You are on page 1of 10

I.

PENDAHULUAN

Makhluk hidup tinggal dalam suatu tempat yang disebut habitat. Dalam habitat yang
sesuai makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Dengan kondisi habitat yang berbeda
, maka individu yang tingggal di dalamnyapun berbeda. Pendekatan yang banyak digunakan
untuk mempelajari adalah pendekatan ekologis yaitu distribusi tumbuhan dipandang dari
pengaruh kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan itu terutama adalah iklim. Adapun
komponen iklim yang banyak diperhatikan pengaruhnya terhadap distribusi tumbuhan
adalah suhu ,curah hujan dan cahaya matahari ( Drs. Soendjojo Dirdjosoemarto,MPd.
Universitas terbuka, 1992,hal 117 )
Iklim merupakan faktor dasar yang penting untuk melukiskan habitat darat dalam skala
yang besar, karena iklim meliputi faktor lingkungan abiotik yang bermakna untuk
kehidupan(Soekarno, 1995, hal 178). Perbedaan iklim dapat mengakibatkan terbentuknya
bentuk-bentuk tumbuhan (vegetasi) spesifik. Faktor ikim regional karena faktor temperatur
dan kelembaban menjadi paling penting, berinteraksi dengan faktor biotik membentuk suatu
habitat berskala besar yang dinamakan bioma atau daerah habitat. (Erlangga hal 2 )
Menurut Drs. S.H. Gumono, Bioma diartikan sebagai bagian dari suatu jenis habitat
yang disebabkan oleh perbedaan topografis dan geografis yang menimbulkan keadaan
berbeda.
Bioma dikenal berdasarkan bentuk-bentuk vegetasinya ,karena vegetasi merefleksikan
gambaran dari iklim regional dan sebaliknya secara luas menentukan hakikat habitat untuk
hewan.
Yang dimaksud vegetasi adalah keseluruhan tumbuhan yang terdapat disuatu tempat,
kadang-kadang didefinisikan pula sebagai penutup permukaan bumi yang berupa tumbuhan.
Dengan demikian komunitas tumbuhan di dalam setiap ekosistem merupakan vegetasi
tempat itu.(Soekarno,1995, hal 178). Ilmu yang mempelajari tentang penyebaran/ distribusi
tumbuhan secara geografis disebut fitogeografi. N untuk mempelajari
Pada sistem bioma, landasan untuk mempelajari distribusi tumbuhan adalah
pemahaman tentang ciri-ciri komunitas berdasarkan species – species tumbuhan tahap
klimaks yang dominan pada beberapa daerah geografis yang memiliki iklim khusus. Ciri –
ciri lain dalam sistem ini akibat interaksi antara faktor biotik yaitu flora dan fauna daerah
daerah tersebut. ( Drs. Soendjojo Dirdjosoemarto,MPd. Universitas terbuka, 1992,hal 117 )
Tahap klimaks merupakan tahap puncak suatu dinamika komunitas atau suksesi.
Setiap tahap atau sere dari suksesi ditandai dengan adanya populasi tumbuhan tertentu
yang dominan ( Drs. Soendjojo Dirdjosoemarto,MPd. Universitas terbuka, 1992,hal 118 )
Berdasarkan curah hujan tiap tahun dan rata-rata suhu , maka di permukaan bumi
dapat diamati gambar di bawah ini.

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 1


Gambar 1
Curah hujan dan rata-rata suhu pada beberapa bioma
Secara global berdasarkan klimatiknya kita mengenal klasifikasi dari bioma, yaitu :
1. Tipe biome tropik dan sub tropik, terdiri dari :
a. Hutan Tropik Basah : Terna Liana Epifit, Saprofit, Parasit, Pencekik Pohon.
b. Hutan Tropik Musiman : Hutan Musim, Hutan Sabana, Semak Berduri, Sabana,
Padang rumput tropik dan sub tropik, Gurun Tropikdan Sum Tropik
2. Tipe biome beriklim sedang, terdiri dari hutan peluruh, pohon jarum
3. Tipe bioma kutub dan pegunungan tinggi : tundra, hutan lumut.
Masing - masing bioma tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Bioma tidak
mempunyai batas yang jelas. Pemandangan bisa berubah berangsur – angsur dari satu
bentuk bioma ke bantuk bioma lainnya ( erlangga, hal 2)
Adapun yang akan dibahas adalah bioma yang ada di daerah tropic yaitu bioma hutan
bujan tropis .

II. BIOMA HUTAN HUJAN TROPIS

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh tumbuhan. Hutan
merupakan sumber daya alam yang mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Hutan
biasanya terdapat di wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung
karbondioksida, habitat hewan, serta pelestarian tanah, merupakan salah satu aspek biosfer
bumi yang paling penting.
Hutan dapat dikatakan sebagai salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi
kelangsungan bumi, didalam lebatnya hutan tersimpan berbagai kekayaan yang jika dilihat
dan diperhatikan memiliki banyak sekali keunggulan. Keunggulan yang dapat dilihat secara
langsung adalah keanekaragaman biodiversity yang cukup tinggi dalam suatu ekosistem.
Biodiversity yang dimaksudkan adalah seluruh mahkluk hidup yang ada di dalam ekosistem
hutan itu sendiri. Contohnya: flora dan fauna.

Gambar 2. hutan hujan tropis

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 2


Hutan hujan Tropika adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembab, yang
sering ditemui di wilayah katulistiwa, yakni kurang lebih lintang 0°–10° ke utara dan ke
selatan garis khatulistiwa. Karena selalu basah, maka hutan hujan tropis disebut juga
dengan nama hutan basah. Formasi hutan ini dikenal sebagai lowland evergreen
rainforest, tropical lowland rainforest atau hanya disebut tropical rainforest.
Hutan hujan tropis merupakan salah satu jenis hutan yang ada di dunia, hutan hujan
tropis sering disebut sebagai hutan tropis basah. Atas dasar pembagian daerah secara iklim
menurut Koppen, zona hutan hujan tropis ini termasuk yang memiliki iklim Af, yang memiliki
ciri-ciri utama antara lain: memiliki banyak curah hujan antara 2.000 sampai dengan 5.000
mm/tahun, dengan pola curah hujan tersebut dapat dipastikan Indonesia khususnya daerah
Pulau Kalimantan merupakan daerah yang memiliki hutan hujan tropis ini.
Hutan hujan ini didapati di Asia, Australia, (Kongo) Afrika, (lembah Amazon)Amerika
Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik. Selain itu ditemukan pula di
Indonesia, India Barat dan Malaysia serta Muangthai. Daerah ini terletak antara 23,5 ᵒ
Lintang Utara dan 23,5 ᵒ Lintang Selatan. Dengan demikian sepanjang tahun hutan hujan
tropis mendapat cahaya matahari yang cukup banyak. ( Drs. Soendjojo Dirdjosoemarto,MPd.
Universitas terbuka, 1992,hal 122 )
Bioma hutan hujan tropis, mempunyai vegetasi yang kaya akan keanekaragaman
species, tapi populasi tiap species tidak banyak. Oleh karena itu bioma hutan hujan tropis
merupakan sumber plasma nutfah yang sangat penting.
Vegetasi hutan hujan tropis tumbuh sangat rapat dan mengandung beberapa lapis
atau stratum mulai dari dasar hutan hingga puncak pohon. Stratum akan ditempati oleh
pohon berkayu yang rata-rata mempunyai tinggi ± 50 m. Pada stratum atas ini tinggal
berbagai jenis burung. Stratum yang lebih rendah, diisi tumbuhan kayu yang lebih rendah. ,
epifit yang menempel pada cabang pohon, dan tumbuhan merambat atau liana misalnya
sirih-sirihan. Kera dan burung lainnya banyak hidup di stratum kedua ini. Stratum ketiga
adalah pohon-pohon perdu. Kemudian stratum semak , yang terakhir adalah vegetasi
penutup hutan,
Karena rapat oleh tumbuhan , maka situasi dalam hutan hujan tropis yang masih asli
gelap. Sekalipun sinar matahari cukup banyak tetapi sukar menembus lantai hutan.
Didalam hutan hujan tropis ini terdapat setengah species flora dan fauna di seluruh
dunia. Selain itu juga terdapat julukan farmasi terbesar dunia ,karena hampir seperempat
obat modern berasal dari tumbuhan hutan hujan ini.
Menurut asal-usul pembentukan hutan hujan tropis, diperoleh bahwa hutan hujan
tropis merupakan komunitas hasil interaksi antara iklim regional dan biota regional.
Vegetasi hutan hujan tropis tidak akan pernah mengalami gugur daun seperti hutan yang
ada di daerah-daerah subtropis, seperti sebagian besar Eropa, Asia Timur, dan daerah Asia
Barat. Sehingga dedaunan yang hidup didaerah hutan hujan tropis akan selalu berwarna

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 3


hijau sepanjang tahun (evergreen). Vegetasi yang ada didaerah hutan hujan tropis ini
mayoritas ditumbuhi oleh tumbuhan berkayu dan berukuran pohon, memiliki batang bebas
cabang antara 30 sampai dengan 50 meter dari permukaan tanah, banyak ditemukan
berbagai tumbuhan epifit serta Liana (tumbuhan memanjat) berkayu. Contohnya: Anggrek
(Orchidaceae) dan rotan (Calamae), merupakan keluarga palem yang hidup memanjat pada
tumbuhan lain biasanya pada tumbuhan berkayu.
Jika dibandingkan dengan jenis hutan lain didunia, hutan hujan tropis memiliki
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang relatif tertinggi didunia. Keanekaragaman pohon
dengan diameter lebih dari 10 cm dapat mencapai lebih dari 100 jenis/ha. Salah satu flora
yang hidup di Kalimantan Tengah adalah kelakai (Stenochiaena palustris). Dengan ciri
sistem kehidupan di dalamnya dibandingkan dengan sistem kehidupan lainnya secara alami
hutan hujan tropis merupakan ekosistem hutan yang paling stabil didunia. Keanekaragaman
jenis yang hidup dihutan hujan tropis ini sangat tinggi. Fauna hutan hujan tropis menempati
semua lapisan tajuk. Kebanyakan hewan yang hidup merupakan hewan nokturnal (hewan
yang aktif pada malam hari) dan arboreal (hewan yang hidup dipohon).
Hutan hujan tropis memiliki fungsi yang vital bagi keberlangsungan hidup semua
makhluk yang ada di bumi, dalam hal iklim dunia. Hutan hujan tropis sangat membantu
sekali dalam hal menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon dioksida yang ada
diatmosfer, sehingga mengurangi pula dalam hal efek rumah kaca. Hutan hujan tropis juga
merupakan rumah atau habitat bagi keberlangsungan hidup bagi makhluk hidup yang tinggal
didalamnya, termasuk flora dan fauna yang terancam punah keberlangsungan hidupnya.
Pada saat banyak pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penebangan hutan
secara liar (ilegal logging), hal ini dapat mengakibatkan kepunahan berbagai spesies yang
hidup.
Selain fungsi fungsi tersebut ada pula fungsi yang sangat vital, yaitu sebagai suatu
sistem peredaran hidrologi bagi bumi. hal ini menggambarkan pergerakkan yang
berkelanjutan dari air dibawah, dipermukaan, dan diatas bumi. Jadi tidak heran jika hutan
hujan tropis yang masih “perawan” memiliki sungai-sungai yang lebar serta panjang.

Gambar diambil dari http://kalteng.go.id/

Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika dipisahkan oleh beberapa stratum antara
lain:
Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya sekitar 80
meter ke atas, misalnya shorea sp. Di antaranya terdapat juga pohon yang rendah,
tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata 40-50 meter dan bertajuk tidak
beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang
bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya mempunyai 3 atau 4lapisan tajuk,
batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 4


hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba
dan epifit.
Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 1830 meter dengan tajuk yang
beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya
yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau
tahan naungan (toleran).
Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan bertajuk
kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak bercabang banyak.
Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter.
Termasuk di dalamnya adalah pohon- pohon muda, palma-palma kecil, herba besar
dan paku-pakuan besar.
Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan yang
mempunyai tinggi 0-1 meter. Di daerah ini banyak dijumpai tanaman anak-anakan dan
tumbuhan yang bersifat herba.

Keterangan : 1. Tumbuhan Mandiri 2. Epifit 3. Pemanjat 4. Parasit 5. Pencekik 6. Saprofit

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 5


hutan hujan tropis paling banyak memiliki keragaman pohon, sekitar 100 species bisa tumbuh pada wilayah
seluas 2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun lebar dan selalu hijau sepanjang tahun, terdapat juga pohon palm
dan paku-pakuan. Kebanyakan hutan pohonnya membentuk tiga lapisan selubung (canopy). Canopy paling atas
dapat mencapai ketinggian 46 meter, tumbuhan yang melebihi canopy di sebut emergent. Tumbuhan understory
membentuk lapisan selubung ke dua.

Lapisan semak belukar dan tumbuhan herbal sangat tipis karena sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy.
Seringkali beberapa tanaman merambat dan menumpang lainnya menempel di cabang-cabang pohon lapisan
canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara penuh.

Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan
makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat
seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular.

Penggunaan lain dari konsep stratifikasi pada ketinggian dimana jenis pohon tertentu
atau bahkan keluarga-keluarga biasanya dewasa. Sebagai contoh, di Malaya muncul atau
yang paling atas lak terdiri kebanyakan kelompok Dipterocarpaceae dan Leguminosae.
Tentang Dipterocarpaceae, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Shorea menyediakan banyak
yang muncul dan sebagai pembanding Hopea dan Vatica pohon yang kecil yang B dan C
lapisan. Hanya sedikit dari' yang 53 jenis Leguminosae Pohon didalam Malaya adalah umum
seperti muncul, terutama jenis Dialium, Koompassia, dan Sindora ( Whitmore 1972d). Hutan
hujan dataran rendah selalu hijau Dipterocarp pada umumnya puncak kanopi pada 45 m,
dan umumnya pohon individu mencapai tinggi 60 m. Pohon paling tinggi dicatat adalah
Kompassia Excelsa ( 80'72 m Malaya, 83'82 m. Sarawak; Gambar. 4.2, p. 54) dan
Dryobalanops aromatica 67'1 m ( Foxworthy 1926). Timur Pilipina dipterocarps hanya di
tempat penting dan kanopi lebih rendah, sebagai contoh, Vitex cofassus Pometia pinnata di
dalam Hutan dataran rendah Bougainville pada umumnya 30- 35 m tinggi dengan muncul
tersebar sampai 39 m ( Heyligers 1967).
Burseraceae dan Sapotaceae berlimpah-limpah pada lapisan kanopi utama di
barat Malesia dan lapisan puncak kanopi di timur Malesia. Pada daerah yang luas ini
tingkat umumnya dikatakan lapisan C atau lapisan pohon bawah berisi kebanyakan jenis
dua famili pohon paling besar, Euphorbiaceae dan Rubiaceae, dan banyak Annonaceae,
Lauraceae, dan Myristicaceae, di antara yang lain.
Pohon yang mencapai puncak kanopi terlihat ke atmospir eksternal, sangat
trerisolasi, temperatur tinggi, dan pergerakan angin harus dipertimbangkan, dan harus
yang sesuai diadaptasikan secara fisiologis. Di dalam kanopi microclimate sungguh
berbeda, seperti telah digambarkan di pendahuluan pada bab ini dan dilanjutkan yang
berikutnya. Mengikutinya mungkin salah satu yang dikenali dari dua kelompok yang
berbeda jenis, menyesuaikan untuk diatur dua kondisi-kondisi ini; dan menarik seluruh
jenis itu, atau bahkan seluruh familinya, memanfaatkan satu situasi atau yang lain. Jenis
yang tumbuh dibawah naungan tetapi mencapai puncak dari kanopi pada tingkat dewasa
dengan hidup di dua lingkungan sangat berbeda pada tahap berbeda dalam hidup, dan
mungkin berubah secara fisiologis, meskipun demikian data eksperimen masih sebagian
besar kekurangan.

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 6


Bentuk Pohon
Pohon adalah bentuk hidup yang utama pada hutan hujan. Bahkan tumbuhan
bawah sebagian besar terdiri dari tambuhan berkayu berbentuk pohon berhutan; semak
belukar yang terlihat jarang, meskipun demikian lapisan D sering dengan bebas disebut
“lapisan semak belukar”

Tajuk
Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk rimbawan yang disebut
dalam bagian yang sebelumnya, adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial
dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika mereka
dewasa tetapi beberapa mempertahankan bentuk tajuk monopodial sepanjang seluruh
hidup, sebagai contoh, semua Annonaceae dan Myristicaceae di hutan tropis timur jauh,
ini umum terjadi di antara jenis pohon kecil berkembang di dalam kanopi. Rimbawan
tertarik dengan volume kayu yang meningkat per area, dan pohon-pohon monopodial
dengan karakteristik tajuk yang sempit, merupakan subyek yang lebih baik dalam
penanaman dibandingkan jenis sympodial. Ini merupakan salah satu alasan mengapa
conifer yang akan ditanam pada tropika basah yang memiliki daya tarik lebih untuk
diperhatikan, khusunya Pinus spp tropis, dan Araucaria dan mengapa Shorea spp dari
kelompok Dipterocarpaceae kayu Meranti Merah Terang dan jenis cepat tumbuh lainnya,
jenis yang memerlukan cahaya, jenis kayu keras asli setempat, seperti Albizia falcata,
Campnosperma, Endospernum dan Octomeles, memiliki perhatian yang terbatas.
Tajuk pohon memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk
adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus bilateral
simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut dari tunas dan
daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan pembatasan jumlah
total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk. Arsitektur pohon tidak berkorelasi
baik dengan taksonomi, beberapa famili kaya akan model, contohnya Euphorbiaceae dan
yang lain miskin, contohnya Myristicaceae.

Batang Pohon
Untuk mengamati bentuk batang pohon di atas lantai hutan selalu lebih kurang
seperti tiang, sedikitnya sampai bagian yang paling rendah, dan ia merasakan seolah-
olah di dalam suatu katedral beratap hijau. Sesungguhnya ada beberapa yang pada
umumnya dapat dibandingkan dengan lilin yang kecil, dapat dilihat pada pohon yang di
tebang dan kelebihannya harus dibuat ketika membuat tabel volume untuk tujuan
kehutanan.

Banir

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 7


Tinggi Banir, menyebar, bentuk permukaan dan ketebalan biasanya tetap di
dalam suatu jenis dan oleh karena itu, seperti bentuk tajuk penunjang adalah penuntun
untuk identifikasi hutan. Ada sedikit bukti yang ganjil untuk menilai kebenaran atau jika
tidak menyangkut penyamarataan yang umum bahwa pohon dengan akar ketukan dalam
tidak membentuk penunjang, dan sebaliknya.

Kulit Batang
Sesuatu kekeliruan umum bahwa semua atau sebagian pohon hutan memiliki
kulit batang yang pucat, tipis dan licin. Ini jauh dari kenyataan, hutan hujan kaya dengan
warna dan bayangan dari hitam (Dyospiros) sampai putih (Tristania), sampai warna
coklat terang (Eugenia). Kecuali batang-batang pohon yang mengarah keluar iklim mikro
hutan, seperti pohon yang dalam proses terisolasi dan pada pinggiran hutan, memiliki
warna yang seragam yaitu abu-abu pucat. Sapihan dan tiang yang kecil memiliki kulit
batang yang tipis dan lembut. Batang pohon dengan diameter di atas 0.9 m
memperlihatkan suatu keaneka ragaman bentuk permukaan, secara kasar seperti
bercelah, bersisik, atau “dippled”, dan beberapa licin. Setelah daun, karakteristik
permukaan kulit batang dan penampilannya menjadi bantuan yang paling utama ke
pengenalan jenis hutan dan mungkin punya arti untuk taksonomi. Beberapa famili
homogen kulit batangnya dan yang lain menunjukkan pola gamut.

Bunga
Biasanya bunga berkembang berhubungan dengan batang (Cauliflory) atau
cabang (ramiflory) bervariasi antara formasi hutan hujan tropis yang berbeda. Cauliflory
adalah paling umum di hutan hujan tropis dataran rendah yang selalu hijau dan
berkurang sehubungan dengan pertambahan tinggi tempat.

Akar
Suatu Pertumbuhan, memperbaharui minat akan sistem akar pohon hutan hujan
tropis dengan pengembangan studi dalam produktivitas dan siklus hara.. Seperti
kebanyakan kasus, kebanyakan akar ditengah hutan hujan ditemukan sampai pada 0.3
m atau kira-kira pada tanah. Banyak pohon yang sistem perakarannya dangkal dengan
tidak menembus terlalu dalam semuanya. Beberapa, mungkin sedikit, mempunyai akar
ketukan dalam, tetapi oleh karena; berhubungan dengan berbagai kesulitan dalam
pelaksanaannya maka sistem perakaran sangat sedikit dipelajari. Nye dan Greenland
(1960) sudah memberi perhatian pada peran penting akar secara relatif , beberapa
menembus ke kedalaman tertentu untuk mengambil hara mineral dari pelapukan partikel
batuan atau horizon alluvial, di samping peran mereka sebagi penstabil dan jangkar.
Sesungguhnya sangat sukar untuk mengetahui akar mana yang sangat bagus dan

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 8


merupakan ciri hidup mereka. Komponen ini kemudian biasanya diremehkan, meskipun
demikian esuatu yang sangat substansial dalah menegtahui jumlah biomassa akar.
Biomassa akar merupakan urutan kesepuluh dari total biomassa dari dua hutan yang
dipelajari. Hal ini merupakan alasan yang dapat dipercaya menagapa akar terkonsentarsi
di permukaan karena hara inorganik terbentuk di sana sebagai hasil dekomposisi sisa-
sisa bagian tumbuhan yang jatuh dan hewan yang mati.

2.6. Epifit, pemanjat dan pencekik


Epifit dan pemanjat dibuat stratifikasi. Di dalam masing-masing synusia dua kelompok
utama dapat dikenali, suatu photophytic atau kelompok yang memerlukan matahari ,
menyesuaikan diri secara morfologi maupun fisiologi dengan iklim mikro dari kanopi
hutan, dan skiophytic atau kelompok yang memerlukan keteduhan, menyesuaikan diri
dengan daerah yang lebih dingin, lebih gelap dan lebih lembab pada iklim mikro dari
kanopi hutan, meskipun demikian perbdaan ini tidak pernah absolut.

Epifit
Epifit tajuk pohon seperti kebanyakan anggrek dan Ericaceae. Dalam hutan hujan
tropika banyak tumbuh golongan epifit yang jumlahnya kurang lebih 10% dari pohon-
pohon dalam hutan hujan (Richards, 1952). Epifit adalah semua tumbuh-tumbuhan
yang menempel dan tumbuh di atas tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari
dan air. Akan tetapi epifit bukanlah parasit. Epifit bahkan menyediakan tempat tumbuh
bagi hewanhewan tertentu seperti semut-semut pohon dan memainkan peranan
penting dalam ekosistem hutan. Sebagian besar tanaman ini (seperti lumut,
ganggang, anggrek, dan paku-pakuan) tingkat hidupnya rendah dan bahkan lebih
senang hidup di atas tumbuhtumbuhan lain daripada tumbuh sendiri.

Pemanjat
Banyak pemanjat yang menjangkau puncak kanopi mempunyai bentuk tajuk, dan sering
juga ukuran, dari tajuk pohon. Pemanjat biasanya dengan bebas menggantung pada
batang pohon, dan dapat berubah menjadi pemanjat berkayu besar. Mereka diwakili oleh
banyak famili tumbuhan. Semua kecuali dua jenis dicurigai Gymnosperm Gnetum adalah
pemanjat berkayu besar. Di antara pemanjat berkayu besar yang paling umum adalah
Annonaceae. Palm yang menjadi pemanjat, rotan, adalah kelas penting lainnya dari
pemanjat berkayu besar yang merupakan corak hutan hujan.
Pemanjat berkayu paling besar adalah photophytes dan tumbuh prolifically di dalam
pembukaan hutan dan pinggiran hutan, menimbulkan dongeng yang populer rimba raya
tebal yang tak dapat tembus. Mereka bertumbuh dalam gap dan tumbuh dengan tajuk
pada pohon muda, maka akan ikut dengan bertumbuh tingginya penggantian kanopi.

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 9


Mereka juga bertumbuh setelah operasi penebangan dan boleh membuktikan suatu
rintangan serius kepada pertumbuhan suatu hutan

Pencekik
Para pencekik adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit dan menurunkan
akar ke tanah dan meningkat dalam jumlah dan ukuran dan bertahan di bawah tekanan
dan akhirnya dapat membungkus pohon yang menjadi tuannya sehingga sering pohon
itu kemudian mati. Contoh pencekik adalah Schefflera, Fagraea, Timonius, Spondias dan
Wightia.

III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
Suwarno,Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA & MA kelas X,
Drs.

Ekotropic/Ach/S-2 Lingk/smt 1- th 2010/2011 Page 10

You might also like