Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ciri-Ciri Banjir
Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut.
Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus
menerus sepanjang hari.
Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian
tertentu.
Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah,
tanaman, hewan, dan manusia.
Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan
tanah di tempat-tempat yang rendah.
Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan
tanah dan sampah.
Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka
ringan, atau hilangnya orang.
dennymedia.wordpress.com/2009/03/04/34/
Bencana banjir setiap setiap tahun terus terjadi di sebagian besar
wilayah Kalimantan Selatan
Jenis-Jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi [penampung]] di bumi, jenis
banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir
laut pasang.
Banjir Sungai
1) Terjadi karena air sungai meluap.
2) Banjir Danau
3) Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
4) Banjir Laut pasang
5) Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.
www.sragenkab.go.id/eng/berita/berita.php?id=7275
BENCANA ALAM
Karakteristik Bencana
Bencana secara istilah dibedakan berdasar karakteristik fisik
utama :
Penyebab : Alam atau ulah manusia.
Frekuensi : Berapa sering terjadinya.
Durasi : Beberapa durasinya terbatas, seperti pada ledakan, sedang
lainnya mungkin lebih lama seperti banjir dan epidemi.
Kecepatan onset : Bisa muncul mendadak hingga sedikit atau tidak ada
pemberitahuan yang bisa diberikan, atau bertahap seperti pada
banjir (keculi banjir bandang), memungkinkan cukup waktu untuk
pemberitahuan dan mungkin tindakan pencegahan atau
peringanan. Ini mungkin berulang dalam periode waktu tertentu,
seperti pada gempa bumi.
Luasnya dampak : Bisa terbatas dan mengenai hanya area tertentu atau
kelompok masyarakat tertentu, atau menyeluruh mengenai
masyarakat luas mengakibatkan kerusakan merata pelayanan dan
fasilitas.
Potensi merusak : Kemampuan penyebab bencana untuk menimbulkan
tingkat kerusakan tertentu (berat, sedang atau ringan) serta jenis
(cedera manusia atau kerusakan harta benda) dari kerusakan.
sekitarkita.com/2009/10/kita-dan-bencana/
sangat harmonis dan serasi tetapi tradisi terhadap nenek moyang semakin
terkikis dan bencana ekologi, social dan cultural dengan cepat merebak.
Korban bencana alam atau tragedy kemanusiaan bukan karena
mereka melakukan kesalahan fatal; politik, moral, ataupun kriminal
sehingga dapat menerima balasan dan hukuman sepadan. Mungkin
dengan cara ini Tuhan mengasihi umatnya yang tidak dapat dipahami oleh
manusia.
Sebenarnya kita bisa saja mencegah bencana atau mungkin
meminimalisir korban yang tertimpa bencana seandainya kita mampu
menjaga kehidupan dan keberlangsungan kesetimbangan ekologi. Awal
dari semua bencana adalah karena keinginan dan nafsu manusia yang
tidak ada habisnya. Pesisir pantai mengalami abrasi karena tidak ada
penopang berupa hutan bakau. Hutan telah dikuasai untuk penghasilan
kehidupan ekonomi dengan cara melakukan illegal logging, padahal
dengan hutan gundul intensitas efek rumah kaca semakin meningkat yang
mengakibatkan pemanasan global dikarenakan hutan yang berfungsi
sebagai penyerap gas rumahkaca yang berupa CO2 menjadi terbatas.
Masyarakat kita jugalah yang menuai akibat dari dampak kerusakan hutan
seperti longsor, banjir, serta permukaan bumi yang semakin panas.
Geografi Bencana
celebratinghumanity.wordpress.com/.../
Dimana:
HDRI = Nilai resiko bencana (Hazard Disaster Risk Index)
WHH = Nilai faktor bahaya (Weight Hazard)
WVV = Nilai faktor kerentanan (Weight Vulnerability)
WCC = Nilai faktor ketahanan (Weight Capacity)
www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=8886
Sebab-Akibat
Untuk menanggulangi ancaman abrasi perlu dipahami terlebih dulu
penyebabnya. Profesor Otto Sudarmaji Rahmono Ongkosono dari
Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan
pada dasarnya abrasi terjadi di kawasan pantai mana pun di belahan Bumi.
Hanya saja pada beberapa tempat ada yang laju abrasinya cepat, ada pula
yang lambat.
Kecepatan laju abrasi disebabkan beberapa faktor, seperti jenis pantai,
keadaan bagian hulu sungai, serta akibat ulah manusia. Apabila keadaan
hulu sungai banyak pohon yang ditebangi, otomatis banyak sedimen yang
terbawa ke daerah muara sungai. Hal itu menyebabkan keseimbangan
masuk dan keluar air di sekitar muara sungai terganggu. Akibatnya, ombak
yang datang akan dengan mudah menggerus kawasan sekitarnya.
Hilangnya terumbu karang di lepas pantai juga menjadikan abrasi lebih
cepat terjadi. Terumbu karang tidak hanya berguna sebagai tempat hidup
berbagai biota laut, tapi juga berfungsi menahan laju ombak. Dengan
adanya terumbu karang, laju ombak tidak akan terlalu cepat dan keras
menggempur pantai.
www.liputan-kota.com/2010/03/abrasi-ancam-pes...
Sekitar wilayah pantai Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, terancam abrasi
akibat gelombang air laut pasang yang terus menerus menghantam wilayah
pesisir itu. Sepanjang wilayah pantai Kabupaten Majene yang terletak di
Kecamatan Tubo, terdiri dari Kelurahan Mosso, Desa Puttada, Pundaum,
Desa Onang, terus terancam gelombang air laut pasang. Tampak sepanjang
puluhan kilometer wilayah pantai Kabupaten Majene terus dikikis air laut
yang juga menghantam beberapa tanggul penahan ombak yang terletak di
pesisir pantai sehingga jebol akibat gelombang pasang yang melanda
wilayah itu. Abrasi yang terjadi tersebut tampak juga merusak sepadan jalan
jalur trans sulawesi yang terletak di sekitar pesisir pantai di wilayah itu,
sehingga jalan trans sulawesi di bagian barat Sulawesi tersebut juga
menjadi terancam..
PENGELOLAAN RISIKO
Pendekatan Menyeluruh
Pendekatan Terpadu
Persiapan :
1. Perencanaan, sistem dan prosedur
2. Pelatihan personil
3. Pengujian perencanaan, personil dan peralatan
Respons :
1. Pengaktifan sistem pengelolaan insidens
2. Pengaktifan sistem pengelolaan informasi dan sumberdaya
3. Mekanisme pendukung bagi staf
Pemulihan :
1. Proses debriefing
2. Menilai dan merubah perencanaan dan prosedur
3. Identifikasi dan pemanfaatan pengetahuan yang didapat
Disaster management
The remote sensing inputs have been used for many disasters
including drought, flood, earthquake, cyclone, landslides, volcanoes,
avalanches, forest fire, crop pest / diseases, etc., Remote sensing
and GIS helps in preparing suitable strategy of land succumbed to
disaster for its management and occupational framework for their
monitoring, assessment and mitigation by identifying gap areas and
assist in recommending appropriate strategies for disaster mitigation
and management. BISAG through synergistic coupling of remote
sensing inputs with conventional systems and space
communications, in well knit multi-energy interface, has been offering
better operational services and decision support for better Disaster
Management.
Pendugaan Risiko
1. Penentuan hal yang akan direncanakan →
2. Penetapan komite perencanaan →
3. Penilaian risiko →
4. Penentuan tujuan perencanaan →
5. Penentuan pertanggungjawaban →
6. Analisis sumberdaya (
7. Pengembangan sistem dan prosedur (
8. Penulisan rencana (
9. Pelatihan tenaga (
10. Tes rencana, tenaga dan prosedur (
11. Peninjauan ulang rencana (
12. Perbaiki rencana.
Komite perencanaan :
Fihak rumah sakit, fihak sistem kesehatan masyarakat termasuk
kesehatan masyarakat dan kesehatan mental, pelayanan darurat eksternal
seperti ambulans, PMK dan polisi.
Tentukan pertanggungjawaban :
Memilih pertanggungjawaban dari semua fihak terkait : RS,
petugas, dan pelaksana kesehatan masyarakat lainnya.
Analisis sumberdaya :
Komite harus mengetahui apa yang akan dibutuhkan; dari pada
hanya melihat apa yang dipunyai. Bila apa yang dibutuhkan kurang dari
apa yang tersedia, komite harus mengidentifikasi sumber tenaga dan
sarana yang tersedia yang dapat dipanggil seketika dibutuhkan.
Rencanakan kerjasama dengan fasilitas kesehatan regional atau nasional.
Penulisan rencana :
Dokumen tertulis harus dibagikan pada semua yang akan
menggunakannya. Dokumen harus sederhana dan langsung sasaran, atau
orang tidak dapat membaca atau memahaminya.
Bagaimana bila :
Bagian penting dari proses perencanaan adalah pertanyaan dari
komite : Bagaimana bila …; Bagaimana bila ini atau itu terjadi, apa yang
harus dilakukan, apa yang diperlukan, apa dampaknya pada petugas dll.
Tidak mungkin untuk membuat rencana bagi semua kejadian,
namun kegiatan komite dalam memikirkan batasan kejadian beserta
konsekuensinya, dan membahas pilihan rancangan yang diperkirakan
memiliki jangkauan luas dalam sistem persiapan, penting dilakukan.
Interdisciplinary approach:
adijm.multiply.com/journal/item/335/Manajemen...
Berdasarkan Undang-Undang nomor 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana, pemerintah (gubernur, bupati/walikota
atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah) bertugas melakukan penanggulangan bencana. Hal yang
paling awal dari tugas dan tanggung jawab ini adalah pengurangan
atau minimalisasi resiko bencana. Pengurangan resiko ini termasuk
upaya pencegahan rawan bencana. Dalam hal bencana banjir
jebolnya tanggul sungai, adanya monitoring tanggul-tanggul di
sepanjang sungai secara periodik dan seksama adalah bagian dari
pencegahan bencana. Sementara itu tumbuhnya kawasan
permukiman di sepanjang bantaran sungai, adalah parameter
kerawanan yang lain. Ditambah lagi, warga masyarakat di sana bisa
jadi tidak pernah diberi peringatan akan bahaya yang mengintai
mereka. Masyarakat juga tidak pernah mempersiapkan bangunan
yang kokoh. Sistem peringatan dini biasanya juga amat minim. Ini
semuanya serupakan parameter-parameter yang menambah
tingginya tingkat kerentanan mereka terhadap bencana
(vulnerability).
Jadi jika air hujan yang jatuh di rumah Anda mengalir ke selokan dan
menuju ke Sungai Brantas, maka Anda adalah warga DAS Brantas. Itu
artinya, jika air sungai Brantas meluap dan menggenangi dataran banjir
di sekitarnya, maka Anda (air hujan dari persil lahan Anda) punya
kontribusi terhadap terjadinya banjir itu.
Dengan demikian setiap kita pasti warga dari satu DAS dan setiap
warga DAS berpotensi untuk memberikan kontribusi terhadap
terjadinya banjir di bagian hilir DAS yang bersangkutan. Dalam
perspektif ilmu lingkungan, setiap warga DAS berpotensi menghasilkan
eksternalitas negatif dari sisi hidrologi.
bebasbanjir2025.wordpress.com/.../
Suatu “daerah aliran sungai” atau DAS adalah sebidang lahan yang
menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan
akhirnya bermuara ke danau atau laut. Istilah yang juga umum
digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air (DTA) atau
catchment atau watershed. Batas DAS adalah punggung perbukitan
yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya.
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah
sepanjang lereng, maka garis batas suatu DAS adalah punggung bukit
sekeliling sebuah sungai. Garis batas DAS tersebut merupakan garis
khayal yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta.
Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi.
Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih dari satu wilayah
administrasi. Ada DAS yang meliputi wilayah beberapa negara
(misalnya DAS Mekong), beberapa wilayah kabupaten (misalnya DAS
Brantas), atau hanya pada sebagian dari suatu kabupaten.
Tidak ada ukuran baku (definitif) suatu DAS. Ukurannya mungkin
bervariasi dari beberapa hektar sampai ribuan hektar. DAS Mikro atau
tampungan mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan pada
bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut
kemungkinan mempunyai aliran selama dan sesaat sesudah hujan
turun (intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang
tahun (perennial flow). Sebidang lahan dapat dianggap sebagai DAS
jika ada suatu titik penyalur aliran air keluar dari DAS tersebut.
a. Pengurangan Ancaman
b. Pengurangan Kerentanan
c. Peningkatan Kapasitas
tersebut, dalam banyak hal, tim perencana pengelolaan DAS hanya dapat
menduga keluaran apa yang akan diperoleh dari pengelolaan yang
direncanakan, dan dengan demikian, mereka akan berhadapan dengan
ketidakpastian.
Apabila dalam masalah teknis saja dijumpai adanya ketidakpastian, maka
kadar ketidakpastian dalam masalah sosial-ekonomi tentunya menjadi lebih
besar. Data dan informasi yang sering dimanfaatkan untuk perencanaan
sosial seperti kekayaan, kesejahteraan, pendapatan, tingkat pendidikan dan
lain sebagainya, untuk tempat-tempat tertentu, boleh jadi sulit untuk
memperolehnya. Dalam keadaan demikian, prakiraan variabel-variabel
sosial untuk waktu yang akan datang akan menghadapi tingkat
ketidakpastian yang lebih besar.
Kekacauan sosial dapat menciptakan ketidakstabilan sosial dan ekonomi
dari suatu masyarakat. Keadaan ini, pada gilirannya, dapat juga
mengacaukan arah kebijakan dan pengelolaan sumberdaya untuk masa-
masa yang akan datang. Ia juga dapat menciptakan ketidakpastian tentang
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sistem pemilikan tanah dan
beberapa hak lain yang dimiliki oleh masyarakat.
Perencanaan pengelolaan DAS, karena umumnya berkaitan dengan
antisipasi kejadian jangka panjang, maka ia akan lebih banyak menghadapi
ketidakpastian. Untuk mengatasi hal tersebut, berikut ini adalah beberapa
strategi untuk menghadapi dan menangani berbagai bentuk ketidakpastian
yang muncul dalam perencanaan seperti disarankan oleh Lundgren (1983):
1. Salah satu pendekatan yang relevan digunakan untuk mengatasi
keadaan ketidakpastian adalah dengan cara meningkatkan pemahaman
terhadap situasi dunia atau lingkungan di sekeliling kita. Strategi yang
harus dilaksanakan:
o Menunda keputusan sambil menunggu lebih banyak informasi
yang dapat dimanfaatkan.
o Melakukan analisis sensitivitas (sensitivity analysis). Dengan
melakukan pengamatan terhadap pengaruh perubahan asumsi (laju
inflasi, discount rate, laju erosisedimentasi) secara sistematis, dapat
diketahui dengan lebih baik bagaimana masalah ketidakpastian
tersebut mempengaruhi hasil rencana/prakiraan yang dibuat. Dalam
hal ini bagian-bagian kritis yang ada dalam skenario rencana yang
dibuat dapat diidentifikasi, untuk kemudian dilakukan penyesuaian
seperlunya.
o Membuat beberapa skenario (prakiraan) mengenai hal yang
diharapkan terjadi pada waktu yang akan datang serta konsekuensi
yang dihadapi.
2. Cara lain untuk mengatasi ketidakpastian adalah dengan cara
meningkatkan kelenturan (flexibility) pengelolaan dan organisasi
sehingga tanggap terhadap adanya perubahan yang tidak terduga
sebelumnya dan melakukan penyesuaian-penyesuaian. Strategi yang
dapat dilakukan adalah sebaga i berikut:
o Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan
secara sistematis dan berlanjut. Dengan demikian, implementasi
a. Identifikasi Ancaman
Ancaman pada dasarnya merupakan potensi bencana dalam skala
wilayah, waktu dan penduduk. Mendasarkan pada kondisi kebencanaan
b. Identifikasi Kerentanan
Kerentanan adalah kondisi sistem di masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan masyarakat dalam menghadapi bencana,
baik dalam meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak
bencana. Kerentanan menyangkut kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan. Tiap wilayah memiliki tingkat, jenis dan karakteristik
kerentanan yang bervariasi. Oleh karena itu dalam melakukan analisis
risiko, perlu mempertimbangkan kondisi wilayah secara spesifik agar tidak
terjadi bias penilaian.
Identifikasi secara cermat kondisi kerentanan mutlak diperlukan
dalam membuat peta kerentanan. Dengan demikian dapat ditentukan
langkah-langkah penanganan yang tepat guna mengurangi kerentanan.
c. Identifikasi Kapasitas
Kapasitas masyarakat menyangkut kemampuan masyarakat dalam
mengetahui, menyadari dan menyiapkan diri ketika belum terjadi bencana,
kemampuan dalam menghadapi kondisi dan mengurangi risiko ketika
terjadi bencana, dan kemampuan dalam memulihkan dan meningkatkan
kondisi setelah terjadi bencana. Kapasitas tersebut dapat dinilai secara
personal/ individual, komunal, kelembagaan, sistem dan kebijakan.
d. Identifikasi Risiko
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat. Risiko dapat dinilai secara kuantitatif dan merupakan
probabilitas dari dampak atau konsekuensi suatu bahaya.
Upaya lebih lanjut yang perlu dibangun adalah kelembagaan sosial
dan juga asimetrik kekuasaan dalam pengambilan keputusan yang
mempertimbangkan suara kaum marjinal sebagai masyarakat paling
rentan.
Perbedaan kepentingan dan material dalam proses pengambilan
keputusan memberikan kontribusi dalam membentuk spasial dan distribusi
risiko sosial suatu bencana melalui relasi yang kompleks. Oleh karena itu
diperlukan suatu perencanaan yang matang agar upaya pengurangan
risiko bencana yang mencakup aspek sumber daya alam, strategi dan
kebijakan dapat terlaksana dengan baik.
Community Development
donasi.rumahzakat.org
donasi.rumahzakat.org/?page=program&p=18
Siaga Bencana adalah salah satu program dalam
membantu para korban bencana.
a. Program Wajib
1) Pendidikan
a) Pendidikan Anak Usia Dini
b) Pendidikan Dasar
c) Pendidikan Menengah
2) Kesehatan
a) Peningkatan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
b) Sumber Daya Kesehatan
3) Pekerjaan Umum
a) Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai
4) Perumahan Rakyat
a) Pembangunan Perumahan
5) Penataan Ruang
a) Perencanaan Tata Ruang
b) Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
6) Perencanaan Pembangunan
a) Perencanaan Pembangunan Daerah
b) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan
Pembangunan Daerah
7) Perhubungan
a) Pos, Telekomunikasi, Meteorologi dan Serach and
Rescue (SAR)
8) Lingkungan Hidup
a) Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam
b) Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya
Alam
c) Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup
9) Pertanahan
a) Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah
15) Statistik
a) Penyusunan Data/Informasi/Statistik Daerah
b. Program Pilihan
1) Kehutanan
a) Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
b) Rehabilitasi dan Perlindungan Konservasi Hutan
1) Kesehatan
a) Pencegahan/Penanggulangan Penyakit dan Lingkungan Sehat
b) Program Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
2) Perhubungan
5) Ketahanan Pangan
a) Peningkatan Ketahanan Pangan
6) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
a) Penguatan Kelembagaan Masyarakat
a. Program Wajib
1) Kesehatan
a) Program Pencegahan/Penanggulangan Penyakit dan
Lingkungan Sehat
b) Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
2) Pekerjaan Umum
a) Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
b) Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Air Lainnya
c) Peningkatan Prasarana dan Sarana Perkotaan dan
Perdesaan
d) Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi
3) Perumahan Rakyat
a) Pembangunan Perumahan
4) Penataan Ruang
a) Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
b. Program Pilihan
1) Pertanian
a) Pengembangan Agribisnis
b) Peningkatan Kesejahteraan Petani
2) Perdagangan
a) Pengembangan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri
b) Pengembangan Industri Kecil, Menengah (IKM)
www.flickr.com/photos/array064/396606159/
afriwel.blogspot.com/2009/11/potret-kehidupan...
Selasa, 17 November 2009
Potret kehidupan pasca bencana gempa sumatera barat
yobangkit.wordpress.com/2008/03/27/58/
DAFTAR PUSTAKA