You are on page 1of 20

PTK Seni Budaya (penggunaan metode drill dalam menggambar bentuk

BAB II)

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.
1. Tinjauan Metode Dril.
Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar”
menyatakan bahwa di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan
(2001: 1). Sementara Anitah dan Noorhadi menegaskan bahwa dalam menyusun strategi
belajar mengajar, guru tidak lepas dari pemilihan metode mengajar (1990:1.1).
Pendapat dari para ahli pendidikan di atas menggarisbawahi bahwa keberhasilan dari
proses interaksi belajar mengajar adalah tergantung dari pemilihan metode mengajar yang
tepat, sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efesien karena guru telah
mempersiapkan metode sesuai dengan kondisi belajar siswa. Dengan demikian peranan
metode dalam sistem pembelajaran sangatlah penting terutama kaitannya dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Salah satu metode untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode dril.
Dijelaskan oleh ahli pendidikan, Anitah dan Noorhadi dalam bukunya yang berjudul
”Strategi Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa metode dril pada dasarnya
merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang
telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. (1990: 1.31).
Pada sisi lain metode dril telah diartikan sebagai metode yang terkait dengan persoalan
praktis. Oleh Richardson dijelaskan bahwa metode pembelajaran drill and practice
merupakan teknik pengajaran yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan
keterampilan, dibutuhkan untuk mengingat secara matematis. Metode ini digunakan
untuk mengajarkan keahlian yang khusus. Ini diikuti dengan pengajaran yang sistematis
dengan harapan untuk mengingat. (lihat Richardson. 2008:
www.cornerstonecurriculum.com).
Tentang metode drill yang bertalian erat dengan sifat praktis juga dijelaskan Roestiyah,
menurutnya metode dril merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara
mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (2001:
125, Zuhairini, dkk., 1983: 106). Dalam pengertian ini keterampilan ada yang dapat
disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek, namun ada pula yang membutuhkan
waktu cukup lama. Lebih lanjut dikatakan bahwa latihan itu tidak diberikan begitu saja
kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.
Dalam bidang keagamaan, Mahfud juga menyatakan dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi Pengajaran Agama” bahwa, dril merupakan suatu kegiatan dalam
melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya
menjadi permanen. (1987: 100).
Dari beberapa pendapat mengenai metode dril dapat ditarik simpulan bahwa metode dril
merupakan suatu cara dalam menyajikan suatu bahan pelajaran dengan jalan melatih
siswa secara terus menerus agar dapat menguasai pelajaran serta keterampilan yang lebih
tinggi. Segi pelaksanaan metode tersebut siswa terlebih dahulu dibekali dengan
pengetahuan secara teori secukupnya kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa
disuruh mempraktikannya sampai menjadi mahir dan terampil.
Sebagai metode yang bersifat melatih secara berulang-ulang, maka tujuan latihan tersebut
menurut Roestiyah antara lain agar anak memiliki keterampilan motoris, dan
mengembangkan kecakapan intelek, serta memiliki kemampuan menghubungkan antara
sesuatu keadaan dengan hal lain (2001: 125).
Rambu-rambu pemberian latihan menurut para pakar seharusnya sesuatu yang dilatih
harus berarti, menarik, dan dihayati murid sebagai kebutuhan. Sebelum latihan
dilaksanakan perlu diketahui terlebih dahulu arti dan kegunaan latihan, serta perlunya
diadakan latihan. Latihan hendakya diberikan secara matematis, tertib, dan tidak loncat-
loncat. Disarankan pula bahwa latihan hendaknya diberikan dari dasar atau dari
permulaan. Mana yang telah diberikan supaya selalu diulangi, dipakai dan ditanyakan
(murid selalu diingatkan). Dalam latihan ini guru hendaklah pandai membuat bermacam-
macam latihan agar murid tidak jemu atau bosan, dan latihan yang diberikan secara
perorangan akan lebih baik dari pada latihan bersama, sebab dengan mengontrol dan
mengoreksi latihan yang diberikan secara bersama harus diikuti latihan individu.
Ditegaskan pula bahwa latihan hendaklah diselenggarakan dalam suasana yang
menyenangkan jangan diberikan dalam suasana yang penuh ketegangan dan ketakutan
(Sriyono, 1991: 113).
Sriyono juga mengungkapkan bahwa metode dril memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihannya yaitu proses pengulangan yang mengkondisi siswa dengan
stimulus–stimulus tertentu akan dapat membina pengetahuan dan keterampilan yang
kokoh tertanam dalam diri siswa, hasil yang dicapai metode ini mempunyai nilai praktis
atau aplikasi yang tinggi dalam kehidupan siswa, khususnya yang kondisinya sam dengan
yang dibina, dan metode ini memungkinkan terbinanya spesifikasi yang tajam dalam
pengetahuan siap dan keterampilan siswanya. Selain itu metode dril juga memiliki
kelemahan-kelemahan yakni dapat membentuk kebiasaan yang kaku (respon yang
terbentuk secara otomatis akan mempengaruhi tindakan yang bersiat irrational serta tidak
menggunakan akal), menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya,
menimbulkan verbalisme (respon terhadap stimulus yang telah terbentuk dengan latihan
itu akan berakibat kurang digunakannya rasio sehingga, inisiatif pun terhambat), latihan
yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran
maupun kepada gurunya, dan latihan yang dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan
dalam suasana yang serius mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan
akhirnya anak enggan berlatih dan malas atau mogok belajar.
Dalam aspek pembelajaran melalui metode dril yang terkait dengan kegiatan yang berifat
praktis dijelaskan oleh Latousek secara rinci tahapan-tahapannya. Secara sistematis
dalam bentuk tabel diuraikan seperti berikut di bawah.

Tabel 1. Sintaksis pembelajaran drill and practice menurut Latousek.

Phase KETERANGAN KEGIATAN GURU


1. Mendapatkan tujuan-tujuan > Menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan
informasi latar belakang dan menjelaskan mengapa pelajaran tersebut penting,
Membuat siswa siap belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau skill > Mendemonstrasikan skill secara
benar atau menyampaikan informasi tahap demi tahap.
3. Memberikan latihan-latihan yang dibimbing. > Memberikan latihan-latihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan feedback > Mengecek keterampilan
siswa dan memberikan feedback.
5. Memberikan latihan lanjut > Menyusun suatu kondisi untuk latihan lebih lanjut
dengan memperkenalkan masalah yang lebih komplek.

(Sumber: Latousek. 1990: www.centaursystem.com/zcol90b.htm)

2. Tinjauan Gambar Bentuk


a. Pengertian Menggambar.
Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Kesenian II
Seni Rupa” mengungkapkan bahwa menggambar adalah penyajian ilusi optik atau
manipulasi ruang dalam bidang datar dua dimensi (1991: 95).
Berbeda dengan pendapat D.K. Ching di dalam bukunya yang berjudul “Menggambar
Suatu Proses Kreatif” menyatakan bahwa, menggambar adalah membuat guratan di atas
sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu (2002: 9).
Kata menggambar atau kegiatan menggambar menurut Dharmawan dapat diartikan
sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan
emosi, perasaan dan karakter penggambarnya. Pemindahan ini dalam pengertian
pemindahan bentuk atau rupa dengan memperkecil atau memperbesar ukuran
keseluruhan yang untuk kepentingan tertentu dapat juga mempergunakan skala
perbandingan (perbandingan ukuran) secara akurat (1988: 195).
Berbeda dengan Robins yang menyatakan bahwa menggambar merupakan aktivitas
melihat dan meniru. Menurutnya manusia sering tertipu akan pikirannya sehingga mereka
hanya menggambar apa yang diinginkannya, bukan apa yang ada di depannya. (2007: 3).
Pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menggambar itu sendiri
merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang dituangkan seseorang dalam upaya
mewujudkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dalam bentuk karya dwi matra, yang
dimaksud menggambar dalam hal ini yaitu menggambar dengan menggunakan model
sebagai objek untuk digambar.
Menurut Jauhari ada beberapa metode dalam menggambar yang tujuannya untuk
mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Berikut beberapa metode yang
dimaksudkan, antara lain :
1) Menggambar dengan cara mengamati (observasi).
Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa menjiplak atau dengan
contoh pola. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara
menciptakan, bereksperimen, dan melampaui kemampuannya.
2) Menggambar berdasarkan pengalaman/ kenangan.
Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk menggambarkan sesuatu
berdasarkan pengalaman dan kenangannya. Saat latihan, guru harus banyak
menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka mengingat detail yang berarti dari
pengalaman mereka.
3) Menggambar berdasarkan imajinasi.
Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa diekspresikan dalam bentuk gambar,
lukisan, dan model. Menggambar dengan imajinasi menjadi lebih efektif dengan latihan
yang rutin.
(lihat jauhari@artlover.com. diunduh 11 Januari 1999)

b. Pengertian Menggambar Bentuk.


Harry Sulastianto dalam bukunya yang berjudul “Seni Budaya Untuk Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama” menyatakan bahwa gambar bentuk merupakan gambar yang meniru
objek gambar nyata yang ada di alam atau buatan. Menurutnya objek gambar bentuk
sangat beragam, mulai dari benda yang dipakai sehari-hari, manusia, tumbuhan, hewan,
ataupun alam pemandangan. Ukuran objekpun bermacam-macam, mulai dari yang
ukuran besar seperti gajah, gunung, dan pemandangan alam, sampai yang berukuran
kecil, seperti sel, tumbuhan, akar, dan kuman. Gambar bentuk dapat dibuat berwarna atau
hitam putih. (2006: 20)
Wido Ratmono mengungkapkan bahwa menggambar bentuk adalah memindahkan objek/
benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya,
menurut arah pandang dan cahaya yang ada. (1984: 44).
Sedangkan menurut Asim Sulistyo menggambar bentuk adalah memindahkan benda-
benda yang diamati ke dalam bidang gambar (2 demensi) sesuai dengan apa adanya.
Gambar di ciptakan tanpa memberikan rasa/ ekspresi/ kejiwaan pada gambar tersebut
(2006: 4).
Menurut Cut Kamaril menggambar bentuk merupakan usaha mengungkapkan dan
mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud dwi matra yang bernilai artistik
dengan menggunakan garis dan warna. Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda
yang digambar, hasil gambarnya menunjukkan kreativitas maupun keterampilan
penggambar dalam menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar
(1998: 49).
Lebih lanjut disebutkan bahwa proses dalam menggambar bentuk sangat dituntut
ketepatan bentuk benda yang digambar, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan tentang
dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi atau ukuran perbandingan dan ketepatan
garis maupun tekstur yang menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut. Bagi orang yang
pandai menggambar dapat menggambar langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi
orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan
menggunakan garis-garis pertolongan untuk membagi-bagi bentuk benda dalam ukuran
perbandingan tertentu supaya gambarnya tepat. Model yang biasanya digunakan dalam
menggambar bentuk adalah makhluk hidup maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
Kemampuan untuk menggambar bentuk ini sangat diperlukan sekali dalam kesenirupaan,
karena menggambar bentuk merupakan salah satu hal yang mendasari dalam semua
bidang seni rupa, seperti; seni lukis, seni patung, desain kriya, desain tekstil, desain
interior maupun grafis yang suatu ketika membutuhkan keterampilan dalam hal
menggambar.

c. Prinsip Menggambar Bentuk


Menurut Harry ada beberapa syarat yang harus diikuti agar hasil gambar baik yaitu: hasil
gambar memiliki kemiripan dengan benda aslinya, ukuran perbandingan atau proporsi
antar benda yang tepat, selanjutnya kesan cahaya, gelap terang, tekstur, dan komposisi
yang bagus, serta penerapan perspektif, dan pemakaian teknik maupun media yang tepat.
(2006: 64)
Soepratno dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Seni Rupa” juga menegaskan
bahwa dalam menggambar bentuk tidak boleh meninggalkan beberapa aspek seperti
proporsi, komposisi, perspektif, dan terjemahan benda dalam hal ini maksud dari
terjemahan benda yakni mewujudkan suatu sifat-sifat benda yang digambar sesuai
dengan sifat bahannya (1985: 100)
Sedangkan prinsip-prinsip dalam menggambar bentuk juga disebutkan oleh Jauhari yang
meliputi beberapa aspek seperti; perspektif, proporsi, komposisi, gelap-terang, bayang-
bayang. (jauhari@artlover.com. Diakses 15 Februari 2009)
Adapun pengertian dari beberapa ahli mengenai aspek tersebut di atas dapat dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut:
1) Perspektif
Asim Sulistyo dalam ”Modul Seni Rupa kelas VII” menyatakan bahwa perspektif
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang menggambar benda-benda yang
bervolume, berisi, beruang/ berongga (Tiga Demensi) pada bidang gambar. Gambar
terlihat seperti benda yang sebenarnya sehingga benda mempunyai kesan besar-kecil,
jauh-dekat, dalam-dangkal, terang-gelap, tinggi-pendek dan lainnya. (2006: 5).
Sedangkan menurut Soepratno perspektif merupakan gambar dari suatu benda yang
merupakan suatu pandangan kedalaman yang serasi dari ujud benda tersebut (1985: 100).
2) Proporsi
Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan antara
bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda tersebut (1985: 100)
Selanjutnya Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul “Desain Dasar I (Desain Dua
Dimensional) Desain Dwi Matra” menjelaskan bahwa proporsi merupakan hubungan
perbandingan antara bagian dengan bagian dan atau antara bagian dengan keseluruhan.
Lebih lanjut dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu; antara unsur
dengan unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur visual dengan bidang
gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas gambar (1999: 17).
Sedangkan Jauhari juga mengungkapkan bahwa proporsi atau perbandingan adalah
keselarasan atau keserasian perbandingan ukuran antara satu bagian dengan keseluruhan
bentuk. (jauhari@artlover.com. Diakses 15 Februari 2009).
3) Komposisi
Komposisi menurut Sudarsono dalam bukunya yang berjudul “Menggambar Bentuk
Lanjut” adalah suatu usaha di dalam menyusun unsur-unsur yang menjadi objek gambar
sehingga objek tersebut dapat menjadi enak untuk dilihat/ dipandang (1995: 21).
Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul “Desain Dasar I (Desain Dua
Dimensional) Desain Dwi Matra” mengungkapkan bahwa komposisi merupakan suatu
realisasi dari suatu aktiva pencipta dalam mewujudkan idenya; merupakan suatu bentuk
pernyataan yang dapat ditanggapi oleh pengamatnya atas suatu bentuk ciptaan tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa komposisi pada dasarnya menyangkut hal
pengorganisasian unsur visual, dimana prinsip-prinsip desain merupakan hakekat
utamanya, terutama prinsip kesatuan dan harmoni (1999: 22).
Sedangkan menurut Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Kesenian II Seni Rupa” menjelaskan bahwa komposisi merupakan penataan
gambar pada bidang gambar dengan menggunakan prinsip-prinsip desain (1991: 97).
Sama halnya dengan Soepratno yang menyatakan bahwa komposisi merupakan suatu
susunan keseluruhan yaitu antara benda yang digambar dengan ruang yang digambari
(1985: 100).
4) Gelap Terang
Muharam E dan Warti Sundaryati mengemukakan bahwa gelap terang merupakan suatu
upaya untuk dapat digunakan dalam menyajikan ruang untuk menggambar bentuk yang
lebih mendekati kenyataan visual (1991: 96).
Sedangkan menurut Jauhari gelap terang adalah unsur rupa yang berkenaan dengan
cahaya, baik secara nyata seperti dalam patung atau ilusi sebagaimana dalam gambar atau
lukis. (jauhari@artlover.com. Diakses 15 Februari 2009).

d. Teknik dalam menggambar bentuk


Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar benda menurut Sunarto ditegaskan
antara lain: teknik stippel, dussel, dan arsir. Teknik stippel. yaitu menggambar dengan
titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang, sedangkan teknik dussel atau teknik gosok
adalah menggambar dengan cara menggosok-gosokkan tangan atau kertas yang sudah
diberi atau dibubuhi dengan pensil. Teknik ketiga adalah arsir yaitu teknik untuk
menyampaikan kesan bentuk tiga dimensi yang tidak dapat terwakili hanya dengan garis
kontur saja. Garis-garis arsir mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak
berdekatan atau rapat. (1985: 3)
Adapun jenis-jenis arsir menurutnya meliputi tiga jenis yaitu arsir biasa, arsir silang,
teknik scribbling. Arsir biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu pada serangkaian
garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Arsir silang, ialah
arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis arsir untuk mendapatkan kepadatan
yang lebih tinggi dan menghasilkan nada gelap terang. Teknik berikutnya adalah
scribbling, dimaksudkan sebagai suatu jenis arsiran jaringan yang terdiri dari garis-garis
berbagai arah yang dibuat secara acak, sehingga tekstur visualnya akan bervariasi dengan
teknik garis yang digunakan (1985: 3).
Fungsi arsir menurut Veri Apriyanto dalam bukunya yang berjudul "Cara Mudah
Menggambar dengan Pensil" adalah untuk memberikan karakter objek gambar,
memberikan kesan bentuk dan volume benda, memberikan kesan jarak dan kedalaman
pada gambar, mengisi bidang kosong, dan Finishing touch gambar (Tth: 6).

e. Media dan alat gambar.


Adjid Saputra mengemukakan bahwa media adalah bahan yang diperlukan untuk
memvisualisasikan prinsip-prinsip seni rupa pada bidang datar dalam mencipta atau
membuat bentuk/ wujud (rupa). (1998: 37). Sementara pengertian media atau bahan dasar
menurut Ahamad adalah bahan sebagai perantara bagi seorang seniman untuk
mewujudkan sebuah karya seni rupa (1984: 36)
Menurut Harry, dalam menggambar kita memerlukan media dan peralatan. Media yang
biasa dipakai menggambar adalah kertas, bisa juga dengan kain. Adapun alat yang
digunakan untuk menorehkan gambar yaitu pensil, cat air, cat minyak, crayon, dan
sebagainya. Selanjutnya dijelaskan media gambar kertas merupakan bahan yang paling
umum dan paling sering digunakan sebagai media gambar. (2006: 21)
Selanjutnya dijelaskan mengenai beberapa perlengkapan yang digunakan dalam
menggambar sesuai dengan penggunaannya, antara lain; pensil biasa dengan batang kayu
relatif murah. Pensil ini dapat dipakai untuk membuat berbagai macam goresan, dan
dapat digunakan untuk menutup bidang gambar dan membuat bayangan. Walaupun
pensil biasa sudah cukup cocok untuk dipergunakan menggambar, namun dalam
pengunaannya harus diperhatikan mutu dan jenis pensilnya. Pensil Keras (Hard/ H).
Pensil jenis ini memiliki tingkat dan kwalitas kekerasan mulai dari 9 H (sangat keras)
sampai F. Pensil jenis ini biasanya banyak dipakai untuk menggambar mistar, karena
jenisnya yang keras tersebut. Semakin keras tingkatan isi pensil, semakin dapat
digunakan untuk menghasilkan garis-garis yang padat, halus dan tipis. Pensil Sedang
(Medium Hard/ HB). Pensil ini dipakai untuk membuat desain/ sket/ gambar rencana,
baik untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame. Pensil Lunak (Soft/ B) Isi pensil
yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan nada gelap terang.
Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B merupakan jenis pensil yang
banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak dipakai untuk menggambar potret, benda atau
pemandangan alam dalam warna hitam putih. Konte memiliki warna hitam arang dan
berbeda dengan pensil biasa karena mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan
pula menjadi: Hard/ H/ keras, Medium/ HB/ sedang, dan Soft/ B/ Lunak, biasanya konte
dipakai untuk menggambar potret, pemandangan alam dan benda. Pensil berwarna, Pensil
ini mengandung lilin yang tersedia dalam 12 macam warna. Selanjutnya media terakhir
untuk pengoreksian gambar adalah penghapus, yaitu untuk menghilangkan bagian
gambar yang tidak diperlukan. (2006: 22)
Dengan pengetahuan yang cukup mengenai sifat bahan dan fungsi alat, siswa dapat
mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang bersifat teknis.
Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan, ide dan teknik yang tidak
terpisah-pisahkan.
Dari penjelasan mengenai tinjauan metode dril dan menggambar bentuk di atas berkaitan
untuk meningkatkan kemampuannya siswa dalam menggambar bentuk buah-buahan ada
beberapa aspek yang perlu dilatihkan yakni:
1. Aspek proporsi dimana tujuan dalam latihan ini agar siswa dapat memahami dalam
memvisualisasikan gambar buah-buahan sesuai dengan perbandingan tiap bagian dari
strukur buah, maupun antara bagian buah yang satu dengan yang lain secara keseluruhan.
2. Aspek komposisi dimana dalam latihan ini siswa dituntut untuk dapat menyususun dari
beberapa gambar buah-buahan agar terlihat selaras dan seimbang untuk mencapai suatu
kesatuan yang harmonis sehingga enak dilihat/ dipandang.
3. Aspek gelap terang dimana siswa perlu mendapatkan latihan-latihan dalam teknik
mengarsir untuk bisa menentukan gelap terang dari suatu gambar buah-buahan yang
terkena sinar, selain itu pada latihan tersebut juga ditekankan untuk mempertegas
karakter dari digambar tersebut sehingga dapat memunculkan kesan tiga dimensi.

B. Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan.


Beberapa hasil penelitian di bawah ini merupakan kajian yang sudah dilakukan
khususnya yang berkaitan dengan metode dril.

1. Hasil Penelitian yang terkait dengan Metode Dril.


Penelitian tentang metode dril telah dilakukan Priono (2008) dalam kajiannya yang
berjudul ”Implementasi Improving Learning Dengan Metode Drill dan Resitasi sebagai
Usaha untuk Meningkatkan Keaktivan Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika
(PTK Pembelajaran Matematika Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta kelas VIII Tahun
Ajaran 2007/2008)”. Penelitian melalui metode dril ini dikaitkan dengan metode resitasi
dengan implementasi improving learning. Kelebihan dalam metode dril adalah sebagai
upaya untuk meningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika.
Berbeda dengan Priono penelitian metode dril yang dilakukan oleh Ridwan Armansyah
(2005), tentang ”Pengaruh Metode Drill dengan Resitasi Terhadap Peningkatan Prestasi
Belajar Matematika Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa”. Penelitian dengan
menggunakan metode dril ini sangat berpengaruh pada siswa yang memiliki aktivitas
belajar tinggi, sedangkan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah tidak terjadi
perubahan. Kelemahan dari pengaruh penggunaan metode tersebut sangat jelas terletak
pada tingkat keaktifan proses belajar siswa, sehingga faktor yang menentukan
keberhasilannya bukanlah dari metode yang digunakan melainkan faktor dari tingkat
aktivitas siswa itu sendiri.
Lain halnya dengan penelitian metode dril yang dilakukan Eni Endang Sulistyorini
(2005) yang berjudul ”Pengajaran matematika dengan metode drill dan variasi pemberian
tugas pada pokok bahasan lingkaran ditinjau dari keaktifan siswa (SMP Negeri 1
Ngrampal Sragen kelas II Tahun Ajaran 2004/2005)”. Penelitian metode dril ini berkaitan
dengan variasi pemberian tugas pada pokok bahasan lingkaran. Penelitian ini sangat
memiliki pengaruh yang positif akan perbedaan prestasi belajar Matematika, hal ini dapat
dilihat dengan adanya peningkatan dari prestasi belajar Matematika sebelumnya.
Kelemahan dari penggunaan metode dril dengan variasi pemberian tugas terletak pada
pengaruh keaktifan belajar Matematika pada pokok bahasan lingkaran siswa terhadap
prestasi belajar Matematika, interaksi tersebut tidak memiliki pengaruh apapun terhadap
prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika.
Dari ketiga kajian yang telah dilakukan pada dasarnya persoalannya menurut hemat
penulis berkutat tentang metode untuk mengajar bidang pelajaran matematika. Dalam hal
lain penelitian metode dril tersebut masih terbatas pada kajian yang bersifat teoritis atau
penalaran, sehingga belum menyentuh permasalahan yang terkait dengan pelajaran
ketrampilan.
Pada bentuk penelitian metode dril dalam bidang yang lain Miftahudin (2008), mengkaji
tentang ”Drill sebagai Metode Pengajaran Sharf (Studi Eksploratif Metode Pengajaran
Sharf Di Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Pembangunan Miftahul Huda
Cigaru I Majenang Cilacap Jawa Tengah). Hasil simpulan menunjukkan bahwa metode
ini mempuyai ciri khas penghafalan-penghafalan aturan-aturan gramatikal atau rules of
gramar atau sejumlah kata-kata tertentu, dengan demikian kegiatan ini merupakan
kegiatan praktek penerapan kaidah-kaidah tata bahasa, sehingga untuk pelajaran sharf
dengan menggunakan dril sebagai metode pokoknya mempunyai pengaruh yang baik
dalam proses latihan karena memiliki tujuan untuk menanamkan kebiasaan, menambah
kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu. Di lain pihak
kurangnya alokasi jam pelajaran, banyaknya aktifitas siswa dan kurang disiplinnya guru
bisa menjadi salah satu faktor penghambat terhadap kegiatan belajar mengajar.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode dril
sebagian besar diterapkan pada mata pelajaran yang berhubungan erat dengan proses
berhitung dan menghafal. Kelemahan dari efektifitas penggunaan metode dril tersebut
sangat tergantung pada tingkat kemampuan siswa dalam berhitung dan menghafal. Dari
beberapa kajian di atas menguatkan bahwa penelitian dalam bidang kesenian khususnya
untuk seni rupa yang sarat dengan aspek kemampuan ketrampilan belum dikaji.
Keprihatinan ini menjadikan titik awal penting dalam penelitian secara mendalam
mengenai penerapan metode dril dalam konteks peningkatan kemampuan ketrampilan
menggambar bentuk. Dengan demikian penelitian yang dilakukan menjadi sangat
beralasan karena sejauh ini belum ada penelitian tentang hal ini.

2. Hasil Penulisan Skripsi tentang Gambar Bentuk


Dari beberapa sumber seperti jurnal ilmiah, informasi internet, belum bisa ditemukan
hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan gambar bentuk. Sangat disayangkan
karena pada pendidikan seni rupa untuk pokok bahasan gambar bentuk merupakan salah
satu dasar dalam mengembangkan ide dan kreativitas diri seorang siswa. Tetapi fakta
menunjukkan bahwa kajian mengenai gambar bentuk apalagi dalam hubungannya dengan
penelitian tindakan kelas belum dilakukan. Dengan berdasarkan pada belum adanya
penelitian metode dril dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk, maka perlu
dilakukan kajian yang bersifat aksi di kelas agar bisa meningkatkan prestasi belajar
menggambar bentuk yaitu dengan penelitian tindakan kelas.

C. Kerangka Berpikir.
Penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Seni Budaya sangat beragam
terkhusus pada kelas VII. Pada mata pelajaran ini meliputi beberapa sub pokok bahasan,
salah satu di antaranya adalah menggambar bentuk. Proses pembelajaran menggambar
bentuk dalam penelitian ini menggunakan metode dril sebagai salah satu sarana untuk
melatih meningkatkan kemampuan ketrampilan menggambar bentuk pada anak didik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan tindakan di kelas dengan memberikan
pembelajaran kepada siswa dalam rangkaian kegiatan proses belajar mengajar. Anak
sebagai subjek didik merupakan sasaran yang dikenai dalam usaha meningkatkan
ketrampilan menggambar bentuk. Guru dalam hal ini sebagai pelaku yang membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menggambar bentuk di kelas. Peran guru sangat
penting dalam memberikan bimbingan, motivasi dan materi yang dapat memacu subjek
didik dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk dengan metode yang
diterapkannya yaitu metode dril.
Metode dril dipilih sebagai sarana untuk memacu para subjek didik dalam
mengembangkan kemampuannya dalam menggambar bentuk dari yang semula
ditemukan masih memiliki banyak kelemahan, kemudian ditingkatkan melalui tindakan
(action) agar menjadi lebih baik. Beberapa aspek yang akan ditingkatkan dalam
kemampuan menggambar bentuk antara lain meliputi: proporsi, komposisi, gelap terang
dan kemampuan tekniknya. Langkah secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut
ditempuh dengan penelitian prosedur tindakan kelas yang meliputi langkah perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi secara siklus terus menerus hingga sampai dihasilkan
prestasi yang maksimal.

D. Hipotesis Tindakan.
Menurut Muhammad Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris (1988: 182). Hipotesis adalah pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta perpaduan dari verifikasi. Hipotesis
merupakan keterangan sementara dari fenomena-fenomena yang komplek. Hipotesis
adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu
yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang
spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan
antara variable-variabel, dapat diuji, mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.
Dengan mengacu pada pengertian di atas maka dalam penelitian tindakan kelas ini
dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
“Ada peningkatan prestasi subjek didik dalam kemampuan menggambar bentuk buah-
buahan melalui penerapan metode dril pada pokok bahasan menggambar bentuk mata
pelajaran seni budaya semester I di kelas VII A MTs Yasin Gemolong tahun pelajaran
2009/2010”.
Diposkan oleh Putra Manut CS di 04:51
Reaksi:

0 komentar:

Poskan Kom

praktik terbaik
• E-mail E-mail

• Print Cetak
• A AA AAA A AA AAA
• LinkedIn LinkedIn
• Facebook Facebook
• Twitter Twitter
• Share This Share This
• RSS RSS

A best practice is a technique or methodology that, through experience and research, has
proven to reliably lead to a desired result. Praktek yang terbaik adalah teknik atau
metodologi yang, melalui pengalaman dan penelitian, telah terbukti andal mengarah ke
hasil yang diinginkan. A commitment to using the best practices in any field is a
commitment to using all the knowledge and technology at one's disposal to ensure
success. Komitmen untuk menggunakan praktek terbaik dalam bidang apapun adalah
komitmen untuk menggunakan semua pengetahuan dan teknologi di pembuangan
seseorang untuk memastikan keberhasilan. The term is used frequently in the fields of
health care, government administration, the education system, project management,
hardware and software product development, and elsewhere. Istilah ini sering digunakan
di bidang kesehatan, administrasi pemerintah, sistem pendidikan, manajemen proyek,
perangkat keras dan pengembangan perangkat lunak produk, dan tempat lain.
In software development, a best practice is a well-defined method that contributes to a
successful step in product development. Dalam pengembangan perangkat lunak, praktik
terbaik adalah metode yang jelas yang memberikan kontribusi untuk langkah sukses
dalam pengembangan produk. Throughout the software industry, several best practices
are widely followed. Seluruh industri perangkat lunak, beberapa praktek terbaik diikuti
secara luas. Some of the more commonly used are: an iterative development process,
requirement management, quality control, and change control. Beberapa yang lebih
umum digunakan adalah: suatu proses pengembangan berulang, manajemen kebutuhan,
pengendalian mutu, dan pengendalian perubahan.

An iterative (meaning Sebuah berulang (artinya

Learn More Pelajari Lebih Lanjut

• Software Development Fundamentals Pengembangan Perangkat Lunak


Fundamental
• Software Quality Resources Kualitas Perangkat Lunak Sumber Daya

repetitive) development process, which progresses in incremental stages, helps to


maintain a focus on manageable tasks and ensures that earlier stages are successful before
the later stages are attempted. berulang-ulang) proses pembangunan, yang kemajuan
dalam tahap incremental, membantu untuk mempertahankan fokus pada tugas-tugas
ditangani dan memastikan bahwa tahap-tahap awal yang berhasil sebelum tahap-tahap
selanjutnya adalah berusaha. Requirement management addresses the problem of
creeping requirements, which is a situation in which the client requests additional
changes to the product that are beyond the scope of what was originally planned.
Kebutuhan manajemen membahas masalah persyaratan merayap, yang merupakan situasi
di mana permintaan klien perubahan tambahan untuk produk yang berada di luar ruang
lingkup apa yang awalnya direncanakan. To guard against this common phenomenon,
requirement management employs strategies such as documentation of requirements,
sign-offs, and methodologies such as the use case . Untuk menjaga terhadap fenomena
umum, persyaratan mempekerjakan manajemen strategi seperti dokumentasi
persyaratan,-sign off, dan metodologi seperti use case . Quality control is a strategy that
defines objective measures for assessing quality throughout the development process in
terms of the product's functionality , reliability, and performance. Quality control adalah
strategi yang mendefinisikan langkah-langkah objektif untuk menilai kualitas seluruh
proses pembangunan dalam hal produk fungsionalitas , kehandalan, dan kinerja. Change
control is a strategy that seeks to closely monitor changes throughout the iterative process
to ensure that records are intact for changes that have been made and that unacceptable
changes are not undertaken. kontrol Perubahan adalah strategi yang berusaha terus
memantau perubahan sepanjang proses berulang-ulang untuk memastikan bahwa catatan
yang utuh untuk perubahan yang telah dibuat dan bahwa perubahan tidak dilakukan tidak
dapat diterima.

A best practice tends to spread throughout a field or industry after a success has been
demonstrated. Sebuah praktik terbaik cenderung menyebar ke seluruh bidang atau
industri setelah sukses telah dibuktikan. However, it is often noted that demonstrated best
practices can be slow to spread, even within an organization. Namun, seringkali dicatat
bahwa praktek terbaik yang menunjukkan bisa lambat untuk menyebarkan, bahkan dalam
sebuah organisasi. According to the American Productivity & Quality Center, the three
main barriers to adoption of a best practice are a lack of knowledge about current best
practices, a lack of motivation to make changes involved in their adoption, and a lack of
knowledge and skills required to do so. Menurut American Productivity & Quality
Center, tiga hambatan utama untuk menerapkan praktik terbaik adalah kurangnya
pengetahuan tentang praktik terbaik saat ini, kurangnya motivasi untuk melakukan
perubahan yang terlibat dalam adopsi mereka, dan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukannya.

Related glossary terms: integrated development environment (IDE) , layer , Standard


Performance Evaluation Corporation (SPEC) , peer review , heuristics , program ,
debugging , source code analysis , histogram , iterative Terkait glossary istilah:
lingkungan pengembangan terpadu (IDE) , lapisan , Standard Performance Evaluation
Corporation (SPEC) , peer review , heuristik , program , debugging , analisis kode
sumber , histogram , berulang
Last Updated: 20 Nov 2000 Terakhir Diperbarui: 20 Nov 2000

Dig Deeper Dig Deeper

Resources from around the Web Sumber dari seluruh Web

• Rational.com provides a white paper, "Rational Unified Process: Best Practices


for Software Development Teams". Rational.com menyediakan kertas putih,
"Rational Unified Process: Praktik Terbaik untuk Tim Pengembangan Perangkat
Lunak".
• SearchVB.com provides best practice links for program designers and developers.
SearchVB.com menyediakan link praktik terbaik untuk perancang program dan
pengembang.

Do you have something to add to this definition? Apakah Anda memiliki sesuatu
untuk menambahkan definisi ini? Let us know. Marilah kita tahu.
Lancar Membaca Not Balok

Kiat Lancar Baca Not Balok


Gampang-gampang sulit dalam membaca not balok, terutama bagi pemula yang
baru mengenal (melihat) not balok. Berbeda dengan Not Angka yang lebih
mudah dipahami dan mudah untuk dikuasai. Memang memusingkan jika kita
melihat seperti pohon toge yang ada bandulnya bergelantungan.Tetapi sobat
jangan kwatir, dengan niat dan tekad semua itu pasti bisa
dilakukan,pengalaman saya sendiri setelah 2 bulan akhirnya lancar juga
membaca not balok, orang bisa karena 2 hal : pertama KARENA BIASA, kedua
KARENA TERPAKSA.

Dibawah ini saya ingin sharing tentang pengalaman saya didalam mempelajari
Not Balok :

1. Jangan menghafalkan
Jangan pernah menghafal not balok suatu lagu, karena not balok ini
jarang bahkan tidak sama sekali akan kita temukan di dalam kegiatan lain kita
sehari-hari,akhirnya mudah sekali untuk kita menjadi lupa kembali.Cara yang
baik adalah dengan membiasakan diri praktek dan praktek,baik itu praktek
dengan lagu atau fingering,dengan demikian kita akan terbiasa dan terlatih
melihat lokasi not dalam garis paranada di dalam sebuah partiture.

2. Latihan "SETIAP HARI"


Usahakan "setiap hari" anda berlatih memainkan instrumen yang anda
sedang perdalam (intensif),minimal 1 jam ,ini akan meningkatkan ketajaman
dan skill anda dalam mengeksplorasi serta mengasah naluri di dalam
menerjemahkan not balok pada sebuah lagu secara bertahap,latihan ini bisa
saja berupa fingering (gitar/piano), atau dari sumber lainnya seperti buku atau
PR yang diberikan oleh sang guru les.Survey menunjukkan bahwa 10% persen
ilmu didapat dari guru les, 90% ketekunan kita sendiri.

3. Berlatih dalam suasana hati dan pikiran yang sedang


santai
Otak dan pikiran manusia akan bekerja secara maksimal jika dalam
kondisi releks, jangan paksakan berlatih jika suasana hati sedang tidak
enak,sedang terburu-buru, atau ketika sedang marah.

Mudah-mudahan tips diatas dapat menambah wawasan bagi kawan-kawan yang


sedang belajar membaca not balok.
at 04:26

3 comments:
ardian said...

han ane kasih vote : "bermanfaat" buat artikel ini, di tunggu artikel selanjutnya.
Kayaknya pengunjungnya mulai rame nih han. keep in touch yah

August 5, 2010 1:11 PM

daviedR said...

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS SENI BUDAYA (PTK)


MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGAMBAR
PERSPEKTIF DENGAN TEKNIK LACAK GAMBAR MELALUI
KERJA KE

Diposkan oleh WAYANG SEMPROT di 17:34


PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Permasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran menggambar perspektif adalah


keluhan anak karena rumitnya garis yang membalut bentuk benda yang diperagakan guru.
Guru terkesan tidak mengindahkan kemampuan siswa dalam hal pengamatan gambar
perspektif. Mereka kurang sabar dalam membimbing siswa. Sehingga faktanya siswa
sering menganggap bahwa materi ini rumit dan sulit sekali. Akhirnya tidak jarang,
pembelajaran ini sering ditinggalkan begitu saja oleh guru yang bersangkutan dengan
alasan demi terkondisinya pelajaran seni budaya yang nyaman-nyaman saja.
Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa dengan metode
melacak gambar bisa dijadikan cara untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman
peserta didik dalam menggambar perspektif. Dari cara tersebut anak menjadi faham asal-
usul gambar yang dikerjakan. Dengan demikian tidak sadar, mereka akan menemukan
teori menggambar perspektif yang selama ini dianggapnya sulit dan rumit.
1.2 DEFINISI OPERASIONAL
Melacak gambar adalah kegiatan yang dilakukan siswa terhadap gambar bentuk
perspektif yang diberikan guru. Dalam kegiatan ini siswa melacak garis-garis perspektif
dengan penggaris, dilakukan secara berkelompok dengan teman sebangku. Tujuannya
adalah mencari asal-usul bentuk gambar perspektif untuk digambar ulang dalam bentuk
yang sama (reproduksi).
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini berfokus pada gambar perspektif dengan teknik melacak gambar perspektif
yang sudah jadi, untuk dicari asal - usul gambar perspektifnya. Fokus penilaian dilakukan
pada proses dan hasil karya siswa. Hal ini untuk mengetahui kualitas pembelajaran, yang
dilakukan guru dalam upaya mengukur daya serap terhadap teori yang diujicobakan
dalam penelitian ini.
1.4. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah dengan teknik lacak gambar , siswa kelas VIII SMPN 2 Kauman dapat
meningkatkan keterampilan menggambar perspektif?
2. Bagaimanakah penerapan laacak gambar untuk meningkatkan prestasi menggambar
perspektif siswa kelas VIII SMPN 2 Kauman?
3. Apakah dengan teknik lacak gambar, pembelajaran perspektif di kelas VIII SMPN 2
Kauman minat siswa meningkat?

1.5. TUJUAN PENELITIAN


Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan keterampilan menggambar perspektif bagi siswa kelas VIII SMPN 2
Kauman Tahun Pelajaran 2010-2011
2. Mendeskripsikan implementasi menggambar perspektif dengan teknik lacak gambar
3. Meningkatkan minat menggambar perspektif bagi siswa kelas VIII SMPN 2 Kauman
Tahun Pelajaran 2010-2011

1.6. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan memberikan manfaat kepada
a. Guru yang bersangkutan
Sebagai tambahan literasi model pembelajaran, dan alat evaluasi diri terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajarannya,
sehingga mendapatkan metode yang ideal terhadap materi yang akan disampaikan kepada
siswa
b. Bagi Siswa
Penerapan teknik lacak gambar sangat berguna untuk mempermudah siswa memahami
teori menggambar perspektif. Diharapkan setelah mereka mengetahui teknik
menggambar perspektif, siswa dapat menggambar bentuk perspektif dengan model yang
bervariasi.
c. Bagi Lembaga
Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh sekolah sebagai
inspirasi bagi guru yang lain agar dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian
pembelajaran di kelas.
KAJIAN TEORI
2.1. PENGERTIAN PERSPEKTIF
Menurut Leonardo da Vinci, perspektif adalah sesuatu yang alami yang menampilkan
yang datar menjadi relief dan yang relief menjadi datar. Perspektif adalah suatu sistem
matematikal untuk memproyeksikan bidang tiga dimensional ke dalam bidang dua
dimensional, seperti kertas atau kanvas. Kata “Perspektif” berasal dari kata bahasa Itali
“Prospettiva” yang berarti “gambar pandangan”.
2.2. PRINSIP DASAR PERSPEKTIF
Dalam penggambaran perspektif terkonstruksi, diumpamakan bahwa pengamatan obyek
berasal dari satu titik pandang. Yaitu titik tempat pengamat berdiri memandang obyek.
Sudut dipersempit secara relatif, dan dengan cara ini garis-garis lurus akan tetap lurus dan
menghasilkan gambar perspektif yang tidak terdistorsi.
2.3. ISTILAH DALAM KONSTRUKSI PERSPEKTIF
a. Objek
Objek yang berbentuk garis lurus, siku dan teratur, sangat mudah digambar. Sisi objek
yang semakin hidup atau berbentuk tidak teratur, semakin sulit untuk digambar.
Kesulitannya pada ketidakaturan objek tersebut. Untuk penggambaran- nya dibutuhkan
ketepatan dalam gambar tampak atas, muka dan samping.
Sering dijumpai gambar perspektif dengan satu sisi vertikal atau satu rusuk vertikal objek
menempel pada bidang gambar; dengan demikian didapatkan garis vertikal pada gambar
perspektif, yang menjadi pedoman langsung bagi ukuran sebenarnya.
b. Titik pandang
Titik pandang merupakan tempat pengamat berada. Semakin jauh pengamat berada dari
objek, semakin luas pula areal yang mampu dipandang pengamat.
c. Bidang gambar
Bidang Gambar adalah bidang khayal yang tembus pandang untuk melihat ke daerah
yang akan digambar. Bidang gambar dapat divisualisasikan sebagai kaca rak -sasa yang
berdiri tegak antara pengamat dan daerah yang akan digambar.
d. Kerucut pandang dan sumbu pandang
Untuk menghindari distorsi gambar, jarak antara pengamat dan objek diatur oleh sudut
pandang, yaitu sudut pada titik pandang yang dibentuk oleh sinar-sinar dari pinggir objek.
Sudut pandang 90o merupakan sumbu pandang pada gambar perspektif, dan sudut
pandang antara 30o-60o merupakan kerucut pandangnya.
e. Garis cakrawala atau garis horison
Yang dimaksud bidang cakrawala dalam gambar perspektif adalah garis mendatar,
dengan ketinggian mata pengamat dan memisahkan gambar yang di atas dan di bawah
mata. dengan garis cakrawala.
f. Titik hilang
Titik hilang adalah titik dalam gambar perspektif di mana garis-garis yang sesungguhnya
dalam keadaan sejajar akan menghilang menuju titik ini. Objek-objek yang pada
kenyataannya sama besar, bila posisinya menjauhi pengamat akan tergambarkan lebih
kecil daripada objek yang lebih dekat dengan pengamat. Letak titik hilang segaris lurus
dengan garis cakrawala (untuk perspektif satu titik hilang dan dua titik hilang)
g. Titik ukur dan titik diagonal
Titik ukur dalam konstruksi perspektif berfungsi untuk mengukuhkan kedalaman suatu
objek dengan akurat. Dengan adanya titik ukur, maka penggambaran perspektif akan
lebih akurat. Titik diagonal berfungsi untuk menarik garis yang dalam keadaan normal
memiliki sudut 45o, ke dalam gambar perspektif. Biasanya digunakan pada perspektif
yang menggunakan bujur sangkar (segi empat sama sisi) sebagai tolok ukurnya.
2.4. METODE KERJA KELOMPOK
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa
dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-
kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.
III. METODE PENELITIAN
3.1. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Kauman , Jalan Sayang Ayu no. 2 Sumoroto
Ponorogo . Perencanaan tindakan berdasar refleksi yang ditulis pada proposal
dilaksanakan pada tanggal 2 Februari 2011 sampai dengan 26 Februari 2011. Pelaksanaan
tindakan dikerjakan mulai pada tanggal 2 Maret 2011 sampai dengan 30 Juni 2011.
Jadwal pelajaran dilaksanakan setiap hari Selasa, masing-masing 2x 40 menit (1 kali
pertemuan).
3.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Kauman Ponorogo dengan
jumlah siswa 36 orang. Nama-nama siswa yang terlibat dilampirkan pada lampiran 1.
Guru Seni Budaya yang terlibat pada penelitian ini adalah Arum Amiwati, S.Pd. (40
tahun), sebagai observer, dan guru seni budaya kelas VII.
3.3. PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas untuk mengkaji dan
merefleksikan secara mendalam yang terjadi pada proses pembelajaran Seni dan Budaya
yang meliputi performance guru, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa, dan hasil
karya siswa. Semua itu untuk menjawab permasalahan penelitian.
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat
langkah, yang meliputi; a) perencanaan, yang berisi rumusan masalah, menentukan
tujuan, metode penelitian dan membuat rencana tindakan, b) tindakan , berupa upaya
nyata untuk merubah kesalahan/kekeliruan yang telah dilakukan, c) observasi, berupa
tindakan pengamatan lapangan untuk mengetahui hasil dan kemajuan dalam proses
belajar mengajar, dan d) refleksi, mengkaji secara mendalam dan mempertimbangkan
keberhasilan dan merekomendasikan tindakan apa yang harus dilakukan pada siklus
berikutnya.
3.1.2. Pelaksanaan Penelitian
Secara operasional prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian
ini terperinci sebagai berikut:
3.1.2.1 Siklus Pertama
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Perencanaan
Peneliti menyiapkan: a) bahan ajar, b) satuan acara pembelajaran (SAP), c) rencana
pembelajaran (RP), d) skenario pembelajaran , e) tugas-tugas individu, f) lembar
observasi/penilaian.

2) Pelaksanaan
a) Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran menggambar perspektif dengan metode
melacak gambar perspektif . Dalam hal ini siswa diberikan satu lembar copy gambar
perspektif.
b) Siswa melacak garis diagonal untuk menemukan garis horizontal dan titik mata
c) Peneliti membantu siswa yang mengalami kesulitan melacak garis horizontal dengan
memberikan contoh dari mana titik mata diperoleh dan bagaimana menentukan garis
diagonal.
d) Setelah titik mata ditemukan, siswa melacak gambar bantuk dengan menghubungkan
semua bentuk dengan titik mata, dan menirukan garis vertikal yang ada di gambar bentuk
tersebut. Dalam hal ini, siswa bertugas menambah satu cm dari ukuran yang ada di copy
gambar perspektif yang dilacak.
3. Pengamatan
a) Peneliti melakukan observasi setelah semua permasalahan siswa diterangkan kepada
masing-masing siswa, yaitu dengan lembar observasi yang berisi; nama, kemampuan
siswa melacak garis dan titik mata, kemampuan siswa mereproduksi karya, yang berisi
cheklist ; baik sekali, sedang, kurang, dan mencatat semua kejadian dalam proses
pembelajaran.
4. Refleksi
a) Peneliti menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dan
memberikan penilaian hasil gambar siswa.
b) Mencatat segala kekurangan dan kelemahan dan melakukan perbaikan untuk
diterapkan pada siklus berikutnya.
Beberapa indikator keberhasilan pada siklus I disajikan pada Tabel berikut:
Aspek Target Pencapaian Siklus I Cara Mengukur
Kemampuan melacak gambar perspektif 75% Diamati pada saat siswa membuat garis
pada gambar perspektif yg dibagikan kpd siswa
Kemampuan mereproduksi gambar perspektif 75 % Diamati dari gambar reproduksi
siswa yang sudah selesai
Ketuntasan hasil belajar 75 % Dihitung dari rata-rata nilai gambar, siswa yang
memperoleh nilai lebih besar/sama dengan 6 dinyatakan tuntas

Siklus Kedua
Pada siklus kedua dilakukan tindakan-tindakan dengan menggunakan empat tahapan
seperti yang telah dilakukan pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini didahului dengan
perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama. Semua
kelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak akan diualang kembali dalam siklus
kedua.
Beberapa alternatif perbaikan untuk mengoptimalkan metode melacak gambar pada
siklus kedua ini diberikan secara mendetail. Diharapkan dengan langkah-langkah
pembaharuan pada siklus kedua ini, siswa lebih paham dan termotivasi untuk
menggambar perspektif tanpa sedikitpun timbul keraguan atau kekurangpercayaan
terhadap dugaan dan angannya.
Beberapa indikator keberhasilan pada siklus II diuraikan pada tabel berikut ini:
Aspek Target Pencapaian Siklus II Cara Mengukur
Kemampuan melacak gambar perspektif 85 % Diamati pada hasil lacak gambar siswa
Berupa garis-garis perspektif pada lembar tugas yg diberikan
Kemampuan mereproduksi gambar perspektif 85 % Diamati dari gambar reproduksi
siswa yang sudah selesai
Ketuntasan hasil belajar 100 % Dihitung dari rata-rata nilai gambar, siswa yang
memperoleh nilai lebih besar/sama dengan 6 dinyatakan tuntas

3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar observasi, kuesener
terbuka, tes hasil karya menggambar ilustrasi, dan catatan guru selama proses belajar
mengajar. Kuesener terbuka digunakan untuk mengawali pembelajaran menggambar
dengan metode mencontoh dengan variasi cerita berantai, dan tes hasil karya
menggambar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar.
Tabel 5 : Sistem Penskoran Hasil Gambar Perspektif
No Kriteria Nilai
1 Garis perspektif tidak tepat pada titik mata (Gambar rusak) 5
2 Gambar reproduksi ada yang menyimpang dari titik mata (Gambar mirip) 6
3 Gambar reproduksi ideal sesuai dengan gambar asli 7

5. Pengumpulan dan Analisa Data


Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi dan tes hasil karya
dalam bentuk gambar dan deskripsi cerita. Teknik dokumentasi untuk mengetahui
kemampuan masing-masing siswa. Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas
proses belajar mengajar dengan menggunakan catatan. Sedangkan tes menggambar dan
menulis deskripsi cerita digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar.
Data hasil observasi , catatan guru, dan hasil karya siswa dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui kualitas belajar mengajar. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan
kualitas hasil belajar dilakukan skor individu baik berupa partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran maupun pada hasil gambar.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Temuan-temuan pada siklus 1
1. Contoh gambar yang diperagakan guru terlalu rumit
2. Contoh penyelesaian gambar perspektif yang diperagakan guru terlalu cepat
3. Siswa kurang mampu dalam menangkap teknik penyelesaian gambar, yang
diperagakan guru, karena guru memulai dari bagian bawah
4. Guru kurang memberikan kesempatan siswa untuk bertanya secara individu
5. Siswa banyak yang tidak membawa penggaris panjang
4.2. Rekomendasi Perbaikan untuk Siklus 2
1. Guru memberikan contoh gambar yang sederhana agar mudah dipahami siswa
2. Guru harus memberikan contoh secara pelan-pelan dan berulang-ulang untuk
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa yang kurang mampu dalam
menggambar.
3. Guru sebaiknya menggambar dari bagian atas proyeksi agar tidak membingungkan
siswa
4. Guru harus mewajibkan siswa membawa penggaris dan buku gambar
5. Guru memberikan kesempatan yang luas siswa bertanya
4.3. Pelaksanaan Siklus 2
4.3.1. Pelaksanaan
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama. Pada siklus
kedua didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang
direkomendasikan pada siklus pertama. Pelaksanaan perubahan itu antara lain:
a) Siswa dibagi ke dalam kelompok
b) Peneliti mendemonstrasikan langkah-langkah menggambar konstruksi secara
mendalam
c) Peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk melacak gambar perspektif yang
telah dibagikan dan dikerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dicontohkan
guru.
d) Peneliti melakukan observasi kepada masing-masing siswa dan membimbing masing-
masing siswa yang kesulitan menggambar.
4.3.2. Pengamatan
a) Peneliti melakukan pengamatan dengan lembar observasi segala aktifitas yang terjadi
pada masing-masing siswa
b) Sebelum melakukan penilaian, guru memeriksa hasil gambar siswa
c) Peneliti memberikan penilaian
Tabel 3.2. Indikator keberhasilan proses pada siklus I diharapkan meningkat pada siklus
II
Aspek Pencapaian Siklus I Realita Pencapaian Siklus II
Kemampuan mencontoh 75 % 85%
Ketuntasan hasil belajar 75 % 100%
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil implementasi metode yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus
II dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan metode melacak gambar konstruksi dapat membngkitkan ide dan gagasan
siswa dalam mengeksplorasi kreativitasnya dalam menggambar perspektif. Kemampuan
tersebut dapat dibuktikan pada siklus I dengan ketuntasan 75% dan siklus II dengan
pencapaian 100%
B. Penggunaan metode melacak gambar dapat dilakukan efektif dan efisien jika guru
dapat membimbing secara intensif, serta mampu memberikan contoh yang mudah dalam
menggambar perspektif. Dari pengalaman ini peserta didik menjadi senang karena
mereka mengetahui cara menggambar perspektif dengan baik dan benar.
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian tentang implementasi model siklus belajar dengan
model yang telah penulis lakukan di kelas ini dapat disarankan bahwa:
1. Pemecahan masalah kualitas proses dan hasil belajar seni budaya dapat dilakukan
dengan mengkombinasikan dua metode mengajar seperti melacak gambar dan metode
bimbingan intensif sehingga dapat memberikan jalan mudah dan sekaligus mengurangi
kegamangan siswa dalam kegiatan menggambar.
2. Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas penggabungan kedua metode ini dapat
dilakukan penelitian lanjutan berupa penelitian eksperimental sehingga variabel-variabel
yang terlibat dapat dikontrol
3. Jangan ragu menggunakan beragam metode –walau itu dianggap kuno-untuk
membantu pemahaman siswa. Karena metode-metode tersebut bersifat kondisional,
sehingga masih relevan jika kondisi peserta didik masih memerlukan.

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

You might also like