You are on page 1of 5

Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah ISSN 1979-4959

Vol. 1, No.1, Februari 2009

Review: Model Materi Tentang Pengetahuan Satuan Sudut:


Derajat dan Radian dan Penggunaannya Dalam Memahami
Ukuran Fisik dan Jarak Benda Langit

Moedji Raharto
Program Studi Astronomi, Gd Astronomi, Lab Tek III
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganeca 10 Bandung 40132
E-mail: moedji@as.itb.ac.id

Diterima Editor : 11 Januari 2009


Diputuskan Publikasi : 31 Januari 2009

Abstrak
Satuan sudut yang umum dipergunakan adalah derajat. Ukuran itu dipergunakan untuk menyatakan pengukuran sudut
sebuah bangunan dalam bidang datar misalnya sudut – sudut yang dibentuk oleh dua sisi dalam sebuah segitiga datar,
sudut dalam bujur sangkar atau empat persegi panjang, jajaran genjang dan sebagainya. Sedangkan satuan sudut yang
lebih kecil, menit dan detik busur, mungkin hanya sering dipergunakan untuk penelitian (misalnya pengukuran gerak diri
bintang, sudut paralaks bintang dsb) atau membicarakan ukuran dan pengamatan benda langit. Satuan radian juga
merupakan bagian dari satuan sudut yang perlu diperluas contoh pemanfaatannya dalam pengajaran siswa. Pemanfaatan
konsep satuan sudut dan kaitannya untuk perhitungan jarak dan ukuran fisik benda langit serta relasinya dengan satuan
waktu dibahas dalam makalah ini.
Kata Kunci: diameter sudut, derajat, radian, detik busur, menit busur.

Abstract
The unit of angle in degree is commonly used. Degree is ussually revealed as unit on measurement of angle in a planes
geometry for example the angle between the two sides of a triangle, a square or a rectangle, a parallelogram etc. While the
smaller unit of angle such as second of arc or minute of arc may be only used in a research (for example a measurement of
propermotion of stars or parallax of stars etc) or when we are talking about angular diameter of celestial body. Radian is
also a unit of angle which should be introduced to the students through more examples on practical application. The use of
concept on the relationship between unit of angle and the distance and diameter of the celestial body as well as the
relationship with the time will be discussed in this paper.
Key words: angular diameter, degree, radian, second of arc, minute of arc.

1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita pernah sesungguhnya diameter Matahari sekitar 400 kali lebih
melihat dua benda langit yang paling terang, Matahari besar diameter Bulan, tapi Bulan sekitar 400 kali lebih
yang bundar pada langit siang dan bundar Bulan Purnama dekat ke Bumi dibandingkan dengan Matahari yang
pada suatu malam. Kesan selintas kedua benda langit, berlokasi 400 kali lebih jauh.
Matahari dan Bulan Purnama, mempunyai ukuran sama Bintang juga merupakan benda langit yang sangat
besar. Sedangkan planet terang (planet Merkurius, Venus, besar seperti Matahari, karena letaknya yang sangat jauh
Mars, Jupiter dan Saturnus) dan bintang hanya terkesan maka hanya terlihat sebagai sebuah titik cahaya. Bintang
hanya sebagai sebuah titik cahaya dengan terang yang terletak pada jarak beberapa tahun cahaya sedang
berbeda. Matahari terletak pada beberapa menit cahaya.
Kita tahu bahwa Matahari mempunyai ukuran Contoh di atas merupakan bagian dalam
yang sangat besar dibanding dengan ukuran Bulan, membangun intuisi alamiah dan rasionalitas. Jadi
kesamaan ukuran penampakan bundaran Bulan Purnama pembicaraan tentang besaran sudut tidak bisa dihindari
dan bundaran Matahari merupakan kesan pengamatan dalam mempelajari posisi benda langit dan penyelesaian
diameter sudut Matahari dan Bulan Purnama. Ukuran beberapa masalah astronomi. Pada bab berikutnya dibahas

1
JPFSM Vol. 1, No. 1, Ferbuari 2009 2

tentang aplikasi pengetahuan tentang sudut dalam merupakan sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis
astronomi. Misalnya, berapa diameter sudut Matahari, singgung pada titik dua lingkaran besar.
Bulan, dan Bintang, atau berapa tinggi Bulan pada saat
Matahari terbenam, yang semuanya diekspresikan dalam 3. Satuan Sudut: Derajat, Menit Busur, dan
besaran sudut. Detik Busur
Ukuran besar kecil sebuah sudut dinyatakan
2. Sudut Pada Bidang Datar dengan unit derajat dengan simbol (°), menit busur
Secara fisik pengertian sudut dalam pembahasan dengan simbol (') dan detik busur dengan simbol (").Pada
ini sama seperti pembicaraan sudut pada bidang datar sebuah lingkaran, pusat lingkaran merupakan vertex dan
adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dua garis garis yang dibentuk dari pusat ke setiap titik pada keliling
lurus seperti ditunjukkan pada Gbr. 1. lingkaran merupakan garis acuan dan garis terminal.
Pada lingkaran ukuran sudut satu derajat (1°)
merupakan besar sudut yang diliput oleh busur lingkaran
sebesar 1/360 kali keliling lingkaran. Sedangkan satu
menit busur (1') didefenisikan 1/60 derajat (1/60°) dan
satu detik busur (1") didefenisikan 1/3600 derajat atau
1/60 menit busur (1/60’). Jadi ukuran sudut dalam orde
menit busur maupun detik busur merupakan ukuran yang
sangat kecil bila dibanding dengan ukuran sudut yang
sering dijumpai dalam keperluan hidup sehari-hari.
Begitupula tidak mudah mengukurnya.

Gambar 1. Sudut Positif (arah berlawanan dengan putaran


jarum jam).

Sepenggal garis lurus AC dan sepenggal garis lurus AB


berpotongan di titik A. Titik A dinamakan vertex, AB sisi
acuan dan AC sisi terminal. Sudut A diukur dari arah AB
ke AC atau ditulis sebagai sudut BAC, arah putaran ke
kiri (berlawanan dengan putaran jarum jam) adalah sudut
positif dan arah putran ke kanan (searah dengan putaran
jarum jam) adalah sudut negatif.

Gambar 3. Sektor ABC, BC = l = busur lingkaran

Sudut-sudut kecil tidak mudah digambarkan,


penggambarannya hanya untuk memudahkan dalam
memahami konsep. Secara umum dapat dirumuskan
antara panjang busur, (sudut) busur dan radius lingkaran
yang melingkupinya. Seperti diilustrasikan pada Gbr. 3,
bila l adalah panjang busur pada keliling lingkaran dengan
radius R maka busur S adalah:
Gambar 2. Sudut yang dibentuk oleh perpotongan dua
busur lingkaran besar (lingkaran yang berpusat dan ( )
S = 1× 360 o / 2πR (1)
beradius sama dengan bola) pada permukaan bola.
di mana π= 3.1415927...
Apabila ada garis lengkung a dan b berpotongan di
X, perpotongan garis singgung m pada a dan garis
4. Satuan Sudut Radian (rad)
singgung l pada b di titik X dapat digunakan sebagai sisi
Ukuran sudut lainnya adalah radian (rad). Satu
acuan dan sisi terminal (Gbr. 2). Konsep sudut semacam
radian (1 rad) ekivalen dengan sudut yang dilingkup busur
ini juga perlu dikenalkan, karena akan bermanfaat dalam
lingkaran dengan panjang busur sama dengan panjang
mengenal konsep segitiga bola, atau segitiga pada
radius lingkaran R.
permukaan bola dengan syarat bahwa semua sisinya
merupakan bagian busur lingkaran besar dan sudut bola
JPFSM Vol. 1, No. 1, Ferbuari 2009 3

Hubungan antara derajat dan radian sebagai kecepatan jarum. Jarum penunjuk selang waktu satu jam
berikut. 1 rad = (R/2πR) x 360° atau p rad = 180°. 1 rad = untuk waktu sideris dan waktu matahari akan berbeda.
(1/π) × 180° = 57°,2957795 = 57°17'44",806. 1° = (p/180) Putaran jarum jam sideris sedikit lebih cepat dibanding
rad = (3,1415927/180) rad = 0,0174532925 rad. dengan putaran jarum jam matahari. Namun pembagian
Hubungan Derajat (°), menit busur (‘), detik busur unitnya bisa sama misalnya 1 hari sideris terdiri dari 24
(“) dan Radian (rad) sebagai berikut. 1° = 60’ = 60 x 60”, jam sideris, 1 jam sideris = 60 menit sideris, 1 menit
180° = 180 × 3600”, 1” = (1/60)’ = ( 1/3600)°, 180° = π sideris = 60 detik sideris begitu pula 1 hari Matahari = 24
rad. 1 rad = (180 × 60)’/π = (180 x 3600)”/π ≅ 206265”. jam Matahari rata-rata, 1 jam Matahari rata-rata = 60
1” = (1/206265) rad, 1 milidetik busur = 0”.001 = 10-3“, 1 menit Matahari Rata-rata dst.
mikro detik busur = 0”.000 001 = 10-6“, dan 1 nano detik Hubungan antara unit sudut dan unit waktu dalam
busur = 0”.000 000 001 = 10-9”. keperluan astronomi didefinisikan sebagai berikut. 24
Perhitungan sudut radian memerlukan perhitungan jam = 360°, 1 jam = (360°/24) = 15°. 1 menit = (1/60)
dengan angka yang rumit dan bisa dalam satuan yang jam = (15°× (1/60)) = 0°,25 = 0°,25 × 60’ = 15’ (15
sangat kecil, oleh karena itu diperlukan alat bantu menit busur). 1 detik = (1/3600) jam = (15°/3600 ) =
kalkulator atau mesin hitung yang cermat sekali. Menilik 4°,166666 × 10-3 = (15 × 3600”)/3600 = 15" (15 detik
dari kecermatan yang diperlukan dalam perhitungan sudut busur).
kecil tersebut maka latihan soal sangat dianjurkan
menggunakan kalculator atau mesin hitung yang Derajat - Jam
mempunyai kecermatan yang tinggi hingga 9 digit Contoh konversi dari derajat ke jam sebagai
dibelakang koma untuk menghindari kesalahan berikut. 1° = (24 jam)/360 = 0,06667 jam = 0,06667 × 60
pembulatan oleh mesin hitung, terutama kalau menit = 4 menit. 1' (1 menit busur) = (24 jam)/(360 × 60)
memperhitungkan sudut yang sangat kecil (menit atau = 1,111 × 10-3 jam = 1,111 × 10-3 × 3600 detik (waktu) =
detik busur). 4 detik . 1" (1 detik busur) = (24 jam)/(360 × 60 × 60) =
Berikut ini adalah beberapa contoh konversi sudut. 1,85185 × 10-5 jam = 0,066667 detik (waktu).
(a) ¼ × (36°25’24”) = ¼ × (36°+(25°/60) +
(24°/3600)) = ¼ × 36°,423333 = 9°,10583333. (b) ¼ × 6. Diameter Sudut
(36° 25’ 24”) = ¼ × (36 x 60’ + 25’ + (24’/60) ) = ¼ × Pada pertengahan bulan Hijriah, tanggal 13, 14
(2160’ + 25’ + 0’.4) = 546’,35. (c) ¼ × (36° 25’ 24”) = ¼ atau 15, Bulan terbit di ufuq Timur beberapa saat setelah
× (36 × 3600” + 25 × 60” +24”) = ¼ × Matahari terbenam. Perhatikan bundar Bulan Purnama di
(129600”+1500”+24”) = 32781”. langit. Apa yang dapat anda ukur dari bundaran Bulan
Purnama? Diameter bundaran Bulan di langit atau
Bilangan π (pi) dinamakan diameter sudut Bulan. Diameter sudut
Bilangan π didefenisikan sebagai keliling bundaran Bulan dinyatakan dalam satuan sudut. Berbagai
lingkaran dibagi dengan garis tengah lingkaran. Al–Kashi cara dapat anda kembangkan untuk mendapatkan data
(1436M) Matematikawan di Observatorium Ulug Beg di pengukuran diameter sudut bundaran Bulan Purnama.
Samarkand-Asia Tengah, mengembangkan teorema deret Pengukuran sederhana dapat anda pergunakan jari tangan,
binomial untuk menentukan bilangan π. Bilangan pecahan atau alat ukur sederhana lainnya atau dengan
yang akurat itu dipecahkan mirip dengan metoda dalam astrofotografi untuk mengukur diameter sudut bundaran
analisa numerik. Bilangan π dalam sistem bilangan Bulan Purnama.
pecahan sexagesimal adalah 2π = 6, 16, 59, 28, 1, 34, 51, Melalui pengamatan astronomi itu anda akan
46, 15, 50 (dinyatakan dalam sexagesimal) atau 2π = 6 + menemukan hasil pengukuran diameter bundaran Bulan
(16/60) + 59/(60)2 + 28/(60)3 + 1/(60)4 + . . . . Purnama sekitar 30 menit busur atau sekitar setengah
Penjumlahan di atas memberikan hasil 2π = derajat. Bola karang Bulan mempunyai diameter linier (2
x 1738) km, namun jarak Bulan ke Bumi setiap saat
6.2831853071795865 . . . atau π = 3,14159265358979.
berubah bisa mendekat hingga mencapai jarak 363296 km
Untuk keperluan perhitungan numerik bilangan π
atau bisa menjauh hingga mencapai jarak 405503 km.
bisa didefenisikan melalui beberapa cara. Beberapa di
Jarak rata-rata Bulan (jarak terdekat ditambah jarak
antaranya sebagai berikut. (a) π/2 = (2/1) (2/3) (4/3) (4/5) terjauh dibagi dua) sekitar 384400 km. Oleh karena itu
(6/5) (6/7) (8/7) (8/9) ……… (b) π = 3.1415927 = terdapat perubahan atau perbedaan penampakan ukuran
21.99149/7 ≈ 22/7. diameter sudut Bulan Purnama walaupun perbedaan itu
sedikit, sukar diamati dengan mata bugil manusia.
5. Konversi Besaran Sudut dan Besaran Kebanyakan khalayak melihat bundaran Bulan
Waktu Purnama sama saja. Untuk mengetahui perubahan
Jam - Derajat diameter sudut itu perlu pengamatan yang seksama.
Dalam tata koordinat astronomi satuan sudut juga Selain itu juga fenomena atmosfer yaitu fenomena
sering dipergunakan untuk menyatakan sudut jam sebuah refraksi, pembiasan cahaya benda langit oleh angkasa
benda langit. Konsep hubungan antara gerak jarum jam planit Bumi, akan menimbulkan kesan bahwa bundar
dan selang waktu yang diperlukan untuk berputar satu Bulan Purnama di dekat horizon nampak lebih besar dan
putaran masing-masing jarum jam merupakan analogi terdistorsi (tidak bundar, ada pemepatan) dibandingkan
konversi pembagian waktu melalui indikator perbedaan
JPFSM Vol. 1, No. 1, Ferbuari 2009 4

dengan bundaran Bulan Purnama saat Bulan berada di diameter sudut Bulan yang berubah juga merupakan
dekat zenit (posisi dekat atas kepala pengamat). indikator bahwa orbit Bulan mengelilingi Bumi tidak
berbentuk lingkaran.
Begitupula konsep ini dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sudut Matahari. Untuk pengamatan
Bulan lebih sederhana dibandingkan dengan pengamatan
Matahari, karena pengamatan Matahari secara langsung
tanpa penapis khusus sangat berbahaya dapat
menimbulkan cacat permanen, kebutaan pada mata.
Gambar 4. Diameter sudut θ, sebuah benda langit dengan Andaikan diameter sudut Matahari dapat diukur melalui
diameter 2R dan berjarak d dari pengamat. pemotretan Matahari kita juga akan mendapatkan bahwa
diameter sudut Matahari akan lebih besar saat Bumi
Seperti ditunjukkan Gbr. 4, secara matematis berada di titik perihelion (titik terdekat dengan Matahari)
terdapat hubungan trigonometri antara diameter linier (2 dibanding dengan diameter sudut Matahari saat Bumi
kali radius = 2 kali semidiameter) benda langit dengan berada di titik aphelion (titik terjauh dengan Matahari).
jarak dan diameter sudut sebagai berikut. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk
mengetahui tinggi bintang atau jarak sudut antara dua
2R bintang terang di langit, menaksir diameter sudut sebuah
tan θ = (2)
d meteor, diameter sudut sebuah ekor komet, perjalanan
satelit atau pesawat terbang di langit dan berbagai
dengan θ = diameter sudut, R = jari-jari atau radius linier fenomena langit lainnya.
benda langit dan d = jarak benda langit. Bila harga Contoh penggunaan konsep sudut dan diameter
diameter sudut, θ, cukup kecil (θ << ) maka menurut sudut sebagai berikut. Jarak Bumi-Matahari = 1,49597870
uraian deret Taylor dalam matematika/kalkulus tan θ = × 108 km dan diameter sudut Matahari dari planit Bumi, q
sin θ = θ. Sudut θ dinyatakan dalam radian (rad). Ingat = 0°31'59",28. Berapa diameter linier Matahari, D ? Jarak
hubungan antara sudut dan radian, yaitu π rad = 180° = Bumi-Matahari, d = 1,49597870 × 108 km. Jawabannya
180 × 60” = 180 × 60 × 60” dan π = 3.14…... Bila sebagai berikut. d = 1,49597870 × 108 km, diameter sudut
diameter linier benda langit adalah D maka D = 2R dan dinyatakan dalam derajat θ = 0°31'59",28 harus diubah ke
persamaan (2) dapat ditulis radian dengan cara mengalikan dengan faktor (π/180). D
= d×θ = [(0°31'59",28)/180] × π × d. Maka diameter
θ = D/d (3) Matahari, AB, D = 1,392000 x 106 km.
Contoh lain adalah jika kita ingin menentukan
Karena diameter linier Bulan, D, tidak berubah perbandingan diameter sudut Matahari saat Bumi di titik
atau konstan dan bila jarak Bumi-Bulan berubah dari d 1 = perihelion, θ P , dan saat Bumi di aphelion, θ A , θ A /θ P .
A 1 B, menjadi d 2 = A 2 B maka diameter sudut: Informasi yang diketahui adalah eksentrisitet orbit Bumi
mengelilingi Matahari yaitu 0.017. Jawaban dari
θ1 = D / d1 (4) persoalan ini sebagai berikut. Diameter sudut Matahari
saat di perihelion θ P = D mth /d P dan diameter sudut
θ2 = D / d2 (5) Matahari saat di aphelion θ A = D mth /d A , di mana D mth =
diameter linier Matahari, d P = jarak Bumi-Matahari saat
Bumi di perihelion dan d A = jarak Bumi-Matahari saat
Melalui persamaan (4) dan (5), dapat diturunkan
Bumi di aphelion. Tetapi θ A /θ P = (d P /d A ), d A = (1 + e),
persamaan
dan d P = (1 – e), maka θ A /θ P = (1 – e) / (1 + e) = (1 –
0.017)/ (1 + 0.017) = 0,966568338 atau sekitar 967/1000.
θ1 d1
= (6)
θ2 d2 7. Penentuan Radius Bumi
Berikut ini adalah contoh penentuan radius bumi
Bila d 1 < d 2 maka (d 2 /d 1 ) > 1 dan oleh karenanya berdasarkan pengamatan bayang-bayang di dua kota,
(θ 1 /θ 2 ) > 1 atau θ 1 > θ 2 . Bila Bulan mempunyai jarak Aswan dan Alexandria. Cara ini dilakukan oleh
lebih dekat (d 1 ) akan mempunyai diameter sudut lebih Eratosthenes (-276 − -195 SM). Pada suatu hari diketahui
besar (θ 1 ). Jadi diameter sudut Bulan merupakan bahwa ketika Matahari berada di zenit Aswan, sedangkan
indikator jauh dekatnya Bulan dari Bumi. Bundaran Bulan pada waktu bersamaan di Alexandria jarak zenit Matahari
di langit akan nampak lebih kecil saat berada di titik sekitar 7.2 derajat, informasi itu diperoleh dari bayang-
terjauh dari Bumi (Apogee) dan sebaliknya Bundaran bayang sebuah tongkat oleh cahaya Matahari. Jarak kedua
Bulan di langit akan nampak lebih besar saat berada di kota tersebut 5000 stadia.
titik terdekat dari Bumi (Perigee). Begitupula fenomena Untuk menentukan radius bumi berdasarankan
yang berkaitan dengan jarak Bumi-Bulan seperti tinggi air informasi tersebut kita anggap Bumi berbentuk bola
pasang (pasang-surut) pada masa Bulan Purnama atau sempurna. Bisa dibuat lingkaran besar melalui kedua kota,
pada Bulan Mati atau fase Bulan lainnya merupakan Alexandria dan Syene. Kedua kota tidak perlu harus
fungsi dari diameter sudut Bulan. Hasil pengamatan berada pada meridian yang sama. Jarak zenit Matahari di
JPFSM Vol. 1, No. 1, Ferbuari 2009 5

kota B (Alexandria) sebesar 7o,2 merupakan indikator


besarnya sudut θ = θ B ~ (1/25) × 0,5 lingkaran langit Ucapan Terima Kasih
atau sekitar 1/50 lingkaran ~ 7o,2. Bila R = radius Bumi, Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
keliling Bumi 2πR = 50 × 5000 stadia maka 1 stadia = Sdr. Novi Sopwan SSi atas bantuan mengedit naskah awal
185 meter (unit jarak) dan 5000 stadia = 925 km. Bila makalah ini. Sebagian materi ini pernah disampaikan pada
2πR = 46250 km dan AB = θ(rad) R dengan OA = R, θ acara Pembinaan Kompetensi Siswa yang
(rad) = (θ (o) / 180) × π, AB = 5000 stadia, R = [(AB/θ) × diselenggarakan dalam rangka kerma DIKNAS dan ITB
(180/π)] . Dibandingkan dengan penentuan modern 2πR = pada tahun 2007 dan 2008, juga pada acara pembekalan
40075 km (modern) kesalahan [(46250 – 40075) / 40075] siswa dalam rangka International Astronomical Olimpiad
= 15%. (IAO) 2008 di Trieste Italia. Penulis mengucapkan terima
kasih atas pendanaannya dan kepercayaannya dalam
8. Sudut Ruang melaksanakan program – program tersebut.
Selain definisi sudut dalam bidang, kita juga
mengenal definisi sudut dalam ruang tiga dimensi. Referensi
Gambar 5 dapat digunakan untuk memahami definisi
sudut tiga dimensi. [1] F. Ayres Jr, Schaum’s Outline Series: Theory and
Problems of Plane and Spherical Trigonometry,
New York: Mc Graw – Hill, pp 1-7 (1954).
[2] H.C. Rietz, J.F. Reilly, and R. Woods, Plane and
Spherical Trigonometry, New York: The Macmillan,
pp 124-128 (1936)
[3] W.M. Smart, Spherical Astronomy, London:
Cambridge Univ. Press, pp 195-224 (1980).
[4] F.W. Sparks, P.K. Rees, and C.S. Rees, Plane
Trigonometry, New York: Prentice – Hall, pp 12-24
(1984) .

Gambar 5. Sudut ruang ω, dilingkup oleh kerucut dengan


panjang sisi R dan luas alas A.

Sudut yang dibentuk oleh titik apex dan permukaan


yang melingkupinya. Pada sebuah bola, sudut dengan
apex di pusat bola dan dilingkupi oleh permukaan bola,
permukaan bola bisa sebuah segitiga bola atau yang
lainnya. Sudut ruang ω= (A/R2) steradian, dengan A =
luas pada permukaan bola dengan radius R. Sudut ruang
untuk seluruh permukaan bola dengan radius R adalah : ω
= Luas/ R2 = 4πR2/ R2 = 4π steradian.

9. Kesimpulan dan Saran


Pemahaman tentang sudut dan kaitannya dengan
besaran fisik benda langit telah diuraikan melalui contoh-
contoh. Penulis mengusulkan uraian pemahaman tentang
sudut tersebut dapat dikembangkan dan disesuaikan
tingkat kesulitannya dalam pengajaran siswa SLTP/MTs
atau MA/SMU dengan memberikan beragam contoh
penggunaan konsep sudut dan relasinya dengan besaran
fisik lainnya. Pemahaman ini diharapkan akan menambah
kompetensi siswa dalam pelajaran FISIKA/IPA/IPBA dan
diharapkan bisa disampaikan lebih menarik walaupun
berkaitan dengan dunia yang lebih jauh, dunia bintang,
planet, Bulan dan Matahari.

You might also like