sehingga kedalaman potong dapat diatur.
c. Overarm : Merupakan bangun penopang untuk memegang perkakas (cutter) yang berputar
dengan spindle.
Mesin frais universal mempunya kelebihan yaitu meja memanjang dan diserong terhadap sumbu
utamanya, sehingga memungkinkan untuk mengefrais alur yang berbentuk skrup.Mesin frais vertical
mempunyai sumbu mesin yang terletak vertical. Bila poros utama vertical itu dapat diserongkan maka
memungkinkan untuk mengefrais alur berbentuk skrup dan poros vertical dapat distel secara aksial.
Fungsi mesin frais yaitu meratakan permukaan, membuat alur, membuat roda gigi, membesarkan
lubang, mengebor, meluaskan lubang (reamer), DLL.
1. Badan adalah bagian yang menahan seluruh bagian-bagian mesin. Didalamnya terdapat
motor penggerak,susunan roda gigi pengatur kecepatan putar, tempat minyak pelumas
bagian yang berputar, dan tempat penyimpanan cairan pendingin.
2. Paksi atau spindle adalah poros utama mesin frais dan berfungsi sebagai tempat dudukan
poros frais(arbour).
3. Lengan adalah bagian mesin frais yang berguna sebagai tempat kedudukan penopang
ujung poros frais dan letaknya pada bagian paling atas mesin tersebut.
4. Lutut adalah tempat kedudukan meja dan eretan meja(sadel).
5. Eretan meja atau sadel adalah bagian yang menyokong meja dan terpasang diatas lutut
42
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
43
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
a. Ram, yaitu bagian dari mesin ketam yang membawa pahat, diberi gerak ulak-alik sama
dengan panjang langkah yuang diinginkan.
b. Kunci ram, berfungsi agar ram tetap pada kedudukannya, sehingga panjang langkah
potong tidak berubah.
c. Kunci kepala pahat, untuk mengunci pahat yang terpasang
d. Pengatur kedudukan ram, untuk mengatur kedudukan ram pada posisi yang diinginkan
e. Hantaran ulir, untuk mengatur besarnya kedalaman pemakanan pahat pada benda kerja.
f. Hendel pahat, berfungsi untuk menyetel kedudukan pahat.
g. Kotak lonceng, berfungsi agar pahat tidak menyayat benda kerja saat kembali ke posisi
awal.
h. Meja kerja, berfungsi sebagai tempat peletakan benda kerja, biasanya terdapat ragum
diatasnya.
i. Motor listrik, berfungsi sebagai sumber daya untuk menjalankan mesin.
j. Tuas kecepatan, berfungsi untuk mengatur kecepatan gerakan ram.
k. Dial panjang langkah, berfungsi untuk mengatur panjang langkah pemakanan.
l. Hantaran vertikal dan horisontal, berfungsi agar meja kerja dapat bergerak vertikal dan
horisontal.
44
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada
poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh
klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat.
Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
1. Kepala Tetap
Pada kepala tetap terdapat Chuck yang berfungsi untuk mencekam benda kerja yang akan di
bubut. Kepala tetap ada dua jenis yaitu tiga rahang dan empat rahang. Kepala tetap tiga rahang hanya
dapat mencekam benda-benda berbentuk silindris. Sedangkan kepala tetap empat rahang dapat
mencekam benda-benda berbentuk segi empat ataupun silindris, sehingga kepala tetap empat rahang
dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kepala tetap tiga rahang karena kepala
tetap empat rahang dapat mencekam benda kerja dengan sempurna. Namun pada tiap-tiap kepala tetap
sama-sama terdapat lima gigi. Benda kerja yang diproses pun harus terjepit oleh kelima gigi tersebut.
45
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Tetapi jika benda kerja tersebut hanya terjepit oleh satu gigi atau benda kerja terlalu panjang maka
benda kerja tersebut harus disangga dengan senter putar.
2. Handle
Handle berfungsi untuk mengatur kecepatan mesin bubut yang disesuaikan dengan putaran atas
benda kerja yang akan digunakan. Setiap handle memiliki fungsi masing-masing tetapi yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan. Handle dapat diatur sesuai dengan putaran benda kerja yang
telah dihitung sebelumnya dan disesuikan dengan yang ada pada table.
46
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Kepala lepas berfungsi sebagai tempat chuck drill, center drill, center putar, untuk menyeting
pahat dan untuk menahan benda kerja. Kepala lepas dapat digerakan kearah kiri dan kanan sepanjang
dudukan kepala lepas atau bed.
Dudukan kepala lepas berfungsi sebagai dudukan kepala lepas dan sebagai penahan atau rel
ketika kepala lepas sedang digeser. Sehingga kepala lepas dapat berjalan dengan lancar.
Eretan melintang atas berfungsi melakukan pergerakan memahat skala kecil untuk arah secara
horizontal. Pada eretan melintng atas ini terdapat skala ukuran, sehingga kita bisa menentukan seberapa
panjang benda kerja yang akan dilakukan pembubutan.
47
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Eretan melintang bawah berfungsi melakukan pergerakan memahat untuk arah secara vertikal.
Pada eretan melintng bawah ini terdapat skala ukuran, sehingga kita bisa menentukan seberapa dalam
benda kerja (biasanya dalam penentuan diameter) yang akan dilakukan pembubutan.
Bagian ini berfungsi sebagai tempat pahat dalam kegiatan membubut. Pada saat penyetingan
paha, rumah pahat dapat diukur ketinggiannya dengan cara memutar baut untuk mengatur tinggi
rendahnya pahat.
48
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Baut dudukan
Rumah Pahat
Pengatur tinggi
rendah pahat
Dudukan
Pengunci Rumah
Pahat Pahat
Rumah
Gambar 4.7.7 rumah pahat
Pahat
8. Poros Transporter
Poros transporter berfungsi sebagai poros bagi kereta ketika akan membubut secara memanjang
atau melintang secara otomatis.
49
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja.
Alat pelindung diri dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, tetapi
sebagai usaha akhir.
50
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
Dasar hukum untuk penggunaan alat pelindung diri pada sebuah industri yaitu
1. Undang-undang no.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan alat pelindung diri
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang alat pelindung diri.
c. Pasal 12 butir b: dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai alat pelindung diri.
d.Pasal 14 butir c: pengurus diwajibkan menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma
2. Permenakertrans no.per.01/men/1981
pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib
bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans no.per.03/men/1982
pasal 2 butir i menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan
ditempat kerja
4. Permenakertrans no.per.03/men/1986
pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat-alat
pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung
atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.
51
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
- Pakaian kerja harus yang bisa merefleksikan panas yang dihasilkan oleh ketel uap.
Biasanya digunkan alumunium untuk melapisi nya. Pakaian kerja untuk radiasi panas terbuat
dari bahan katun yang mudah menyerap keringat dan agak longgar. Bahan-bahan pakaian lain
yang bersifat isolasi terhadap panas seperti woll, kautn, asbes ( tahan sampai 500 0 C), kaca
tahan sampai 4500 C dan bahan sintetik lainnya.
52
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
53
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
2. Tanda Perintah :
Tanda perintah adalah tanda yang digunakan untuk menyuruh seseorang
menggunakan/melakukan sesuatu hal seperti :
54
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
First AID adalah upaya pertama penanggulangan kecelakaan dimana first AID membutuhkan
segala aspek yang berhubungan dengan safety first, adapun yang harus diperhatikan pada first AID adalah
55
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
ketersediaan materi pengobatan yang bersifat mendadak seperti, AID box, betadine, kapas, alkohol,
balsem, hansaplast, perban, dll. Fisrt AID merupakan hal yang cukup penting dalam kesehatan dan
keselamatan kerja dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja harus
mengerti baik tentang hal itu, tetapi tetap saja banyak sekali golongan golongan yang kurang
mementingkan pentingnya first, contohnysa seperti pada Kampus POLBAN kita sendiri, sungguh sangat
miris ketika mengetahuinya karena pada dasarnya Kampus POLBAN merupakan kampus yang mencetak
tenaga tenaga kerja muda yang profesional dan siap masuk ke dunia industri akan tetapi dimana kampus
ini tetap memiliki kekurangan akan kesadaran tentang first yang kurang begitu diperhatikan.
Sungguh sangat miris bukan ketika melihat sebuah AID box yang kurang terawat dan begitu
melihat isinya yang tidak ada sama sekali macam macam first AID yang dibutujkan sesuai standar
kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku. Semoga untuk kedepannya Kampus POLBAN
meningkatkan kesadarannya akan kesehatan dan keselamatan kerja di lab-lab/bengkel-bengkel tempat
dimana mahasiswa melakukan praktek sehingga Kampus POLBAN bisa mencetak tenaga tenaga ahli
yang dibutuhkan industri dan sadar akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam melakukan
suatu perkerjaan.
Merupakan suatu pertolongan darurat yang di butuh kan dimana keadaan saat itu sudah sangat
darurat dan kritis, banyak kecelakaan yang terjadi di laboratorium permesinan POLBAN , baik itu yang
biasa maupun yang kritis, contoh kejadian flashback di beberapa tahun yang lalu dimana ada seseorang
mahasiswi teknik mesin yang berambut panjang tidak mengikat rambut nya sehingga membiarkan rambut
nya terurai mengoperasikan mesin bubut , mahasiswi tersebut mengalami kecelakaan dimana rambut nya
tersangkut di mesin bubut dan mengalami kecelakaan yang parah, namun pada saat itu tidak ada
emergency aid yang tersedia sehingga semua yang berada di laboratorium menjadi panik . Yang harus di
butuh kan seperti kata dosen pembimbing K3 yaitu bapak Ir Harlian Kadir bahwa seminimal mungkin
sebuah kampus seperti POLBAN harus memiliki satu unit mobil Ambulance dan Kerjasama dengan
sebuah Rumah Sakit rujukanan agar menjadi rujukan pertama sewaktu terjadinya sebuah insiden atau
kecelakaan. Hal ini di butuh kan karena lingkungan kampus seperti POLBAN di sesuaikan degan
linkungan Industri khusus nya, dan tidak menutup kemungkinan bahwa di kampus POLBAN terjadi
sebuah insiden atau kecelakaan yang cukup parah .
56
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
57
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
BAB V
PENUTUP
Dengan ada nya buku panduan ini penulis berharap dapat membantu rekan rekan sekalian dalam
meningkat kan kualitas K3 di laboratorium permesinan khusus nya POLBAN , terimakasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan buku ini , terimakasih
kepada dosen pembimbing bapak Ir Harlian Kadir yang telah membimbing dalam proses pembelajaran
khusus nya k3. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
58
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/19236560/PERMESINAN
http://ikhsanu.blogspot.com/2009/11/makalah-norma-keselamatan-dan-kesehatan.html
http://www.chem-is-try.org
http://errysusetyo.blogspot.com
http://id.wordpress.com
www.safetysign.com
www.google.com
www.wikipedia.com
www.orifile.com
59