Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KOMUNIKASI
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
Total Average
Cost of Production Costs Costs
Direct Labor $ 77,700 $ 52,50
Direct Material 36,260 24,50
Variable Overhead 4,930 3,33
TVC AVC
= $ 118,890 = $ 80,33
TFC AFC
Fixed Overhead = $ 36,800 = $ 24,86
TC AC
Total Costs = $ 155,690 = $ 105,19
$
Sales 160,000
$
Cost of Good sold 120,000
Salaries 20,000
Depreciation expense 5,000 145,000
Accounting Profit $ 15,000
$
Sales 160,000
$
Cost of Good sold 120,000
Salaries 20,000
Depreciation expense 5,000
Imputed Salary to owner-manager 15,000
Imputed interest cost on equity 4,000 164,000
$-
Economic Profit 4,000
Biaya Eksplisit Periode Saat Ini. Biaya upah buruh dan material atau perubahan-perubahan
dalam variabel pengeluaran tambahan, seperti tarif listrik bulanan, yang mudah untuk
diketahui secara awal sebagai sebuah pengeluaran dari pengambilan kebijakan, contohnya,
kebijakan untuk meningkatkan tingkatan produksi. Jika peningkatan produksi ini juga
memerlukan biaya tambahan berupa modal peralatan tambahan, maka sekumpulan modal
tersebut merupakan biaya tambahan terhadap kebijakan yang telah diambil dan sebaiknya
diperhitungkan secara keseluruhan daripada dibagi-bagi lagi perhitungannya, meskipun
peralatan tersebut mungkin memiliki sisa manfaat di kemudian hari setelah kebijakan yang
ada di masa sekarang ini telah dijalankan. Kemudian biaya tambahan atas sebuah kebijakan
akan mencakup semua biaya eksplisit periode saat ini yang ditimbulkan sebagai sebuah
konsekuensi atas kebijakan yang diambil tersebut. Hal-hal seperti itu akan mengeluarkan
semua biaya eksplisit periode saat ini yang akan terjadi tanpa menghiraukan kebijakan yang
ada.
Biaya Peluang (Opportunity Cost). Barang-barang yang diambil dari inventaris mungkin
tidak memiliki biaya eksplisit periode saat ini jika perusahaan tidak memilih untuk mengganti
barang-barang tersebut. Namun, biaya tambahan tersebut merupakan biaya peluang atas
barang-barang inventaris tersebut - barang-barang tersebut barangkali dapat dijual kepada
perusahaan lainnya karena nilai jual yang masih dimiliki barang-barang tersebut. Jika sebuah
barang inventaris tidak berguna, tidak memiliki nilai jual (mungkin karena barang tersebut
sudah ketinggalan zaman dari barang baru lainnya), biaya peluang yang dimilikinya adalah
nol, tanpa memperdulikan nilai sejarahnya. Nilai sejarah dari jual beli barang tidak ada
kaitannya dan gunanya terhadap kebijakan yang diambil saat ini.
Aplikasi yang sangat umum dari doktrin biaya peluang ini terlihat dalam kebijakan
yang menyangkut situasi di mana sebuah barang tertentu memiliki satu atau lebih kegunaan-
kegunaan pada titik waktu yang bersamaan. Dalam hal seperti ini, jika barang tersebut
digunakan dalam proses pembuatan produk tertentu, maka barang tersebut juga menghambat
proses produksi atas satu atau lebih produk yang lainnya.
Contoh: Telarah Lite-Fab Industries memproduksi gerbang baja, pagar, balkon, dan pagar-
pagar beranda, dan sejenis alat-alat potong dan patri yang dibuat dari besi. Perusahaan ini
membuat pesanan-pesanan berdasarkan permintaan tetapi juga memproduksi gerbang dan
pagar yang standar yang dijual kepada took-toko eceran alat berat. Perusahaan tersebut
merasa mampu menjual produk mereka sebanyak mereka mengahasilkan produk tersebut
yang berupa gerbang baja dan pagar, tetapi perusahaan memang lebih memilih untuk
membuat pesanan berdasarkan permintaan saja karena belakangan ini dirasa memang selalu
lebih menguntungkan. Pada saat ini, perusahaan tersebut tidak memiliki pesanan, dan tenaga
kerjanya tetap memproduksi barang-barang standar saja dengan nilai jual seharga $10,000 per
minggu. Biaya material sebesar $2,000 per minggu. Andai kata sekarang akan ada pesanan
permintaan yang besar yang mungkin akan menghabiskan waktu seminggu untuk proses
produksinya dan menghabiskan biaya material sebesar $4,000. Berapa biaya peluang yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut atas barang-barang yang telah dikerjakan sebelumnya di
dalam menghasilkan gerbang dan pagar standar? Catat bahwa dengan barang-barang standar,
perusahaan tersebut sedang menghasilkan $8,000 per minggu dan biaya material-material
yang disebutkan di atas. Sebelumnya sudah pasti $8,000 ini merupakan jumlah atas biaya
produksi lainnya dan keuntungan jika perusahaan menerima permintaan pesanan. Kemudian,
perusahaan harus menghasilkan sekurangnya $8,000 lebih dan biaya materialnya pada
produksi pesanan bahkan sebelum perusahaan tersebut mempertimbangkan untuk menerima
pesanan. Itulah, biaya material dan biaya peluang atas permintaan pesanan meningkat
menjadi $12,000 dan perusahaan harus mengatur harga produk-produknya atau akan lebih
baik untuk mengurangi produksi barang-barang standar.
Biaya di Masa Akan Datang (Future Cost). Banyak kebijakan-kebijakan yang akan
berdampak pada biaya yang akan datang, baik eksplisit dan implisit. Jika perusahaan mampu
memiliki gambaran atas biaya akan datang yang akan terjadi merupakan sebagai bentuk dari
konsekuensi atas kebijakan masa sekarang, maka biaya tersebut harus dimasukkan ke dalam
analisis yang ada saat ini. Pastinya, biaya tersebut akan disatukan dalam terminology
keuntungan masa sekarang jika diketahui untuk pastinya atau dalam terminology keuntungan
perkiraan masa sekarang jika ada sebuah kemungkinan distribusi atas biaya masa depan yang
akan datang. Jika pendapatan akan datang boleh diharapkan dari sebuah alat atau dari
investasi modal lainnya, maka alat dan investasi modal ini akan disatukan ke dalam analisis
pendapatan kontribusi, yang akan kita lihat pada sesi selanjutnya.
Contoh: Sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi sebuah pesanan spesial di
mana produk tersebut diketahui akan membutuhkan keoptimalan kerja peralatan, di mana
sebuah pemeriksaan akan dibutuhkan selam setahun setelah pekerjaan tersebut diselesaikan.
Jika tidak, peralatan tersebut tidak akan berfungsi tanpa pemeriksaan keseluruhan.
Pemeriksaan ini diperkirakan menghabiskan biaya sebesar $2,000 dan akan dibayarkan satu
tahun dari sekarang. Memperkirakan peluang diskon sebesar 15%, maka faktor diskon yang
tepatnya adalah sebesar 0.8696, dan keuntungan saat ini dari biaya tersebut adalah sebesar
$2,000 x 0.8696 = $1,739.20. Angka tersebut sebaiknya dimasukkan sebagai biaya tambahan
atas keputusan untuk memproduksi produk special tersebut.
Contoh: Anggap saja sekarang ini biaya akan datang yang memiliki sebuah kemungkinan
distribusi atas pengeluaran. Andaikan sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan untuk
meniru desain perusahaan lainnya dan mengetahui bahwa perusahaan yang lainnya juga
mungkin menuntut atas kerugian bisnis sebagai akibatnya. Biaya hukum yang mungkin dan
kerusakan-kerusakan dan kemungkinan-kemungkinan dilampirkan untuk tiap tingkatan
biaya-biaya ini disajikan dalam tabel di bawah. Diberikan kongesti di dalam pengadilan, hal
tersebut akan memakan waktu tiga tahun sampai masalah ini mendapatkan keputusan. Kami
mengira bahwa tarif peluang diskon yang dimiliki perusahaan tersebut adalah sebesar 15%.
Kemudian faktor diskon digunakan untuk menentukan keuntungan saat ini atas biaya yang
telah diperkirakan yaitu sebesar 0,6575.
Kemudian EVP atas biaya hukum yang akan datang adalah sebesar $72,325, sejumlah
angka yang sebaiknya dimasukkan ke dalam biaya tambahan atas keputusan untuk meniru
desain perusahaan lain. Catat bahwa perusahaan tersebut sebaiknya mempertimbangkan
kemungkinan yang ada seperti tuntutan hukum yang mungkin muncul bahkan ketika
perusahan tersebut tidak dengan sengaja meniru design perusahaan lainnya. Perusahaan
tersebut mungkin merasa bahwa design miliknya cukup berbeda dengan yang lainnya tetapi
pengadilan bisa saja berkuasa menentang hal tersebut dalam kasus perkara hukum. Dalam
kasus seperti ini, perusahaan tersebut sebaiknya menghitung EVP atas kemungkinan perkara
hukum dan memasukkan hal ini ke dalam perhitungan perusahaannya.
Biaya akan datang lainnya termasuk masalah-masalah pekerja, kerugian atas bisnis di
masa yang akan datang, kemerosotan hubungan pemasok yang mengarah ke harga produksi
lebih tinggi, dan masalah perputaran uang tunai yang mengharuskan peminjaman biaya.
Beberapa biaya akan datang, entah itu eksplisit atau implisit, yang dapat diperkirakan secara
rasional untuk masuk sebagai sebuah konsekuensi atas kebijakan sekarang yang sebaiknya
diukur dalam EVP terminologi dan dimasukkan ke dalam biaya tambahan atas kebijakan
tersebut.
Keuntungan Saat Ini yang Sudah Diperkirakan atas Biaya Tambahan Masa Datang
Konsep biaya yang disebutkan sebelumnya disimpulkan dalam table 7-5. Ketahui
bahwa relevan atau tidak, kita bemaksud dengan menghargai kebijakan yang telah diambil.
Jika suatu biaya diperkirakan menjadi sebuah konsekuensi atas kebijakan yang dibuat, itu
berarti adalah biaya relevan atau biaya tambahan. Beberapa biaya (masa akan datang) adalah
bukan biaya konsekuen (relevan) karena perusahaan tersebut dijalankan untuk mereka dan
biaya-biaya tersebut akan terjadi. Tidak ada pengutamaan pengeluaran (biaya tak terlihat)
merupakan biaya tambahan.
Analisis Kontribusi
Sekarang kami memulai untuk menggunakan konsep biaya tambahan dalam analisis
kontribusi atas masalah kebijakan.
Pengertian: kontribusi atas sebuah kebijakan diartikan sebagai pendapatan tambahan atas
kebijakan tertentu dikurang biaya tambahan atas kebijakan itu juga. Hal tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kontribusi dibuat untuk biaya pengeluaran dan keuntungan dari
kebijakan yang diambil. Jelasnya, hanya kebijakan-kebijakan yang memiliki kontibusi positif
yang sebaiknya dijalankan; dan di mana kebijakan tersebut saling menguntungkan, kebijakan
dengan kontribusi yang diperkirakan lebih besar lebih disukai. Kita akan mengilustrasikan
analisis kontribusi dengan tiga tipe umum dari masalah-masalah kebijakan, tetapi sebelumnya
mari kita klarifikasi terlebih dahulu tentang gagasan atas pendapatan tambahan.
Pendapatan tambahan
Pengertian: pendapatan tambahan diartikan sebagai pendapatan yang berkaitan
sebagai sebuah konsekuensi dari kebijakan tertentu. Kita akan memperkirakan
pendapatan tambahan, seperti biaya tambahan, untuk memiliki sebuah komponen
eksplisit periode saat ini, sebuah komponen peluang kemungkinan, dan sebuah
komponen kemungkinan masa akan datang.
Contoh: andai kata sebuah perusahaan yang telah disebutkan dalam contoh
sebelumnya merasa bahwa ia akan memenagkan pekerjaan yang dijalani sekarang ini,
maka perusahaan tersebut memiliki kesempatan sebesar 50% untuk memenagkan
kembali kontrak yang sama pada tahun depan. Andai kata juga di kemudian hari
bahwa kontrak selanjutnya tersebut akan bernilai sebesar $300,000 dan akan memiliki
biaya tambahan senilai $250,000. Maka kontribusi atau keuntungan yang diperoleh
atas kontrak tersebut sebesar $50,000 (jika menang kontrak). Diberikan juga tarif
peluang diskon sebesar 15%, maka keuntungan saat ini atas kontribusi yang ada
adalah sebesar $50,000 x 0.8696 = $43,480. Keuntungan saat ini yang telah
diprediksikan adalah keuntungan saat ini dikalikan dengan kemungkinan atas
pencapaian untuk memenagkan kontrak, atau $43,480 x 0.50 = $21,740. Kemudian
EPV atas pendapatan masa akan datang adalah sebesar $21,740. Dan nominal ini akan
dimasukkan ke dalam kalkulasi pendapatan tambahan.
CATATAN: EPV atas kontribusi akan diterima dari bisnis masa akan datang yang
dihasilkan dari kebijakan yang ada saat ini yang mungkin dapat dianggap sebagai
goodwill (kebaikan) yang diasosiasikan dengan kebijakan yang ada tersebut.
Kebaikan tersebut adalah EPV atas kontribusi dari bisnis masa akan datang, dan jika
sebuah kebijakan tersebut menghasilkan tambahan gaji kepada kebaikan itu, maka
jumlah atas kontribusi itu yang dihasilkan dalam terminology EPV akan dimasukkan
sebagai pendapatan tambahan. Sebaliknya, kebijakan yang ada saat ini mungkin akan
menyebabkan kerugian pada bisnis yang akan datang. EPV atas kerugian kontribusi
pada masa akan datang sebagai hasil atas kebijakan yang ada saat ini dapat dianggap
sebagai illwill (keburukan) yang diasosiasikan dengan kebijakan itu sendiri.
CONTOH: Andai kata sebuah perusahaan sedang mengambil antara proyek A atau
proyek B, tetapi tidak mengambil sekaligus proyek tersebut karena kedua proyek
menggunakan seperangkat mesin dan pekerja yang sama. Proyek A, seperti yang telah
ditunjukkan dalam table di bawah ini, menjanjikan penjualan 10,000 unit pada tiap
$2, dengan biaya material, pekerja, biaya tak tetap, dan biaya yang dialokasikan
seperti yang telah ditunjukkan, maka keuntungan nyatanya adalah sebesar $2,000.
Proyek B menjanjikan pendapatan penjualan sebesar $18,000, dengan material,
pekerja, dan biaya tak tetap dan biaya yang dialokasikan sebesar yang telah
ditunjukkan juga. Keuntungan nyata dari proyek B adalah sebesar $4,000 dan dari
keuntungan yang seperti dijelaskan di atas, maka terlihat bahwa proyek B lebih baik
daripada proyek A dalam hal tingkat keuntungan yang akan diraih.
Karena pendapatan tambahan yang akan diperoleh oleh Wilson adalah sama dari
membuat sendiri atau membeli alat-alat penunjang tersebut, maka kita akan membuat analisis
kontribusi pada biaya dasar tambahan. Memperkirakan bahwa pendapatan tambahan melebihi
biaya tambahan, maka pilihan untuk membuat sendiri akan terlihat lebih berkontribusi
banyak dalam hal mengatasi biaya keluar dan keuntungan yang diperoleh daripada pilihan
untuk membelinya).
Pertimbangan yang lain, ada beberapa permasalahan tambahan lainnya yang perlu
dipertimbangkan. Pertama, pembuat kebijakan harus yakin akan keakuratan dari perkiraan-
perkiraan yang ada di dalam kebijakan tersebut. Jika, contohnya permintaan akan alat-alat
tersebut tidak terjadi kenaikan seperti yang telah diprediksikan dan Wilson telah membeli alat
penunjang pemutar tersebut dari luar, hal ini menjadi sebuah tanggung jawab yang tidak bisa
diubah termasuk biaya yang sangat tinggi, mengingat hal tersebut maka keputusan untuk
memproduksi alat-alat tersebut harus segera ditunda. Perkiraan-perkiraan biaya yang ada
merupakan permasalahan yang masih diragukan. Hal-hal seperti ini merupakan perhitungan
dalam biaya-biaya marjinal yang telah diperkirakan dalam memproduksi alat-alat di
perindustrian atau pabrik. Sang pembuat kebijakan harus yakin akan perhitungan-perhitungan
ini semua adalah berdasarkan atas asumsi-asumsi logis yang fokus kepada efisiensi kinerja
pekerja dan kegunaan material dan kesemuanya itu merupakan estimasi atau perkiraan yang
paling baik. Masih ada lagi, bahwa distribusi antara permintaan dan perkiraan biaya
pengeluaran, sebuah kebijakan juga harus berdasarkan atas poin estimasi yang mungkin
merupakan hasil dalam biaya pengeluaran yang sedikit berbeda dari keuntungan yang telah
diperkirakan.
Pertanyaan lainnya yang muncul dalam masalah tersebut adalah apakah penentuan
harga yang dicapai pada kenyataannya memiliki sumber pengeluaran terendah atas pasokan
alat-alat pemutar penunjang tersebut. Kita mungkin berasumsi bahwa tawaran-tawaran
diberikan dan tawaran dengan biaya paling rendah akan dipertimbangkan, tetapi jika tawaran
ini tidak seperti yang diharapkan maka pembuat keputusan sebaiknya berunding dengan
sumber pemasok alternative lain untuk menegaskan bahwa $30,000 kenyataannya adalah
harga mati untuk alat-alat yang akan dibeli dari luar.
Dengan kualifikasi-kualifikasi seperti ini, sekarang giliran kita untuk selanjutnya masuk ke
pembahasan kategori ketiga dari masalah kebijakan di mana membahas tentang analisis
kontribusi merupakan prosedur solusi yang tepat.
Model X1 Model X2
$ 1.65 $ 1.87
Material
2.32 3.02
Direct Labor
1.03 1.11
Variable Overhead
Fixed Overhead 5.00 6.00
allocation 2.00 2.40
Profits
$ 12.00 $ 14.40
Price to Ditributor
Dikarenakan mekanisme proses produksi yang tinggi, harga variabel per-unit dari tiap
model dipercaya stabil dalam jangkauan luas output. Manajer Penjualan enggan untuk
menjual model X1 seharga $8 ketika di sisi lain ia bisa menerima pendapatan sebesar $12
dari perusahaan distribusi untuk model yang sama, dan ia juga telah mencoba untuk
bernegosiasi dengan agen pembelian. Namun bagaimana pun juga, pada akhirnya tetap
bersikeras bahwa $8 merupakan tawaran final. Haruskah perusahaan Idaho Instrument
mengambil tawaran itu atau melepaskannya?
Kita dapat menghitung keputusan incremental cost dalam dasar average variable cost
jika Average Variable Cost (AVC) untuk kedua model tersebut diharapkan tetap stabil dalam
jangkauan luas. Average variable cost merupakan total keseluruhan dari tiga komponen
pertama dalam tabel diatas, dan karenanya 20.0000 unit tambahan model X1 (dengan AVC =
$5.00) akan menambah cost level sebesar $100.000. Gambaran ini bukan merupakan jumlah
dari incremental cost, tapi opportunity cost ikut terlibat. Produksi 20.000 unit tambahan ini
sebagian berasal dari kapasitas luang yang dimanfaatkan dan sebagian lagi berasal dari beban
5.000 unit model X2. Opportunity cost penggunakan sumber daya yang sebelumnya
memproduksi X2 merupakan nilai dari sumber daya dalam penggunaan alternatif tersebut.
Nilai bersih Idaho Instrument dalam memperkerjakan sumber daya dalam kegiatan produksi
5000 unit X2 merupakan kontribusi yang dibuat oleh 5000 unit tersebut. Dapat dilihat pada
tabel 7-10 bahwa kontribusi per unit untuk overheads dan profitnya sebesar $8.40.
Opportunity cost merupakan total kontribusi sebelumnya, atau 5000 unit x $8.40 = $42.000.
Masalah ini terdapat pada tabel 7.11. Incremental revenue yaitu $ 160.000, dan incremental
cost bertambah menjadi $142.000. Karenanya, kontribusi sebelumnya dan profit yang
diterima jika mengambil keputusan untuk menerima penawaran department store yaitu
sebesar $18.000. Profit tersebut akan $18.000 lebih besar dari yang akan mereka terima atau
kerugiannya akan berkurang $18.000.
Incremental Revenues
$ 160.000
20,000 units of X1 @ $8.00
Incremental Revenues
Variabel Costs
20,000 units of X1 @ 5.00 $ 100.00
Opportunity costs
5,000 units of X2 @ 8.40 42,00 142, 000
Contribution $ 18,000
Breakeven Analysis atau Analisis Titik Impas banyak membantu para pimpinan
perusahaan dalam pengambilan keputusan dan melakukan perencanaan keuangan. Melalui
analisis BEP (Break Even Point) ini kita dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, harga dan volume. Oleh karena itu, Analisis titik impas ini juga bisa
disebut price-cost-volume analysis (analisis harga, biaya dan volume).
Breakeven Volume (Volume titik impas) didefinisikan sebagai tingkat penjualan, di mana
pendapatan total sama dengan total biaya atau TR = TC. Jadi, perusahaan dalam menjalankan
usahanya tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Para pimpinan perusahaan selalu
selalu mengandalkan titik impas ini untuk mengetahui apakah penjualan telah mencapai
tingkat yang diinginkan atau tidak. Jika penjualan berada di atas titik impas, maka pimpinan
perusahaan akan memasarkan produk yang dapat menghasilkan laba.
Analisis titik impas berdasarkan atas asumsi harga dan biaya tetap per unit, dan pada
gilirannya, baik biaya dan harga per unit menunjukkan kualitas dari suatu produk tertentu.
Biaya per-unit akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas suatu produk. Perbedaan
asumsi mengenai kualitas, biaya dan produk per-unit juga dapat dianalisis menggunakan
Analisis Titik Impas (Breakeven analysis).
Komposisi dari biaya per unit juga memberikan pengaruh terhadap volume titik
impas. Di mana biaya tetap rata-rata relatif tinggi dan biaya variabel rata-rata relatif rendah,
seperti contohnya metode produksi padat modal cenderung memiliki volume titik impas
yang lebih tinggi dibandingkan metode produksi intensif buruh. Ketika volume Titik Impas
tercapai maka keuntungan metode modal intensif akan meningkat lebih cepat dan marjin
kontribusinya pun menjadi tinggi. Sebaliknya, metode produksi dengan input titik impas
relative rendah, marjin kontribusi akan relatif lebih kecil. Peluang perusahaan untuk
meningkatkan keuntungan ini disebut operating leverage.
Kurva titik Impas
Pada gambar di bawah ini ditunjukkan 3 situasi berbeda dari biaya dan pendapatan.
Pada kurva (a) total pendapatan dan total biaya adalah sama. Jika kita lihat pada kurva (a),
total pendapatan (TR) mengalami peningkatan dan mencapai titk keseimbangan dengan total
biaya seperti yang ditunjukkan pada titik B. Setelah mencapai keseimbangan di titik B,
pendapatan total (TR) ternyata mengalami penurunan. Jarak yang berada di antara titik A dan
B merupakan keuntungan (profit) dari perusahaan tersebut, sedangkan bagian kiri dari titik A
dan bagian kanan dari titik B merupakan kerugian dari perusahaan. Sedangkan titik A dan B
merupakan Breakeven point atau Titik Impas.
loss
profit
loss
Kurva (b) menunjukkan situasi di mana harganya adalah konstan, sementara biaya sama
seperti yang ditunjukkan oleh kurva (a). Total pendapatan membentuk garis lurus sedangkan
biaya mengalami penurunan setelah melalui titik BEP, A kemudian mengalami peningkatan
ketika melalui titik B. Seperti kurva (a), pada kurva (b) ini terdapat 2 titik impas yaitu A dan
B. Sedangkan keuntungan atau profit terdapat pada interval antara titik A dan titik B.
Kurva (c) merupakan bentuk kurva linear dari Breakeven Point. Penggunaan fungsi
linear dari total biaya dan total pendapatan seperti yang ditunjukkan pada kurva (c) sangat
memudahkan perusahaan dalam menganalisis titik impas. Pada umumnya, pendapatan linear
dan fungsi biaya merupakan perkiraan dari bentuk aktual dari fungsi biaya dan pendapatan.
Asumsi harga tetap dan biaya variabel rata-rata kelihatannya kurang akurat apabila jauh dari
tingkatan volume yang diharapkan. Kebanyakan pimpinan dalam pengambilan keputusan
bedasarkan pada level output-nya yang terletak pada rentang terbatas dari volume titik
impasnya yang diharapkan. Maka kita menyebut rentang terbatas ini sebagai relevant range.
Kurva berikut ini menunjukan perkiraan linear dari pendapatan dan fungsi biaya (TRE
dan TCE) yang merupakan perkiraan curvilinear dari pendapatan aktual dan fungsi biaya
(TRA dan TCA). Fungsi linear yang berada di antara relevant range ini merupakan
perakiraan dari fungsi aktual yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan. Jika
dilihat, kurva di bawah ini merupakan penggabungan dari kurva linear dengan kurva yang
memiliki harga konstan (Constant Price).
Kurva (d) linear revenue and cost functions
in the relevant range
Pada kurva di bawah ini, adanya penurunan biaya variabel rata-rata akan mengurangi
volume titik impas sebagaimana yang ditampilkan oleh titik Q3. Begitu pula dengan tingkat
kenaikan harga dari biaya per unit yang tersisa, akan mengurangi volume titik impas pada
tingkat output di titik Q2. Dan yang terakhir, adanya kenaikan di tingkat harga dan
pengurangan pada tingkat biaya akan mengurangi volume titik impas ke titik Q1.
Kurva (e) Comparison of Breakevven Points at Different Price and Variable Cost Levels
Perlu diketahui, bahwa volume titik impas terjadi apabila total pendapatan sama dengan total
biaya, (TR = TC). Selain menggunakan grafik atau kurva, analisis titik impas dapat juga
menggunakan aljabar, seperti yang dijelaskan berikut ini :
P(Q)=AVC(Q) + TFC
Atau
Q (P-AVC) = TFC
Atau
Q= TFC
P – AVC
Karena (P-AVC) memiliki persamaan dengan kontribusi marjin (CM), maka kita dapat
merumusnya sebagai berikut;
Q = TFC
CM
Titik impas ini dapat dihitung dengan cara membagi total biaya tetap dengan
kontribusi marjin per unit (CM). Rumus di atas biasanya digunakan untuk single product atau
satu jenis produksi saja.
Q = TFC + π
CM
Menghitung volume penjualan sangat diperlukan untuk menutup biaya tetap dan
untuk mencapai target profit yang diinginkan oleh perusahaan. Pimpinan perusahaan harus
mempertimbangkan apakah volume penjualan mencapai target yang diinginkan atau tidak.
Jika hal itu merupakan sesuatu yang tidak memungkinkan, pengambil keputusan sebaiknya
merevisi target profitnya, baik dengan cara melakukan perubahan harga atau biaya variabel
rata-rata ataupun dengan menarik produk ini dari pasaran dan menggantikannya dengan
produk yang lebih menguntungkan.
Analisis titik impas dapat digunakan ketika suatu produk tertentu diproduksi oleh dua
atau lebih teknologi produksi. Misalnya suatu perusahaan mempunyai 3 alternatif manufaktur
suatu produk untuk membentuk harga pasar $4,00 per unit. Fungsi total pendapatan di dalam
ketiga kurva tersebut adalah sama, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak ingin
mempengaruhi pasar. Plant A ditandai dengan biaya tetap (TFC) sebesar $20,000 dan biaya
variable rata-rata (AVC) $2,000 per unit output. Plant B memiliki biaya tetap sebesar
$45,000 dengan biaya variable konstan sebesar $1,00 per unit. Sedangkan Plant C memiliki
biaya tetap tertinggi yaitu $70,000 tetapi konstan dan biaya variabel rata-rata rendah sebesar
0,50 per unit. Dengan menggunakan data-data di atas maka ditemukan titik impas masing-
masing kurva yaitu sebesar 10,000, 15,000 dan 20,000 per unit.
Kurva (g),Plant B;
Price $ 4,00
Fixed cost $45,000
AVC $ 1,00
Price $ 4,00
Fixed Cost $ 70,000
AVC $0,50
Figure 1A-4 Breakeven Charts for Different Production Technologies
Tabel (a-1) yang terdapat di bawah ini menunjukkan tingkat profitabilitas pada
berbagai tingkat penjualan yang diharapkan untuk masing-masing dari ketiga teknologi. Pada
kesimpulannya mesin A tetap memberikan keuntungan sampai ke tingkat output 29,000 unit
kemudian disusul dengan mesin B. Sedangkan mesin C tidak menguntungkan kecuali ia
memiliki tingkat output yang lebih besar dari 50,000 per unit
Perusahaan ini juga harus memperhatikan apakah ada hubungan nilai yang diharapkan
dari output (EVQ) dengan output dari titik impas (BEQ). Perlu diketahui bahwa EVQ harus
berada di atas BEQ, jika tidak , plant tersebut tidak boleh digunakan. Perusahaan ini mungkin
ingin menerapkan aturan veto yang mencakup standars error dari estimasi Sₑ (atau standard
deviasi) berkaitan dengan distribusi probabilitas penjualan atau tingkat output.. Aturan
tersebut diintepretasikan sebagai averter’s trade off between risk and return
Operating Leverage. Perbedaan kontribusi per unit setelah terjadinya titik impas
menunjukkan sejauh mana faktor tetap disubtitusikan untuk berbagai faktor variabel dalam
proses produksi. Semakin besar substitusi atau digunakannya modal dengan teknologi yang
intensif, maka semakin besar pula leverage operasi proses produksi. Leverage operasi ini
mengacu pada sejauh mana sebuah produk yang dijual memberikan biaya tambahan dan
keuntungan pada perusahaan. Dengan fungsi biaya linear dan pendapatan, leverage operasi
ini menjadi konstan di antara rentang yang relevan ( setara dengan kontribusi per unit) tetapi
dengan fungsi biaya non linear atau total pendapatan, leverage operasi akan menjadi
bervariasi.
Analisis titik impas sangat berguna apabila penggunaannya tepat. Sangatlah penting
untuk mengetahui bahwa fungsi total pendapatan dan biaya mencerminkan perkiraan
pendapatan dan biaya yang akurat di kehidupan nyata. Asumsi biaya linear dan pendapatan
mungkin pendekatan yang dapat diterima dalam perubahan yang relatif sebatas output tetapi
dapat menjadi kurang akurat pada tingkatan output yang lebih tinggi. Yang kedua adalah
analisis titik impas harus digunakan pada incremental sense. Fungsi total biaya harus
mewakili semua biaya yang dikeluarkan. Pada perusahaan yang hanya memproduksi 1 jenis
barang saja fungsi total biaya akan mewakili seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Jika terdapat biaya implisit pada opportunity cost maka keuntungan akan menjadi 0. Begitu
pula yang terjadi pada perusahaan multiproduk.
Summary
Teori titik impas yang digunakan perusahaan ini telah membantu pimpinan
perusahaan untuk mengambil keputusan atau kebijakan dalam menentukan dasar perencanaan
laba minimum angkutan laut. Selain itu juga,analisis titik impas tersebut digunakan untuk
menghitung jumlah muatan yang harus diangkut kapal agar dalam operasional tidak
mengalami kerugian atau keuntungan.