Professional Documents
Culture Documents
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 1
bagi suatu daerah untuk pembentukan mempercepat pembangunan yang
terjadi konflik ditubuh kerajaan induk berbagai potensi yang selama ini belum
atau yang biasa disebut konflik antar tergarap secara optimal baik potensi
menjadi lebih dari satu wilayah, dengan saat ini merupakan implikasi dari paket
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 2
rangka melakukan reformasi tata Pemekaran, Penghapusan dan
undang undang otonomi daerah, dimulai 7 propinsi, 135 Kabupaten dan 32 kota
penyempurnaannya UU No.22/1999
2. Alasan Pemekaran
telah berubah menjadi UU No.
Secara teoritis, awal dari
32/2004 tentang Pemerintahan
semangat pemekaran daerah adalah
Daerah selanjutnya dilengkapi dengan
merupakan suatu upaya untuk mencapai
PP No. 78/2007 tentang Tata Cara
pemerataan pembangunan dan
Pembentukan, Penghapusan, dan
kesejahteraan rakyat serta demi
Penggabungan Daerah yang merupakan
mempercepat perwujudan masyarakat
revisi dari PP No. 129/2000 Tentang
Indonesia yang sejahtera. Disamping
Persyaratan Pembentukan dan Kriteria
itu semangat pemekaran daerah adalah
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 3
merupakan tuntutan masyarakat yang kaitannya dengan penyelenggaraan
catatan sejarah yang menunjukkan pelayanan publik yang lebih baik dalam
pusat. Hampir seluruh sumber daya yang baru diasumsikan akan lebih dapat
alam dan berbagai potensi yang ada di memberikan pelayanan yang lebih baik
tingkat pusat. Sementara daerah hanya cakupan wilayah pelayanan yang lebih
terdapat dua alasan kenapa pemekaran skala yang lebih terbatas, maka
wilayah sekarang menjadi salah satu pelayanan publik sesuai kebutuhan lokal
pendekatan yang cukup diminati dalam akan lebih tersedia. Dengan interaksi
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 4
yang lebih intensif antara masyarakat selama ini tidak tergali. Sektor formal
dan pemerintah daerah baru, maka dan informal menjadi tuntutan yang tak
negara. Jarak dan rentang kendali yang secara langsung tentunya akan
Dengan dikembangkannya daerah baru dampak besar, tricle down effect, efek
yang otonom, maka akan memberikan rembesan yang luar biasa bagi
daerah yang tidak mungkin disebutkan dalam makalah yang singkat ini. Pada
umumnya alasan utama selalu didorong atas keinginan peningkatan ekonomi demi
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 5
kesejahteraan masyarakat. Contoh dari penelitian yang ada dapat dilihat dari
gambar berikut :
Gambar 1
Sejarah 6%
Politik 12%
Etnis 15%
Geograpi 26%
pemekaran wilayah dari daerah adalah setelah alasan ekonomi secara umum.
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 6
1. Alasan mendekatkan pelayanan Disamping itu di Pulau Movotai
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 7
(Kabupaten Sorong), dan pembangunan. Contoh:
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 8
(3) Pembentukan daerah dapat ayat (1) untuk kabupaten/kota
berupa penggabungan beberapa meliputi adanya persetujuan
daerah atau bagian daerah yang DPRD kabupaten/kota dan
bersandingan atau pemekaran Bupati/Walikota yang
dari satu daerah menjadi dua bersangkutan, persetujuan
daerah atau lebih. DPRD provinsi dan Gubernur
(4) Pemekaran dari satu daerah serta rekomendasi Menteri
menjadi 2 (dua) daerah atau Dalam Negeri.
lebih sebagaimana dimaksud (4) Syarat teknis sebagaimana
pada ayat (3) dapat dilakukan dimaksud pada ayat (1) meliputi
setelah mencapai batas minimal faktor yang menjadi dasar
usia penyelenggaraan pembentukan daerah yang
pemerintahan. mencakup faktor kemampuan
Pasal 5 mengatur persyaratan : ekonomi, potensi daerah,
(1) Pembentukan daerah sosial budaya, sosial politik,
sebagaimana dimaksud dalam kependudukan, luas daerah,
Pasal 4 harus memenuhi syarat pertahanan, keamanan, dan
administratif, teknis, dan fisik faktor lain yang memungkinkan
kewilayahan. terselenggaranya otonomi
(2) Syarat administratif daerah.
sebagaimana dimaksud pada (5) Syarat fisik sebagaimana
ayat (1) untuk provinsi meliputi dimaksud pada ayat (1) meliputi
adanya persetujuan DPRD paling sedikit 5 (lima)
kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk
Bupati/Walikota yang akan pembentukan provinsi dan paling
menjadi cakupan wilayah sedikit 5 (lima) kecamatan
provinsi, persetujuan DPRD untuk pembentukan kabupaten,
provinsi induk dan Gubernur, dan 4 (empat) kecamatan untuk
serta rekomendasi Menteri pembentukan kota, lokasi calon
Dalam Negeri. ibukota, sarana, dan
(3) Syarat administratif prasarana pemerintahan.
sebagaimana dimaksud pada
Gambar 2
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 9
Persyaratan Pemekaran Berdasarkan UU No.32/2004
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 10
Beberapa prosedur dan c. Keputusan DPRD provinsi
persyaratan selanjutnya dapat tentang persetujuan
dicermati lebih jauh dari beberapa pembentukan calon
ketentuan yang ada dalam PP kabupaten/kota;
No.78/2007 tersebut, yaitu : d. Keputusan gubernur tentang
persetujuan pembentukan calon
Pasal 3 Daerah yang dibentuk kabupaten/kota; dan
sebagaimana dimaksud dalam e. Rekomendasi Menteri.
Pasal 2 ayat (3) huruf a dan Keputusan DPRD kabupaten
ayat (4) huruf a dapat sebagaimana dimaksud pada
dimekarkan setelah mencapai ayat (1) huruf a dan ayat (2)
batas minimal usia huruf a diproses berdasarkan
penyelenggaraan pemerintahan aspirasi sebagian besar
10 (sepuluh) tahun bagi provinsi masyarakat setempat.
dan 7 (tujuh) tahun bagi Pasal 6
kabupaten dan kota.Selanjutnya (1) Syarat teknis sebagaimana
Pasal 4 ayat (2) Pembentukan dimaksud dalam Pasal 4 meliputi
daerah kabupaten/kota berupa faktor kemampuan ekonomi,
pemekaran kabupaten/kota dan potensi daerah, sosial budaya,
penggabungan beberapa sosial politik, kependudukan,
kecamatan yang bersandingan luas daerah, pertahanan,
pada wilayah kabupaten/kota keamanan, kemampuan
yang berbeda harus memenuhi keuangan, tingkat
syarat administratif, teknis, kesejahteraan masyarakat, dan
dan fisik kewilayahan. Syarat rentang kendali
administratif pembentukan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kabupaten/kota daerah.
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), (2) Faktor sebagaimana
meliputi: dimaksud pada ayat (1) dinilai
a. Keputusan DPRD berdasarkan hasil kajian daerah
kabupaten/kota induk tentang terhadap indikator sebagaimana
persetujuan pembentukan calon tercantum dalam lampiran yang
kabupaten/kota; merupakan bagian yang tidak
b. Keputusan bupati/walikota terpisahkan dari Peraturan
induk tentang persetujuan Pemerintah ini.
pembentukan calon (3) Suatu calon daerah otonom
kabupaten/kota; direkomendasikan menjadi
daerah otonom baru apabila
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 11
calon daerah otonom dan daerah serta garis batas wilayah calon
induknya mempunyai total nilai kabupaten/kota, nama wilayah
seluruh indikator dan perolehan kabupaten/ kota di provinsi lain,
nilai indikator faktor nama wilayah kecamatan di
kependudukan, faktor kabupaten/kota di provinsi yang
kemampuan ekonomi, faktor sama, nama wilayah laut atau
potensi daerah dan faktor wilayah negara tetangga, yang
kemampuan keuangan dengan berbatasan langsung dengan
kategori sangat mampu atau calon kabupaten/kota.
mampu. (3) Peta wilayah sebagaimana
Pasal 7 dimaksud pada ayat (2) dibuat
Syarat fisik kewilayahan berdasarkan kaidah pemetaan
sebagaimana dimaksud dalam yang difasilitasi oleh lembaga
Pasal 4 meliputi cakupan teknis dan dikoordinasikan oleh
wilayah, lokasi calon ibukota, gubernur.
sarana dan prasarana Pasal 11
pemerintahan. (1) Dalam hal cakupan wilayah
Pasal 8 calon provinsi dan
Cakupan wilayah sebagaimana kabupaten/kota berupa
dimaksud dalam Pasal 7 untuk: kepulauan atau gugusan pulau,
a. pembentukan provinsi paling peta wilayah harus dilengkapi
sedikit 5 (lima) kabupaten/kota; dengan daftar nama pulau.
b. pembentukan kabupaten (2) Cakupan wilayah
paling sedikit 5 (lima) kecamatan; sebagaimana dimaksud dalam
dan Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 10
c. pembentukan kota paling ayat (1) harus merupakan satu
sedikit 4 (empat) kecamatan. kesatuan wilayah administrasi.
Pasal 10 Pasal 12
(1) Cakupan wilayah (1) Lokasi calon ibukota
pembentukan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
digambarkan dalam peta wilayah Pasal 7 ditetapkan dengan
calon kabupaten/kota. keputusan gubernur dan
(2) Peta wilayah sebagaimana keputusan DPRD provinsi untuk
dimaksud pada ayat (1) ibukota provinsi, dengan
dilengkapi dengan daftar nama keputusan bupati dan keputusan
kecamatan dan desa/kelurahan DPRD kabupaten untuk ibukota
atau nama lain yang menjadi kabupaten.
cakupan calon kabupaten/kota
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 12
(2) Penetapan sebagaimana pemerintah daerah dengan bukti
dimaksud pada ayat (1) kepemilikan yang sah.
dilakukan hanya untuk satu
lokasi ibukota. Untuk Tata Cara pembentukan
(3) Penetapan lokasi ibukota daerah dalam kewenangan
sebagaimana dimaksud pada pemerintahan daerah terdapat dalam
ayat (2) dilakukan setelah pasal-pasal :
adanya kajian daerah terhadap
aspek tata ruang, ketersediaan Pasal 16
fasilitas, aksesibilitas, kondisi Tata cara pembentukan daerah
dan letak geografis, kabupaten/kota sebagaimana
kependudukan, sosial ekonomi, dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4)
sosial politik, dan sosial budaya. huruf a dilaksanakan sebagai
(4) Pembentukan kota yang berikut:
cakupan wilayahnya merupakan a. Aspirasi sebagian besar
ibukota kabupaten, maka masyarakat setempat dalam
ibukota kabupaten tersebut bentuk Keputusan BPD untuk
harus dipindahkan ke lokasi lain Desa dan Forum Komunikasi
secara bertahap paling lama 5 Kelurahan atau nama lain untuk
(lima) tahun sejak dibentuknya Kelurahan di wilayah yang
kota. menjadi calon cakupan wilayah
Pasal 13 kabupaten/kota yang akan
(1) Sarana dan prasarana dimekarkan.
pemerintahan sebagaimana b. DPRD kabupaten/kota dapat
dimaksud dalam Pasal 7 meliputi memutuskan untuk menyetujui
bangunan dan lahan untuk atau menolak aspirasi
kantor kepala daerah, kantor sebagaimana dimaksud dalam
DPRD, dan kantor perangkat huruf a dalam bentuk Keputusan
daerah yang dapat digunakan DPRD berdasarkan aspirasi
untuk memberikan pelayanan sebagian besar masyarakat
kepada masyarakat. setempat yang diwakili oleh BPD
(2) Bangunan dan lahan untuk desa atau nama lain dan
sebagaimana dimaksud pada Forum Komunikasi Kelurahan
ayat (1) berada dalam wilayah untuk kelurahan atau nama lain;
calon daerah. c. Bupati/walikota memutuskan
(3) Lahan sebagaimana dimaksud untuk menyetujui atau menolak
pada ayat (1) dimiliki aspirasi sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dalam bentuk
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 13
keputusan bupati/walikota Presiden melalui Menteri dengan
berdasarkan hasil kajian melampirkan:
daerah; 1. Dokumen aspirasi masyarakat
d. Bupati/walikota mengusulkan di calon kabupaten/kota;
pembentukan kabupaten/kota 2. Hasil kajian daerah;
kepada gubernur untuk 3. Peta wilayah calon
mendapatkan persetujuan kabupaten/kota;
dengan melampirkan: 4. Keputusan DPRD
1. dokumen aspirasi masyarakat kabupaten/kota dan keputusan
di calon kabupaten/kota; bupati/ walikota sebagaimana
2. hasil kajian daerah; dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
3. peta wilayah calon huruf a dan huruf b; dan
kabupaten/kota; dan 5. Keputusan DPRD provinsi
4. Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud dalam
kabupaten/kota dan keputusan Pasal 5 ayat (1) huruf c dan
bupati/ walikota sebagaimana keputusan gubernur
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b. Pasal 5 ayat (1) huruf d.
e. Gubernur memutuskan untuk Selanjutnya untuk proses di tingkatan
menyetujui atau menolak usulan pemerintah pusat adalah sebagai
pembentukan kabupaten/kota berikut :
berdasarkan evaluasi terhadap Pasal 18
kajian daerah sebagaimana (1) Menteri melakukan
dimaksud dalam huruf c; penelitian terhadap usulan
f. Gubernur menyampaikan pembentukan provinsi atau
usulan pembentukan calon kabupaten/kota.
kabupaten/kota kepada DPRD (2) Penelitian sebagaimana
provinsi; dimaksud pada ayat (1)
g. DPRD provinsi memutuskan dilakukan oleh Tim yang
untuk menyetujui atau menolak dibentuk Menteri.
usulan pembentukan (3) Berdasarkan hasil penelitian
kabupaten/kota; dan sebagaimana dimaksud pada
h. Dalam hal gubernur ayat (2), Menteri menyampaikan
menyetujui usulan pembentukan rekomendasi usulan
kabupaten/kota, gubernur pembentukan daerah kepada
mengusulkan pembentukan DPOD.
kabupaten/kota kepada Pasal 19
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 14
(1) Berdasarkan rekomendasi diundangkan, Pemerintah
usulan pembentukan daerah, melaksanakan peresmian daerah
Menteri meminta tanggapan dan melantik penjabat kepala
tertulis para Anggota DPOD daerah.
pada sidang DPOD. (2) Peresmian daerah
(2) Dalam hal DPOD memandang sebagaimana dimaksud pada
perlu dilakukan klarifikasi dan ayat (1) dilaksanakan paling lama
penelitian kembali terhadap 6 (enam) bulan sejak
usulan pembentukan daerah, diundangkannya undang-undang
DPOD menugaskan Tim Teknis tentang pembentukan daerah.
DPOD untuk melakukan
klarifikasi dan penelitian. Untuk permasalah pendanaan
(3) Berdasarkan hasil klarifikasi sehubungan dengan adanya pemekaran
dan penelitian sebagaimana daerah baru, dijabarkan lebih jauh
dimaksud pada ayat (2), DPOD dalam uraian bab V11 tentang
bersidang untuk memberikan Pendanaan, yaitu :
saran dan pertimbangan kepada
Presiden mengenai usulan Pasal 26
pembentukan daerah. (1) Dana yang diperlukan dalam
Pasal 20 rangka pembentukan provinsi
(1) Menteri menyampaikan dibebankan pada APBD provinsi
usulan pembentukan suatu induk dan APBD kabupaten/kota
daerah kepada Presiden yang menjadi cakupan calon
berdasarkan saran dan provinsi.
pertimbangan DPOD. (2) Dana yang diperlukan dalam
(2) Dalam hal Presiden rangka pembentukan
menyetujui usulan kabupaten/kota dibebankan
pembentukan daerah, Menteri pada APBD kabupaten/kota
menyiapkan rancangan undang- induk dan APBD provinsi.
undang tentang pembentukan (3) Dana yang diperlukan dalam
daerah. rangka penghapusan dan
Pasal 21 penggabungan daerah
(1) Setelah Undang-undang dibebankan pada APBN.
pembentukan daerah
Dari gambaran di atas terlihat bahwa proses dan tata cara serta persyaratan
pembentukan daerah baru akan melalui jalan yang panjang. Secara sederhana dapat
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 15
Gambar 3
PROSES PENGUSULAN PEMEKARAN
Daerah Kewenangan Kewenangan Kewenangan
kabupaten pemerintah
persiapan induk propinsi pusat
Penjaring
-an
Aspi-
rasi
Pemben- Pengesah- Pengesah-
tukan an oleh an oleh
Tim DPRD dan DPRD dan Persentasi
Teknis Bupati Gubernur oleh daerah
persiapan &
Pengka Pengajuan Pengajuan daerah
Jian Usulan Usulan induk
Ke ke
Kelaya pro- pemerintah
-kan pinsi pusat
Lo-
By
&
Dialog
Politik
adalah suatu yang terjadi dari bawah induk, seperti halnya terbentuk
(bottom up), namun dalam prakteknya propinsi Kepulauan Riau. Pada tahap
local saja bahkan dalam contoh contoh dimobilisasi dalam ruang-ruang yang
tertentu inisiatif dan persetujuan dari terbatas seperti forum seminar dan
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 16
Lobby dan dialog politik dalam sekala usulan pemekaran, hal ini sangat
yang lebih luas menjadi hal yang penting dilakukan karena apabila publik
pemekaran wilayah yang datang dari secara politis oleh DPR. Oleh karena
berbagai daerah melalui dua tahapan itu, dalam rangka memahami proses
GAMBAR 4
PROSEDUR PENGESAHAN PEMEKARAN DI TINGKAT PUSAT
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 17
sudah
diselesaikan
Pro
Kontra ? ?
ada kontra
proses
proses
berhenti
berhenti
sudah
Cakupan
diselesaikan
wilayah
Tim
Sidang
yg tdk Independen
DPOD RUU
ada DPOD
enclave
Ibukota
sudah tidak disetujui
diselesaikan
kabupaten
baru
tidak
ada
STOP
Mencermati kenyataan dapat dirasionalisasi menurut versi
terbentuk sampai saat ini adakalanya b. studi kelayakan yang dilakukan oleh
a. kriteria kelayakan pemekaran yang membuka peluang bagi para pihak yang
(seperti kriteria jumlah penduduk yang data dan informasi yang dibutuhkan
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 18
Dalam implementasinya, proses pemekaran wilayah dapat dilakukan melalui
dua pintu masuk, yaitu lewat lembaga politik (DPR) sebagai usul inisiatif DPR,
memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan eksekutif dalam hal
--------000-------
Referensi
R. Effendy, Arif. Proses Pemekaran Wilayah di Propinsi NTB Studi Kasus Kota Bima,
DRSP 2008
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 19
R. Effendy, Arif. Pengalaman Proses Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat,
DRSP. 2008
DRSP, Naskah Akademik Pembentukan Daerah, 2007
Pratikno, Usulan Perubahan Kebijaksanaan Penataan Daerah (Pemekaran dan
Penggabungan Daerah), DRSP 2007
Diamar, Son, Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2000 Tentang
Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 Tentang Tata Cara
Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah
Harian Kompas, 15 September 2007
www.analisadaily.com
modified: 17/2/08Source: Suara Pembaruan
http://www.lan.go.id/pkkod/index.php?mod=6&d=62
http://www.inilahjabar.com/read/detail/666411/dpr-tak-benar-pemekaran-daerah-
gagal
http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com
http://www.kabarindonesia.com
http://beritasore.com/2008/10/29/dpr-setuju-pembentukan-12-kabupatenkota-
baru/ http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/10/29/brk,20081029-
142906,id.html
http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/2900/Daerah_Kian_Berkembang
__12_Kabupaten_Berdiri_
http://dendisetiawan.wordpress.com/2008/07/08/evaluasi-pemekaran-daerah-di-
ndonesia-by-dendi-setiawan-mahasiswa-administrasi-negara-fisip-universitas-
andalas/
H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 20