You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

H.04-B
TEORI BERNOULLI

KELOMPOK 5

Bram Timoteus Setiadi P (0906630216)


Hendriawan Kurniadi (0906630292)
Mohammad Mahdi Fathoni (0906555840)
Muhammad Rizky Hadi P (0906630405)
Reza Gulam Mustafa (0906630456)
Visarah Hanny Panjan L (0906552946)

Tanggal praktikum : 19 Maret 2011


Asisten praktikum : Resky Agaslian
Tanggal disetujui :
Nilai :
Paraf asisten :

LABORATORIUM HIDROLIKA, HIDROLOGI, DAN SUNGAI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2011
TEORI BERNOULLI

A. Tujuan Praktikum
Menyelidiki keabsahan teori Bernoulli pada aliran dalam pipa bundar dengan
perubahan diameter.

B. Teori Dasar
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa
“Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada setiap titik dari suatu
aliran zat cair ideal selalu mempunyai harga konstan”

Sehubungan dengan aliran dalam pipa pada dua penampang, persamaan Bernoulli
tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

V 21 P1 V 22 P2
+ + z 1= + + z 2
2 g ρg 2 g ρg

di mana:
V ❑2
= tinggi kecepatan
2g
P
= tinggi tekanan
ρg
z = tinggi tempat
indeks 1,2 = menunjukkan titik tinjauan
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi

Pada alat percobaan ini:


 z1 = z2, karena pipa benda uji terletak horizontal.
 P = ρ g h atau h = P / ρ g, di mana h menunjukkan tinggi pada manometer.

Jadi bila mengikuti teori Bernoulli, maka:


V ❑2
Total head (H) = + h, konstan pada semua penampang sepanjang pipa.
2g
C. Alat dan Bahan
 Stopwatch
 Meja hidrolika
 Alat peraga teori Bernoulli
 Tabung pengukur volume

D. Cara Kerja
1. Meletakkan alat percobaan horizontal pada saluran tepi di atas meja hidrolika
dengan mengatur kaki penyangga.
2. Menguhubungkan alat dengan aliran suplai dari meja hidrolika dan mengarahkan
aliran yang keluar dari ujung outlet pipa benda uji melalui pipa lentur ke dalam
tangki pengukur volume.
3. Mengisi semua tabung manometer denga air, hingga tidak ada algi gelembung
udara yang terlihat pada manometer.
4. Mengatur dengan seksama suplai air dan kecepatan aliran melalui katup pengatur
aliran alat dan katup suplai pada meja hidrolika, sehingga diperoleh pembacaan
yang jelas pada tabung manometer. Jika diperlukan, menambahkan tekanan pada
manometer dengan menggunakan pompa tangan.
5. Mencatat semua pembacaan skala tekanan pada tabung manometer. Menggeser
sumbat (hipodermis) pada setiap penampang pipa benda uji. Mencatat pembacaan
manometer (ingat fungsi hipodermis)
6. Mengukur debit yang melewati benda uji dengan bantuan stopwatch dan tangki
pengukur volume pada meja hidrolika.
7. Mengulangi langkah 1-6 untuk berbagai vatiasi debit (statis tinggi dan statis
rendah).

E. Tugas
Turunkan persamaan Bernoulli dan tuliskan asumsi-asumsi yang digunakan!
Jawab:
Teori Bernoully: “Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan pada
setiap titik dari suatu aliran zat cair ideal selalu mempunyai harga yang konstan.”

∂h
dh= .ds
∂s Gambar 3. Partikel yang bergerak sepanjang stremline.
Dari gambar di atas didapat :
∂h ∂h
Cos θ = . dh= .ds
∂s ∂s

 Asumsi 1 : Viskositas zat cair diabaikan (Tidak ada Tegangan Geser = Inviscid
Flow)
Artinya : Tegangan geser akibat kecepatan kemiringan tidak berpengaruh ( Tegangan
Geser << perubahan tekanan )
Σ F = m.a
∂P
P. dA -
( P+ . ds )
∂s dA - W cos θ = m . a
∂P
P. dA -
( P+ . ds )
∂s dA - ρ.g.ds.dA.cos θ = ρ. ds. dA. a …. (i)
s

Dimana : as =ax;
∂u ∂u ∂u ∂u
+u. +v . +w.
as = ∂t ∂x ∂x ∂x
m = ρ . Volume
m = ρ . ds. dA
W = m.g
W = ρ . ds. dA . g

 Asumsi 2 : v = w  u = v
Artinya, di sini kita hanya meninjau terhadap sumbu x.
∂u
=0
Kondisi dalam keadaan Steady Flow: ∂t  ∂x=∂s
 Asumsi 3:
∂u ∂u ∂u ∂u
+u. +v . +w.
as = ∂t ∂x ∂x ∂x
∂u ∂u ∂u ∂v
+u. v. v.
as = ∂t ∂x = ∂s  as = ∂s
∂u
v.
Pada sepanjang streamline  as = ∂s

Sehingga persamaan (i) menjadi:


P. dA -
( P+ ∂∂Ps . ds) dA dA - ρ.g.ds.dA.cos θ = ρ. ds. dA. as ...kalikan dengan

1
( dA.ds )
P P ∂P ∂h ∂v
ρ.g. v.
∂s - ∂s - ∂ s - ∂s = ρ. ∂s
∂P ∂h ∂v
ρ.g. v.
- ∂s - ∂s = ρ. ∂s ……(ii)

 Asumsi 4 : Konstan pada densitasnya (rapat massa)


( ∂∂ ρs =0)
∂v ∂( v 2/2)
v. v .
∂s = ∂s
Sehingga persamaan (ii) menjadi:

∂P
- ∂s -
ρ.g.
∂h
∂s = ρ.
v.
∂v
∂s … kalikan dengan
(− 1ρ )
2
∂ v + P +g.h
(
∂s 2 ρ =0
)
Maka bisa diartikan:

v2 P
( + +g.h
2 ρ = konstan
)
v2 P v2 P
1 1 2 2
+ +g.h1 = + +g.h2
2 ρ 2 ρ
v P1 v2 P
12 2 2
+ +h1 = + + h2
2 g ρg 2 g ρg  terbukti

F. Analisis
 Analisa Percobaan
Pertama-tama alat percobaan diletakkan secara horizontal di atas meja hidrolika
agar z1 = z2, lalu saluran suplai air dari meja hidrolika dihubungkan ke alat,
sedangkan saluran aliran keluar dari alat diarahkan ke dalam tangki pengukur
volume. Memilih sebarang kecepatan aliran, asalkan permukaan air tetap berada
di dalam manometer, tidak melewati batas bawah dan atas dari manometer,
sehingga mendapatkan sebarang pembacaan manometer yang jelas. Gelembung
udara harus dikeluarkan, karena udara mempunyai properti yang berbeda dengan
air yang digunakan dalam praktikum ini, sehingga gelembung udara akan
menyumbangkan deviasi tambahan jika tidak dikeluarkan. Mencatat semua skala
manometer, pada semua posisi hipodermis untuk mengetahui head pada posisi
yang berbeda di dalam pipa. Mengukur volum yang melewati pipa per satuan
waktu, untuk mendapatkan debit ai
r yang mengalir di dalam pipa.

 Data hasil percobaan


a) Manometer Reading
Flow Rate Manometer Reading (cm)
(l/s) Pt.1 Pt.2 Pt.3 Pt.4 Pt.5 Pt.6 Pt.8
0,27 22 20,5 9,5 15 17,5 18,5 19,5
0,25 20 18,5 7,5 13 15,5 16,5 18,5
0,273333333 16,3 14,8 3,6 9 11,5 12,5 13,3
0,263333333 15,5 14,3 3 8,5 11 12,2 13,2
0,266666667 24 22,5 11,3 16,8 19,5 20,6 21,5

b) Total Head
Flow Rate Manometer Reading at Tube No.7 at various Points (cm)
(l/s) Pt.1 Pt.2 Pt.3 Pt.4 Pt.5 Pt.6 Pt.8
0,27 25 24,7 24,5 23 23 23 22,5
0,25 22,7 22,5 22,3 20,5 21 21 20,5
0,273333333 19,4 18,9 18,8 16,5 17,2 17 17
0,263333333 18,5 18,6 18,5 16,8 17 16,5 16
0,266666667 26,6 26,4 26 24,2 25 24,8 24,2

 Analisa hasil
Rumus yang digunakan:
dH =total head −side h ead
1
A= π D 2
4
V = √ 2 g dH
Q=V A
|Q−Qpercobaan|
error = 100 %
Q
a) Pt.1
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,0006154
0,03 0,028 0,7672 0,00047 0,000270 42,816871
4
0,0006154 0,7278 44,188601
0,027 0,028 0,00045 0,000250
4 3 4
0,0006154 0,7798 43,052255
0,031 0,028 0,00048 0,000273
4 8 2
0,0006154 44,228800
0,03 0,028 0,7672 0,00047 0,000263
4 1
0,0006154 0,7142 39,333793
0,026 0,028 0,00044 0,000267
4 3 7

No X Y X2 Y2 XY
1 0,7672 42,8169 0,5886 1833,28 32,8492
2 0,72783 44,1886 0,52974 1952,63 32,1619
3 0,77988 43,0523 0,60822 1853,5 33,5758
4 0,7672 44,2288 0,5886 1956,19 33,9325
5 0,71423 39,3338 0,51012 1547,15 28,0933
Σ 3,75635 213,62 2,82528 9142,75 160,613

( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=38,82535056

−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=13,55574876
Error vs V pada pt.1
45
44
43 f(x) = 38.83 x + 13.56
R² = 0.31
42
error (%)

41
40
39
38
37
36
0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.77 0.78 0.79
V (m/s)

b) Pt.2
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,00034618 0,9077 14,082551
0,042 0,021 0,00031 0,000270
5 7 5
0,00034618 0,8858 18,482234
0,04 0,021 0,00031 0,000250
5 9 8
0,00034618 0,8968 11,967523
0,041 0,021 0,00031 0,000273
5 9 1
0,00034618 0,9185 17,184074
0,043 0,021 0,00032 0,000263
5 1 2
0,00034618 0,8747
0,039 0,021 0,0003 0,000267 11,94
5 5

No X Y X2 Y2 XY
1 0,90777 14,0826 0,82404 198,318 12,7837
2 0,88589 18,4822 0,7848 341,593 16,3732
3 0,89689 11,9675 0,80442 143,222 10,7336
4 0,91851 17,1841 0,84366 295,292 15,7837
5 0,87475 11,94 0,76518 142,564 10,4445
Σ 4,48381 73,6564 4,0221 1120,99 66,1187

( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=55,56184281
−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=−35,09442652

Error vs V pada pt.2


20
18
16
14 f(x) = 55.56 x − 35.09
R² = 0.1
12
error (%)

10
8
6
4
2
0
0.87 0.88 0.89 0.9 0.91 0.92 0.93
V (m/s)

c) Pt.3
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,0001538 1,7155
0,15 0,014 0,00026 0,000270 2,2922909
6 2
0,0001538 1,7040 4,6470966
0,148 0,014 0,00026 0,000250
6 4 1
0,0001538 1,7269 2,8716188
0,152 0,014 0,00027 0,000273
6 2 2
0,0001538 1,7438 1,8557732
0,155 0,014 0,00027 0,000263
6 7 1
0,0001538 1,6982 2,0551288
0,147 0,014 0,00026 0,000267
6 8 3

No X Y X2 Y2 XY
1 1,71552 2,29229 2,943 5,2546 3,93246
2 1,70404 4,6471 2,90376 21,5955 7,91885
3 1,72692 2,87162 2,98224 8,24619 4,95905
4 1,74387 1,85577 3,0411 3,44389 3,23624
5 1,69828 2,05513 2,88414 4,22355 3,49018
Σ 8,58863 13,7219 14,7542 42,7637 23,5368
( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=−25,17299487

−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=45,98467228

Error vs V pada pt.3


5
4.5
4
3.5
3 f(x) = − 25.17 x + 45.98
error (%)

2.5 R² = 0.17
2
1.5
1
0.5
0
1.7 1.7 1.71 1.71 1.72 1.72 1.73 1.73 1.74 1.74 1.75 1.75
V (m/s)

d) Pt.4
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,00022155 1,2528 2,7295222
0,08 0,0168 0,00028 0,000270
8 4 5
0,00022155 1,2130 6,9810023
0,075 0,0168 0,00027 0,000250
8 5 7
0,00022155 1,2130 1,7007707
0,075 0,0168 0,00027 0,000273
8 5 4
0,00022155 1,2761
0,083 0,0168 0,00028 0,000263 6,8615366
8 1
0,00022155 1,2049 0,1115783
0,074 0,0168 0,00027 0,000267
8 4 8

No X Y X2 Y2 XY
1 1,25284 2,72952 1,5696 7,45029 3,41965
2 1,21305 6,981 1,4715 48,7344 8,46833
3 1,21305 1,70077 1,4715 2,89262 2,06313
4 1,27611 6,86154 1,62846 47,0807 8,75608
5 1,20494 0,11158 1,45188 0,01245 0,13445
Σ 6,16 18,3844 7,59294 106,17 22,8416

( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=50,14358572

−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=−58,0999743

Error vs V pada pt.4


8
7
6
f(x) = 50.14 x − 58.1
5 R² = 0.25
error (%)

4
3
2
1
0
1.2 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28
V (m/s)

e) Pt.5
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,00030156 13,811143
0,055 0,0196 1,0388 0,00031 0,000270
6 6
0,00030156 20,195503
0,055 0,0196 1,0388 0,00031 0,000250
6 3
0,00030156 1,0575 14,291505
0,057 0,0196 0,00032 0,000273
6 2 1
0,00030156 1,0849 19,517972
0,06 0,0196 0,00033 0,000263
6 9 2
0,00030156 14,875203
0,055 0,0196 1,0388 0,00031 0,000267
6 5
No X Y X2 Y2 XY
1 1,0388 13,8111 1,0791 190,748 14,347
2 1,0388 20,1955 1,0791 407,858 20,979
3 1,05752 14,2915 1,11834 204,247 15,1135
4 1,08499 19,518 1,1772 380,951 21,1768
5 1,0388 14,8752 1,0791 221,272 15,4523
Σ 5,2589 82,6913 5,53284 1405,08 87,0686

( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=58,23242873

−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=−44,70939855

Error vs V pada pt.5


25

20
f(x) = 58.23 x − 44.71
15 R² = 0.15
error (%)

10

0
1.03 1.04 1.05 1.06 1.07 1.08 1.09
V (m/s)

f) Pt.6
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,00039388 0,9396 27,047141
0,045 0,0224 0,00037 0,000270
2 3 7
0,00039388 0,9396 32,451057
0,045 0,0224 0,00037 0,000250
2 3 1
0,00039388 0,9396 26,146489
0,045 0,0224 0,00037 0,000273
2 3 1
0,00039388 0,9185 27,212565
0,043 0,0224 0,00036 0,000263
2 1 2
0,00039388 0,9077 25,418881
0,042 0,0224 0,00036 0,000267
2 7 5

No X Y X2 Y2 XY
1 0,93963 27,0471 0,8829 731,548 25,4142
2 0,93963 32,4511 0,8829 1053,07 30,4919
3 0,93963 26,1465 0,8829 683,639 24,568
4 0,91851 27,2126 0,84366 740,524 24,995
5 0,90777 25,4189 0,82404 646,12 23,0744
Σ 4,64516 138,276 4,3164 3854,9 128,544

( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=89,58192119

−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=−55,56922494

Error vs V pada pt.6


35
30
f(x) = 89.58 x − 55.57
25 R² = 0.23
error (%)

20
15
10
5
0
0.91 0.91 0.92 0.92 0.93 0.93 0.94 0.94 0.95
V (m/s)

g) Pt.8
Q Qpercobaan
dH (m) D (m) A (m2) V (m/s) error (%)
(m3/s) (m3/s)
0,03 0,028 0,0006154 0,7672 0,00047 0,000270 42,816871
4
0,0006154 0,6264 35,153014
0,02 0,028 0,00039 0,000250
4 2 8
0,0006154 0,8520 47,873746
0,037 0,028 0,00052 0,000273
4 2 1
0,0006154 0,7411 42,271323
0,028 0,028 0,00046 0,000263
4 9 6
0,0006154 0,7278 40,467841
0,027 0,028 0,00045 0,000267
4 3 5

No X Y X2 Y2 XY
1 0,7672 42,8169 0,5886 1833,28 32,8492
2 0,62642 35,153 0,3924 1235,73 22,0205
3 0,85202 47,8737 0,72594 2291,9 40,7894
4 0,74119 42,2713 0,54936 1786,86 31,331
5 0,72783 40,4678 0,52974 1637,65 29,4538
Σ 3,71466 208,583 2,78604 8785,43 156,444

( Σx Σy ) −( n Σxy )
b=
( Σx )2 −( n Σ x 2 )
b=56,32109383

−( Σx Σy )+ ( Σx Σxy )
a=
( Σx )2−( n Σ x 2 )
a=−0,12621569

Error vs V pada pt.8


60

50
f(x) = 56.32 x − 0.13
40 R² = 0.99
error (%)

30

20

10

0
0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9
V (m/s)
Berdasarkan hukum Bernoulli, tekanan fluida dengan kecepatan aliran fluida itu
berbanding terbalik, dengan kata lain peningkatan kecepatan aliran, akan
mengakibatkan menurunnya teakanan, dan begitu pula sebaliknya, penurunan
kecepatan fluida, akan mengakibatkan meningkatnya tekanan fluida. Debit air
yang mengalir di sepanjang pipa adalah tetap, karena pipa tidak bocor, tetapi luas
penampang berbeda untuk setiap titik, tinjau rumus berikut:

Q=V A

Dengan:
Q = debit (m3/s)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
A = luas penampang (m2)

Jika debit tetap, tetapi luas penampang berubah, maka kecepatan aliran juga akan
berubah berbanding terbalik dengan luas penampang, dengan kata lain jika luas
penampang bertambah luas, maka kecepatan akan berkurang, sebaliknya jika luas
penampang bertambah kecil, maka kecepatan akan meningkat.

Jika konsep debit tersebut dikombinasikan dengan hukum Bernoulli, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa luas penampang berbanding lurus dengan tekanan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil praktikum ini, dapat terlihat bahwa penurunan
luas penampang dari Pt.1 hingga Pt.3 berakibat turunnya tekanan, dan naiknya
luas penampang dari Pt.3 hingga Pt.8 berakibat naiknya tekanan.

Dengan naiknya debit, maka kecepatan juga naik untuk luas penampang yang
sama, maka seharusnya tekanan menurun. Pada praktikum ini ternyata tidak
selalu terjadi demikian, karena saat debit aliran air diubah, tekanan juga berubah.
Hal ini bisa diterangkan sebagai akibat pengaruh tekanan terhadap debit air
menurut rumus:
Q
v=
P v=nRT  A

P Q/A = n R T
Dapat terlihat pula bahwa Q berbanding lurus terhadap dH, dengan kata lain
peningkatan dH akan berakibat pada peningkatan Q, sebaliknya penurunan dH,
akan berakibat pada penurunan Q, namun pada praktikum ini, dH tidak selalu
berbanding lurus dengan Qpercobaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
menyebabkan adanya deviasi pada percobaan ini.

Dapat terlihat dari kesalahan relatif yang sudah didapatkan, bahwa semakin kecil
luas penampang, semakin kecil pula kesalahan relatifnya.

 Analisa Kesalahan
Deviasi yang terjadi pada hasil praktikum ini, disebabkan oleh beberapa faktor,
yang dapat berasal dari manusia (praktikan), alat (instrumen pengukur), atau yang
tidak dapat diidentifikasi asal dan penyebabnya (kesalahan acak).

Kesalahan praktikan adalah kesalah yang berasal dari praktikan, seperti kesalahan
pembacaan skala manometer & gelas ukur, kurang tepatnya timing saat
pengukuran debit, misalnya air sudah masuk ke dalam gelas ukur sebelum
stopwatch dimulai yang mengakibatkan volume yang terukur terlalu besar,
kurang tepatnya posisi jarum hipodermis di dalam pipa.

Kesalahan instrumen adalah kesalahan yang berasal dari alat yang digunakan
pada praktikum, misalnya debit air yang tidak konstan, sehingga permukaan air di
dalam manometer naik-turun yang menyebabkan kebingungan saat pembacaan
skala manometer, kurang telitinya skala pada gelas ukur, sehingga terjadi
pembulatan volume fluida.

Kesalahan acak adalah kesalahan yang masih tersisa selain kesalahan praktikan
dan kesalahan instrumental. Kesalahan ini tidak teridentifikasi penyebab dan
asalnya.
Seperti yang sudah diketahui bahwa hukum Bernoulli ini hanya berlaku pada
fluida ideal. Fluida ideal adalah fluida yang tidak memiliki gesekan antar molekul
fluida, inviscid (sangat cair, sama sekali tidak dapat menahan gaya geser),
homogen (memiliki properti sama di setiap bagiannya), incompressible (tidak
dapat dimampatkan), tidak terpengaruh suhu. Tetapi fluida yang digunakan dalam
praktikum ini tentu saja bukanlah fluida ideal, yang merupakan faktor tambahan
penyumbang kesalahan relatif.

G. Kesimpulan
Sebenarnya teori bernoulli berlaku, tetapi hanya pada fluida ideal (inviscid, tidak ada
gesekan antar molekul fluida, homogen, incompressible, tidak terpengaruh suhu). Pada
praktikum ini, tidak digunakan fluida ideal, sehingga wajar saja jika teramati perilaku
fluida yang sedikit menyimpang dari hukum Bernoulli.

H. Referensi
 Modul praktikum mekanika fluida.
LAMPIRAN

You might also like