You are on page 1of 32

MANAJERIAL ECONOMICS: ANALYSIS & STRATEGY

(By Evan J. Douglas)


“Chapter 7: Konsep-Konsep Biaya Untuk Pengambilan
Keputusan”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

Adelisa Pratiwi NPM : 100679756


6
Atrofa Alfanina NPM : 100674444
6
Erieka Nurlidya Utami NPM : 100677995
5
Nurul Jannati Rochmah NPM : 100679793
1

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KOMUNIKASI
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2011

Konsep Cost dan Profit antara Ekonomi Vs Akuntansi


Data yang berhubungan dengan pembuatan keputusan terkait biaya datang bukan dari
ekonom melainkan dari akuntan. Pada kasus kebanyakan, data yang disediakan cukup
memuaskan, namun pada beberapa kasus, terdapat pembuatan keputusan yang tidak bisa
digunakan dengan prosedur ekonomi. Perhitungan laba atau profit menurut konsep ekonomi
akan sangat berbeda bila dilihat dari sudut pandang akuntansi. Oleh sebab itu, berikut ini
akan dipaparkan beberapa perbedaan antara Konsep biaya antara ekonomi dan akuntansi serta
hubungan diantara keduanya.

Direct dan Indirect Cost


Pada dunia bisnis yang dimaksud dengan biaya langsung (Direct Cost) adalah biaya
yang terjadinya atau manfaatnya dapat didefinisikan kepada obyek atau pusat biaya tertentu,
seperti penggunaan bahan mentah untuk produksi, biaya penggunaan mesin yang memang
digunakan untuk memproduksi setiap unit barang. Sedangkan Biaya tidak langsung (Indirect
cost) adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat didefinisikan pada obyek atau
pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat
biaya. Contohnya seperti biaya listrik, sewa gedung, pengeluaran administrasi,dll.
Konsep biaya langsung dan tidak langsung ini tidak semerta-merta sesuai dengan
katetori biaya variabel dan biaya tetap pada ekonomi. Melainkan digunakan untuk
membedakan dengan biaya variabel dan tetap tersebut. Untuk melihat biaya akuntansi yang
sesuai dengan konsep ekonomi, kita harus menemukan bagian dari biaya tidak langsung pada
level output dimana biaya variabel per unit ditambahkan langsung dengan biaya langsung per
unit sehingga kemudian disebut Average Variabel Cost.
Contoh : Perusahaan bulan lalu memproduksi 1480 unit, biaya yang digunakan untuk
membayar buruh, pembelian bahan baku dan biaya variabel lainnya ditunjukkan pada tabel
dibawah ini. Total dari tiga pengeluaran tesebut disebut Total Variabel Cost (TVC), dan
ditambahkan dengan overhead tetap yang disebut dengan Total Fixed Cost (TFC) sehingga
didapatkanlah Total Cost (TC).
Tabel The Interpretation of Accounting Reports in Economic
Terms

Total Average
Cost of Production Costs Costs
Direct Labor $ 77,700 $ 52,50
Direct Material 36,260 24,50
Variable Overhead 4,930 3,33
TVC AVC
= $ 118,890 = $ 80,33
TFC AFC
Fixed Overhead = $ 36,800 = $ 24,86
TC AC
Total Costs = $ 155,690 = $ 105,19

Explicit dan Implicit Cost


Biaya Eksplisit (Explicit Cost) adalah biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan
input yang dibutuhkan dalam proses produksi. Contoh : Biaya material, upah, gaji, bunga,
sewa, dll. Sedangkan biaya Implisit (Implicit Cost) adalah harga dari setiap input yang
dimiliki oleh perusahaan dan yang digunakan dalam produksi. Biaya Implisit bukan
pengeluaran, namun harus dikurangkan dari pendapatan agar dapat dihitung keuntungan-
keuntungan yang diperoleh dari suatu keputusan secara tepat. Contoh : Pabrik, mesin, dan
peralatannya.
Contoh : Salah satu biaya pada kerangka akuntansi adalah Depresiasi. Depresiasi
merupakan alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang
di estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Opportunity Cost and Historic Cost


Untuk tujuan pengambilan keputusan, baik akuntan maupun ekonom sepakat bahwa
konsep biaya yang tepat bukan biaya pembelian sumber daya dari masa lalu melainkan biaya
saat ini atau masa depan yang terkait dengan keputusan yang akan dibuat.
Definisi Opportunity Cost adalah biaya yang timbul karena mengorbankan
kesempatan tertentu. Dalam praktiknya biaya ini tidak pernah dibayarkan. Dengan kata lain
bisa juga sebagai biaya alternatif yang ditimbulkan akibat dipilihnya suatu keputusan. Semua
keputusan didasarkan pada pilihan-pilihan di antara tindakan-tindakan alternatif.
Perbedaan timbul antara historic cost dan opportunity cost jika sumber daya yang
dibeli dan disimpan pada suatu waktu tertentu sebelum digunakan untuk proses produksi. Jika
nilai pasar dari sumber daya tersebut berubah, opportunity cost menjadi berbeda dengan
historic cost. Ketika inflasi terjadi, barang yang telah disimpan dapat bernilai tinggi,
sebaliknya bila teknologi meningkat, nilai barang yang disimpan bisa menurun. Untuk tujuan
pengambilan keputusan, nilai sumber daya yang berlaku di pasar merupakan salah satu
implisit cost yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan daripada historic
cost.
Contoh : Seorang pemilik lahan pertanian menggunakan tanahnya untuk membangun
sarana publik dan sebagainya. Opportunity cost dari tanah tesebut adalah : Harga pasar dari
tanah tersebut akan terus meningkat seiring dengan perkembangan suku bunga. Jika tanah
dijual seharga $100000, uangnya dapat didepositokan dengan bunga sebesar 15%. Kemudian
jika ia menggunakan tanah itu untuk bertani maka ia akan mendapatkan $15000 yang
kemudian menjadi alternatif terbaik dalam menggunakan sumber daya.
Tenaga kerja yang bekerja di tanah pertanian termasuk dalam opportunity cost. Jika
para pekerja tersebut memilih bekerja di tempat lain dengan menggunakan skill yang telah
mereka pelajari, berarti kita kehilangan oppurtunity cost misal $20000/tahun dari keuntungan
mereka bekerja di tanah tersebut. Analisis seperti inilah yang harus dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan.

Cost and Profit


Konsep profit yang dimiliki ekonom berbeda dengan akuntan. Keduanya mengakui
bahwa profit merupakan kelebihan pendapatan dari biaya, namun mereka memandang cost
dengan berbeda. Akuntan mengurangi pendapatan hanya dari biaya yang termasuk dalam
depresiasi seperti peralatan dan mesin. Kemudian profit ditampilkan dari pendapatan bersih
yang didapat oleh pemilik perusahaan. Profit merupakan bonus untuk pemilik dari investasi
dan modal yang telah mereka berikan. Sedangkan akuntan memiliki pandangan yang lebih
luas bahwa dengan memberdayakan seluruh sumber daya secara maksimum, akan
menghasilkan keuntungan yang maksimum juga bagi pemilik perusahaan.
Contoh : Pemilik sebuah toko menginvestasikan $50000 sebagai saham pada tokonya.
Pada tabel pertama dibawah, dicantumkan pendapatan penjualan tahunan sebsar $160000.
Pendapatan tersebut harus dikurang dengan biaya Belanja barang, Gaji serta pengeluaran
Depresiasi. , sehingga ditemukanlah keuntungan berdasarkan akuntansi $15000.
Tabel kedua dibawah merupakan tabel yang menunjukkan Laporan ekonomi dari
Profit pada toko yang sama. Pada laporan ini selain dicantumkan Belanja barang, Gaji serta
pengeluaran Depresiasi seperti tabel pertama, dimasukkan pula perhitungan gaji pemilik toko
serta biaya bung untuk saham.
Ekonom akan memasukkan dua tambahan biaya yang secara implisit mempengaruhi
perhitungan. Misal manajer mendapatkan tambahan gaji $15000. Maka penghasilan tersebut
harus dimasukkan dalam perhitungan, walaupun uang tersebut akan kembali lagi ke si
manajer selaku pemilik.
Tabel Accounting Income Statement for the
Small-Store Owner

$
Sales 160,000
$
Cost of Good sold 120,000
Salaries 20,000
Depreciation expense 5,000 145,000
Accounting Profit $ 15,000

Tabel Accounting Income Statement for the Small-


Store Owner

$
Sales 160,000
$
Cost of Good sold 120,000
Salaries 20,000
Depreciation expense 5,000
Imputed Salary to owner-manager 15,000
Imputed interest cost on equity 4,000 164,000
$-
Economic Profit 4,000

Normal dan Pure Profit


Normal Profit adalah adalah keuntungan yang diharapkan (expected rate of return)
dari investasi. Normal Profit didapat jika total pendapatan sama dengan total biaya. Normal
profit adalah komponen dari biaya implisit. Jika pendapatan melebihi jumlah biaya, barulah
dapat disebut dengan pure profit. Economic Profit artinya pemilik perusahaan mendapatkan
keuntungan lebih dari yang ia investasikan. Sedangkan accounting Profit melihat dari sudut
pandang opportunity cost dari sumber daya yang dimiliki.
Analisis Biaya Incremental
Incremental Cost merupakan biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau
pengurangan output. Biaya ini bisa bersifat tetap (fixed) atau variabel, karena sebuah
keputusan baru mungkin mengharuskan pembelian fasilitas modal tambahan, tambahan
tenaga kerja dan bahan-bahan ekstra lainnya.
Biaya tambahan merupakan jumlah semua biaya relevan yang berhubungan dengan
suatu alternatif tindakan yang kemungkinan akan dilaksanakan atau mungkin juga tidak
dilaksanakan oleh manajemen maka biaya tambahan mungkin dapat terjadi atau mungkin
juga tidak, jika alternatif diusulkan bukan merupakan penambahan kegiatan melainkan
merupakan peniadaan suatu kegiatan yang sekarang ada, maka biaya tertentu yang ada
sekarang dapat dihindari biaya ini disebut biaya terhindarkan (avoidable cost) yaitu biaya
yang tidak akan terjadi jika suatu alternatif dipilih. Sesungguhnya biaya terhindarkan
merupakan variasi dari biaya tambahan, oleh karena itu sering disebut sebagai penghematan
biaya tambahan (incremental saving). Pengertian biaya tambahan dan biaya terhindari sangat
penting artinya dalam pengambilan keputusan karena biaya tersebut berpengaruh jika suatu
alternatif dipilih.
Analisis incremental cost penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan jangka pendek seperti menerima atau menolak pesanan khusus. Untuk
memudahkan penerapan analisis incremental cost sebaiknya perusahaan menerapkan metode
variabel costing dalam penentuan harga pokok produksinya sehingga dapat dipisahkan biaya-
biaya yang terjadi secara tegas ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Adanya kapasitas
yang menganggur juga menjadi pertimbangan yang penting untuk keputusan jangka pendek,
seperti menerima atau menolak pesanan khusus.

Relevan Cost dan Irelevan Cost


Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen maka biaya dapat dikelompokkan
menjadi Biaya relevan (Relevant cost) yaitu biaya yang akan mempengaruhi pengambilan
keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan
keputusan. Terdapat juga Biaya tidak relevan (Irrelevant cost) yaitu biaya yang tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan
atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
Kategori-Kategori Biaya Tambahan (Incremental Cost)
Ada tiga kategori utama dari biaya yang bersifat relevan atau biaya tambahan. Yaitu,
biaya eksplisit periode saat ini, biaya peluang yang terhitung secara implisit dalam kebijakan,
dan implikasi biaya masa depan yang ditimbulkan dari kebijakan. Selanjutnya mari kita bahas
semuanya.

Biaya Eksplisit Periode Saat Ini. Biaya upah buruh dan material atau perubahan-perubahan
dalam variabel pengeluaran tambahan, seperti tarif listrik bulanan, yang mudah untuk
diketahui secara awal sebagai sebuah pengeluaran dari pengambilan kebijakan, contohnya,
kebijakan untuk meningkatkan tingkatan produksi. Jika peningkatan produksi ini juga
memerlukan biaya tambahan berupa modal peralatan tambahan, maka sekumpulan modal
tersebut merupakan biaya tambahan terhadap kebijakan yang telah diambil dan sebaiknya
diperhitungkan secara keseluruhan daripada dibagi-bagi lagi perhitungannya, meskipun
peralatan tersebut mungkin memiliki sisa manfaat di kemudian hari setelah kebijakan yang
ada di masa sekarang ini telah dijalankan. Kemudian biaya tambahan atas sebuah kebijakan
akan mencakup semua biaya eksplisit periode saat ini yang ditimbulkan sebagai sebuah
konsekuensi atas kebijakan yang diambil tersebut. Hal-hal seperti itu akan mengeluarkan
semua biaya eksplisit periode saat ini yang akan terjadi tanpa menghiraukan kebijakan yang
ada.

Biaya Peluang (Opportunity Cost). Barang-barang yang diambil dari inventaris mungkin
tidak memiliki biaya eksplisit periode saat ini jika perusahaan tidak memilih untuk mengganti
barang-barang tersebut. Namun, biaya tambahan tersebut merupakan biaya peluang atas
barang-barang inventaris tersebut - barang-barang tersebut barangkali dapat dijual kepada
perusahaan lainnya karena nilai jual yang masih dimiliki barang-barang tersebut. Jika sebuah
barang inventaris tidak berguna, tidak memiliki nilai jual (mungkin karena barang tersebut
sudah ketinggalan zaman dari barang baru lainnya), biaya peluang yang dimilikinya adalah
nol, tanpa memperdulikan nilai sejarahnya. Nilai sejarah dari jual beli barang tidak ada
kaitannya dan gunanya terhadap kebijakan yang diambil saat ini.
Aplikasi yang sangat umum dari doktrin biaya peluang ini terlihat dalam kebijakan
yang menyangkut situasi di mana sebuah barang tertentu memiliki satu atau lebih kegunaan-
kegunaan pada titik waktu yang bersamaan. Dalam hal seperti ini, jika barang tersebut
digunakan dalam proses pembuatan produk tertentu, maka barang tersebut juga menghambat
proses produksi atas satu atau lebih produk yang lainnya.
Contoh: Telarah Lite-Fab Industries memproduksi gerbang baja, pagar, balkon, dan pagar-
pagar beranda, dan sejenis alat-alat potong dan patri yang dibuat dari besi. Perusahaan ini
membuat pesanan-pesanan berdasarkan permintaan tetapi juga memproduksi gerbang dan
pagar yang standar yang dijual kepada took-toko eceran alat berat. Perusahaan tersebut
merasa mampu menjual produk mereka sebanyak mereka mengahasilkan produk tersebut
yang berupa gerbang baja dan pagar, tetapi perusahaan memang lebih memilih untuk
membuat pesanan berdasarkan permintaan saja karena belakangan ini dirasa memang selalu
lebih menguntungkan. Pada saat ini, perusahaan tersebut tidak memiliki pesanan, dan tenaga
kerjanya tetap memproduksi barang-barang standar saja dengan nilai jual seharga $10,000 per
minggu. Biaya material sebesar $2,000 per minggu. Andai kata sekarang akan ada pesanan
permintaan yang besar yang mungkin akan menghabiskan waktu seminggu untuk proses
produksinya dan menghabiskan biaya material sebesar $4,000. Berapa biaya peluang yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut atas barang-barang yang telah dikerjakan sebelumnya di
dalam menghasilkan gerbang dan pagar standar? Catat bahwa dengan barang-barang standar,
perusahaan tersebut sedang menghasilkan $8,000 per minggu dan biaya material-material
yang disebutkan di atas. Sebelumnya sudah pasti $8,000 ini merupakan jumlah atas biaya
produksi lainnya dan keuntungan jika perusahaan menerima permintaan pesanan. Kemudian,
perusahaan harus menghasilkan sekurangnya $8,000 lebih dan biaya materialnya pada
produksi pesanan bahkan sebelum perusahaan tersebut mempertimbangkan untuk menerima
pesanan. Itulah, biaya material dan biaya peluang atas permintaan pesanan meningkat
menjadi $12,000 dan perusahaan harus mengatur harga produk-produknya atau akan lebih
baik untuk mengurangi produksi barang-barang standar.

Biaya di Masa Akan Datang (Future Cost). Banyak kebijakan-kebijakan yang akan
berdampak pada biaya yang akan datang, baik eksplisit dan implisit. Jika perusahaan mampu
memiliki gambaran atas biaya akan datang yang akan terjadi merupakan sebagai bentuk dari
konsekuensi atas kebijakan masa sekarang, maka biaya tersebut harus dimasukkan ke dalam
analisis yang ada saat ini. Pastinya, biaya tersebut akan disatukan dalam terminology
keuntungan masa sekarang jika diketahui untuk pastinya atau dalam terminology keuntungan
perkiraan masa sekarang jika ada sebuah kemungkinan distribusi atas biaya masa depan yang
akan datang. Jika pendapatan akan datang boleh diharapkan dari sebuah alat atau dari
investasi modal lainnya, maka alat dan investasi modal ini akan disatukan ke dalam analisis
pendapatan kontribusi, yang akan kita lihat pada sesi selanjutnya.
Contoh: Sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi sebuah pesanan spesial di
mana produk tersebut diketahui akan membutuhkan keoptimalan kerja peralatan, di mana
sebuah pemeriksaan akan dibutuhkan selam setahun setelah pekerjaan tersebut diselesaikan.
Jika tidak, peralatan tersebut tidak akan berfungsi tanpa pemeriksaan keseluruhan.
Pemeriksaan ini diperkirakan menghabiskan biaya sebesar $2,000 dan akan dibayarkan satu
tahun dari sekarang. Memperkirakan peluang diskon sebesar 15%, maka faktor diskon yang
tepatnya adalah sebesar 0.8696, dan keuntungan saat ini dari biaya tersebut adalah sebesar
$2,000 x 0.8696 = $1,739.20. Angka tersebut sebaiknya dimasukkan sebagai biaya tambahan
atas keputusan untuk memproduksi produk special tersebut.

Contoh: Anggap saja sekarang ini biaya akan datang yang memiliki sebuah kemungkinan
distribusi atas pengeluaran. Andaikan sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan untuk
meniru desain perusahaan lainnya dan mengetahui bahwa perusahaan yang lainnya juga
mungkin menuntut atas kerugian bisnis sebagai akibatnya. Biaya hukum yang mungkin dan
kerusakan-kerusakan dan kemungkinan-kemungkinan dilampirkan untuk tiap tingkatan
biaya-biaya ini disajikan dalam tabel di bawah. Diberikan kongesti di dalam pengadilan, hal
tersebut akan memakan waktu tiga tahun sampai masalah ini mendapatkan keputusan. Kami
mengira bahwa tarif peluang diskon yang dimiliki perusahaan tersebut adalah sebesar 15%.
Kemudian faktor diskon digunakan untuk menentukan keuntungan saat ini atas biaya yang
telah diperkirakan yaitu sebesar 0,6575.
Kemudian EVP atas biaya hukum yang akan datang adalah sebesar $72,325, sejumlah
angka yang sebaiknya dimasukkan ke dalam biaya tambahan atas keputusan untuk meniru
desain perusahaan lain. Catat bahwa perusahaan tersebut sebaiknya mempertimbangkan
kemungkinan yang ada seperti tuntutan hukum yang mungkin muncul bahkan ketika
perusahan tersebut tidak dengan sengaja meniru design perusahaan lainnya. Perusahaan
tersebut mungkin merasa bahwa design miliknya cukup berbeda dengan yang lainnya tetapi
pengadilan bisa saja berkuasa menentang hal tersebut dalam kasus perkara hukum. Dalam
kasus seperti ini, perusahaan tersebut sebaiknya menghitung EVP atas kemungkinan perkara
hukum dan memasukkan hal ini ke dalam perhitungan perusahaannya.
Biaya akan datang lainnya termasuk masalah-masalah pekerja, kerugian atas bisnis di
masa yang akan datang, kemerosotan hubungan pemasok yang mengarah ke harga produksi
lebih tinggi, dan masalah perputaran uang tunai yang mengharuskan peminjaman biaya.
Beberapa biaya akan datang, entah itu eksplisit atau implisit, yang dapat diperkirakan secara
rasional untuk masuk sebagai sebuah konsekuensi atas kebijakan sekarang yang sebaiknya
diukur dalam EVP terminologi dan dimasukkan ke dalam biaya tambahan atas kebijakan
tersebut.

Keuntungan Saat Ini yang Sudah Diperkirakan atas Biaya Tambahan Masa Datang

Biaya Keuntungan Kemungkinan Keuntungan


Perkiraan ($) Sekarang Perkiraan ($)
0 0 0.10 0
50,000 32,875 0.20 6,575.00
100,000 65,750 0.30 19,725.00
150,000 98,625 0.25 24,656.25
200,000 131,500 0.10 13,150.00
250,000 164,375 0.25 8,218.75
Keuntungan Saat Ini yang Diperkirakan 572,325.00

Kesimpulan dari Konsep Biaya untuk Pembuatan Kebijakan

Biaya-Biaya Relefan Biaya-Biaya yang tidak Berhubungan


Biaya-biaya tambahan Biaya Komisi Biaya Tak Terlihat
Biaya eksplisit periode saat ini: Gaji manager uang muka pembelian asset-aset,
Berubah: termasuk tanah, bangunan, dan
Pekerja pembayaran hutang peralatan, dan penurunan
biaya
Material tahunan berdasarkan aset tersebut
Biaya yang berubah Biaya sewa
Tetap:
Peralatan baru Gaji karyawan kontrak Uang muka dan biaya yang
Personel baru atau gaji karyawan tetap hilang
Biaya peluang:
Kontribusi sebelumnya Semua pembayaran lainnya
dalam penggunaan yang harus diselesaikan tanpa
alternatif paling baik menghiraukan kebijakan yang
dari barang-barang yang ada di tangan.
terkait.
Biaya tambahan periode masa datang:
EVP atas biaya yang mungkin ada di
masa datang sebagai konsekuensi
kebijakan yang diambil.

Konsep biaya yang disebutkan sebelumnya disimpulkan dalam table 7-5. Ketahui
bahwa relevan atau tidak, kita bemaksud dengan menghargai kebijakan yang telah diambil.
Jika suatu biaya diperkirakan menjadi sebuah konsekuensi atas kebijakan yang dibuat, itu
berarti adalah biaya relevan atau biaya tambahan. Beberapa biaya (masa akan datang) adalah
bukan biaya konsekuen (relevan) karena perusahaan tersebut dijalankan untuk mereka dan
biaya-biaya tersebut akan terjadi. Tidak ada pengutamaan pengeluaran (biaya tak terlihat)
merupakan biaya tambahan.

Analisis Kontribusi

Sekarang kami memulai untuk menggunakan konsep biaya tambahan dalam analisis
kontribusi atas masalah kebijakan.

Pengertian: kontribusi atas sebuah kebijakan diartikan sebagai pendapatan tambahan atas
kebijakan tertentu dikurang biaya tambahan atas kebijakan itu juga. Hal tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kontribusi dibuat untuk biaya pengeluaran dan keuntungan dari
kebijakan yang diambil. Jelasnya, hanya kebijakan-kebijakan yang memiliki kontibusi positif
yang sebaiknya dijalankan; dan di mana kebijakan tersebut saling menguntungkan, kebijakan
dengan kontribusi yang diperkirakan lebih besar lebih disukai. Kita akan mengilustrasikan
analisis kontribusi dengan tiga tipe umum dari masalah-masalah kebijakan, tetapi sebelumnya
mari kita klarifikasi terlebih dahulu tentang gagasan atas pendapatan tambahan.

Pendapatan tambahan
Pengertian: pendapatan tambahan diartikan sebagai pendapatan yang berkaitan
sebagai sebuah konsekuensi dari kebijakan tertentu. Kita akan memperkirakan
pendapatan tambahan, seperti biaya tambahan, untuk memiliki sebuah komponen
eksplisit periode saat ini, sebuah komponen peluang kemungkinan, dan sebuah
komponen kemungkinan masa akan datang.

Contoh: Sebuah perusahaan menawarkan kontrak untuk menyuplai peralatan


pencahayaan elektrik kepada tender bangunan perkantoran pemerintah, sejumlah
tawaran yang sangat rendah harganya sebesar $265,000 dan memperkirakan untuk
menghindari biaya pemberhentian sebesar $100,000 jika perusahaan tersebut
memenangkan kontraknya. Perusahaan tersebut juga memperkirakan untuk
memenangkan kontrak-kontrak pemerintah lainnya di masa mendatang jika
perusahaan tersebut mampu membuktikan bahwa ia memang penawar yang sukses
dalam kontraknya ini, karena kontrak ini mendukung perusahaan tersebut dengan
peluang-peluang untuk membuktikan bahwa ia dapat menyuplai sebuah produk
berkualitas dan menyusun jadwal produksi perusahaannya.
Pendapatan tambahan eksplisit periode saat ini jika perusahaan tersebut
memenangkan kontrak tersebut adalah sebesar $265,000. Tetapi kontrak tersebut
bernilai lebih dari sekadar $265,000 bagi perusahaan tersebut. Jika perusahaan
tersebut tidak memenangkan kontrak itu, maka ia harus memberhentikan para
pekerjanya dan memberi pesangon dan biaya mendatang untuk memulai lagi
usahanya dengan biaya perekrutan dan pelatihan pegawai sebesar $100,000. Jika
perusahaan tersebut memenangkan kontrak tersbut, maka uang $100,000 tersebut
tidak akan keluar dan akan tetap tersimpan di bank. Pencegahan keluarnya biaya
sebagai hasil dari sejumlah kebijakan untuk sebuah pendapatan berupa kesempatan
dari jumlah yang sama.

Pengertian: Sebuah pendapatan peluang adalah biaya/pengeluaran yang dihindari


sebagai dampak dari sebuah kebijakan. Meskipun tidak ada pemasukan, pengeluaran
pun dihindari sehingga uang yang mungkin dikeluarkan masih tersimpan di bank, dan
hasil bersihnya pun adalah sama. Pendapatan masa akan datang diasosiasikan dengan
kebijakan penetapan harga saat ini yang akan menjadi kontribusi atas keuntungan
yang telah diperkirakan pada saat ini untuk biaya dan laba yang diasosiakan juga
dengan bisnis masa depan yang digeneralisasikan sebagai hasil atas kemenangan
kontrak yang dijalankan sekarang ini.

Contoh: andai kata sebuah perusahaan yang telah disebutkan dalam contoh
sebelumnya merasa bahwa ia akan memenagkan pekerjaan yang dijalani sekarang ini,
maka perusahaan tersebut memiliki kesempatan sebesar 50% untuk memenagkan
kembali kontrak yang sama pada tahun depan. Andai kata juga di kemudian hari
bahwa kontrak selanjutnya tersebut akan bernilai sebesar $300,000 dan akan memiliki
biaya tambahan senilai $250,000. Maka kontribusi atau keuntungan yang diperoleh
atas kontrak tersebut sebesar $50,000 (jika menang kontrak). Diberikan juga tarif
peluang diskon sebesar 15%, maka keuntungan saat ini atas kontribusi yang ada
adalah sebesar $50,000 x 0.8696 = $43,480. Keuntungan saat ini yang telah
diprediksikan adalah keuntungan saat ini dikalikan dengan kemungkinan atas
pencapaian untuk memenagkan kontrak, atau $43,480 x 0.50 = $21,740. Kemudian
EPV atas pendapatan masa akan datang adalah sebesar $21,740. Dan nominal ini akan
dimasukkan ke dalam kalkulasi pendapatan tambahan.

Pendapatan tambahan yang dimiliki perusahaan tersebut adalah jumlah dari


pendapatan eksplisit periode saat ini, pendapatan peluang, dan EPV atas pendapatan
masa datang. Kemudian kontrak tersebut memiliki total pendapatan tamabahan
sebesar $265,000 + $100,000 + $21,740, atau semuanya berjumlah $386,740. Kontrak
tersebut akan menawarkan kontribusi EPV yang positif selama pengeluaran atau biaya
tambahan kurang dari $386,740.

CATATAN: EPV atas kontribusi akan diterima dari bisnis masa akan datang yang
dihasilkan dari kebijakan yang ada saat ini yang mungkin dapat dianggap sebagai
goodwill (kebaikan) yang diasosiasikan dengan kebijakan yang ada tersebut.
Kebaikan tersebut adalah EPV atas kontribusi dari bisnis masa akan datang, dan jika
sebuah kebijakan tersebut menghasilkan tambahan gaji kepada kebaikan itu, maka
jumlah atas kontribusi itu yang dihasilkan dalam terminology EPV akan dimasukkan
sebagai pendapatan tambahan. Sebaliknya, kebijakan yang ada saat ini mungkin akan
menyebabkan kerugian pada bisnis yang akan datang. EPV atas kerugian kontribusi
pada masa akan datang sebagai hasil atas kebijakan yang ada saat ini dapat dianggap
sebagai illwill (keburukan) yang diasosiasikan dengan kebijakan itu sendiri.

Contoh: Anggaplah sebuah perusahaan konstruksi sedang mempertimbangkan


menawar sebuah kontrak untuk memindahkan tempat pembuangan sampah kota
ketika para pekerja sampah tersebut sedang mogok kerja. Jika kontrak ini memiliki
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut akan kehilangan kontrak konstruksi di masa
yang akan datang karena keraguan dari pengguna jasa atas gangguan yang disebabkan
oleh demo yang dilakukan oleh para pekerja konstruksi, maka EPV atas kontribusi
yang telah diprediksikan akan hilang pada pekerjaan di masa akan datang harus
diperhitungkan sebagai biaya tambahan karena mengambil kontrak yang ada saat ini,
yaitu proyek memindahkan tempat pembuangan sampah kota.
Mari kita peragakan aplikasi atas analisis kontribusi dalam konteks tiga tipe umum
dari masalah pengambilan kebijakan atau keputusan.

Proyek A atau Proyek B?

CONTOH: Andai kata sebuah perusahaan sedang mengambil antara proyek A atau
proyek B, tetapi tidak mengambil sekaligus proyek tersebut karena kedua proyek
menggunakan seperangkat mesin dan pekerja yang sama. Proyek A, seperti yang telah
ditunjukkan dalam table di bawah ini, menjanjikan penjualan 10,000 unit pada tiap
$2, dengan biaya material, pekerja, biaya tak tetap, dan biaya yang dialokasikan
seperti yang telah ditunjukkan, maka keuntungan nyatanya adalah sebesar $2,000.
Proyek B menjanjikan pendapatan penjualan sebesar $18,000, dengan material,
pekerja, dan biaya tak tetap dan biaya yang dialokasikan sebesar yang telah
ditunjukkan juga. Keuntungan nyata dari proyek B adalah sebesar $4,000 dan dari
keuntungan yang seperti dijelaskan di atas, maka terlihat bahwa proyek B lebih baik
daripada proyek A dalam hal tingkat keuntungan yang akan diraih.

Pendapatan untuk Proyek A dan B


Proyek A Proyek B
Pendapatan (10,000 @ $2) $20,000 Pendapatan (6,000 @ $3) $18,000
Biaya Biaya
Material $2,000 Material $5,000
Pekerja 6,000 Pekerja 3,000
Pengeluaran tak tetap 4,000 Pengeluaran tak tetap 3,000
Pengeluaran tetap 6,000 18,000 Pengeluaran tetap 3,000 14,000
Keuntungan $2,000 Keuntungan $4,000

Analisis Kontribusi untuk Proyek A dan B


Proyek A Proyek B
Pendapatan Tambahan $20,000 Pendapatan Tambahan $18,000
Biaya Tambahan Biaya Tambahan
Material $2,000 Material $5,000
Pekerja 6,000 Pekerja 3,000
Biaya tak tetap 4,000 12,000 Biaya tak tetap 3,000 11,000
Kontribusi $ 8,000 Kontribusi $ 7,000

Ketika analisis kontribusi diterapkan untuk masalah kebijakan di atas, hasilnya


mungkin mengejutkan. Berdasarkan tabel tersebut, di mana biaya tambahan yang dikurangi
dari pendapatan tambahan agar didapatkan kontribusi dari masing-masing proyek. Karena
biaya tetap bukan merupakan biaya yang terjadi sebagai hasil dari kebijakan yang ada, maka
biaya tetap dikeluarkan dari analisis kontribusi, dan dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa
proyek A memberikan kontribusi yang lebih dalam sisi biaya dan keuntungan daripada
proyek B. bahaya dari memasukkan alokasialokasi dana secara sewenang-wenang atas biaya
tetap dicontohkan di sini. Biaya tetap dialokasikan pada criteria dasar, dalam hal ini misalnya
seperti biaya para pekerja, tetapi jika biaya pekerja dimasukan ke dalam proses kebijakan
maka biaya tersebut akan menyebabkan pembuatan kebijakan yang kurang baik. Metode
alokasi biaya tetap apapun yang digunakan, bahaya yang ditimbulkan akan tetap ada. Oleh
sebab itu, kita menggunakan analisis kontribusi, di mana memberikan kita peluang untuk
melihat secara tajam akan perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam biaya maupun
pendapatan yang ada di dalam kebijakan yang diambil tersebut.
Catat bahwa dalam contoh ini kita berasumsi secara implisit atas tidak adanya biaya
dan pendapatan peluang dan untuk itu kita akan terus berasumsi seakan-akan tidak akan ada
biaya ataupun pendapatan masa akan datang yang diasosiakan dengan proyek yang ada.
Dalam praktiknya, pembuat kebijakan atau keputusan sebaiknya jangan terlalu bersemangat
terlebih dahulu tetapi malahan seharusnya meyakinkan diri mereka bahwa semua biaya dan
pendapatan tambahan dimasukkan ke dalam analisis kebijakan. Dalam contoh di atas,
perbedaaan antara proyek A dan B adalah hanya sebesar $ 1,000. Oleh karena itu, keputusan
kita untuk mengambil proyek A adalah sesuatu asumsi yang sangat tipis sekali bedanya
dengan peluang yang kosong akan pendapatan dan biaya masa akan datang. Keputusan kita
akan dibalikkanjika proyek A memiliki biaya peluang dan masa akan datang (dalam EPVt
terminologi) melebihi $ 1,000, sebagai contohnya. Kebanyakan, jika pendapatan bersih atas
peluang dan masa akan datang dari proyek B melebihi dari apa yang didapat dari proyek A,
lebih dari $ 1,000, maka kepeutusan yang diambil akan menjadi kebalikannya.
Kebijakan A sensitif terhadap asumsi di mana kebijakan tersebut didasarkan kepada
keberadaan perubahan-perubahan yang menyebabkan sebuah kebijakan yang berbeda lainnya
dipilih. Kemudian adalah penting untuk mempertimbangkan sejumlah uang atas variasi
biaya-biaya atau perbedaan di dalam kontribusi, yang dapat menyebabkan suatu kebijakan
menjadi tidak tepat. Penting juga untuk mengaplikasikan hal ini ke dalam terminologi total
keseluruhan, untuk melihat variasi persentase biaya yang mungkin merubah kebijakan yang
hampir mati. Dalam contoh yang ada, jika biaya tambahan dari proyek A dianggap lebih dari
$ 1,000/ 12,000 = 8.33% dan biaya tambahan dari proyek B adalah akurat, maka kebijakan
yang diambil adalah yang kebalikannya.)

Membuat atau Membeli?


CONTOH: The Wilson Tool Company memproduksi peralatan listrik berkualitas tinggi
seperti bor, gergaji, dan alat penabur pasir. Semua alat-alat ini membutuhkan alat pemutar
penunjang yang sama, di mana perusahaan ini memproduksinya di dalam departemen milik
perusahan ini juga. Rincian biaya tahun yang lalu yang berhubungan dengan pengoperasian
tersebut di dalam departemen itu ditunjukkan dalam tabel.
Wilson Tool Company: Biaya Penunjang Departemen
Total Per Unit
Material $ 38,640 $ 0.56
Pekerja 126,390 1.81
Biaya yang Dialokasikan 252,780 3.63
$ 417,810 $ 6.00
Total unit penunjang yang diproduksi 69,635

Perkiraan permintaan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan


memperbanyak produk-produk peralatan listriknya dan sebanyak 7,500 unit penunjang
tambahan akan dibutuhkan. Perusahaan akan memproduksi unit-unit tersebut di departemen
penunjangnya tetapi diperkirakan membutuhkan unit tambahan yang dipasok oleh perusahaan
lainnya yang bergerak khusus di bidang alat-alat penunjang. Wilson beranggapan bahwa
perusahaannya ini akan membutuhkan kenaikan untuk biaya pekerja sebesar 15% dan
kenaikan 12% dari biaya material untuk memproduksi unit-unit ini. Pengeluaran untuk
menambahkan modal dalam hal ini tidak perlu, karena beberapa mesin yang ada saat ini
memenuhi kapasitas yang standar. Sebuah produser spesialis alat penunjang yang didatangi
telah mempelajari spesifikasi-spesifikasi tersebut dan menawarkan untuk memasok sebanyak
7,500 alat-alat penunjang yang menghabiskan biaya tambahan sebesar $30,000 atau $4 per
unit. Sebaiknya Wilson membuat sendiri atau membeli barang-barang tambahan tersebut?.
Kita mulai dengan membandingkan biaya tambahan dari dua masalah alternative yang
sedang dihadapi oleh Wilson. Biaya tambahan dari membeli alat-alat penunjang itu dari sang
spesialisnya adalah sebesar $30,000, ini adalah sejumlah dollar yang harus dikeluarkan oleh
Wilson untuk mendapatkan alat-alat penunjang tadi. Untuk menghitung biaya tambahan dari
pembuatan sendiri alat-alat penunjang tadi di pabriknya, kita mulai dengan menghitung
kenaikan biaya material dan pekerja yang disebabkan karena memproduksi sendiri barang-
barang tersebut. Kenaikan biaya material sebesar 12% akan berdampak pada kenaikan biaya
material sebesar $4,637, dan kenaikan sebesar 15% pada biaya pekerja berdampak pada
kenaikan biaya pekerja sebesar $18,956, lebih rendah daripada biaya tambahan yang
dikeluarkan dari membeli alat-alat penunjang dari luar. Keputusan untuk membuat sendiri,
daripada membeli, alat-alat tambahan tersebut akan membuat Wilson menghemat uang
sebesar $6,404.

Karena pendapatan tambahan yang akan diperoleh oleh Wilson adalah sama dari
membuat sendiri atau membeli alat-alat penunjang tersebut, maka kita akan membuat analisis
kontribusi pada biaya dasar tambahan. Memperkirakan bahwa pendapatan tambahan melebihi
biaya tambahan, maka pilihan untuk membuat sendiri akan terlihat lebih berkontribusi
banyak dalam hal mengatasi biaya keluar dan keuntungan yang diperoleh daripada pilihan
untuk membelinya).

Variasi Biaya-Biaya. Pada analisis yang terdahulu tidak mempertimbangkan kemungkinan


bahwa beberapa bagian dari biaya tambahan mungkin berubah sesuai dengan tingkatan
produksi alat-alat penunjang tersebut. Komponen-komponen yang termasuk variasi dari
biaya-biaya itu seperti, listrik, biaya administrasi dan kantor, biaya kafetaria, mungkin
berubah dari beberapa tingkatan sebagai hasil dari memproduksi sendiri alat-alat penunjang
tersebut di pabrik. Daripada kita membuat asumsi yang asal-asalan tentang proporsi atas
biaya yang dikeluarkan yang akan berubah, dan juga karena kita tidak memiliki informasi
yang cukup untuk membuat keputusan yang logis, mari kita tunjukkan analisi sensitifitas
pada kebijakan yang telah dibuat. Untuk itu, kita diharapkan untuk mengetahui berapa
banyak biaya tambahan yang dikeluarkan yang mungkin bisa berubah sebelum kebijakan
tersebut dijalankan untuk memproduksi produk berubah menjadi kebijakan yang salah
dipilih. Jawabannya sebenarnya adalah jika biaya yang dikeluarkan akan berubah lebih dari
$6,404 dari kebijakan yang ada tersebut, maka keputusan yang paling baik diambil adalah
membeli produk tersebut dari pemasok. Sebuah variasi dari $6,404 dalam biaya pengeluaran
merepresentasikan sedikit lebih daripada sebuah variasi 2.5% dalam biaya pengeluaran yang
telah dialokasikan. Semua ini bergantung pada pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan
apakah sebuah variasi dari persentase tersebut atau besarnya dollar adalah mungkin untuk
mengambil keputusan untuk memproduksi sendiri produk tersebut di pabrik.
Biaya Tambahan dalam Pembuatan Alat-Alat Penunjang Sendiri
Total Per Alat
Material $ 4,673 $ 0.62
Pekerja 18,969 2.53
Biaya yang Dialokasikan (?) (?)
523,596 53.15

Biaya Tambahan dalam Jangka Waktu Lama. Sejumlah pertimbangan-pertimbangan


lainnya seharusnya juga masuk ke dalam kebijakan ini. Pertama, terdapat satu permasalahan
atas hubungan pemasok jangka panjang. Karena Wilson mungkin memerlukan produser
spesialis dalam memasok barang, maka suatu waktu di kemudian hari jika produser tersebut
tidak mampu lagi memasok alat-alat penunjang tersebut karena keterbatasan kapasitas, maka
ada baiknya produser tersebut mungkin menjadikan dirinya pun sebagai konsumen dari
pemasok lainnya dengan memberikan kontrak ini pada masa sekarang, sehingga di masa yang
akan datang pasokan akan terjamin.
Kedua, permasalahan atas kualitas alat-alat penunjang yang disuplai dari perusahaan
luar sebagai pembanding bagi alat-alat penunjang yang dihasilkan sendiri oleh Wilson.
Pembuat kebijakan sebaiknya bisa menjamin bahwa alat-alat yang disuplai dari luar memiliki
kualitas yang sama, setidaknya sebanding, dengan standar yang diinginkan. Di sisi lain,
produser spesialis pemasok tadi mungkin mampu untuk memproduksi alat-alat penunjang
tadi secara konstan, dengan dampak yang akan muncul pada kualitas Wilson Tools dan
pembeli jangka panjang.
Ketiga, permasalahan para pekerja harus dipikirkan. Kebijakan untuk menambah alat-
alat menyangkut masalah menambah tingkat kinerja mereka, yang mungkin menimbulkan
kondisi kerja yang lebih sibuk dan kelebihan pajak atas tempat tinggal mereka serta fasilitas
kafetaria. Data yang ada mengindikasikan bahwa efisiensi para pekerja menurun, karena
biaya tambahan per unit untuk memproduksi alat-alat tambahan sebanyak 7,500 adalah
sebesar $3.15 sebagai pembanding dengan biaya total sebesar $2.37 untuk biaya material dan
pekerja per unit, ditunjukkan dalam tabel berikut. Hal ini memungkinkan bahwa
mempekerjakan pekerja tambahan menyebabkan naiknya kongesti dan turunnya efisiensi
kinerja mampu menyebabkan rendahnya moral para pekerja, dengan kelanjutan efek buruk
jangka panjangnya pada profitabilitas the Wilson Tool Company.

Secara keseluruhan, pembuat kebijakan harus memutuskan apakah kira-kira


keuntungan yang telah diperkirakan saat ini dari semua peristiwa yang mungkin terjadi ini,
ditambah lagi dengan biaya tambahan atas komponen tak tetap, bisa melebihi $6,404. Jika
tidak, maka keputusannya adalah membeli produk dari luar saja.

Pertimbangan yang lain, ada beberapa permasalahan tambahan lainnya yang perlu
dipertimbangkan. Pertama, pembuat kebijakan harus yakin akan keakuratan dari perkiraan-
perkiraan yang ada di dalam kebijakan tersebut. Jika, contohnya permintaan akan alat-alat
tersebut tidak terjadi kenaikan seperti yang telah diprediksikan dan Wilson telah membeli alat
penunjang pemutar tersebut dari luar, hal ini menjadi sebuah tanggung jawab yang tidak bisa
diubah termasuk biaya yang sangat tinggi, mengingat hal tersebut maka keputusan untuk
memproduksi alat-alat tersebut harus segera ditunda. Perkiraan-perkiraan biaya yang ada
merupakan permasalahan yang masih diragukan. Hal-hal seperti ini merupakan perhitungan
dalam biaya-biaya marjinal yang telah diperkirakan dalam memproduksi alat-alat di
perindustrian atau pabrik. Sang pembuat kebijakan harus yakin akan perhitungan-perhitungan
ini semua adalah berdasarkan atas asumsi-asumsi logis yang fokus kepada efisiensi kinerja
pekerja dan kegunaan material dan kesemuanya itu merupakan estimasi atau perkiraan yang
paling baik. Masih ada lagi, bahwa distribusi antara permintaan dan perkiraan biaya
pengeluaran, sebuah kebijakan juga harus berdasarkan atas poin estimasi yang mungkin
merupakan hasil dalam biaya pengeluaran yang sedikit berbeda dari keuntungan yang telah
diperkirakan.

Pertanyaan lainnya yang muncul dalam masalah tersebut adalah apakah penentuan
harga yang dicapai pada kenyataannya memiliki sumber pengeluaran terendah atas pasokan
alat-alat pemutar penunjang tersebut. Kita mungkin berasumsi bahwa tawaran-tawaran
diberikan dan tawaran dengan biaya paling rendah akan dipertimbangkan, tetapi jika tawaran
ini tidak seperti yang diharapkan maka pembuat keputusan sebaiknya berunding dengan
sumber pemasok alternative lain untuk menegaskan bahwa $30,000 kenyataannya adalah
harga mati untuk alat-alat yang akan dibeli dari luar.

Dengan kualifikasi-kualifikasi seperti ini, sekarang giliran kita untuk selanjutnya masuk ke
pembahasan kategori ketiga dari masalah kebijakan di mana membahas tentang analisis
kontribusi merupakan prosedur solusi yang tepat.

Ambil Peluang atau Lepaskan Peluang


Contoh: Perusahaan Idaho Instruments memproduksi bermacam-macam model
kalkulator saku dan menjualnya melalui perusahaan distribusi. Agen pembelian yang berasal
dari departement store memberikan penawaran kepada Idaho Instruments untuk membeli
20.00 unit model X1 dengan harga $8 per unit. Idaho memproduksi model itu sebanyak
160.000 unit setiap tahunnya, dan produksi sebesar itu dapat mensuplai 20.000 unit tambahan
dari produksi sebelumnya yaitu 5000 unit model X2. Data yang berkaitan dengan dua model
ini (X1 dan X2) dapat dilihat pada tabel 7-10.

Tabel 7-10 Idaho Instrumets Company : Data Per-unit Kalkulator

Model X1 Model X2

$ 1.65 $ 1.87
Material
2.32 3.02
Direct Labor
1.03 1.11
Variable Overhead
Fixed Overhead 5.00 6.00
allocation 2.00 2.40
Profits
$ 12.00 $ 14.40
Price to Ditributor

Dikarenakan mekanisme proses produksi yang tinggi, harga variabel per-unit dari tiap
model dipercaya stabil dalam jangkauan luas output. Manajer Penjualan enggan untuk
menjual model X1 seharga $8 ketika di sisi lain ia bisa menerima pendapatan sebesar $12
dari perusahaan distribusi untuk model yang sama, dan ia juga telah mencoba untuk
bernegosiasi dengan agen pembelian. Namun bagaimana pun juga, pada akhirnya tetap
bersikeras bahwa $8 merupakan tawaran final. Haruskah perusahaan Idaho Instrument
mengambil tawaran itu atau melepaskannya?
Kita dapat menghitung keputusan incremental cost dalam dasar average variable cost
jika Average Variable Cost (AVC) untuk kedua model tersebut diharapkan tetap stabil dalam
jangkauan luas. Average variable cost merupakan total keseluruhan dari tiga komponen
pertama dalam tabel diatas, dan karenanya 20.0000 unit tambahan model X1 (dengan AVC =
$5.00) akan menambah cost level sebesar $100.000. Gambaran ini bukan merupakan jumlah
dari incremental cost, tapi opportunity cost ikut terlibat. Produksi 20.000 unit tambahan ini
sebagian berasal dari kapasitas luang yang dimanfaatkan dan sebagian lagi berasal dari beban
5.000 unit model X2. Opportunity cost penggunakan sumber daya yang sebelumnya
memproduksi X2 merupakan nilai dari sumber daya dalam penggunaan alternatif tersebut.
Nilai bersih Idaho Instrument dalam memperkerjakan sumber daya dalam kegiatan produksi
5000 unit X2 merupakan kontribusi yang dibuat oleh 5000 unit tersebut. Dapat dilihat pada
tabel 7-10 bahwa kontribusi per unit untuk overheads dan profitnya sebesar $8.40.
Opportunity cost merupakan total kontribusi sebelumnya, atau 5000 unit x $8.40 = $42.000.
Masalah ini terdapat pada tabel 7.11. Incremental revenue yaitu $ 160.000, dan incremental
cost bertambah menjadi $142.000. Karenanya, kontribusi sebelumnya dan profit yang
diterima jika mengambil keputusan untuk menerima penawaran department store yaitu
sebesar $18.000. Profit tersebut akan $18.000 lebih besar dari yang akan mereka terima atau
kerugiannya akan berkurang $18.000.

Tabel 7-11 Contribution Analysis of Calculator Decision Problem

Incremental Revenues
$ 160.000
20,000 units of X1 @ $8.00

Incremental Revenues
Variabel Costs
20,000 units of X1 @ 5.00 $ 100.00
Opportunity costs
5,000 units of X2 @ 8.40 42,00 142, 000

Contribution $ 18,000

Metode alternatif dari mendatangkan kontribusi yang sama akan membagi


incremental revenues dan revenues foregone ketika 5.000 unit X2 tidak dapat terjual pada
harga $ 14.40 (yaitu $72.000) dan membagi incremental cost dalam memproduksi extra unit
model X1.
Keputusan terdahulu sensitif terhadap asumsi-asumsi pokok. Isu pertama adalah
tentang subsitutabilitas antara unit yang terjual ke departement store dan yang terjual ke
perusahaan distribusi. Dapat dianalisa pada asumsi implisit bahwa penjualan 20.000 unit ke
departement store akan bertambah dan tidak tergantikan dengan 160.000 unit yang terjual
melalui perusahaan distribusi. Konsumen saat ini lebih memilih untuk membeli produk dari
departement store daripada dari perusahaan distribusi. Idaho Instruments akan menjual per
unitnya $4, atau berbeda dari harga yang harus dibayar oleh 2 (dua) pembeli grosir. Jika
departement store akan memilih pasa yang target benar-benar baru untuk penjualan
kalkulator, dapat diasumsikan bahwa total penjualan akan meningkat dengan jumlah
keseluruhan yaitu 20.000 unit dan akan dibutuhkan kontribusi sebesar $18.000. Di sisi lain,
jika penjualan ke departement store mengurangi harga penjualan normal, pada tingkat apa hal
ini terjadi sebelum keputusan yang diambil menjadi salah? Ketika perbedaan dalam
kontribusi per unit adalah $4, jumlah unit yang akan mengalami penurunan dimana $18.000
distribusi total menjadi nol yaitu $18.000:4 = 4500. Karena itu, jika pembuat keputusan
memutuskan untuk membeli paling tidak 4500 unit dari departement store dimana kalkulator
tersebut telah dibeli dari channel distribusi normal, keputusan perlu dibalik.
Pemikiran tambahan disini adalah mengenai hubungan retail. Kemungkinan besar
firma yang berada dalam saluran distribusi normal akan menjadi lebih “aware” terhadap
kesepakatan yang lebih baik yang telah diberikan kepada department, dan firma semacam ini
bisa melihat potensi apapun untuk masalah supply. Karena itu, pencapaian jangka pendek
dengan menjual ke departement store bisa melebihi kerugian jangka panjang dari deteriorasi
hubungan yang dinikmati dengan perusahaan distribusi maupun dengan firma lain.

Analisa Konsultasi Multi Periode


Sebagian besar keputusan yang berkaitan dengan biaya yang akan dikeluarkan dan
pendapatan yang akan diterima dalam periode waktu yang akan datang. Biaya dan
pendapatan ini harus dikonversi ke terminologi nilai masa kini untuk membuat mereka dapat
dibandingkan dengan pengeluaran atau penerimaan biaya masa depan dan pendapatan pada
masa sekarang. Kontribusi pada tiap periode masa depan sangat penting untuk pembuatan
keputusan, dan bukan keuntungan pada firasat akuntansi atau ekonomi.
Kontribusi keputusan pada periode masa depan seringkali menjadi subyek terhadap
ketidakpastian dan karenanya expected-present-value (EPV) dilibatkan. Analisa kontribusi
multiperiode dengan ketidakpastian kontribusi masa depan yang diproses dengan konteks
kekeluargaan. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa expected present value of contribution
(EPVC) pada tiap periode saat ini merupakan konsep yang operatif. Biaya inisial harus dilihat
sebagai keluaran incremental cost diatas incremental revenue pada periode saat ini. Probalitas
distribusi dari kontribusi pada periode masa mendatang harus diestimasi secara hati-hati dan
ditempatkan pada rantai keputusan yang tepat. EPVC dari tiap keputusan kemudian
dikalkulasi dan dibandingkan dengan keputusan alternatifnya.

Contoh Perusahaan di Indonesia:


Alfalink merupakan sebuah kamus elektronik, namun multi fungsi karena di
dalamnya terdapat banyak kegunaan seperti kamus inggris-indonesia atau Indonesia-inggris,
organizer, kalkulator, kalender, konversi mata uang, dan sebagainya. Alfalink sendiri
merupakan sebuah merek ternama, yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, terutama siswa
sekolah dan mahasiswa. Alfalink terdiri dari bermacam-macam tipe dan model, dari yang
paling standar sampai paling canggih. Alfalink dipasarkan oleh sebuah perusahaan distribusi
yang bernama PT Freshindo Marketama Corporation dan didistribusikan ke department store
terkemuka, dalam hal ini, toko buku. Salah satu toko Buku yang menjual produk Alfalink
adalah toko Buku Gramedia, dan dimanapun ada Gramedia pasti tersedia produk Alfalink di
dalamnya. Masyarakat lebih mengenal Gramedia sebagai penjual produk Alfalink, dan
bukannya PT Freshindo Marketama Corporation sebagai distributor resmi Alfalink. Hal ini
dikarenakan alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas, yaitu dikarenakan adanya
perbedaan harga pasar dan kurangnya promosi mengenai perusahaan distributor itu sendiri.

ANALISIS TITIK IMPAS (BREAKEVEN ANALYSIS) :

Batas dan Aplikasi

Breakeven Analysis atau Analisis Titik Impas banyak membantu para pimpinan
perusahaan dalam pengambilan keputusan dan melakukan perencanaan keuangan. Melalui
analisis BEP (Break Even Point) ini kita dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, harga dan volume. Oleh karena itu, Analisis titik impas ini juga bisa
disebut price-cost-volume analysis (analisis harga, biaya dan volume).

Breakeven Volume (Volume titik impas) didefinisikan sebagai tingkat penjualan, di mana
pendapatan total sama dengan total biaya atau TR = TC. Jadi, perusahaan dalam menjalankan
usahanya tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Para pimpinan perusahaan selalu
selalu mengandalkan titik impas ini untuk mengetahui apakah penjualan telah mencapai
tingkat yang diinginkan atau tidak. Jika penjualan berada di atas titik impas, maka pimpinan
perusahaan akan memasarkan produk yang dapat menghasilkan laba.

Analisis titik impas berdasarkan atas asumsi harga dan biaya tetap per unit, dan pada
gilirannya, baik biaya dan harga per unit menunjukkan kualitas dari suatu produk tertentu.
Biaya per-unit akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas suatu produk. Perbedaan
asumsi mengenai kualitas, biaya dan produk per-unit juga dapat dianalisis menggunakan
Analisis Titik Impas (Breakeven analysis).

Komposisi dari biaya per unit juga memberikan pengaruh terhadap volume titik
impas. Di mana biaya tetap rata-rata relatif tinggi dan biaya variabel rata-rata relatif rendah,
seperti contohnya metode produksi padat modal cenderung memiliki volume titik impas
yang lebih tinggi dibandingkan metode produksi intensif buruh. Ketika volume Titik Impas
tercapai maka keuntungan metode modal intensif akan meningkat lebih cepat dan marjin
kontribusinya pun menjadi tinggi. Sebaliknya, metode produksi dengan input titik impas
relative rendah, marjin kontribusi akan relatif lebih kecil. Peluang perusahaan untuk
meningkatkan keuntungan ini disebut operating leverage.
Kurva titik Impas

Pada gambar di bawah ini ditunjukkan 3 situasi berbeda dari biaya dan pendapatan.
Pada kurva (a) total pendapatan dan total biaya adalah sama. Jika kita lihat pada kurva (a),
total pendapatan (TR) mengalami peningkatan dan mencapai titk keseimbangan dengan total
biaya seperti yang ditunjukkan pada titik B. Setelah mencapai keseimbangan di titik B,
pendapatan total (TR) ternyata mengalami penurunan. Jarak yang berada di antara titik A dan
B merupakan keuntungan (profit) dari perusahaan tersebut, sedangkan bagian kiri dari titik A
dan bagian kanan dari titik B merupakan kerugian dari perusahaan. Sedangkan titik A dan B
merupakan Breakeven point atau Titik Impas.

loss

profit
loss

Kurva (a) Negatively slopes demand curve and


cubic cost function

Kurva (b) menunjukkan situasi di mana harganya adalah konstan, sementara biaya sama
seperti yang ditunjukkan oleh kurva (a). Total pendapatan membentuk garis lurus sedangkan
biaya mengalami penurunan setelah melalui titik BEP, A kemudian mengalami peningkatan
ketika melalui titik B. Seperti kurva (a), pada kurva (b) ini terdapat 2 titik impas yaitu A dan
B. Sedangkan keuntungan atau profit terdapat pada interval antara titik A dan titik B.

Kurva (b) Constant Price and Cubic cost


function
Kurva (c) merupakan bentuk paling umum yang digunakan dalam analisis titik impas
di mana harga dan biaya variabel rata-rata adalah konstan. Jarak di antara TR dan TC
merupakan keuntungannya atau profit sedangkan bagian sebelah kiri dari titik A merupakan
kerugiannya. Di kurva ini titik A merupakan Breakeven Point.

Kurva (c) Constant Price and Constant AVC

Kurva (c) merupakan bentuk kurva linear dari Breakeven Point. Penggunaan fungsi
linear dari total biaya dan total pendapatan seperti yang ditunjukkan pada kurva (c) sangat
memudahkan perusahaan dalam menganalisis titik impas. Pada umumnya, pendapatan linear
dan fungsi biaya merupakan perkiraan dari bentuk aktual dari fungsi biaya dan pendapatan.
Asumsi harga tetap dan biaya variabel rata-rata kelihatannya kurang akurat apabila jauh dari
tingkatan volume yang diharapkan. Kebanyakan pimpinan dalam pengambilan keputusan
bedasarkan pada level output-nya yang terletak pada rentang terbatas dari volume titik
impasnya yang diharapkan. Maka kita menyebut rentang terbatas ini sebagai relevant range.

Kurva berikut ini menunjukan perkiraan linear dari pendapatan dan fungsi biaya (TRE
dan TCE) yang merupakan perkiraan curvilinear dari pendapatan aktual dan fungsi biaya
(TRA dan TCA). Fungsi linear yang berada di antara relevant range ini merupakan
perakiraan dari fungsi aktual yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan. Jika
dilihat, kurva di bawah ini merupakan penggabungan dari kurva linear dengan kurva yang
memiliki harga konstan (Constant Price).
Kurva (d) linear revenue and cost functions
in the relevant range

Aplikasi Analisis Titik Impas

Pada kurva berikut (Kurva e)


ditunjukkan titik impas pada tingkatan 2 harga
dan biaya variabel yang berbeda. Misalnya
pimpinan perusahaan di sebuah perusahaan
tertentu menginginkan tingkat harga dan biaya seperti yang ditunjukkan oleh TR dan TC,
maka titik impasnya berada pada Q4. Namun,ternyata pimpinan perusahaan tersebut merasa
bahwa tidak mungkin produk akan mencapai volume penjualan yang diinginkan. Maka
perusahaan, dapat memperbaiki situasi ini dengan 2 cara yaitu; pertama dengan menaikkan
harga, yang kedua adalah menurunkan biaya variabel dan langkah berikutnya yang bisa
dilakukan adalah dengan menurunkan kualitas produknya. Untuk menurunkan biaya variabel
rata-rata perusahaan mungkin menggunakan bahan baku yang lebih rendah kualitasnya
ataupun dengan cara mengurangi input tenaga kerjanya.

Pada kurva di bawah ini, adanya penurunan biaya variabel rata-rata akan mengurangi
volume titik impas sebagaimana yang ditampilkan oleh titik Q3. Begitu pula dengan tingkat
kenaikan harga dari biaya per unit yang tersisa, akan mengurangi volume titik impas pada
tingkat output di titik Q2. Dan yang terakhir, adanya kenaikan di tingkat harga dan
pengurangan pada tingkat biaya akan mengurangi volume titik impas ke titik Q1.
Kurva (e) Comparison of Breakevven Points at Different Price and Variable Cost Levels

Perlu diketahui, bahwa volume titik impas terjadi apabila total pendapatan sama dengan total
biaya, (TR = TC). Selain menggunakan grafik atau kurva, analisis titik impas dapat juga
menggunakan aljabar, seperti yang dijelaskan berikut ini :

P(Q)=AVC(Q) + TFC

Atau

Q (P-AVC) = TFC

Atau

Q= TFC
P – AVC
Karena (P-AVC) memiliki persamaan dengan kontribusi marjin (CM), maka kita dapat
merumusnya sebagai berikut;

Q = TFC
CM
Titik impas ini dapat dihitung dengan cara membagi total biaya tetap dengan
kontribusi marjin per unit (CM). Rumus di atas biasanya digunakan untuk single product atau
satu jenis produksi saja.

Pada perusahaan yang menghasilkan bermacam-macam produk atau yang disebut


juga perusahaan multiproduk, setiap produk harus mencapai target profit tertentu. Analisis
titik impas dapat digunakan untuk mencari volume penjualan untuk mencapai target
keuntungan yang diinginkan. Breakeven point multiproduk ini merupakan titik impas untuk
perusahaan yang memproduksi berbagai jenis barang dan jasa. Hubungan ini dinyatakan
sebagai berikut :

Q = TFC + π
CM

Menghitung volume penjualan sangat diperlukan untuk menutup biaya tetap dan
untuk mencapai target profit yang diinginkan oleh perusahaan. Pimpinan perusahaan harus
mempertimbangkan apakah volume penjualan mencapai target yang diinginkan atau tidak.
Jika hal itu merupakan sesuatu yang tidak memungkinkan, pengambil keputusan sebaiknya
merevisi target profitnya, baik dengan cara melakukan perubahan harga atau biaya variabel
rata-rata ataupun dengan menarik produk ini dari pasaran dan menggantikannya dengan
produk yang lebih menguntungkan.

Analisis titik impas dapat digunakan ketika suatu produk tertentu diproduksi oleh dua
atau lebih teknologi produksi. Misalnya suatu perusahaan mempunyai 3 alternatif manufaktur
suatu produk untuk membentuk harga pasar $4,00 per unit. Fungsi total pendapatan di dalam
ketiga kurva tersebut adalah sama, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak ingin
mempengaruhi pasar. Plant A ditandai dengan biaya tetap (TFC) sebesar $20,000 dan biaya
variable rata-rata (AVC) $2,000 per unit output. Plant B memiliki biaya tetap sebesar
$45,000 dengan biaya variable konstan sebesar $1,00 per unit. Sedangkan Plant C memiliki
biaya tetap tertinggi yaitu $70,000 tetapi konstan dan biaya variabel rata-rata rendah sebesar
0,50 per unit. Dengan menggunakan data-data di atas maka ditemukan titik impas masing-
masing kurva yaitu sebesar 10,000, 15,000 dan 20,000 per unit.

Misalnya pemilik perusahaan memperkirakan volume penjualan akan didistribusikan


dengan rata-rata sekitar 12,000 unit. Maka grafik titik impas yang terjadi adalah seperti yang
ditunjukan kurva (f) di bawah ini, Kurva ini menunjukkan bahwa plant A akan menjadi
pilihan yang paling tepat untuk perusahaan karena titik impasnya rendah pada distribusi ini.

Kurva (f), Plant A ;


Price $ 4,00
Fixed cost $20,000
AVC $ 2,00

Kurva (g),Plant B;
Price $ 4,00
Fixed cost $45,000
AVC $ 1,00

Kurva (h), Plant C :

Price $ 4,00
Fixed Cost $ 70,000
AVC $0,50
Figure 1A-4 Breakeven Charts for Different Production Technologies

Tabel (a-1) yang terdapat di bawah ini menunjukkan tingkat profitabilitas pada
berbagai tingkat penjualan yang diharapkan untuk masing-masing dari ketiga teknologi. Pada
kesimpulannya mesin A tetap memberikan keuntungan sampai ke tingkat output 29,000 unit
kemudian disusul dengan mesin B. Sedangkan mesin C tidak menguntungkan kecuali ia
memiliki tingkat output yang lebih besar dari 50,000 per unit

Perusahaan ini juga harus memperhatikan apakah ada hubungan nilai yang diharapkan
dari output (EVQ) dengan output dari titik impas (BEQ). Perlu diketahui bahwa EVQ harus
berada di atas BEQ, jika tidak , plant tersebut tidak boleh digunakan. Perusahaan ini mungkin
ingin menerapkan aturan veto yang mencakup standars error dari estimasi Sₑ (atau standard
deviasi) berkaitan dengan distribusi probabilitas penjualan atau tingkat output.. Aturan
tersebut diintepretasikan sebagai averter’s trade off between risk and return

Table (a-1) profitability at various output levels with differing technologies

Expected sales level Plant A Plant B Plant C


10,000 Breakeven -15,000 -35,000
15,000 10,000 Breakeven -22,500
20,000 20,000 15,000 Breakeven
30,000 40,000 45,000 35,000
40,000 60,000 75,000 70,000
50,000 80,000 105,000 105,000
60,000 100,000 135,000 140,000

Operating Leverage. Perbedaan kontribusi per unit setelah terjadinya titik impas
menunjukkan sejauh mana faktor tetap disubtitusikan untuk berbagai faktor variabel dalam
proses produksi. Semakin besar substitusi atau digunakannya modal dengan teknologi yang
intensif, maka semakin besar pula leverage operasi proses produksi. Leverage operasi ini
mengacu pada sejauh mana sebuah produk yang dijual memberikan biaya tambahan dan
keuntungan pada perusahaan. Dengan fungsi biaya linear dan pendapatan, leverage operasi
ini menjadi konstan di antara rentang yang relevan ( setara dengan kontribusi per unit) tetapi
dengan fungsi biaya non linear atau total pendapatan, leverage operasi akan menjadi
bervariasi.

Pembatasan Analisis Titik Impas

Analisis titik impas sangat berguna apabila penggunaannya tepat. Sangatlah penting
untuk mengetahui bahwa fungsi total pendapatan dan biaya mencerminkan perkiraan
pendapatan dan biaya yang akurat di kehidupan nyata. Asumsi biaya linear dan pendapatan
mungkin pendekatan yang dapat diterima dalam perubahan yang relatif sebatas output tetapi
dapat menjadi kurang akurat pada tingkatan output yang lebih tinggi. Yang kedua adalah
analisis titik impas harus digunakan pada incremental sense. Fungsi total biaya harus
mewakili semua biaya yang dikeluarkan. Pada perusahaan yang hanya memproduksi 1 jenis
barang saja fungsi total biaya akan mewakili seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Jika terdapat biaya implisit pada opportunity cost maka keuntungan akan menjadi 0. Begitu
pula yang terjadi pada perusahaan multiproduk.

Summary

Analisis Titik Impas membantu pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan.


Pimpinan perusahaan dapat melihat apakah volume titik impas dapat tercapai bedasarkan
kurva permintaan suatu produk. Perhitungan BEP bisa dilakukan secara aljabar yaitu dengan
pembagian biaya tetap dan keuntungan dengan kontribusi marjin per unit. Leverage operasi
digunakan mengukur keuntungan suatu perusahaan untuk melakukan perubahan pada volume
penjualan.

Penerapan Breakeven Point pada perusahaan di Indonesia

Salah satu perusahaan transportasi laut di Indonesia yaitu PT.SOECHI LINES


menerapkan analisis Breakeven Point ini. PT. Sukses Osean Khatulistiwa Linesa ( Soechi
Lines ) merupakan suatu perusahaan pelayaran niaga swasta yang bergerak di bidang
pengangkutan muatan dengan kapal laut yang melayani wilayah domestik dan Asia.

Dalam menjalankan usahanya perusahaan ini harus bersaing dengan perusahaan


lainnya yang semakin banyak jumlahnya dan juga memiliki kualitas yang sangat baik. Karena
adanya persaingan tersebut, perusahaan ini pun mengalami masalah dengan tarif angkut.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, perusahaan ini menggunakan analisis titik
impas. Faktor-faktor yang mempengaruhi breakeven point sebagai dasar penentuan tarif
kapal laut dari perusahaan tersebut adalah : pendapatan dari kapal, biaya-biaya yang
dikeluarkan, kapasitas ruang muat dan volume muatan yang diangkut.

Teori titik impas yang digunakan perusahaan ini telah membantu pimpinan
perusahaan untuk mengambil keputusan atau kebijakan dalam menentukan dasar perencanaan
laba minimum angkutan laut. Selain itu juga,analisis titik impas tersebut digunakan untuk
menghitung jumlah muatan yang harus diangkut kapal agar dalam operasional tidak
mengalami kerugian atau keuntungan.

You might also like