Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Analisis demografi memberi sumbangan yang sangat besar, baik kualitatif maupun
kuantitatif pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya
dinamika kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi)
terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan pertumbuhan penduduk.
Perubahan-perubahan unsur demografi tersebut pada gilirannya mempengaruhi perubahan
dalam berbagai bidang pembangunan secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya
perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai bidang pembangunan akan mempengaruhi
dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Khususnya untuk migrasi,
Tjiptoherijanto (2000) menyatakan bahwa migrasi penduduk merupakan kejadian yang mudah
dijelaskan dan tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun pada prakteknya sangat sulit
untuk mengukur dan menentukan ukuran bagi migrasi itu sendiri. Hal itu disebabkan karena
hubungan antara migrasi dan proses pembangunan yang terjadi dalam suatu negara/daerah
saling mengkait. Umumnya migrasi penduduk mengarah pada wilayah yang “subur”
pembangunan ekonominya, karena faktor ekonomi sangat kental mempengaruhi orang untuk
pindah.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Seiring dengan terbatasnya waktu dan sumber daya yang dimiliki maka penulisan
mengenai Implementasi Administrasi kepen-dudukan ini mengambil lokus pada Pemerintah
Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Salah satu alasan yang melandasi
pemilihan wilayah ini sebagai lokasi penelitian adalah bahwa Kota Banda Aceh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam memiliki permasalahan penduduk yang kompleks pasca bencana
Tsunami tahun 2004 disamping bekas daerah konflik.Bagaimana implementasi kebijakan
administrasi kependudukan berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 di Kota Banda
Aceh? Fokus permasalahan ini dirumuskan dalam permasalahan
sebagai berikut:
1
2. Bagaimana perma- salahan yang timbul dalam praktek pelaksanaan UU No. 23 Tahun
2006 tentangAdministrasi Kependudukan?;
3. Bagaimanasolusi mengatasi permasalahan yang timbul dari ketentuan-ketentuan dan
praktek pelaksa-naan dari UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependu-
dukan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Rata-Rata Kepadatan
Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Penduduk
. Per Desa Per Km2
1. Meuraxa 3.719 232 0,51
2. Jaya Baru 15.317 1.701 4,05
3. Banda Raya 29.363 2.936 6,13
4. Baiturrahman 4.989 1.098 9,03
5. Lueng Bata 23.083 2.564 4,32
6. Kuta Alam 43.746 3.976 4,35
7. Kuta Raja 4.639 773 0,89
8. Syiah Kuala 30.867 3.086 2,17
9. Ulee Kareng 27.936 3.104 4,54
Jumlah 219.659 2.440 3,58
Rata-Rata
No Jumlah Kepadatan
Kecamatan Penduduk
. Penduduk
Per Desa Per Km2
1. Meuraxa 3.719 232 0,51
2. Jaya Baru 15.317 1.701 4,05
3. Banda Raya 29.363 2.936 6,13
4. Baiturrahman 4.989 1.098 9,03
5. Lueng Bata 23.083 2.564 4,32
6. Kuta Alam 43.746 3.976 4,35
7. Kuta Raja 4.639 773 0,89
8. Syiah Kuala 30.867 3.086 2,17
9. Ulee Kareng 27.936 3.104 4,54
Jumlah 219.659 2.440 3,58
Pada tahun 2006 dan 2007 rasio jenis kelamin penduduk Kota Banda Aceh sudah diatas 100,
hal ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk
perempuan.
Tabel Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio pada Tahun 2007
( Diurutkan berdasarkan rasio sex jumlah penduduk per kecamatan )
Sex
Jenis Kelamin Rasi
N
Kecamatan o
o.
Laki- Perempu Jumla
Laki an h
112,
1. Meuraxa 1.966 1.753 3.719
2
112,
2. Jaya Baru 8.097 7.220 15.317
1
Banda 119,
3. 15.522 13.841 29.363
Raya 1
Baiturrahm 40.98 112,
4. 21.668 19.321
an 9 1
112,
5. Lueng Bata 12.202 10.881 23.083
0
111,
6. Kuta Alam 23.088 20.621 43.746
9
137,
7. Kuta Raja 3.013 2.187 4.639
8
4
Syiah 175,
8. 15.473 14.550 30.867
Kuala 1
Ulee 112,
9. 14.767 13.169 27.936
Kareng 1
116.11 219.65 112,
Jumlah 103.543
6 9 4
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Banda Aceh)
Kota Banda Aceh adalah ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dahulu kota ini bernama
Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Sebagai
pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Kota yang telah berumur 796 tahun ini - berdasarkan Perda Aceh No.5/1988, tanggal
22 April 1205 ditetapkan sebagai tanggal keberadaan kota tersebut. Pada tanggal 26 Desember
2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang menelan ratusan ribu jiwa penduduk
dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Hingga kini belum diketahui berapa
jumlah pasti penduduk Banda Aceh pasca tsunami
Jumlah penduduk terbanyak di Kota Banda Aceh terdapat di Kecamatan Meuraxa, yaitu
sejumlah 66.108jiwa, sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Baiturrahman, yaitu
sebanyak 52.486 jiwa. Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, 2000 Jumlah
penduduk di Kota Banda Aceh dari data terbaru yang didapat adalah sejumlah 264.091 jiwa
(BPS Kota Banda Aceh). Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Banda Aceh: Angka kematian bayi di Aceh masih cukup tinggi dan berada di atas rata-
rata nasional. Jika di tingkat nasional angka rata-rata kematian bayi 35/1000 kelahiran hidup,
maka di Aceh angkanya mencapai 40/1000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi ini
di sebabkan karena berat bayi yang rendah, gangguan pernafasan dan masih kurangnya
pengetahuan kaum ibu, terutama terhadap pentingnya pemberian ASI sebagai asupan
makanan utama dan terbaik bagi bayi yang baru dilahirkan,", berdasarkan hasil penelitian
lembaga kesehatan Amerika Serikat, Pediatrics tahun 2006, ditemukan bahwa praktik inisiasi
menyusui dini dapat menurunkan angka kematian bayi yang baru di lahirkan hingga 22%. Hasil
penelitian tersebut juga menyebutkan, bahwa inisiasi menyusui dini dapat melindungi bayi dari
5
infeksi, diare, gangguan pernafasan dan Hipothermia. Terkait itu, Diskes Aceh bekerjasama
dengan Health Dervices Programe (HSP)-USAID akan menggelar sejumlah kegiatan yang
diharapkan dapat membantu para ibu hamil dalam merawat bayi mereka yang baru dilahirkan,
dalam acara Program Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Air Susu Ibu (ASI), Minggu (20/4)
mendatang di Taman Sari, Banda Aceh."Acara yang akan diikuti seribuan ibu hamil se Kota
Banda Aceh dan Aceh Besar ini, diharapkan dapat mendapat pengetahuan mengenai
pentingnya pemberian ASI ekslusif bagi bayi yang baru dilahirkan guna menurunkan agka
kematian pada bayi di Aceh. Dalam acara ini, Dinas Kesehatan Aceh juga akan menghadirkan
Dr. Utami Roesli, sebagai pemateri utama dalam mensosialisasikan program menyusu dini,
kepada para dokter spesialis anak terkemuka dan salah satu pelaku advokasi utama di
Indonesia untuk Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif itu, juga telah berpengalaman dalam
memberikan materi bagi para ibu hamil dalam memberikan perawatan terbaik bagi buah
hatinya. (b07) (ags)
Hasil perkiraan tingkat fertilitas (metode anak kandung) menunjukan bahwa penurunan
tingkat fertilitas Indonesia tetap berlangsung dengan kecepatan yang bertambah seperti
nampak pada tabel di bawah ini Periode (tahun) Tingkat fertilitas secara keseluruhan dari
periode 1981- 1984 ke periode 1986-1989 turun sebesar 18 % atau sekitar 3,9% pertahun.
Namun tingkat penurunan fertilitas mulai melambat atara periode 1986-1989 dan 1987-1990
yaitu menjadi 2,1% rata-rata pertahun. Hasil SP71 dan SP80 masih menunjukan bahwa tingkat
kelahiran untuk kelompok umur wanita 20-24 tahun adalah yang tertinggi. Namun demikian
terjadi pergeseran ke kelompok umur (25 -29) tahun pada hasil SP80 dan ini akan memberikan
dampak terhadap penurunan tingkat gfertilitas secara keseluruhan
Selama hampir 20 tahun terakhir, Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan
sebesar 51,0 pada periode 1967-1986. Tahun 1967 AKB adalah 145 per 1000 kelahiran,
kemudian turun menjadi 109 per 1000 kelahiran pada tahun 1976. Selama 9 tahun terjadi
penurunan sebesar 24,8 persen atau rata-rata 2,8 persen per tahun. Berdasarkan SP90, AKB
tahun 1986 diperkirakan sebesar 71 per 1000 kelahiran yang menunjukan penurunan sebesar
34,9 persen selama 10 tahun terakhir atau 3,5 persen pertahun (Trend Mortalitas, 66).
6
BAB III
PENUTUP
3.1.kesimpulan
Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatanketimbang aspek intelektual.
Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi
akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negative dengan
tingkat kesejahteraan penduduknya.
Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran
pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan.
Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang memadai
bagi anak-anak (Balita).
a) Kelahiran
7
Angka kelahiran perlu ditekan melalui :
b) Kematian