Professional Documents
Culture Documents
June 30, 2009 By: Edie SOESILO Category: Latihan
Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara
tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi
pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan
sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan
instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih
efektif dan efisien. Tingkat ketuntasan bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus
dicapai siswa. Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90%.
Bloom (1968) mengidentifikasi adanya lima variabel yang sangat penting dalam program
mastery learning, yaitu: kualitas pembelajaran, kecakapan untuk memahami pelajaran,
ketekunan, waktu, dan kecerdasan. Menurut Bloom (1968) didasarkan atas hasil kajiiannya
menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki kecerdasan yang tinggi dapat mengerjakan
secara baik setiap tugas yang diberikannya, bahkan ia dapat terlibat belajar walaupun untuk
bahan ajar yang sangat komplek, sedangkan peserta didik yang memiliki kecerdasan yang rendah
hanya dapat mempelajari bahan ajar yang sederhana sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan
John Carroll (1963) menjelaskan bahwa jika kondisi peserta didik memiliki kecerdasan yang
berdistribusi normal dan mereka memperoleh kualitas pembelajaran dan jumlah waktu belajar
yang sama maka pengukuran hasil belajar akan menunjukan distribusi normal pula. Menurutnya,
bahwa kecerdasaan dan jumlah waktu belajar merupakan persyaratan bagi peserta didik untuk
dapat memperoleh hasil belajar secara tuntas.
Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan tentang
kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan
penemuannya yaitu ³Model of School Learning´ yang kemudian dirubah oleh Benyamin S.
Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model
tersebut lebih disempurnakan lagi. Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah
kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu
materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas
melalui proses belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut :
1. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.
2. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang
essensial.
Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba mengurangi waktu
yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu
dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran.
Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa :
1. Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal mungkin.
2. Waktu ytang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan
pelayanan yang optimaldan tepat
a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian
terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa
sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran
b. Guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus
yang hendak dikuasai oleh siswa.
c. Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satuan-satuan
bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut.
d. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk
kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya
peranan umpan balik.
e. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan patokan.
f. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Prinsip ini
direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar
bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat
menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang
diberikan.
? Kegiatan orientasi
Kegiatan ini megorientasikan setiap siswa terhadap belajar tuntas yang berkenaan terhadpa
orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka waktu satu semester dan cara
belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah
dirancang, lalu melanjutkan dengan pra test.
? Kegiatan belajar mengajar
? Guru mengenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari dengan cara:
Memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arati dan car mempergunakannya untuk kepentingan
belajar.
Mengajukan pertanyaan yang menonjolkan isi bahan yang disajikan. Mengajukan topik
umum/konsep umum yang akan dipelajari.
? Penyajian rencana kegiatan belajar berdasarkan standar kelompok. Tujuannya adalah
menjelaskan apa yang akan dilakuakan siswa dalam kegoiatan kelompok.
? penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. Guru menyampaikan
pelajaran sambil memberi peringatan secara periodik untuk menarik perhatian siswa.
? Mengidentifikasikan kemajuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum. Tes
dilakukan setelah satu satuan pelajaran selesai diajarkan.
? Menetapkan siswa yang hasil pelajarannya telah memuaskan. Mereka diminta untuk membantu
temen-temannya sebagai tutor atau diberi tugas pengayaan bahan baginya sendiri.
? Memberikan kegiatan kolektif kepada siswa ang hasil belajarnya belum memuaskan.
? Menetapkan siswa yang hasil belajaranya memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Model Mastery Learning - http://andieirfan.multiply.com/
Rancang Bangun Konsep Teknologi Pendidikan ± ttp://re-searchengines.com/ ishak1108.html
Mastery learning - http://one.indoskripsi.com/node
Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and practice. New York : Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Suwatno, Dr, M.Si. 2008, Mengatasi kesulitan belajar melalui klinik pembelajaran :
Disampaikan pada Workshop Evaluasi dan Pengembangan Teaching Klinik bagi dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang, Januari 2008
Suratin GM, Drs. 2000. Pengaruh pendekatan andragogi mastery learning secara terpadu
terhadap prestasi belajar mahasiswa penyetaraan D II PGSD guru kelas pada mata kuliah
evaluasi pengajaran : Lemlit UT
oleh :
Wahyudi 1102407033
Muhammad Anis 11024070
Muhammad Uwitanto 11024070
Edi Susilo 1102407039
4
June 23, 2009 By: 5afryan Category: Uncategorized
A. Latar belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
baik jika Read the rest of this entry ĺ
May 26, 2009 By: 5khoirul_hariwibowo Category: Uncategorized
MAKALAH KELOMPOK 2
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
Disusun oleh :
Khoirul Hariwibowo (5101407032)
Kurikulum yang digunakan sekarang ini yang berorientasi pada materi dan tujuan nampaknya
sudah tidak sesuai lagi. Perlu ditambahkan suatu pemikiran yang berbeda, yaitu bagaimana
memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang diperoleh oleh pembelajar untuk
mengembangkan dirinya, untuk menemukan sesuatu yang baru. Dengan fakta dan konsep yang
yang tidak banyak, tapi dipahami betul, dapat diproses untuk menguasai dan/atau menemukan
fakta dan konsep yang lebih banyak. Namun pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak
justru dapat menghambat kreatifitas siswa.
Dalam suatu proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik karena
proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar dientukan oleh peran dan
kompetensi guru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan
penlaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap
pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian
diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa, di dalam kelas ataupun kelompoknya.
Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk siswa yang
pandai, sedang kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui, apakah
proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan
memuaskan, atau sebaliknya.
Jadi, jelas bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses
belajar. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar adalah penilaian keterampilan proses atau pendekatan ketrampilan proses. Dalam
fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui
evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik
ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingakatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
BAB II
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
c. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relative, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu
saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bias gugur bila
ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan
dan diperbaiki. Oleh karena I tu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar
kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan
sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas
diterima.
d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas,
terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan
sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan
sikap dan mental.
D. Kemampuan Dasar dalam Keterampilan Proses
Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan suatu yang baru, menurut pengamatan, tidak menguasai
semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka mempunyai kemampuan dasar
untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka mampu
menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru.
Kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud antara lain mengobservasi, menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan
penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan
sementara, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan(Conny Setiawan, 1987:17-18).
Senada dengan kemampuan dasar yang diajukan di atas, Sriyono membuat suatu daftar
keterampilan proses yang diikuti oleh indicator-indikator.
Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan atau keterampilan
beserta kata kerja operasional dari masing-masing kemampuan atau keterampilan tersebut.
1. Mengamati
Yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan panca indera.
Kata kerja operasional : melihat, mendengar, merasa, meraba, membau, mencicipi, mengecap,
menyimak, mengukur, membaca.
2. Menggolongkan ( mengklasifikasikan )
Yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu.
Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan,
atau konsep yang akan digolongkn sebagai dasar penggolongan.
Kata kerja operasional : mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan,
mengontraskan, mencari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan ( menginterpretasikan )
Yaitu keterampilan proses menafsiran sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau
informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen
yang telah kita lakukan.
Kata kerja operasional : menafsir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan
ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan.
4. Meramalkan ( memprediksi )
Yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan
datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data
atau informasi yang ada.
Kata kerja operasional : mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar
data atau informasi.
5. Menerapkan
Yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori,
keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan,
atau dihayati.
Kata kerja operasional : menggunakan ( informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori, sikap,
nilai, atau keterampilan dalam situasi ), menghitung, menentukan variable, mengendalikan
variable, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun
hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian
Yaitu keterampilan yang amat penting karena menentuken berhasil tidaknya penelitian.
Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang
terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan, dan ruang
lingkup penelitian, sumber dat atau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber
kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan
pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.
Kata kerja operasional : menentukan massalah atau objek yang akan diteliti, menentukan tujuan
penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat,
bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan
Yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan,
gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
Kata kerja operasonal : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, merenungkan,
meragakan, mengungkapkan, melaporkan ( dalam bentuk lisan, tulisan, gerak atau penampilan ).
Keterampilan proses memerlukan latihan atau penggunaan secara terus menerus agar dapat
dimiliki oleh siswa. Perkembangannya berlangsung sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu
lama. Oleh karana itu, penelitian kemampuan keterampilan proses tidak perlu dilakukan pada
tiap pembelajaran, tetapi bias sekali atau dua kali dalam satu semester untuk melihat
perkembangannya.
E. Penilaian Keterampilan Proses
Penilaian merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan hasil belajar
yang telah dilakukan oleh siswa secara keseluruhan, baik dalam bidang pengetahuan, konsep,
sikap, nilai maupun keterampilan proses. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai tolak ukur
maupun pengambilan keputusan yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar.
Untuk maksud tersebut, guru perlu mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun
terhadap hasil belajar siswa. Penilaian proses ( Usman, 1999 ) dapat diartikan penilaian terhadap
proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan
balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa. Dalam melatih keterampilan
proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama,
bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Untuk menilai keterampilan proses dapat digunakan cara non tes dengan menggunakan lembar
pengamatan. Agar tidak memberatkan guru, pelaksanaanya dapat dilakukan secara bertahap lima
orang siswa, begitu seterusnya sampai seluruh siswa mendapat giliran. Hal ini dilakukan oleh
guru pada waktu siswa sedang belajar.
Dalam menentukan atau membuat lembar pengamatan, perlu memperhatikan hal-hal berikut.
a. menentukan keterampilan yang akan diamati
b. membuat criteria penilaian untuk masing masing keterampilan.
Penilaian terhadap keterampilan proses dapat pula dilakukan dengan tes tertulis, namun tidak
menjangkau semua kemampuan, karena menggunakan indera pendengaran dan perabaan tidak
mungkin diliai dengan tes tertulis. Di samping itu, penilaian keterampilan proses dapat dilakukan
dengan tes perbuatan, tetapi dalam hal ini diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk
menilai tingkah laku yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
Jadi pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah
kepada pengembangan kemampuan kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.Yang sebelumnya harus telah
memiliki kemampuan-kemampuan dasar.Kemampuan-kemampuan dasar yang perlu dimiliki
oleh siswa diantaranya adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan
menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
Dan proses yang tidak kalah pentingnya dalam pendekatan proses adalah penilaian.Dengan
melakukan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam proses
pembelajaran yang kemudian dapat digunakan sebagai tolak ukur. Peran guru dalam pelaksanaan
penilaian keterampilan proses adalah selaku pengamat yang menentukan penilaian selama proses
pembelajaran berlangsung ( untuk alat ukur non tes ) baik siswa perindividu maupun untuk
seluruh siswa dalam satu kelas. Guru dapat melakukan penilaian keterampilan proses sebanyak
dua atau tiga kali dalam satu semester.
4
May 17, 2009 By: 05triwibowo Category: Uncategorized
No Comments ĺ
4
June 23, 2009 By: 5afryan Category: Uncategorized
A. Latar belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa
yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak
mereka.
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru,
dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide.
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring
dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan
keterampilan itu
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Kontekstual
Menyandarkan pada pemahaman makna.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
Menyandarkan pada hapalan
Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Lakukan refleksi di akhir pertemuan
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
1. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses ³mengkonstruksi´ bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
5. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan
yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual
lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
ahmad afriyanto
septi
yulika
nurul fajar,
! 4
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
!""!#!$%
&
''(%
)
*
%++
, *
%+)
%+ +
%+
!-*
Y
&
!""#$.'%
/'''0/ ,1
''.023 14
''!''.0-
15 6
7
''"%
Y
*
.:*Y
Y
;
/
*
5
5*
9
6
3
5*!
6
5*$
3
6
5*.
6
3
5*;
3
6
3
*
2 #8!"""#$%
8!""$#;%
Y8
Y
Y8
#
*
<
<