Professional Documents
Culture Documents
BAB II)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.
1. Tinjauan Metode Dril.
Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar”
menyatakan bahwa di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan
(2001: 1). Sementara Anitah dan Noorhadi menegaskan bahwa dalam menyusun strategi
belajar mengajar, guru tidak lepas dari pemilihan metode mengajar (1990:1.1).
Pendapat dari para ahli pendidikan di atas menggarisbawahi bahwa keberhasilan dari
proses interaksi belajar mengajar adalah tergantung dari pemilihan metode mengajar yang
tepat, sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efesien karena guru telah
mempersiapkan metode sesuai dengan kondisi belajar siswa. Dengan demikian peranan
metode dalam sistem pembelajaran sangatlah penting terutama kaitannya dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Salah satu metode untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode dril.
Dijelaskan oleh ahli pendidikan, Anitah dan Noorhadi dalam bukunya yang berjudul
”Strategi Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa metode dril pada dasarnya
merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang
telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. (1990: 1.31).
Pada sisi lain metode dril telah diartikan sebagai metode yang terkait dengan persoalan
praktis. Oleh Richardson dijelaskan bahwa metode pembelajaran drill and practice
merupakan teknik pengajaran yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan
keterampilan, dibutuhkan untuk mengingat secara matematis. Metode ini digunakan
untuk mengajarkan keahlian yang khusus. Ini diikuti dengan pengajaran yang sistematis
dengan harapan untuk mengingat. (lihat Richardson. 2008:
www.cornerstonecurriculum.com).
Tentang metode drill yang bertalian erat dengan sifat praktis juga dijelaskan Roestiyah,
menurutnya metode dril merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara
mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (2001:
125, Zuhairini, dkk., 1983: 106). Dalam pengertian ini keterampilan ada yang dapat
disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek, namun ada pula yang membutuhkan
waktu cukup lama. Lebih lanjut dikatakan bahwa latihan itu tidak diberikan begitu saja
kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.
Dalam bidang keagamaan, Mahfud juga menyatakan dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi Pengajaran Agama” bahwa, dril merupakan suatu kegiatan dalam
melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya
menjadi permanen. (1987: 100).
Dari beberapa pendapat mengenai metode dril dapat ditarik simpulan bahwa metode dril
merupakan suatu cara dalam menyajikan suatu bahan pelajaran dengan jalan melatih
siswa secara terus menerus agar dapat menguasai pelajaran serta keterampilan yang lebih
tinggi. Segi pelaksanaan metode tersebut siswa terlebih dahulu dibekali dengan
pengetahuan secara teori secukupnya kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa
disuruh mempraktikannya sampai menjadi mahir dan terampil.
Sebagai metode yang bersifat melatih secara berulang-ulang, maka tujuan latihan tersebut
menurut Roestiyah antara lain agar anak memiliki keterampilan motoris, dan
mengembangkan kecakapan intelek, serta memiliki kemampuan menghubungkan antara
sesuatu keadaan dengan hal lain (2001: 125).
Rambu-rambu pemberian latihan menurut para pakar seharusnya sesuatu yang dilatih
harus berarti, menarik, dan dihayati murid sebagai kebutuhan. Sebelum latihan
dilaksanakan perlu diketahui terlebih dahulu arti dan kegunaan latihan, serta perlunya
diadakan latihan. Latihan hendakya diberikan secara matematis, tertib, dan tidak loncat-
loncat. Disarankan pula bahwa latihan hendaknya diberikan dari dasar atau dari
permulaan. Mana yang telah diberikan supaya selalu diulangi, dipakai dan ditanyakan
(murid selalu diingatkan). Dalam latihan ini guru hendaklah pandai membuat bermacam-
macam latihan agar murid tidak jemu atau bosan, dan latihan yang diberikan secara
perorangan akan lebih baik dari pada latihan bersama, sebab dengan mengontrol dan
mengoreksi latihan yang diberikan secara bersama harus diikuti latihan individu.
Ditegaskan pula bahwa latihan hendaklah diselenggarakan dalam suasana yang
menyenangkan jangan diberikan dalam suasana yang penuh ketegangan dan ketakutan
(Sriyono, 1991: 113).
Sriyono juga mengungkapkan bahwa metode dril memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihannya yaitu proses pengulangan yang mengkondisi siswa dengan
stimulus–stimulus tertentu akan dapat membina pengetahuan dan keterampilan yang
kokoh tertanam dalam diri siswa, hasil yang dicapai metode ini mempunyai nilai praktis
atau aplikasi yang tinggi dalam kehidupan siswa, khususnya yang kondisinya sam dengan
yang dibina, dan metode ini memungkinkan terbinanya spesifikasi yang tajam dalam
pengetahuan siap dan keterampilan siswanya. Selain itu metode dril juga memiliki
kelemahan-kelemahan yakni dapat membentuk kebiasaan yang kaku (respon yang
terbentuk secara otomatis akan mempengaruhi tindakan yang bersiat irrational serta tidak
menggunakan akal), menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya,
menimbulkan verbalisme (respon terhadap stimulus yang telah terbentuk dengan latihan
itu akan berakibat kurang digunakannya rasio sehingga, inisiatif pun terhambat), latihan
yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran
maupun kepada gurunya, dan latihan yang dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan
dalam suasana yang serius mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan
akhirnya anak enggan berlatih dan malas atau mogok belajar.
Dalam aspek pembelajaran melalui metode dril yang terkait dengan kegiatan yang berifat
praktis dijelaskan oleh Latousek secara rinci tahapan-tahapannya. Secara sistematis
dalam bentuk tabel diuraikan seperti berikut di bawah.
C. Kerangka Berpikir.
Penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Seni Budaya sangat beragam
terkhusus pada kelas VII. Pada mata pelajaran ini meliputi beberapa sub pokok bahasan,
salah satu di antaranya adalah menggambar bentuk. Proses pembelajaran menggambar
bentuk dalam penelitian ini menggunakan metode dril sebagai salah satu sarana untuk
melatih meningkatkan kemampuan ketrampilan menggambar bentuk pada anak didik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan tindakan di kelas dengan memberikan
pembelajaran kepada siswa dalam rangkaian kegiatan proses belajar mengajar. Anak
sebagai subjek didik merupakan sasaran yang dikenai dalam usaha meningkatkan
ketrampilan menggambar bentuk. Guru dalam hal ini sebagai pelaku yang membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menggambar bentuk di kelas. Peran guru sangat
penting dalam memberikan bimbingan, motivasi dan materi yang dapat memacu subjek
didik dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk dengan metode yang
diterapkannya yaitu metode dril.
Metode dril dipilih sebagai sarana untuk memacu para subjek didik dalam
mengembangkan kemampuannya dalam menggambar bentuk dari yang semula
ditemukan masih memiliki banyak kelemahan, kemudian ditingkatkan melalui tindakan
(action) agar menjadi lebih baik. Beberapa aspek yang akan ditingkatkan dalam
kemampuan menggambar bentuk antara lain meliputi: proporsi, komposisi, gelap terang
dan kemampuan tekniknya. Langkah secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut
ditempuh dengan penelitian prosedur tindakan kelas yang meliputi langkah perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi secara siklus terus menerus hingga sampai dihasilkan
prestasi yang maksimal.
D. Hipotesis Tindakan.
Menurut Muhammad Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris (1988: 182). Hipotesis adalah pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta perpaduan dari verifikasi. Hipotesis
merupakan keterangan sementara dari fenomena-fenomena yang komplek. Hipotesis
adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu
yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang
spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan
antara variable-variabel, dapat diuji, mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.
Dengan mengacu pada pengertian di atas maka dalam penelitian tindakan kelas ini
dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
“Ada peningkatan prestasi subjek didik dalam kemampuan menggambar bentuk buah-
buahan melalui penerapan metode dril pada pokok bahasan menggambar bentuk mata
pelajaran seni budaya semester I di kelas VII A MTs Yasin Gemolong tahun pelajaran
2009/2010”.
Diposkan oleh Putra Manut CS di 04:51
Reaksi:
0 komentar:
Poskan Kom
praktik terbaik
• E-mail E-mail
• Print Cetak
• A AA AAA A AA AAA
• LinkedIn LinkedIn
• Facebook Facebook
• Twitter Twitter
• Share This Share This
• RSS RSS
A best practice is a technique or methodology that, through experience and research, has
proven to reliably lead to a desired result. Praktek yang terbaik adalah teknik atau
metodologi yang, melalui pengalaman dan penelitian, telah terbukti andal mengarah ke
hasil yang diinginkan. A commitment to using the best practices in any field is a
commitment to using all the knowledge and technology at one's disposal to ensure
success. Komitmen untuk menggunakan praktek terbaik dalam bidang apapun adalah
komitmen untuk menggunakan semua pengetahuan dan teknologi di pembuangan
seseorang untuk memastikan keberhasilan. The term is used frequently in the fields of
health care, government administration, the education system, project management,
hardware and software product development, and elsewhere. Istilah ini sering digunakan
di bidang kesehatan, administrasi pemerintah, sistem pendidikan, manajemen proyek,
perangkat keras dan pengembangan perangkat lunak produk, dan tempat lain.
In software development, a best practice is a well-defined method that contributes to a
successful step in product development. Dalam pengembangan perangkat lunak, praktik
terbaik adalah metode yang jelas yang memberikan kontribusi untuk langkah sukses
dalam pengembangan produk. Throughout the software industry, several best practices
are widely followed. Seluruh industri perangkat lunak, beberapa praktek terbaik diikuti
secara luas. Some of the more commonly used are: an iterative development process,
requirement management, quality control, and change control. Beberapa yang lebih
umum digunakan adalah: suatu proses pengembangan berulang, manajemen kebutuhan,
pengendalian mutu, dan pengendalian perubahan.
A best practice tends to spread throughout a field or industry after a success has been
demonstrated. Sebuah praktik terbaik cenderung menyebar ke seluruh bidang atau
industri setelah sukses telah dibuktikan. However, it is often noted that demonstrated best
practices can be slow to spread, even within an organization. Namun, seringkali dicatat
bahwa praktek terbaik yang menunjukkan bisa lambat untuk menyebarkan, bahkan dalam
sebuah organisasi. According to the American Productivity & Quality Center, the three
main barriers to adoption of a best practice are a lack of knowledge about current best
practices, a lack of motivation to make changes involved in their adoption, and a lack of
knowledge and skills required to do so. Menurut American Productivity & Quality
Center, tiga hambatan utama untuk menerapkan praktik terbaik adalah kurangnya
pengetahuan tentang praktik terbaik saat ini, kurangnya motivasi untuk melakukan
perubahan yang terlibat dalam adopsi mereka, dan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukannya.
Do you have something to add to this definition? Apakah Anda memiliki sesuatu
untuk menambahkan definisi ini? Let us know. Marilah kita tahu.
Lancar Membaca Not Balok
Dibawah ini saya ingin sharing tentang pengalaman saya didalam mempelajari
Not Balok :
1. Jangan menghafalkan
Jangan pernah menghafal not balok suatu lagu, karena not balok ini
jarang bahkan tidak sama sekali akan kita temukan di dalam kegiatan lain kita
sehari-hari,akhirnya mudah sekali untuk kita menjadi lupa kembali.Cara yang
baik adalah dengan membiasakan diri praktek dan praktek,baik itu praktek
dengan lagu atau fingering,dengan demikian kita akan terbiasa dan terlatih
melihat lokasi not dalam garis paranada di dalam sebuah partiture.
3 comments:
ardian said...
han ane kasih vote : "bermanfaat" buat artikel ini, di tunggu artikel selanjutnya.
Kayaknya pengunjungnya mulai rame nih han. keep in touch yah
daviedR said...
2) Pelaksanaan
a) Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran menggambar perspektif dengan metode
melacak gambar perspektif . Dalam hal ini siswa diberikan satu lembar copy gambar
perspektif.
b) Siswa melacak garis diagonal untuk menemukan garis horizontal dan titik mata
c) Peneliti membantu siswa yang mengalami kesulitan melacak garis horizontal dengan
memberikan contoh dari mana titik mata diperoleh dan bagaimana menentukan garis
diagonal.
d) Setelah titik mata ditemukan, siswa melacak gambar bantuk dengan menghubungkan
semua bentuk dengan titik mata, dan menirukan garis vertikal yang ada di gambar bentuk
tersebut. Dalam hal ini, siswa bertugas menambah satu cm dari ukuran yang ada di copy
gambar perspektif yang dilacak.
3. Pengamatan
a) Peneliti melakukan observasi setelah semua permasalahan siswa diterangkan kepada
masing-masing siswa, yaitu dengan lembar observasi yang berisi; nama, kemampuan
siswa melacak garis dan titik mata, kemampuan siswa mereproduksi karya, yang berisi
cheklist ; baik sekali, sedang, kurang, dan mencatat semua kejadian dalam proses
pembelajaran.
4. Refleksi
a) Peneliti menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dan
memberikan penilaian hasil gambar siswa.
b) Mencatat segala kekurangan dan kelemahan dan melakukan perbaikan untuk
diterapkan pada siklus berikutnya.
Beberapa indikator keberhasilan pada siklus I disajikan pada Tabel berikut:
Aspek Target Pencapaian Siklus I Cara Mengukur
Kemampuan melacak gambar perspektif 75% Diamati pada saat siswa membuat garis
pada gambar perspektif yg dibagikan kpd siswa
Kemampuan mereproduksi gambar perspektif 75 % Diamati dari gambar reproduksi
siswa yang sudah selesai
Ketuntasan hasil belajar 75 % Dihitung dari rata-rata nilai gambar, siswa yang
memperoleh nilai lebih besar/sama dengan 6 dinyatakan tuntas
Siklus Kedua
Pada siklus kedua dilakukan tindakan-tindakan dengan menggunakan empat tahapan
seperti yang telah dilakukan pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini didahului dengan
perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama. Semua
kelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak akan diualang kembali dalam siklus
kedua.
Beberapa alternatif perbaikan untuk mengoptimalkan metode melacak gambar pada
siklus kedua ini diberikan secara mendetail. Diharapkan dengan langkah-langkah
pembaharuan pada siklus kedua ini, siswa lebih paham dan termotivasi untuk
menggambar perspektif tanpa sedikitpun timbul keraguan atau kekurangpercayaan
terhadap dugaan dan angannya.
Beberapa indikator keberhasilan pada siklus II diuraikan pada tabel berikut ini:
Aspek Target Pencapaian Siklus II Cara Mengukur
Kemampuan melacak gambar perspektif 85 % Diamati pada hasil lacak gambar siswa
Berupa garis-garis perspektif pada lembar tugas yg diberikan
Kemampuan mereproduksi gambar perspektif 85 % Diamati dari gambar reproduksi
siswa yang sudah selesai
Ketuntasan hasil belajar 100 % Dihitung dari rata-rata nilai gambar, siswa yang
memperoleh nilai lebih besar/sama dengan 6 dinyatakan tuntas
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar observasi, kuesener
terbuka, tes hasil karya menggambar ilustrasi, dan catatan guru selama proses belajar
mengajar. Kuesener terbuka digunakan untuk mengawali pembelajaran menggambar
dengan metode mencontoh dengan variasi cerita berantai, dan tes hasil karya
menggambar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar.
Tabel 5 : Sistem Penskoran Hasil Gambar Perspektif
No Kriteria Nilai
1 Garis perspektif tidak tepat pada titik mata (Gambar rusak) 5
2 Gambar reproduksi ada yang menyimpang dari titik mata (Gambar mirip) 6
3 Gambar reproduksi ideal sesuai dengan gambar asli 7
0 komentar:
Poskan Komentar