You are on page 1of 59

BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM PERMESINAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian K3 :

Dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) atau yang dikenal dengan istilah occupational
safety and health (OSH) yang di gabung dengan lingkungan ( environment ) sehingga menjadi OHSE ,
terdapat beberapa pengertian dasar seperti :

 Keselamatan ( safety ) merupakan suatu kondisi bebas dari cedera atau bahaya atau perasaan
takut akan terjadi kecelakaan, cedera maupun resiko bahaya.
 Kesehatan ( health ) merupakan suatu kondisi sehat secara fisik maupun mental ataupun social.
Kesehatan kerja biasa nya menyangkut berbagai ancaman terhadap kesehatan pekerja yang
bekerja pada tempat atau lingkungan kerja dimana perusahaan berada.
 Lingkungan (environment) adalah suatu keadaan sekeliling tempat kerja atau organisasi atau
perusahaan bersangkutan beroperasi
 Kecelakaan kerja ( occupational accident ) dan Penyakit akibat kerja (occupational disease ) dan
atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan ( walk related disease ) menelan korban
berupa jiwa , kerugian , materi , baik bagi pekerja maupun pengusaha atau perusahaan dan
kemungkinan akan merusak lingkungan
 K3 merupakan perlindungan agar tenaga kerja orang lain atau pun perusahaan di tempat kerja
selamat dan sehat serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efesien

Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap , dimana
tenaga kerja bekerja atau sering di masuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. Tetapi karena
sekarang kita membahas tentang K3 di wilayah Kampus POLBAN(Politeknik Negeri Bandung), maka
pengertian Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap ,
dimana para mahasiswa bekerja/melakukan praktek atau sering di masuki mahasiswa untuk keperluan
pembelajaran mata kuliah yg dijalani.

Yang dimaksud tempat kerja ialah semua ruangan , lapangan, halaman dan sekeliling ny yang merupakan
bagian2 atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

1
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi
peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan .

1.2 Ruang Lingkup Program K3

Ruang lingkup program k3 sangat mengarah kan baik pekerja maupun perusahaan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, aman, sejahtera dan produktif melalui upaya peningkatan keselamatan
tenaga kerja yang diserasikan dengan kondisi lingkungan secara umum agar bisa meminimalisir
kecelakaan yang mungkin terjadi dan ruang lingkup K3 menurut pokok bahasan saat ini adalah Bengkel
Permesinan POLBAN.

1.3 Unsur dasar kegiatan k3

 Unsur kegiatan kerja dari suatu system operasional yang berinteraksi dengan lingkungan dan
akan berpengaruh langsung bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
 Unsur unsur yang berpotensi memiliki dampak terhadap setiap perubahan lingkungan
keselamatan dan kesehatan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan baik secara
keseluruhan maupun sebagian .

1.4 Faktor keberhasilan Kerja

Secara umum factor keberhasilan kerja dari seseorang di pengaruhi oleh :


 Faktor Internal dari individu pekerja itu sendiri seperti attitude, sikap, characteristic fisik nya
minat jenis kelamin motivasi dan pendidikan
 Factor fisik biasa nya meliputi mesin atau peralatan/material metode dan lingkungan kerja
 Factor yang terkait dengan social dan keorganisasian diantara nya karakteristik perusahaan
training, pengawasan, pengupahan dan lingkungan social

1.5 Aktifitas Kerja

 Aktifitas Kerja mencakup :


 Unsur Manusia
 Mesin/Peralatan
 Bahan

2
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

 Aktifitas Kerja dilaksanakan pada waktu:


 Pembangunan fasilitas industry
 Pelaksanaan operasinal proses produksi

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja timbul karena aktifitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan/tempat kerja

1.6 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Berbagai kerugian yang terjadi akibat kecelakaan kerja diantaranya :


 Kehilangan Jam kerja produktif, yang mengakibat kan system operasional atau produksi
terhenti, penalty , hilang waktu dan kesempatan untuk menjual dll.
 Kerusakan lingkungan
 Kerugian terjadi dalam rangkaian pasca kecelakaan kerja
 Company Image, menurun nya nama baik perusahaan bahkan negative, atau trauma
 Kerugian bagi diri sendiri baik cedera ringan, cedera berat, cacat, sampai kematian
 DLL

1.7 Tujuan Pokok k3

K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses industrialisasi,
terutama dalam mewujudkan kesejahteraan pekerja.

1.8 Latar Belakang

Pada tahun 1760 sebelum Masehi, Raja Hammurabi, yang merupakan pendiri Dinasti Babylonia,
menyusun kumpulan undang-undang dan peraturan yang kemudian disebut Kode Hammurabi. Kode ini,
telah diterima oleh raja dari dewa matahari, Shamash, yang memberikan prosedur mengenai hak-hak
milik, hak perorangan, dan hutang-piutang. Kode ini dibuat antara lain untuk mengatur kerusakan yang
disebabkan oleh pengabaian dalam berbagai perdagangan. Sebagai contoh, ini mengatur mengenai hal
berikut :
” Jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang dan tidak membangunnya secara tepat,
kemudian rumah tersebut runtuh dan menewaskan pemiliknya, maka pembangun harus dihukum mati.
Jika pembuat kapal membuat perahu untuk seseorang dan tidak membuatnya dengan kuat, jika selama
tahun yang sama perahu tersebut rusak, maka pembuat kapal harus memperbaikinya dengan biayanya
sendiri. Kapal yang telah diperbaiki tersebut harus diberikan kepada pemiliknya”.

Mungkin kutipan di atas tidak sesuai dengan judul makalah ini. Namun dari kutipan tersebut,
dapat kita pahami bahwa hal tersebut di atas merupakan sejarah lahirnya SK3 di dunia. Maksudnya,

3
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

ternyata SK3 sudah ada dan di terapkan sejak zaman dahulu. Tak hanya itu, SK3 juga mencakup berbagai
aspek kehidupan baik politik, sosial dan budaya, industri, iptek dan lain-lain.

Tapi kenyataan di lapangan sangat berbeda. Sistem ini, seakan diabaikan oleh semua pihak, baik
oleh kaum intelegent, pengusaha, dan khalayak ramai. Pada hal ini khususnya masyarakat umum banyak
yang tidak tahu mengenai keberadaan SK3 di sekelilingnya. Dampaknya, banyak sekali kecelakaan-
kecelakaan yang terjadi di masyarakat dan industry karena kita tidak tahu tentang pentingnya penerapan
SK3.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2). Pekerjaan yang layak bagi
kemanusiaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
sehingga pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Berdasarkan ketentuan tersebut, telah diterbitkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, antara lain mengatur tentang perlindungan tenaga kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai agama.

Selanjutnya, UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, sebagai pengganti undang-undang
keselamatan yang diterbitkan di zaman Hindia Belanda pada tahun 1910 yang dikenal dengan singkatan
VR yaitu “Veilegheids Reglement”. Undang-undang No. 1 tahun 1970 lebih bersifat preventif dibanding
dengan VR yang bersifat represif.

Ruang lingkup keselamatan kerja yang diatur dalam UU No. 1 tahun 1970 mencakup keselamatan
kerja di semua tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara
di wilayah negara Republik Indonesia.
Karena itu sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berada di
tempat kerja harus dikendalikan melalui penerapan syarat keselamatan dan kesehatan kerja sejak tahap
perencanaan, proses produksi, pemeliharaan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasaran,
pemakaian, penyimpanan, pembongkaran dan pemusnahan bahan, barang produk teknis dan alat produksi
yang mendukung dan dapat menimbulkan bahaya dan kecelakaan.

4
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

BAB II

LANDASAN TEORI

Berdasarkan penelitian, hanya 46% dari 4000 respoden yang memahami tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang dilakukan badan peninjau kelengkapan Politeknik
se-kota Bandung tentang K3, 42% tidak sesuai dengan standart
umum yang ada. Dilain pihak kecelakaan kerja yang terjadi di pabrik kebanyakan dari
lulusan SMK termasuk juga Politeknik. Hal ini membuktikan kalau fasilitas K3 di laboratorium
permesinan masih kurang diperhatikan. . Mengacu
pada masalah diatas maka tujuan pembuatan buku panduan ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana
fasilitas K3 pada laboratorium pemesinan di Politeknik Negeri Bandung ditinjau dari
perlindungan bahaya kebakaran, perlindungan bahaya listrik, dan kondisi lingkungan
kerja.
Rancangan yang di gunakan dalam mengetahui kecelakaan di lab permesinan disini sangat
deskriptif , dimana sedikit sekali yang memperhatikan safety first keselamatan kerja di
laboratorium permesinan, contoh pada saat menggerinda pada mesin gerinda banyak sekali
mahasiswa yang tidak memperhatikan hand safety nya sendiri dengan menggerinda benda kerja
secara over heating yang mengakibat kan tangan melepuh dan membengkak, itu hanya sebagian
contoh kecil yang seharus nya bisa di hindari dengan cara menggerinda step by step apabila
benda panas celupkan kedalam bromus. Dari contoh contoh kecil itu lah yang harus sangat di
perhatikan jika tidak, bisa saja menimbulkan kecelakaan yang lebih berbahaya dan tidak di ingin
kan.Jika di tinjau lebih riskan lagi meliputi: jumlah pemadam kebakaran,
penempatannya, pemberian symbol untuk bahan yang mudah terbakar, tempat
penyimpanannya serta tanda bahaya jika terjadi kebakaran. Perlindungan bahaya listrik
16% yang harus diperbaiki meliputi: pengadaan alat perlindungan dari kontak listrik serta
penggunaan alat penurun tegangan pada las listrik. Untuk kondisi lingkungan kerja 20%
yang perlu perhatian meliputi: ventilasi udara, akustik, ukuran ruangan, pengadaan
ruangan, dan sarana informasi keselematan dan kesehatan kerja (K3).

2.1 Sistem Management Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

OHSAS 1800 diterbitkan oleh sekumpulan organisasi dunia seperti :


1. Japanese Standart Assosiation
2. British Standart Institution
3. South African Bureau of Standart

5
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

4. National Standart Authority of Ireland


5. Bureaus Veritas Quality International
6. Det Norske Veritas
7. Lyoyds Register Quality Assurance
8. SFS Certification
9. SGS Yarsley International Certification Services
10. National Quality Insurance
11. Association Espanola de Normalization y Certification
12. International Safety Management Organization Ltd.
13. SIRIM QAS Sdn Bdn
14. International Certification Serfices
15. The High Pressure Gas Safety Institute of Japan
16. The Engineering Employers Federation
17. Singapore Productifity Standarts Board
18. Instituto Maxicano de Normalization y Certification

Karena saat ini OHSAS 18000 sudah dikenal memiliki struktur hampir sama dengan ISO 14001 :
1996, maka akan lebih mudah untuk diintegrasikan dengan ISO 14000dan ISO 9000 dan sistem
audit nya pun hampir sama pula.

PERMENAKER 05/MEN/1996 merupakan salah satu jenis yang sama yang telah di kembangkan
di indonesia dengan nama Sistem ManajemenK-3 , walaupun ada sedikitperbedaan dengan
OHSAS 18000 dimana PERMENAKER 05.MEN/1996 membagi jumlah/jenis elemen untuk jenis
perusahaan tergantung pada besar kecil nya perusahaan itu sendiri, sehingga dalam penerpannya
terbagi menjadi :

1. Perusahaan kecil dengan tingkat resiko rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria
2. Perusahaan sedang dengan tingkat resiko menengah harus menerapkan sejumlah 122 kriteria
3. Perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan 166 kriteria

Sedangkan OHSAS 18000 emnsyaratkan pemberlakuan untuk semua jenis organisasi dengan
tidak melihat besar kecilnya jenis perusahaan.

Ukuran keberhasilan penerapan PERMENAKER 05/MEN/1996 dengan kompensasi berikut :

1. Tingkat pencapaian penerapan 0 – 59% dan pelanggaran peraturan perundang-


undangan ( nonconformance) dikenai tindakan hukum
2. Pencapaian penerapan 60 – 80% diberikan sertifikat dan bendera perak
3. Pncapaian penerapan 85% - 100% di berikan sertifikat dan bendera emas

Dengan demikian penerapan Sistem Manajemen K-3 dan lingkungan perlu dilakukan secara
berkesinambungan , maka tahap demi tahap dalam proses penerapannya perlu disesuaikan dengan
siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) dengan siklus sperti gambar berikut:

6
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar 2.1 siklus manajemen k3

2.2 Tujuan penerapan SMK – 3

 Mengendalikan Resiko kecelakaan kerja


 Membantu pimpinan perusahaan dalam menerapkan standar – standar K-3
Yang merupakan tuntutan masyarakat nasional dan internasional
 Menjamin Kosistensi dan efektifitas perusahaan dalam pengendalian sumber bahaya
 Mengurangi dan mencegah kecelakan dan penyakit akibat kerja
 Mengantisipasi pemberlakuan sertifikasi K-3 ataupun standarisasi K-3 secara
International
 Memacu peningkatan daya saing barang dan jasa yang di hasil kan

7
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

 Memaksimalkan efesiensi perubahan


 Meningkatkan produktifitas perusahaan

2.3 Dasar Hukum

 Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
 Peraturan Menteri No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
 Peraturan Perundangan lainnya yang berkaitan dengan Peraturan menteri tersebut

2.4 Aspek Dasar

Semua unsure atau elemen system dalam kegiatan organisasi yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan dan berpengaruh langsung terhadap keselamatn dan kesehatan kerja tenaga kerja,
sehingga berdampak pada setiap perubahan terhadap lingkungan, keselamatan dan kesehatan
kerja.
Dalam proses evaluasi nya perlu dipertimbangkan ; dampak terhadap tenaga kerja , factor
hokum , kerugian – kerugian secara ekonomi , frekuensi kejadian, kemampuan personil dll.

2.5 Implementasi

 Seluruh lingkungan/tempat kerja


 Terutama tempat kerja/perusahaan yang :
 Mempekerjakan tenaga sebanyak seratus orang atau lebih dan atau
 Mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibat kan kecelakaan kerja seperti , peledakan,
kebakaran, pencemaran penyakit akibat kerja.

2.6 Element dasar Sistem Management K-3 berbasis ISO

1. Pembagunan dan pemeliharaan komitmen


2. Strategi pendokumentasian
3. Peninjauan ulang rancangan (design) dan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar Pemantauan
8. Pemantauan dan Perbaikan kekurangan
9. Pengelolaan material dan pemindahan nya
10. Pengumpulan dan penggunaan data ( Sistem Informasi K3 )
11. Pemeriksaan system manajemen / Audit SMK-3
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan

2.7 Langkah-langkah penerapan

Ada dua tahap dasar dalam proses penerpan yakni :


a. Tahap Persiapan , merupakan tahap awal yang berupa kegiatan :

8
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

 Komitmen Manajemen puncak


 Menentukan ruang lingkup
 Menerapkan cara penerapannya
 Mebentuk kelompok kerja
 Menetapkan sumber daya yag di perlukan

b. Tahap Pengembangan dan penerapan , tahap ini berisikan langkah yang harus dilakukan organisai
dengan melibat kan seluruh elemen organisasi, baik pada saat penyuluhan, kegiatan audit maupun
dalam pemeliharaan dan perbaikannya .

Penerapan Sistem Manajemen K-3 berbasis ISO berikut dengan gambar :

Gambar 2.2 Penerapan sistem k3

9
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

KOMITMEN K3, adalah totalitas , pandangan , sikap, ucapan dan tindakan dengan tujuan mendukung
keberhasilan penerpan K3.

Wujud Komitmen K3 :

1. Sikap dan ucapan serta tindakan Pimpinan Perusahaan pada setiap kesempatan selalu mengaitkan
dengan k3.
2. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menetukan
3. Memberi anggaran K3 yang cukup
4. Menyiapkan SDM yang tangguh.

Acuannya, dijabarkan , tertulis, dikomunikasikan, dipahami, dimengerti, dan dilaksanakan

Kebijakan K3:

 Merupakan penjabaran lebih lanjut dari komitmen k3 , dan dalam bentuk tertulis serta di tanda
tangani pimpinan tertinggi di perusahaan tersebut
 Kebijakan k3 mencakup:
 Perusahaan menerapkan prinsip-prinsip k3 dalam menjalan kan operasi nya
 Memandang manusia sebagai aset perusahaan yang harus di jaga dan dipelihara di
samping asset perusahaan lainnya
 Mematuhi setiap peraturan dan ketentuan k3

Dimana factor yang terkait dengan social dan keorganisasian di antaranya karakteristik Laboratorium,
training, pengawasan, pengupahan, dan lingkungan social.

10
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

 Karakter Perusahaan
 Mesin  Training
Atitude , Sifat , Karakteristik
 Peralatan Kerja  Pengawasan
fisik, minat, motivasi, jenis
 Material  Pengupahan
kelamin , pendidikan
 Lingkungan Fisik  Lingk. sosial
 Metoda
 Tata Cara
 Peraturan

Gambar 2.3 kebijakan k3

11
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

2.8 Organisasai K3

Ketrampilan yang diperlukan untuk mengelola usaha keselamatan dan kesehatan dalam suatu
organisasi tergantung pada banyak faktor. Bahaya dan resiko apa yang ada dalam organisasi? Jenis
teknologi apa yang menjalankan organisasi? Apakah pekerjaan memerlukan profesional manajemen
keselamatan dan kesehatan? Apakah memerlukan ketrampilan untuk mempengaruhi manajer operasi?
Apakah memerlukan ketrampilan teknis untuk masukan pada rancangan peralatan dan fasilitas? Apakah
masalah interpretasi legal diperlukan dalam pekerjaan ini?

Pada masa lalu, beberapa orang mempertimbangkan cara keselamatan secara sederhana sebagai
mengikuti akal sehat. Pada saat ini, safety dapat dengan mudah diamati pada situasi dimana koreksi
terlihat jelas. Usaha awal pada safety juga mencakup safety contest, safety slogans, dan safety poster. Ini
memberikan usaha awal bahwa keselamatan dan kesehatan adalah suatu permainan dan bahwa setiap
orang dapat melakukannya. Kemudian muncul tiga "E” dalam bidang safety : engineering, education,
dan enforcement.

Beberapa orang menambahkan E yang kelima : enthusiasm. Menerapkan elemen-elemen ini akan
memecahkan banyak permasalahan safety. Kita sekarang tahu bahwa terdapat pendekatan sederhana
untuk menetapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan yang kokoh.
Para praktisi keselamatan dan kesehatan saat ini harus menghadapi dan memecahkan berbagai masalah
rumit dengan peralatan yang baru dan lebih efektif. Ketrampilan yang diperlukan untuk menerapkan
peralatan ini sekarang dikenal sebagai multifaceted. Beberapa sertifikasi profesional telah muncul.
American Industrial Hygiene Association telah mengadopsi beberapa code yang mengatur para
anggotanya. Mereka mempersyaratkan bahwa anggotanya “melakukan profesinya mengikuti prinsip-
prinsip ilmiah yang dikenal dengan realisasinya bahwa kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan manusia
tergantung pada ketetapan profesional mereka....”

Demikian juga, American Society of Safety Engineers mempunyai kode etik dan mengizinkan
sertifikasi bahwa seseorang mempunyai bachelor degree dalam bidang safety dari institusi yang
terakreditasi (atau pilihan lainnya), mempunyai empat tahun pekerjaan safety, memenuhi kriteria
pemilihan dan lulus ujian Safety Fundamentals and Comprehensive Practice. Mereka menggambarkan
profesional safety sebagai “seorang yang terlibat dalam pencegahan kecelakaan, insiden dan kejadian
yang membahayakan manusia, property atau lingkungan. Mereka menggunakan analisa kuantitatif dan
kualitatif terhadap produk yang sederhana dan kompleks, system, operasi dan kegiatan untuk
mengidentifikasi bahaya.... Selain pengetahuan yang luas mengenai bahaya, pengendalian dan metode
assessment, profesional safety harus mempunyai pengetahuan mengenai fisika, kimia, biologi dan ilmu
perilaku, matematika, bisnis, pelatihan dan teknik pendidikan, konsep engineering, dan jenis-jenis operasi
khusus...”

Derajat praktisi keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu untuk menyusun dan menerapkan semua
ketrampilan ini tentunya tergantung pada sifat bahaya dan pekerjaan dalam organisasi. Corporate
downsizing telah mendorong praktisi safety menjadi kurang sebagai pelaksana dan lebih menjadi
pendorong. Ini memerlukan penerapan ketrampilan fasilitasi, advokasi dan menjadi tim atau group leader.
12
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Bahaya dengan kecenderungan ini adalah potensi dilusi dan/atau disolusi dari praktek profesional
keselamatan dan kesehatan. Apakah ini tampaknya akan dipertimbangkan sebagai pendekatan manajemen
dengan cara profesional lain seperti biologi, akuntansi atau engineering?

Pada beberapa organisasi, Corporate CEO menempatkan diri sebagai pejabat kepala safety. Dalam kasus
ini, gaya manajemen telah muncul pada titik dimana ini diketahui bahwa safety dimulai dari puncak.
Organisasi besar mempunyai Senior Vice President Health Safety and Environment dengan staf
profesional kesehatan dan keselamatan yang bekerja secara sentral atau secara tidak langsung melalui lini
organisasi. Pada banyak perusahaan kecil atau menengah, personel yang menangani masalah keselamatan
dan kesehatan memakai berbagai topi seperti sumber daya manusia atau manajemen fasilitas. Pemikiran
organisasional yang muncul mempunyai keselamatan dan kesehatan yang terintegrasi dalam unit bisnis
strategis dimana semua keperluan organisasi tersedia dalam kelompok. Beberapa orang menambahkan hal
ini dengan meletakkan matriks kecil yang tersentralisasi dari ahli-ahli fungsional.

Sebagian besar ahli organisasional akan menyarankan bahwa keselamatan dan kesehatan perlu untuk
sepenuhnya dihubungkan dengan aspek-aspek lain dari struktur organisasi. Menetapkan fungsi
keselamatan dan kesehatan yang tersentralisasi secara kuat yang bekerja mengatur secara top-down jelas
tidak masuk akal untuk suatu organisasi yang bekerja secara desentralisasi.

Dalam beberapa kasus, dimanapun kesehatan dan keselamatan ditempatkan dalam struktur, dengan
maksud untuk keberhasilannya, kegiatan keselamatan dan kesehatan harus sepenuhnya dihubungkan
dengan tujuan bisnis dari organisasi. Usaha kesehatan dan keselamatan harus memberikan nilai bisnis
yang jelas dan dapat diukur. Diskusi dengan bagian-bagian kunci dari organisasi utnuk menentukan misi
bersama dengan tujuan keselamatan dan kesehatan merupakan langkah pertama yang baik dalam
penyelarasan ini. Menyediakan saran keselamatan dan kesehatan secara masuk akal dan profesional ke
atas dan ke bawah dalam organisasi merupakan langkah selanjutnya untuk usaha yang berhasil serta
bernilai.

2.9 STRUKTUR ORGANISASI K3

Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan antara fungsi dan tugas
dari tiap – tiap bagian dalam suatu organisasi. Struktur organisasi k3 dapat dikategorikan sebagai berikut :

Departemen berdiri sendiri dan berada langsung dibawah General Manager

Departemen berada dibawah pengewasan departemen produksi

Departemen berada dibawah pengawasan departemen Maintenance

Berdiri secara independent, dan langsung berada dibawah pengawasan direktur.

Secara umum struktur organisasi departemen K3 dapat dilihat pada gambar berikut :

13
l
p
e
s
o
n
t
w
a
r
K
D
P
m
u
i
b
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

t
i
o
l
n
s
r
t
b
u
p
k
e
g
a
d
u
M
B
S
T
G
h
e
r

S
GTools
M Per
Tek Kepal
D
er aw
os at
haping
Bub
udang
l abor
m
enan
illing
rt
a
inda
e
nis
es
orni
i
ato
uti
um
Gambar 2.4 struktur organisasi k3 lab.Permesinan

Berikut nama – nama yang dosen maupun teknisi yang terlibat dalam struktur organisasi K3 di
Laboratorium Permesinan Politeknik Negeri Bandung:

14
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Keterangan :

1.
2.
3.
4. ML = Milling
Gambar 2.5 bagan dosen dan teknisi di permesinan

Resp = Teori (yang dilakukan pada sekali pertemuan di pertemuan pertama)


PDG = Pedestral Grinding (gerinda)
SH = Shaping (Sekrab)
u
t
lb
p
K
S
L
d
a
r
B
P
s
o
iD
Te
n
k
e
T
Ber n
DSST

Note: Nama nama dosen pengajar yang penulis buat disini adalah nama-nama dosen tingkat I ,
karena penulis sendiri masih berada pada tingkat I

Bagian–bagian yang terlibat langsung dalam manajemen K3 antara lain:


Kepala Laboratorium
K
ose
l abo

Merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang mengelola dan mengambil
keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas divisinya, khususnya dalam hal
penanganan keselamatan dan kesehatan kerja di permesinan

Dosen Laboratorium

15
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Sebagai mengarahkan, membagi, mengawasi dan memberi penilaian setiap pekerjaan yang
dibebankan kepada tiap pelaksana.

 Teknisi
Merupakan pekerja level terakhir yang bertugas menjalankan kegiatan untuk menjalankan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium Tersebut .

Adapun Struktur Organisasi Jurusan teknik Mesin Adalah :

Kepala Laboratorium bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan Teknik Mesin.

KETUA JURUSAN
TEKNIK MESIN
Majelis Jurusan

SEK. JURUSAN

Management Representative

Ketua Program ME Ka.Lab CNC-CADCAM Ka.KBK


Ka.Lab Bahan
Ka.Lab Pemesinan
Ketua Program AE
Ka.Lab FabrikasiKa.Lab Perawatan

Gambar 2.6 struktur organisasi jrusan teknk mesin


Salah satu tugas yang utama dari Kepala Laboratorium berdasarkan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9000:2000 adalah membuat Jadwal Praktikum dan melaporkan nilai hasil
Praktikum pada Ketua program, jadwal yang dimaksud adalah detail kegiatan di Laboratorium
selama 1 (satu) semester, didalam jadwal praktikum biasanya memuat tentang materi praktikum
kapan dilaksanakan, berapa lama dan oleh siapa praktikum tersebut di bimbing, pembuatan
jadwal ini dapat dilakukan apabila kurikulum pada semester yang akan berjalan telah terlebih
dahulu ditetapkan SAP nya oleh pihak Jurusan, sehingga setelah kurikulum ditetapkan Program
studi akan membuatkan daftar program praktikum pada semester yang akan berjalan beserta
dengan Daftar mahasiswa dari sini kemudian dapat di buatkan menjadi Jadwal Praktikum untuk

16
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

semester yang akan berjalan. Disamping Jadwal Praktikum seorang kepala Laboratorium juga
harus membuat detail keperluan INTERN Laboratorium seperti;

 Menyusun rencana penjadwalan praktikum,


 Menyusun kebutuhan bahan penunjang kegiatan Praktikum,
 Membagi tugas dan memberi pengarahan Intruktur Praktikum dan teknisi,
 Menjaga keandalan Fasilitas,
 Mengkoordinasikan serta melaksanakan penilaian Kegiatan praktikum bagi mahasiswa
agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik,
Menentukan dosen pengganti bilamana dosen yang bersangkutan berhalangan

Layout Laboratorium Permesinan :

17
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

L ay O ut

BR R o llin g d o o r
KOM PRESO R

F4 F4 F4 F4 K b
GUDANG
b B ahan

F3 F3 F3 F3 b b
G ENSET

T o o l S to r e

GUDANG
A la t

mi R .D O S E N

gd GUDANG

gd
R .T E O R I
gf Gf EDM W C1
K e la s R . D osen
W C2

R . D osen gp gp gp gp

Gambar 2.7 layout laboratorium permesinan

2.10 UUD k3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 1970

TENTANG

18
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

KESELAMATAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;

b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya;

c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien;

d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma
perlindungan kerja;

e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi;

Mengingat :

1.      Pasal-pasal 5, 20 dan 27 Undang-Undang Dasar 1945;

2.      Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran
Negara No. 2912);

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.

MEMUTUSKAN :

1.      Mencabut : Veiligheidsreglement Tahun 1910 (Stbl. No. 406),

2.      Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KESELAMATAN KERJA.

BAB I.

TENTANG ISTILAH-ISTILAH

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :

(1)   “tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana

19
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut;

(2)   “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri;

(3)   “pengusaha” ialah :

a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha  milik sendiri dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;

b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan
untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili  orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan
(b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.

(4)   “direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-
undang ini;

(5)   “pegawai pengawas” ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja;

(6)   “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

BAB II.

RUANG LINGKUP

Pasal 2.

(1)      Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

(2)      Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :

a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, mekanik. perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut            atau disimpan bahan atau
barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuh tinggi;

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan   atau pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;

20
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau
hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-
batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan;

f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di
permukaan air, dalam air maupun di udara;

g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;

h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;

i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;

k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran;

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan
alat teknis;

q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau
air;

r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan,
instalasi listrik atau

(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau lapangan-
lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan atau yang
berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).

BAB III.

SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA.

Pasal 3.

21
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan,
infeksi dan penularan;

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.

(2)       Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di
kemudian hari.

Pasal 4.

22
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

(1)   Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan
dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.

(2)   Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang
disusun secara teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau
pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi
guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan
keselamatan umum.

(3)   Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2) :
dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat
keselamatan tersebut.

BAB IV.

PENGAWASAN

Pasal 5.

a. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

b.Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan
Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6.

(1)   Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding
kepada Panitia Banding.

(2)   Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(3)   Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7.

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut
ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8.

(1)   Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan padanya.

23
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

(2)   Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara
berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.

(3)   Norma-norma mengenai pengujian keselamatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.

BAB V.

PEMBINAAN.

Pasal 9.

(1)   Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d.      Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

(2)   Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga
kerja tersebut telah memahami syaratsyarat tersebut di atas.

(3)   Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

(4)   Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.

BAB VI.

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 10.

(1)   Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja-sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau

24
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

(2)   Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja.

BAB VII.

KECELAKAAN.

Pasal 11.

(1)   Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2)   Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur
dengan peraturan perundangan.

BAB VIII.

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA.

Pasal 12.

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan
kerja;

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-
alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IX.

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA.

Pasal 13.

Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja
dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

25
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

BAB X.

KEWAJIBAN PENGURUS.

Pasal 14.

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja
yang diwajibkan, sehelai Undang - undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.

BAB XI.

KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP.

Pasal 15.

(1)   Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.

(2)   Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran
peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah).

(3)   Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16.

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang ini
mulai berlaku wajib mengusahakan di didalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku,
untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 17.

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum
dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini
mulai berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.

26
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Pasal 18.

Undang-undang ini disebut “UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA” dan mulai berlaku pada
hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal 12 Januari 1970.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO.

Jenderal T.N.I.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 1970.

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ALAMSJAH

Mayor Jenderal T.N.I.

PENJELASAN

ATAS

27
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970

TENTANG

KESELAMATAN KERJA.

PENJELASAN UMUM

Veiligheidsreglement yang ada sekarang dan berlaku mulai 1910 (Stbl. No. 406) dan semenjak itu di
sana-sini mengalami perobahan mengenai soal-soal yang tidak begitu berarti, ternyata dalam banyak hal
sudah terbelakang dan perlu diperbaharui sesuai dengan perkembangan peraturan perlindungan tenaga
kerja lainnya dan perkembangan serta kemajuan teknik, teknologi dan industrialisasi di Negara kita
dewasa ini dan untuk selanjutnya. Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang
serba pesik banyak dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak diolah dan dipergunakan,
sedangkan mekanisasi dan elektrifikasi diperluas di mana-mana.

Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal
berlangsung pulalah peningkatan intensitet kerja operasionil dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini
memerlukan pengerahan tenaga secara intensief pula dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan
hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab
terjadinya kecelakaan.

Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawatpesawat dan sebagainya yang
serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya
pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan
penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah difahami perlu adanya pengetahuan keselamatan kerja dan
kesehatan kerja yang maju dan tepat.

Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang merupakan
faktor sangat penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga-kerja
yang bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan
produktivitas kerja.

Pengawasan berdasarkan Veiligheidsreglement seluruhnya bersifat repressief.

Dalam Undang-undang ini diadakan perobahan prinsipiil dengan merobahnya menjadi lebih diarahkan
pada sifat preventief.

Dalam praktek dan pengalaman dirasakan perlu adanya pengaturan yang baik sebelum perusahaan-
perusahaan, pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel didirikan, karena amatlah sukar untuk merobah atau
merombak kembali apa yang telah dibangun dan terpasang di dalamnya guna memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja yang bersangkutan.

Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang lama, banyak mendapatkan perobahan-perobahan yang
penting, baik dalam isi, maupun bentuk dan sistimatikanya. Pembaruan dan perluasannya adalah
mengenai :

1.      Perluasan ruang lingkup.

28
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

2.      Perobahan pengawasan repressief menjadi preventief.

3.      Perumusan teknis yang lebih tegas.

4.      Penyesuaian tata-usaha sebagaimana diperlukan bagi pelaksanaan pengawasan.

5.      Tambahan pengaturan pembinaan Keselamatan Kerja bagi management dan Tenaga Kerja.

6.      Tambahan pengaturan mendirikan Panitya Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.

7.      Tambahan pengaturan pemungutan retribusi tahunan.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1.

Ayat (1).

Dengan perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya Undang undang ini jelas ditentukan oleh tiga unsur:

1        Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha,

2        Adanya tenaga kerja yang bekerja disana,

3        Adanya bahaya kerja ditempat itu.

Tidak selalu tenaga kerja harus sehari-hari bekerja dalam sesuatu tempat kerja. Sering pula mereka untuk
waktu-waktu tertentu harus memasuki ruangan-ruangan untuk mengontrol, menyetel, menjalankan
instalasi-instalasi, setelah mana mereka keluar dan bekerja selanjutnya di lain tempat. Instalasi-instalasi
itu dapat merupakan sumber-sumber bahaya dan dengan demikian haruslah memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja yang berlaku baginya, agar setiap orang termasuk tenaga kerja yang memasukinya dan
atau untuk mengerjakan sesuatu disana, walaupun untuk jangka waktu pendek, terjamin keselamatannya.
Instalasi-instalasi demikian itu misalnya rumah-rumah, transformator, instalasi pompa air yang setelah
dihidupkan berjalan otomatis, ruangan-ruangan instalasi radio, listrik tegangan tinggi dan sebagainya.

Sumber berbahaya adakalanya mempunyai daerah pengaruh yang meluas. Dengan ketentuan dalam ayat
ini praktis daerah pengaruh ini tercakup dan dapatlah diambil tindakan-tindakan penyelamatan yang
diperlukan. Hal ini sekaligus menjamin kepentingan umum.

Misalnya suatu pabrik dimana diolah bahan-bahan kimia yang berbahaya dan dipakai serta dibuang
banyak air yang mengandung zat-zat yang berbahaya. Bila air buangan demikian itu dialirkan atau
dibuang begitu saja ke dalam sungai maka air sungai itu menjadi berbahaya, akan dapat mengganggu
kesehatan manusia, ternak ikan dan pertumbuhan tanam-tanaman.

Karena itu untuk air bungan itu harus diadakan penampungannya tersendiri atau dikerjakan pengolahan
terdahulu, dimana zat-zat kimia di dalamnya dihilangkan atau dinetraliseer, sehingga airnya itu tidak
berbahaya lagi dan dapat dialirkan kedalam sungai.

29
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Dalam pelaksanaan Undang-undang ini dipakai pengertian tentang tenaga kerja sebagaimana dimuat
dalam Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, maka dipandang
tidak perlu di muat definisi itu dalam Undang-undang ini.

Usaha-usaha yang dimaksud dalam Undang-undang ini tidak harus selalu mempunyai motif ekonomi atau
motif keuntungan, tapi dapat merupakan usaha-usaha sosial seperti perbengkelan di Sekolah-sekolah
teknik, usaha rekreasi-rekreasi dan di rumah-rumah sakit, di mana dipergunakan instalasi-instalasi listrik
dan atau mekanik yang berbahaya.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6).

Guna pelaksanaan Undang-undang ini diperlukan pengawasan dan untuk ini diperlukan staf-staf tenaga-
tenaga pengawas yang kuantitatief cukup besar serta bermutu.

Tidak saja diperlukan keahlian dan penguasaan teoritis bidang-bidang spesialisasi yang beraneka ragam,
tapi mereka harus pula mempunyai banyak pengalaman di bidangnya.

Staf demikian itu tidak didapatkan dan sukar dihasilkan di Departemen Tenaga Kerja saja.

Karena itu dengan ketentuan dalam ayat ini Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk tenaga-tenaga ahli
dimaksud yang berada di Instansi-instansi Pemerintah dan atau Swasta untuk dapat memformeer
Personalia operasionil yang tepat.

Maka dengan demikian Menteri Tenaga Kerja dapat mendesentralisir pelaksanaan pengawasan atas
ditaatinya Undang-undang ini secara meluas, sedangkan POLICY NASIONALNYA tetap menjadi
TANGGUNG-JAWABNYA dan berada di tangannya, sehingga terjamin pelaksanaannya secara
SERAGAM dan SERASI bagi seluruh Indonesia.

Pasal 2.

Ayat (1).

Materi yang diatur dalam Undang-undang ini mengikuti perkembangan masyarakat dan kemajuan teknik,
teknologi serta senantiasa akan dapat sesuai dengan perkembangan proses industrialisasi Negara kita
dalam rangka Pembangunan Nasional  Selanjutnya akan dikeluarkan peraturan-peraturan organiknya,
terbagi baik atas dasar pembidangan teknis maupun atas dasar pembidangan industri secara sektoral.
Setelah Undang-undang ini, diadakanlah Peraturan-peraturan perundangan Keselamatan Kerja bidang
Listrik, Uap, Radiasi dan sebagainya, pula peraturan perundangan Keselamatan Kerja sektoral, baik di
darat, di laut maupun di udara.

Ayat (2).

30
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Dalam ayat ini diperinci sumber-sumber bahaya yang dikenal dewasa ini yang bertalian dengan:

1.      Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan
sebagainya.

2.      Lingkungan,

3.      Sifat pekerjaan.

4.      Cara kerja.

5.      Proses produksi.

Ayat (3).

Dengan ketentuan dalam ayat ini dimungkinkan diadakan perubahan-perobahan atas perincian yang
dimaksud sesuai dengan pendapatan-pendapatan baru kelak kemudian hari, sehingga Undang-undang ini,
dalam pelaksanaannya tetap berkembang.

Pasal 3.

Ayat (1).

Dalam ayat ini dicantumkan arah dan sasaran-sasaran secara konkrit yang harus dipenuhi oleh syarat-
syarat keselamatan kerja yang akan dikeluarkan.

Ayat (2).   Cukup jelas.

Pasal 4.

Ayat (1).

Syarat-syarat keselamatan kerja yang menyangkut perencanaan dan pembuatan diberikan pertama-tama
pada perusahaan pembuata atau produsen dari barang-barang tersebut, sehingga kelak dalam
pengangkutan dan sebagainya itu barang-barang itu sendiri tidak berbahaya bagi tenaga kerja yang
bersangkutan dan bagi umum, kemudian pada perusahaan-perusahaan yang memperlakukannya
selanjutnya yakni yang mengangkutnya, yang mengedarkannya, memperdagangkannya, memasangnya,
memakainya atau mempergunakannya, memeliharanya dan menyimpannya. Syarat-syarat tersebut di atas
berlaku pula bagi barang-barang yang didatangkan dari luar negeri.

Ayat (2). Dalam ayat ini ditetapkan secara konkrit ketentuan-ketentuan

yang harus dipenuhi oleh syarat-syarat yang dimaksud.

Ayat (3). Cukup jelas.

Pasal 5  Cukup jelas.

31
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Pasal 6.  Cukup jelas. Panitia Banding ialah Panitia Teknis, yang anggota-anggotanya terdiri dari ahli-ahli
dalam bidang yang diperlukan.

Pasal 7.  Cukup jelas.

Pasal 8.  Cukup jelas.

Pasal 9.  Cukup jelas.

Pasal 10.

Ayat (1).

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi pertimbangan dan dapat membantu
pelaksanaan usaha pencegahan kecelakaan dalam,perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberikan
penjelasan dan penerangan efektif pada para pekerja yang bersangkutan.

Ayat (2).

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Badan yang terdiri dari unsur-unsur
penerima kerja, pemberi kerja

dan pemerintah (tripartite).

Pasal 11.  Cukup jelas.

Pasal 12.  Cukup jelas.

Pasal 13.

Yang dimaksud dengan barang siapa ialah setiap orang baik yang bersangkutan maupun tidak
bersangkutan dengan pekerjaan di tempat kerja itu.

Pasal 14.  Cukup jelas.

Pasal 15.  Cukup jelas.

Pasal 16.  Cukup jelas.

Pasal 17.

Peraturan-peraturan Keselamatan Kerja yang ditetapkan berdasarkan veiligheidsreglement 1910 dianggap


ditetapkan berdasarkan Undang-undang ini sepanjang tidak bertentangan dengannya.

Pasal 18.  Cukup jelas.

32
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

BAB III

Identifikasi Bahaya

3.1Hazard

Sebuah Bahaya didefinisikan sebagai situasi dengan potensi menyebabkan kerugian kepada
manusia kesehatan atau keselamatan.

Tujuan dari proses identifikasi bahaya adalah untuk memastikan bahwa operator dan anggota dari
angkatan kerja tahu ada bahaya tentang yang dapat menyebabkan peristiwa kecelakaan besar di
fasilitas/tempat kerja mereka, dan bahwa bahaya baru diakui sebelum mereka diperkenalkan.

Setelah bahaya telah diidentifikasi, operator fasilitas akan dapat mengambil tindakan untuk
benar-benar mengatur mereka. Sangat penting untuk menguasai teknik dalam mengidentifikasi bahaya,
atau teknik, yang memberikan memadai kedalaman analisis.

identifikasi bahaya harus memberikan kesadaran yang cukup, pengetahuan dan pemahaman tentang
bahaya \untuk dapat mencegah dan mengurangi hasil yang tidak diinginkan. identifikasi bahaya
memberikan dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mendefinisikan dan membenarkan pilihan dari
tindakan pengendalian untuk mengurangi risiko.

 Lengkap dan acara jenis bahaya harus dipertimbangkan dan output dari bahaya proses identifikasi
sepenuhnya didokumentasikan.

 bahaya yang teridentifikasi tidak boleh diabaikan atau dengan potongan hanya karena tindakan kontrol,
atau akan, di tempat.

 Proses identifikasi bahaya harus mempertimbangkan semua modus pengoperasian fasilitas tersebut, dan
semua kegiatan yang diharapkan terjadi. Hal ini juga harus mempertimbangkan masalah-masalah manusia
dan sistem serta sebagai isu rekayasa.

 Proses identifikasi bahaya harus mengakui bahwa kombinasi kegagalan dapat terjadi,

walaupun mungkin tampak sangat tidak mungkin. Hal ini penting untuk sistematis, juga diperlukan untuk
berpikir lateral.

 Proses identifikasi bahaya harus terus menerus dan dinamis. Seharusnya tidak hanya dilakukan selama
perkembangan kasus keselamatan, tetapi juga dalam berbagai keadaan yang ditetapkan, seperti

ketika ada modifikasi fasilitas, sesudah kejadian kecelakaan besar atau terjadinya berbahaya , jika
kekurangan ukuran kontrol diidentifikasi, dan pada interval ditetapkan.

ALARP

Istilah ini mengacu pada mengurangi risiko ke tingkat yang serendah

33
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Practicable. Praktis. Dalam prakteknya, ini berarti bahwa operator harus menunjukkan melalui dan
didukung argumen beralasan bahwa tidak ada pilihan praktis lainnya

yang cukup dapat diadopsi untuk mengurangi risiko lebih lanjut.

Kontrol Ukur

Kontrol adalah setiap sistem, prosedur, proses, perangkat atau cara lain

menghilangkan, mencegah, mengurangi atau mengurangi risiko peristiwa kecelakaan besar yang timbul
pada atau di dekat fasilitas. tindakan Control berarti dimana risiko

kesehatan dan keselamatan dari peristiwa dihilangkan atau diminimalkan. Kontrol dapat mengambil
banyak bentuk, termasuk peralatan fisik, sistem kontrol proses, manajemen , proses, atau pemeliharaan
prosedur operasi, rencana tanggap darurat, dan kunci personil dan tindakan mereka.

Formal Keselamatan Penilaian

Suatu penilaian keselamatan formal dalam konteks peraturan OPGGS (S), adalah penilaian atau
serangkaian penilaian yang mengidentifikasi semua bahaya memiliki

potensi menimbulkan peristiwa kecelakaan besar, adalah rinci dan sistematis

penilaian risiko yang terkait dengan masing-masing bahaya, termasuk

kemungkinan dan konsekuensi dari setiap peristiwa besar kecelakaan potensial; dan

mengidentifikasi langkah-langkah lain kontrol dan teknis yang diperlukan untuk mengurangi risiko ke
tingkat yang serendah praktis [OPGGS (S) peraturan

2.5(2)] 2.5 (2)]

Standar Kinerja

Standar Kinerja berarti standar, didirikan oleh operator, dari kinerja yang diperlukan dari suatu sistem,
item peralatan, orang atau prosedur yang digunakan sebagai dasar untuk mengelola risiko sebuah
peristiwa besar kecelakaan [OPGGS (S)

regulation 1.5]. peraturan 1,5].

Penilaian Risiko

34
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Penilaian risiko adalah proses estimasi kemungkinan kejadian dari konsekuensi tertentu (kejadian yang
tidak diinginkan) dari keparahan diberikan.

Tenaga Kerja

Anggota dari angkatan kerja termasuk anggota angkatan kerja yang:

(A) diidentifikasi sebelum kasus keselamatan dikembangkan, dan

(B) bekerja, atau mungkin bekerja, pada fasilitas yang relevan.

[OPGGS(S) regulation 2.11(3)] [OPGGS (S) peraturan 2.11 (3)]

3.2 Tujuan dan Hasil Identifikasi Bahaya

Hasil dari proses identifikasi bahaya adalah untuk:

 mengidentifikasi semua bahaya untuk kesehatan dan keselamatan orang pada atau dekat fasilitas;

 mengidentifikasi peristiwa yang terkait dan hasil dan peringkat mereka berdasarkan risiko;

 menunjukkan hubungan yang jelas antara bahaya, penyebab dan peristiwa potensial;

 mengidentifikasi bahaya dapat menyebabkan peristiwa kecelakaan besar;

 menyediakan operator dan tenaga kerja dengan pengetahuan yang cukup kesadaran, dan

pemahaman tentang bahaya untuk dapat mencegah dan menangani kecelakaan dan bahaya

 memberikan catatan sistematis dari semua bahaya yang teridentifikasi yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan orang pada atau dekat fasilitas, dan khususnya mereka yang dapat
mengakibatkan kecelakaan besar acara, bersama dengan asumsi, dan

 memberikan dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mendefinisikan dan membenarkan seleksi


(dan

penolakan) langkah-langkah kontrol untuk menghilangkan atau mengurangi resiko

3.3 Poin sukses Proses Identifikasi Bahaya

Faktor-faktor berikut mengarah ke identifikasi bahaya yang sukses:

 Proses identifikasi bahaya harus sesuai dan relevan dengan fasilitas;

 bahaya harus mengambil pandangan segar dari setiap pengetahuan yang ada, dan harus tidak secara
otomatis menganggap bahwa tidak ada pengetahuan baru yang diperlukan;

35
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

 anggota yang tepat dari tenaga kerja secara aktif terlibat dan teratur dan berkelanjutan

konsultasi terjadi;

 Asumsi dan ketidakpastian secara eksplisit diidentifikasi dan dicatat untuk analisis selanjutnya;

 Semua metode, hasil, asumsi dan data sepenuhnya didokumentasikan

 Identifikasi didokumentasikan dari bahaya secara teratur dipelihara (update misalnya dari alert dan
insiden) dan digunakan sebagai dokumen hidup Hasil dari identifikasi bahaya harus digunakan untuk
rencana pengelolaan kesehatan dan keselamatan dan harus diberikan kepada orang yang membutuhkan itu
dalam rangka untuk bekerja dengan aman. Pengetahuan tentang bahaya dan implikasinya diperlukan
untuk langkah berikutnya dari pengembangan kasus proses keselamatan, termasuk penilaian risiko dan
evaluasi tindakan pengendalian.

Ruang Lingkup

Dalam menentukan lingkup dari proses identifikasi bahaya, operator harus mempertimbangkan mana
untuk mengatur batas-batas untuk belajar masing-masing. Hal ini penting untuk mendefinisikan dan
merekam setiap asumsi relevan dengan fasilitas atau kegiatan dan kemudian memastikan bahwa proses
identifikasi bahaya beroperasi dalam amplop yang ditetapkan. Ini dapat membantu untuk membagi
fasilitas tersebut menjadi bagian-bagian dikelola, daerah atau Kegiatan untuk proses identifikasi bahaya.
Namun demikian, jika keseluruhan lingkup bahaya identifikasi dibagi menjadi bagian-bagian diskrit atau
studi, interface pada batas antara berbagai studi perlu khusus termasuk juga. Perawatan harus diambil
ketika memutuskan untuk mengecualikan setiap daerah atau operasi, dan alasan dicatat untuk tujuan
untuk menunjukkan di keselamatan kasus bahwa keputusan tersebut telah tepat.

3.4 Singkatan / Akronim

ALARP As Low As Reasonably Practicable

EER Evakuasi, Escape dan Analisis Rescue

FD Fasilitas Deskripsi

FMEA Failure Mode Effects Analysis

FMECA Failure Mode Effects and Criticality Analysis

FSA Formal Safety Assessment

HAZID Hazard Identification Study

HAZOP Hazard and Operability Study

HSR Health and Safety Representative

JHA Job Hazard Analysis

36
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

JSA Job Safety Analysis

LEL Lower Explosive Limit

LOPA Layers of Protection Analysis

MAE Major Accident Event

MoC Management of Change

OPGGS(S) Offshore Petroleum and Greenhouse Gas Storage (Safety) Regulations 2009 MSDS Material
Safety Data Sheet

NOPSA National Offshore Petroleum Safety Authority

OHS Occupational Health and Safety

OPGGSA Offshore Petroleum and Greenhouse Gas Storage Act 2006

QRA Quantitative Risk Analysis

SMS Safety Management System

BAB IV

Bengkel Permesinan POLBAN


(Politeknik Negeri Bandung)

Bengkel Permesinan berdiri bersamaan dengan berdirinya POLBAN(Poilteknik Negeri


Bandung) melalui SK Direktur Jendral Pendidikan Tinggi No. 03/DJ/Kep/1979 tanggal 27 Januari 1979,
dan dinamakan Politeknik ITB karena berada dalam naungan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan 4
program studi dalam tiga jurusan yaitu Program studi Teknik Mesin (Jurusan Teknik Mesin); Program
studi Teknik Sipil (Jurusan Teknik Sipil); Program studi Teknik Elektronika dan Teknik Listrik (Jurusan
Teknik Elektro). Tetapi pada Tahun 1997 POLITEKNIK ITB menjadi institusi mandiri berpisah dari ITB
secara passing out menjadi Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) melalui Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 085/O/1997. Bengkel Permesinan terletak di dalam Kampus Polban di
daerah sebelah atas. Di Bengkel Permesinan mahasiswa diberi ilmu tentang bagaimana cara
mengoperasikan berbagai macam mesin yang sering digunakan oleh berbagai Industri sehingga
mahasiswa sudah mendapatkan gambaran bagaimana dunia industri kelak mereka akan bekerja karena

37
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

mahasiswa memang dipersiapkan dan dituntut untuk membekali ilmu ilmu yg di butuhkan oleh industry
industry di dunia kerja. Di dalam Bengkel Permesinan khususnya untuk mahasiswa Tingkat Pertama pada
semester I, mahasiswa diajarkan dan dites untuk mengoperasikan berbagai mesin yg digunakan di
berbagai industry, diantaranya: Mesin Grinding, Mesin Milling, Mesin Scrab, Mesin Bubut.

Visi dan Misi Program Teknik Mesin


Program Teknik Mesin
VISI MISI
‘’ MENJADIKAN PROGRAM STUDI 1.Melaksanakan pelayanan pendidikan berdasarkan
UNGGULAN DALAM PENDIDIKAN kebutuhan Industri.
VOKASI, UNTUK MEMBENTUK TENAGA 2. Menghasilkan lulusan yang mempunyai
AHLI MENENGAH DIBIDANG TEKNIK kemampuan teknis dan manajerial dalam:
MESIN SESUAI STANDAR KOMPETENSI a. Merencanakan dan melaksanakan pekerjaan
komplek.
INDUSTRI.’’ b. Melakukan pemecahan masalah secara mandiri
dan bekerja sama dalam tim.
3. Menghasilkan lulusan yang:
a. Mempunyai Integritas dan etika profesi.
b. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidangnya
Tabel 1. Visi misi prodi teknik mesin

38
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

gambar 4.1 visi prodi teknik mesin

gambar 4.2 misi prodi teknik mesin

4.1 Gambar dan bagian mesin serta kecelakaan nya

4.1.1 Mesin Gerinda

Mesin Grinding atau yang disebut Mesin Gerinda adalah mesin yang digunakan untuk
mengikis/membentuk permukaan benda dengan cara menempelkan benda yang ingin dikikis ke batu
gerinda yang sedang berputar ketika mesin sedang dioperasikan sehingga permukaan benda akan terkikis.

Mesin Pedestal Grinding dan Bagian-Bagiannya serta Fungsinya :

Motor listrik
Tutup roda
gerinda
Batu gerinda

Meja pengasah

Sakelar
Pengatur sudut

Badan mesin Gambar 4.3 msin


gerinda
39
Tempat air
pendingin
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

No Nama Bagian Fungsi


1. Batu gerinda Untuk menggerinda
2. Meja pengasah Untuk menyangga benda kerja
3. Tempat air pendingin Sebagai tempat air pendingin
4. Sakelar Untuk menyalakan dan mematikan mesin
5. Tutup roda gerinda Untuk menutupi roda gerinda
6. Motor lstrik Sebagai penggerak mesin gerinda
7. Pengatur sudut Untuk mengatur kemiringan sudut meja
pengasah
8. Badan mesin gerinda Sebagai dudukan mesin gerinda
Tabel 2. Bagian dan fungsi mesin gerinda

Alat – Alat Bantu dan Fungsinya


No Nama Alat Fungsi Gambar

1. Penggaris Untuk menggaris

2. Penggores Untuk menggores


benda kerja

3. Air pendingin Untuk


mendinginkan
benda kerja

4. Bevel Protector Untuk mengukur


sudut

40
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Kikir Untuk mengikir


benda kerja

5. Pengasah Untuk mengasah batu


gerinda
Tabel 3. Alat alat bantu dan fungsi mesin gerinda

Jenis kecelakaan pada mesin gerinda

Kecelakaan Penyebab Pencegahan


- Batu gerinda terbelah - Ketika memegang benda tenaga - Pegang benda kerja dengan kuat
- Tangan terbakar/kapalan kurang kuat sehingga benda dan penuh konsentrasi
- Tangan masuk ke mesin masuk ke mesin gerinda dan - Sekiranya benda kerja sudah
gerinda membuat batu gerinda terbelah terasa panas berhentilah sejenak
- Mengikis batu gerinda terlalu dan masukan benda kerja ke
lama dalam cairan bromus/pendingin
- Operator terlalu mendekatkan - Pastikan sebelum
tangannya ke batu gerinda dan mengoperasikan mesin tubuh
kurang konsentrasi anda dalam keadaan fit
Tabel 4. Kecelakaan pada mesin gerinda

Gambar 4.4. Mesin Gerinda

41
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

4.1.2 Mesin Milling

Mesin Milling adalah mesin yang digunakan untuk mengikis/memotong/memakan permukaan


benda dengan cara memotongnya dengan pisau cutter/cutting yang diputar sehingga permukaan benda
bisa dibentuk sesuai dengan kebutuhan operator.

NAMA BAGIAN MESIN FRAIS

Dua golongan besar jenis mesin frais horizontal dan mesin frais vertical, dimana mesin frais
horizontal adalah cocok untuk pengerjaan frais yang paling banyak dijumpai, dimana mesin itu
mempunyai cirri yaitu poros utama yang terletak horizontal.

Bagian-bagian utama mesin frais:

a. Coloumn : Merupakan dudukan dari bagian-bagian lainnya dan di bagian dalamnya terdapat
motor yang dapat menggerakan spindle dan feed

b. Knee : Daat digerakkan vertikl untuk mengatur naik turunnya spindle dan meja sebagai
tempat benda kerja, sehingga kedalaman potong dapat diatur.

c. Overarm : Merupakan bangun penopang untuk memegang perkakas (cutter) yang berputar
dengan spindle.

Mesin frais universal mempunya kelebihan yaitu meja memanjang dan diserong terhadap sumbu
utamanya, sehingga memungkinkan untuk mengefrais alur yang berbentuk skrup.Mesin frais vertical
mempunyai sumbu mesin yang terletak vertical. Bila poros utama vertical itu dapat diserongkan maka
memungkinkan untuk mengefrais alur berbentuk skrup dan poros vertical dapat distel secara aksial.

Fungsi mesin frais yaitu meratakan permukaan, membuat alur, membuat roda gigi, membesarkan
lubang, mengebor, meluaskan lubang (reamer), DLL.

Bagian-bagian penting dari mesin frais :

1. Badan adalah bagian yang menahan seluruh bagian-bagian mesin. Didalamnya terdapat
motor penggerak,susunan roda gigi pengatur kecepatan putar, tempat minyak pelumas
bagian yang berputar, dan tempat penyimpanan cairan pendingin.
2. Paksi atau spindle adalah poros utama mesin frais dan berfungsi sebagai tempat dudukan
poros frais(arbour).
3. Lengan adalah bagian mesin frais yang berguna sebagai tempat kedudukan penopang
ujung poros frais dan letaknya pada bagian paling atas mesin tersebut.
4. Lutut adalah tempat kedudukan meja dan eretan meja(sadel).
5. Eretan meja atau sadel adalah bagian yang menyokong meja dan terpasang diatas lutut

42
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Jenis kecelakaan pada Mesin Milling

Kecelakaan Penyebab Pencegahan


- pisau cutter/cutting patah - Pisau cutter/cutting memakan - Setting lah pemakanan benda
- Benda kerja terlempar benda terlalu dalam dengan batas maksimal
- Tangan terkena pisau - Pencengkraman benda kurang kemampuan pisau cutter/cutting
cutter/cutting kuat - Pastikan ragum yg digunakan
- Operator mendekatkan untuk mencengkram benda sudah
tangannya ke pisau cutter/cutting kuat
ketika mesin sedang dioperasikan - Jangan dekatkan tangan ketika
mesin sedang dioperasikan

Tabel 5. kecelakaan pada mesin milling

gambar 4.5 mesin milling

4.1.3 Mesin Scrab

Mesin Scrab adalah mesin yang digunakan untuk mengikis/memotong/memakan permukaan


benda dengan cara memotongnya dengan pahat yang bergerak maju mundur sehingga permukaan benda
termakan dan bisa dibentuk sesuai dengan kebutuhan operator.

Bagian – bagian dari mesin Sekrab:

43
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

a. Ram, yaitu bagian dari mesin ketam yang membawa pahat, diberi gerak ulak-alik sama
dengan panjang langkah yuang diinginkan.
b. Kunci ram, berfungsi agar ram tetap pada kedudukannya, sehingga panjang langkah
potong tidak berubah.
c. Kunci kepala pahat, untuk mengunci pahat yang terpasang
d. Pengatur kedudukan ram, untuk mengatur kedudukan ram pada posisi yang diinginkan
e. Hantaran ulir, untuk mengatur besarnya kedalaman pemakanan pahat pada benda kerja.
f. Hendel pahat, berfungsi untuk menyetel kedudukan pahat.
g. Kotak lonceng, berfungsi agar pahat tidak menyayat benda kerja saat kembali ke posisi
awal.
h. Meja kerja, berfungsi sebagai tempat peletakan benda kerja, biasanya terdapat ragum
diatasnya.
i. Motor listrik, berfungsi sebagai sumber daya untuk menjalankan mesin.
j. Tuas kecepatan, berfungsi untuk mengatur kecepatan gerakan ram.
k. Dial panjang langkah, berfungsi untuk mengatur panjang langkah pemakanan.
l. Hantaran vertikal dan horisontal, berfungsi agar meja kerja dapat bergerak vertikal dan
horisontal.

Jenis kecelakaan pada Mesin Sekrab

Kecelakaan Penyebab Pencegahan


- Pahat patah - Pahat memakan benda terlalu - Setting lah pemakanan benda
- Benda kerja terlempar dalam dengan batas maksimal
- Tangan terkena pisau - Pencengkraman benda kurang kemampuan pisau cutter/cutting
cutter/cutting kuat - Pastikan ragum yg digunakan
- Operator mendekatkan untuk mencengkram benda sudah
tangannya ke pisau cutter/cutting kuat
ketika mesin sedang dioperasikan - Jangan dekatkan tangan ketika
mesin sedang dioperasikan

Tabel 6. kecelakaan pada mesin sekrab

44
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar 4.6 mesin sekrab

4.1.4 Mesin Bubut

Mesin Bubut adalah mesin yang digunakan untuk mengikis/memotong/memakan permukaan


benda dengan cara benda kerja dicekam dan diputar lalu permukaan dimakan menggunakan pahat yang
diam sehingga permukaan benda bisa dibentuk sesuai dengan kebutuhan operator.

Prinsip kerja mesin bubut:

Mesin bubut yang menggunakan sabuk di Hagley Museum

Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada
poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh
klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat.
Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.

Bagian – Bagian Mesin Bubut

1. Kepala Tetap

Pada kepala tetap terdapat Chuck yang berfungsi untuk mencekam benda kerja yang akan di
bubut. Kepala tetap ada dua jenis yaitu tiga rahang dan empat rahang. Kepala tetap tiga rahang hanya
dapat mencekam benda-benda berbentuk silindris. Sedangkan kepala tetap empat rahang dapat
mencekam benda-benda berbentuk segi empat ataupun silindris, sehingga kepala tetap empat rahang
dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kepala tetap tiga rahang karena kepala
tetap empat rahang dapat mencekam benda kerja dengan sempurna. Namun pada tiap-tiap kepala tetap
sama-sama terdapat lima gigi. Benda kerja yang diproses pun harus terjepit oleh kelima gigi tersebut.

45
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Tetapi jika benda kerja tersebut hanya terjepit oleh satu gigi atau benda kerja terlalu panjang maka
benda kerja tersebut harus disangga dengan senter putar.

Gambar 4.7.1 kepala tetap bubut

2. Handle

Handle berfungsi untuk mengatur kecepatan mesin bubut yang disesuaikan dengan putaran atas
benda kerja yang akan digunakan. Setiap handle memiliki fungsi masing-masing tetapi yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan. Handle dapat diatur sesuai dengan putaran benda kerja yang
telah dihitung sebelumnya dan disesuikan dengan yang ada pada table.

Gambar 4.7.2 handle mesin bubut

46
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

3. Kepala Lepas ( Tail Stock )

Kepala lepas berfungsi sebagai tempat chuck drill, center drill, center putar, untuk menyeting
pahat dan untuk menahan benda kerja. Kepala lepas dapat digerakan kearah kiri dan kanan sepanjang
dudukan kepala lepas atau bed.

Gambar 4.7.3 kepala lepas mesin bubut

4. Dudukan Kepala Lepas ( Bed )

Dudukan kepala lepas berfungsi sebagai dudukan kepala lepas dan sebagai penahan atau rel
ketika kepala lepas sedang digeser. Sehingga kepala lepas dapat berjalan dengan lancar.

Gambar 4.7.4 dudukan kepala lepas mesin bubut

5. Eretan melintang atas

Eretan melintang atas berfungsi melakukan pergerakan memahat skala kecil untuk arah secara
horizontal. Pada eretan melintng atas ini terdapat skala ukuran, sehingga kita bisa menentukan seberapa
panjang benda kerja yang akan dilakukan pembubutan.

47
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Eretan Melintang Atas

Gambar 4.7.5 Eretan melintang atas

6. Eretan melintang bawah

Eretan melintang bawah berfungsi melakukan pergerakan memahat untuk arah secara vertikal.
Pada eretan melintng bawah ini terdapat skala ukuran, sehingga kita bisa menentukan seberapa dalam
benda kerja (biasanya dalam penentuan diameter) yang akan dilakukan pembubutan.

Eretan Melintang Bawah

Gambar 4.7.6 eretan melintang bawah

7. Rumah Pahat Dan Dudukan Rumah Pahat

Bagian ini berfungsi sebagai tempat pahat dalam kegiatan membubut. Pada saat penyetingan
paha, rumah pahat dapat diukur ketinggiannya dengan cara memutar baut untuk mengatur tinggi
rendahnya pahat.

48
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Baut dudukan

Rumah Pahat
Pengatur tinggi
rendah pahat

Dudukan
Pengunci Rumah
Pahat Pahat
Rumah
Gambar 4.7.7 rumah pahat
Pahat

8. Poros Transporter

Poros transporter berfungsi sebagai poros bagi kereta ketika akan membubut secara memanjang
atau melintang secara otomatis.

Gambar 4.7.8 Poros transporter

49
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Jenis kecelakaan pada Mesin bubut

Kecelakaan Penyebab Pencegahan


- Pahat patah - Pahat memakan benda terlalu - Setting lah pemakanan benda
- Benda kerja terlempar dalam dengan batas maksimal
- Tangan terluka - Pencengkraman benda kurang kemampuan pahat
- Rambut tersangkut pada mesin kuat - Pastikan pencengkeraman
dan tertarik sehingga kepala - Operator mencoba mengambil benda sudah kuat ketika mesin
terluka sisa benda yang masih dibubut dioperasikan
dengan tangan kosong - Jangan dekatkan tangan ketika
- Operator yang memiliki rambut mesin sedang dioperasikan
panjang tidak mengikat - Ikatlah rambut ketika
rambutnya mengoperasikan mesin bubut

Tabel 7. kecelakaan pada mesin bubut

Gambar 4.7.9 Mesin bubut

4.2 Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja.
Alat pelindung diri dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, tetapi
sebagai usaha akhir.
50
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Dasar hukum untuk penggunaan alat pelindung diri pada sebuah industri yaitu
1. Undang-undang no.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan alat pelindung diri
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang alat pelindung diri.
c. Pasal 12 butir b: dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai alat pelindung diri.
d.Pasal 14 butir c: pengurus diwajibkan menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma
2. Permenakertrans no.per.01/men/1981
pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib
bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans no.per.03/men/1982
pasal 2 butir i menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan
ditempat kerja
4. Permenakertrans  no.per.03/men/1986
pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat-alat
pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung
atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.

1.Langkah Penentuan Alat Pelindung Diri


- Identifikasi dan analisa potensi bahaya yang dapat terjadi
- Menentukan jumlah alat pelindung diri yang diperlukan
- Memilih kualitas yang akan digunakan, kualitas itu mencakup :
 Memberikan perlindungan terhadap bahaya
 Ringan
 Dapat dipakai secara flexible
 Tidak menimbulkan bahaya
 Tidak mudah rusak
 Sesuai standar
 Adanya kemudahan dalam pemeliharaanya
 Kemudahan suku cadang
 Tidak membatasi gerak
 Bentuk menarik
2. Syarat Alat Pelindung Diri
- Enak dipakai
- Tidak mengganggu kerja
- Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya
3.Alat Pelindung Diri Pada Pengggunaan di Bengkel Permesinan Polban
- Alat pelindung muka dan mata bisa berupa safety glasses. Alat ini berfungsi untuk
melindungi diri dari lemparan benda kecil, lemparan benda panas, dan mengurangi
intensitas cahaya.

51
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar 4.8.1 safety glasses

- Pakaian kerja harus yang bisa merefleksikan panas yang dihasilkan oleh ketel uap.
Biasanya digunkan alumunium untuk melapisi nya. Pakaian kerja untuk radiasi panas terbuat
dari bahan katun yang mudah menyerap keringat dan agak longgar. Bahan-bahan pakaian lain
yang bersifat isolasi terhadap panas seperti woll, kautn, asbes ( tahan sampai 500 0 C), kaca
tahan sampai 4500 C dan bahan sintetik lainnya.

Gambar 4.8.2 Pakaian kerja


- Pelindung kaki berupa safety shoes digunakan untuk melindungi kaki dari tertimpa
benda-benda berat atau tergelincir sehingga sangat aman jika digunakan di ruang lingkup kerja
K3 para mahasiswan di Bengkel Permesinan Polban.

52
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar 4.8.3 safety shoes

4.3 Tanda – tanda Pada Tempat Kerja


1. Tanda Larangan :
Tanda larangan adalah sebuah tanda yang biasa digunakan sebagai larangan untuk
melakukan sesuatu pada tempat tertentu seperti:

53
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar 4.9.1 Dilarang membuang sampah Gambar 4.9.2 Dilarang Masuk

Gambar 4.9.3 Dilarang Merokok

2. Tanda Perintah :
Tanda perintah adalah tanda yang digunakan untuk menyuruh seseorang
menggunakan/melakukan sesuatu hal seperti :

54
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar4.9.4 Gunakan safety shoes Gambar 4.9.5 Gunakan safety glasses

Gambar4.9.6 Tingkatkan kewaspadaan

Gambar 4.9.7 Gunakan PPPK Gambar4.9.8 Tanggap terhadap kecelakaan

4.4 First AID

First AID adalah upaya pertama penanggulangan kecelakaan dimana first AID membutuhkan
segala aspek yang berhubungan dengan safety first, adapun yang harus diperhatikan pada first AID adalah
55
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

ketersediaan materi pengobatan yang bersifat mendadak seperti, AID box, betadine, kapas, alkohol,
balsem, hansaplast, perban, dll. Fisrt AID merupakan hal yang cukup penting dalam kesehatan dan
keselamatan kerja dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja harus
mengerti baik tentang hal itu, tetapi tetap saja banyak sekali golongan golongan yang kurang
mementingkan pentingnya first, contohnysa seperti pada Kampus POLBAN kita sendiri, sungguh sangat
miris ketika mengetahuinya karena pada dasarnya Kampus POLBAN merupakan kampus yang mencetak
tenaga tenaga kerja muda yang profesional dan siap masuk ke dunia industri akan tetapi dimana kampus
ini tetap memiliki kekurangan akan kesadaran tentang first yang kurang begitu diperhatikan.

Contoh gambar AID box di bengkel permesinan POLBAN:

Gambar aid box gambar aid box

Sungguh sangat miris bukan ketika melihat sebuah AID box yang kurang terawat dan begitu
melihat isinya yang tidak ada sama sekali macam macam first AID yang dibutujkan sesuai standar
kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku. Semoga untuk kedepannya Kampus POLBAN
meningkatkan kesadarannya akan kesehatan dan keselamatan kerja di lab-lab/bengkel-bengkel tempat
dimana mahasiswa melakukan praktek sehingga Kampus POLBAN bisa mencetak tenaga tenaga ahli
yang dibutuhkan industri dan sadar akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam melakukan
suatu perkerjaan.

4.5 Emergency Aid

Merupakan suatu pertolongan darurat yang di butuh kan dimana keadaan saat itu sudah sangat
darurat dan kritis, banyak kecelakaan yang terjadi di laboratorium permesinan POLBAN , baik itu yang
biasa maupun yang kritis, contoh kejadian flashback di beberapa tahun yang lalu dimana ada seseorang
mahasiswi teknik mesin yang berambut panjang tidak mengikat rambut nya sehingga membiarkan rambut
nya terurai mengoperasikan mesin bubut , mahasiswi tersebut mengalami kecelakaan dimana rambut nya
tersangkut di mesin bubut dan mengalami kecelakaan yang parah, namun pada saat itu tidak ada
emergency aid yang tersedia sehingga semua yang berada di laboratorium menjadi panik . Yang harus di
butuh kan seperti kata dosen pembimbing K3 yaitu bapak Ir Harlian Kadir bahwa seminimal mungkin
sebuah kampus seperti POLBAN harus memiliki satu unit mobil Ambulance dan Kerjasama dengan
sebuah Rumah Sakit rujukanan agar menjadi rujukan pertama sewaktu terjadinya sebuah insiden atau
kecelakaan. Hal ini di butuh kan karena lingkungan kampus seperti POLBAN di sesuaikan degan
linkungan Industri khusus nya, dan tidak menutup kemungkinan bahwa di kampus POLBAN terjadi
sebuah insiden atau kecelakaan yang cukup parah .

56
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

Gambar RS Hasan Sadikin

Gambar Mobil Ambulance POLBAN harapan kami

57
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

BAB V

PENUTUP

Dengan ada nya buku panduan ini penulis berharap dapat membantu rekan rekan sekalian dalam
meningkat kan kualitas K3 di laboratorium permesinan khusus nya POLBAN , terimakasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan buku ini , terimakasih
kepada dosen pembimbing bapak Ir Harlian Kadir yang telah membimbing dalam proses pembelajaran
khusus nya k3. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.

58
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
PERMESINAN

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/19236560/PERMESINAN

http://ikhsanu.blogspot.com/2009/11/makalah-norma-keselamatan-dan-kesehatan.html

http://www.chem-is-try.org

http://errysusetyo.blogspot.com

http://id.wordpress.com

www.safetysign.com

www.google.com

www.wikipedia.com

www.orifile.com

Data laboratorium permesinan POLBAN

59

You might also like