You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan inayah bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan tugas dan karya ilmiah ini dengan baik, karya ilmiah
ini penulis beri judul “Hidup Sederhana”.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 3

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 3

B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 3

C. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………...……… 4

D. Sistematika Penulisan………………………………………………….. 4

BAB II ISI………………………………………………………………………… 5

A. Hidup sederhana salah satu ajaran Islam………………………………. 7

B. Kehidupan Rasulullah………………………………………………….. 8

C. Makan dan minum 2/3 perut………………………………………….… 9

D. Memanjakan nafsu perut dicela oleh Islam……………………………. 10

BAB III KESIMPULAN…………………………………………...……………. 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...……………...12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama Islam meletakkkan suatu tuntutan hidup dengan menggunakan jalan


tengah. Tidak boleh berlebih-lebihan (mewah) juga tidak boleh kikir. Pengambilan
jalan tengah ini, misalnya dalam makan dan minum sangat sesuai dengan peraturan ini
kesehatan. Berlebih lebihan dalam makan dan minuman apalagi minuman keras bukan
sekedar merusak kesehatan akan tetapi membuka malapetaka dan ini termasuk
perbuatan setan .

Demikian dalam hal berpakaian atau perhiasan, kalau sudah berlebihan, tentu
bukan tidak hanya serasi malah menjadi norak dilihatnya bahakan bisa jadi
mengundang orang untuk mrenertawakannya.

Tak kalah pentingnya pula kesederhanaan dalam berbicara dan bertindak harus
kita jaga, jangan membuat orang mendengar dan memperhatikan kita tak simpati
sehingga timbul rasa tidak suka kepada kita, kalau sudah tidak suka, berarti akan
dekat dengan permusuhan .

Juga jangan boros atau berlebih-lebihan dzalam berbnelanja untuk membeli


makanan atau pakaian, karena akan mendatangkan kerugian dan akhirnya akan
menimbulkan hutang yang banyak. Oleh karena itu manusia harus berusaha supaya
jangan besar pasak dartipada tiang. hindarkan peribahasa “ gali lobang tutup lobang”.
sebab akan menjerat kita kepada serba kekurangan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari latar belakang diatas, kami mencoba merumuskan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana hidup sederhana dalam ajaran Islam?


2. Bagaimanakah kehidupan Rasulullah
3. Kenapa makan dan minum 2/3 perut ?
4. Bagaimanakah orang yang memanjakan nafsu perutnya ?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Sebagian manfaat dan tujuan yang kami utarakan dari pengkajian maklah ini
adalah :

1. mengingatkan kembali kepada seluruh mahasiswa peserta diskusi, akan


arti penting hidup sederhana, agar dapat melaksanakan perintah Allah
SWT untuk tidak hidup berlebihan.
2. memaparkan tentang kehidupan Rasulullah SAW yang merupakan
sosok pribadi yang sederhana dan suri teladan yang sudah seharusnya
kita selaku umatnya untuk mencontohnya.
3. memaparkan tentang bahaya banyak makan yang dibenci oleh Allah,
dan dapat menyebabkan beberapa penyakit.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I terdiri dari pendahuluan, yang pertama kami menguraikan terlebih


dahulu latar belakang dari masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, dengan
menguraikan beberapa masalah yang mendaari perlunya kami mengkaji aspek hidup
sederhana. Selanjutnya kami uraikan beberapa rumusan masalah untuk mempermudah
membahas makalah yang akan kami sajikan. Dan terakhir dalam kami akan
menguraikan beberapa tujuan dan sistematika dari penulisan makalah ini.

Bab II terdiri dari isi makalah yang berisi rumusan masalah yang telah kami
sebutkan sebelumnya. Yaitu tentang hidup sederhana dalam ajaran islam, Selanjutnya
kehidupan nabi kita Muhammad SAW,makan dan minum 2/3 perut, dan yang terakhir
yaitu orang yang memanjakan nafsu perutnya. Dala bagian ini kami menguraikan
secara lengkap dengan mengemukakan beberapa pendapat yang bersumber pada Al-
Quran dan Sunah Rasulullah SAW.

Bab III terdiri dari kesimpulan makalah, yang mengemukakan ringkasan makalah
serta beberapa pendapat kami atas materi yang kami bahas dalam makalah ini.
BAB II

A. Hidup Sederhana Salah Satu Ajaran Islam

Salah satu karakter Mukmin yang ditinggalkan kaum Muslimin hari ini adalah
zuhud. Seiring berpacunya waktu, orang berlomba-lomba meraih harta dan kekayaan
sebanyak-banyaknya. Kebahagian hidup hakiki telah digantikan oleh bilangan materi.
Mereka umumnya mencari kekayaan demi menaikkan status sosial semata.
Akibatnya, konsep hidup yang telah tergambar jelas dalam Islam yaitu hidup untuk
beribadah. Beribadah berarti melakukan amal shalih. Salah satu amal shalih adalah
memberikan sebagian rezeki kita untuk mereka yang berhak.

Ibnul Qayyim dalam bukunya Al-Fawaa’id menerangkan bahwa zuhud berarti


meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat demi kepentingan akhirat. Lebih jauh,
dalam kitab Thariiqul-Hijratain, Ibnul Qayyim membagi zuhud menjadi tiga bagian:
pertama, zuhud hukumnya wajib atas setiap Muslim. Yakni, zuhud terhadap hal-hal
yang haram. Kedua, zuhud yang dianjurkan (mustahab). Untuk kategori ini tergantung
pada tingkatan-tingkatannya. Zuhud dalam hal yang makruh, mubah, hal yang
berlebih dan melakukan anekaragam syahwat yang mubah. Ketiga, zuhud bagi
mereka yang benar-benar tekun dalam melakukan ibadah pada Allah.

Kalau kita lihat definisi Ibnul Qayyim, jelas bahwa konsep zuhud bukan berarti
meninggalkan dunia sepenuhnya. Zuhud bukan berarti meninggalkan berbagai
kesibukan dunia dan menjerembabkan diri dalam kemiskinan. Itu sama saja dengan
menambah beban umat.

Lihat saja kehidupan para sahabat di masa Rasulullah saw. Walau terkenal
zuhud, mereka tidak pernah meninggalkan fitrahnya sebagai manusia yang punya
banyak kebutuhan. Karena itu tetap berusaha demi kebahagiaan hidup di dunia.

Kebahagiaan hidup dalam dunia adalah bekal untuk mengantarkan kehidupan


terbaik di akhirat. Salah satu ciri hidup bahagia bagi seorang Mukmin dijelaskan
Allah SWT dalam firman-Nya. “Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (QS al-
Mukminun: 4)
Bagi seorang Muslim dapat menunaikan zakat adalah kebahagiaan tersendiri.
Karena makna terdalam dari ibadah tersebut adalah sebagai Muslim kita dapat
mengangkat derajat orang lain yang membutuhkan uluran bantuan. Dan agar dapat
berzakat, jelas butuh harta yang lebih.

Bagi mereka yang tekun dalam melakukan pendekatan diri kepada Allah,
Ibnul Qayyim membagi dalam dua golongan: kelompok pertama adalah yang zuhud
di dunia secara keseluruhan, tanpa melepaskan dunia secara keseluruhan lalu duduk
berdiam diri. Agar dapat zuhud adalah mengeluarkan yang dihasilkan dari dunia, dan
tidak membiarkannya mengendap dalam hati. Umar bin Abdul Aziz adalah contoh
yang tepat. Meski seorang khalifah dan sebelumnya seorang hartawan, toh harta tidak
mengendalikan dirinya. Justru sebaliknya, memicunya untuk makin zuhud.

Kelompok kedua adalah zuhud terhadap diri sendiri. Ini zuhud yang paling
berat dan sulit dilakukan. Agar dapat hidup sederhana, pengetahuan dan pemahaman
kita terhadap kehidupan dunia harus dibangun terlebih dulu.

Firman Allah, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu


hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu,” (QS al-
Hadid:20).

Zuhud dapat dimulai dari hidup sederhana. Bersikap sederhana terhadap harta
akan membantu kita untuk menjauhi sifat kikir. Sebab dunia hanya ada dalam
genggaman, tidak hidup dan menetap dalam hati. Kekikiran hanya akan
mendatangkan ketamakan, serta menjadikan hidup dalam keluh kesah
berkepanjangan. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kabaikan ia
amat kikir,” (QS al-Ma’aarij: 19-21).
Abu Ad-Darda’ meriwayatkan sabda Rasulullah saw, “Matahari tidak terbit
melainkan di dua sisinya ada dua malaikat yang berseru dan diperdengarkan kepada
semua penghuni bumi kecuali jin dan manusia, ‘Wahai manusia, marilah kepada Rabb
kalian, sesungguhnya yang sedikit dan mencukupi itu lebih baik dari pada yang
banyak dan melalaikan’. Dan, tidaklah matahari terbenam, melainkan diutus dua
malaikat di dua sisinya, yang berseru dan diperdengarkan kepada semua penghuni
bumi kecuali jin dan manusia, ‘Ya Allah, berikanlah pengganti bagi orang yang
mengeluarkan nafkah, dan berikanlah kerugian bagi orang yang kikir.”

Hidup sederhana, mencerminkan kerendahan hati. Kerendahan hati akan


menghantarkan kebahagiaan. Di Hari Perhitungan kelak, seorang Mukmin akan
ditanya tentang hartanya dari dua sisi: dari mana diperoleh lalu bagaimana
dibelanjakan.

Kebahagiaan hakiki bukanlah di dunia. Tak apa bersakit di dunia, jika bisa menuai
kebaikan di surga. Karena itu, jiwa, hati dan pikiran seorang Mukmin selalu bertaut
dengan akhirat, dan terus bekerja untuk menjadikan kehidupan dunianya sebagai tiket
menuju surga. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan
zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka
atau budak yang mereka miliki;

“maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang
mencari di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan
orang-orang yang menjaga shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,”
(QS al-Mukminun:1-11).
B. Kehidupan Rasulullah SAW.

Seruan hidup sederhana sangat mudah dilontarkan, namun terasa amat sulit
dilaksanakan oleh pemimpin di negara ini. Para pemimpin di negara ini belum bisa
memberikan contoh hidup sederhana di tengah kesulitan yang dialami rakyat.
Seharusnya para pemimpin itu juga menjaga perasaan sebagian besar rakyat yang
mengalami kesulitan hidup.

Orang yang sederhana dalam penampilan dan gaya hidup kesehariannya


merupakan titik tolak kesadaran tinggi hidup bersosial. Dengan demikian, sikap atau
gaya hidup berlebihan, glamor, dan sombong adalah lawan yang harus dimusnahkan
dalam sikap hidup keseharian seseorang. Karena orang yang suka berlebih-lebihan
merupakan tanda sikap individualistik, yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa
mempedulikan nasib orang lain di sekitarnya.

Gaya hidup berlebih-lebihan inilah yang sering Allah SWT kecam dalam Alquran.
Karena sikap ini adalah awal bencana dalam kehidupan sosial. Jika dalam diri
seseorang telah tertanam ambisi untuk memperkaya diri sendiri, ia akan sangat mudah
terseret untuk menghalalkan segala cara demi meraih apa yang ia cita-citakan. Dan ini
sangat berbahaya bagi kehidupan sosial.

Dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar. Orang akan makin asyik
dengan perilaku negatif yang dilakukannya. Akhirnya, jika gaya hidup berlebih-
lebihan terus dipupuk, lambat laun ia akan menjadi budaya yang berakar kuat dan
sulit dicerabut.Rasulullah SAW adalah satu teladan mulia yang memperlihatkan sikap
sederhana.

Meskipun beliau memiliki kedudukan terpandang di masyarakat Arab kala itu,


beliau sama sekali tidak berobsesi dan berkeinginan untuk memamerkan
kedudukannya. Rumah beliau sangat sederhana, alas tidur pun hanya pelepah daun
kurma yang membekas di pipi beliau setiap kali bangun tidur. Sikap hidup sederhana
ini pulalah yang dibudayakan oleh para khalifah sepeninggal Nabi SAW.
“Bahwa sesungguhnya pada pribadi kehidupan Rasululah SAW adalah contoh
teladan yang baik bagimu, bagi orang mengharap kerelaan Allah dan keselamatan
hari akhirat.”(Al-Ahzab:21).

Lantas bagaimana dengan para pemimpin kita yang Muslim. Kebanyakan


mereka mengaku sahabat orang kecil (miskin), mau membantu dan mengangkat
derajat kehidupan rakyat kebanyakan. Jumlah harta mereka, kalau kita baca, dengar
dan lihat di berbagai media massa, semuanya dalam bilangan milyar.

Namun adakah di antara mereka yang mau mengeluarkan milyaran rupiah


tersebut untuk kepentingan fakir. Seperti Khalifah Umar bin Khaththab yang
memanggul sekarung gandum untuk rakyatnya yang sangat membutuhkan. Ia memilih
hidup dalam sebuah gubuk, sebagai penguasa yang memiliki kekuasaan besar.

C. Makan / minum 2/3 perut

Akibat buruk orang yang tidak seimbang dalam makan minumnya akan menimpa
tubuh dan badan orang tersebut. Seorang muslim dalam makan dan minumnya
dituntut untuk melaksanakan aturan yang telah Allah tentukan.

Pertama : tidak boleh berlebih-lebihan.

.‫ والتسرفوا‬Q‫كلوا واشربوا‬

“ Makan, minumlah, dan jangan berlebih-lebihan”.

Kedua : tidak boleh makan dan minum sesuatu yang membahayakan dirinya, apalagi
yang haram.

Ketiga : hendaklah makan dan minum dengan seimbang.


Rasulullah SAW bersabda :

‫معت‬QQ‫ال س‬QQ‫ه ق‬QQ‫ي هللا عن‬QQ‫ديكرب رض‬QQ‫دار بن مع‬QQ‫ة المق‬QQ‫عن أبي كريم‬
‫را من‬QQ‫اء ش‬QQ‫ا مال ادمي وع‬QQ‫ م‬: ‫ول‬QQ‫رسول هللا صلي هللا عليه وسلم يق‬
‫ فثلث‬,‫ة‬QQ‫ان ال محال‬QQ‫إن ك‬QQ‫ ف‬,‫لبه‬QQ‫ات يقمن ص‬QQ‫بطنه بحسب ابن ادم لقيم‬
.‫ و ثلث لشرابه وثلث لنفسه‬,‫لطعامه‬

.‫رواه الترمذي وابن مجة وابن حبان‬

“ tidaklah seorang anak Adam dapat memenuhi suatu wadah dengan


kejelekan kecuali perutnya. Cukuplah bagi anak Adam suapan makanan yang
memuat tulang punggungnya tegak. Jika tidak dapat mengalahkan nafsunya maka
sebaiknya dia mengisi sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minimnya, dan
sepertiga untuk nafasnya”.(HSR Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Arti dari makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya yaitu


makanan dan minuman yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh kita,
seperti mengandung protein dan vitamin. Hal ini menuntut kita untuk menyeleksi
jenis makanan yang dibutuhkan. Disamping itu, perlu diperhatikan juga makanan dan
minuman yang harganya lumrah dan terjangkau oleh daya beli kita, tetapi layak untuk
dimakan dan tidak membahayakan kita, baik dalam urusan ukhrowi maupun duniawi.

Keempat : jangan sampai menampakkan kegemukan (sehingga terlihat lipatan-


lipatan lemak pada tubuhnya). Rasulullah saw pernah mengecam satu generasi dalam
sebuah haditsnya :

“ akan muncul diantara mereka orang-orang yang gendut karena banyak makan”.
(HR Imam Ahmad dan Bukhori)
D. Memanjakan nafsu perut dicela oleh Islam.

Dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda :

.‫ “ثالثة يبغضهم هللا تعال من غير جرم االكول والبخيل والمتكبر‬: ‫أنه قال‬-‫وعن النبي عليه الصالة والسالم‬

“ tiga golongan manusia yang sangat dibenci Allah Ta’ala tanpa berbuat dosa, yaitu

orang yang banyak makan, orang bakhil (kikir), dan orang sombong”.

Adapun cara mengurangi makan adalah dengan merenungkan manfaat dan


pentingnya makan sedikit yaitu: menjaga kesehatan tubuh, dapat memelihara diri
(menghindari) barang yang haram dan sifat tamak.. Selain itu janganlah makan
bersama-sama orang yang lapar, kecuali bila ada maksud yang baik, misalnya makan
yang banyak agar kuat dalam berpuasa, shalat dan amal-amal yang lain.
BAB III

KESIMPULAN

Nilai hidup sederhana adalah nilai hidup yang menganggap bahwa kebutuhan
hidup anda dapat terpenuhi dengan pemenuh kebutuhan hidup yang “standar”. Yang
dimaksud standar di sini adalah yang layak dengan mengenyampingkan prestise.

Langkah yang kedua yang harus anda lakukan adalah membuat nilai hidup
sederhana yang telah tertanam dalam hati anda menjadi suatu sikap yang anda anut.
Sikap adalah suatu reaksi spontan diri kita apabila kita dihadapkan pada suatu kondisi
atau suatu situasi. Tanda yang dapat anda rasakan apabila nilai hidup sederhana sudah
menjadi sikap hidup anda adalah apabila anda merasakan ada yang salah apabila anda
melihat pemborosan, ketidakefisienan dan hal-hal lain yang bertentangan dengan nilai
hidup sederhana

.Langkah terakhir yang harus anda lakukan adalah membuat sikap hidup
sederhana menjadi perilaku anda sehari-hari. Jika sikap hidup sederhana sudah
menjadi perilaku anda sehari hari maka lama kelamaan hidup sederhana akan menjadi
budaya hidup anda.
DAFTAR PUSTAKA

Bandi, Kusyana, Drs.(1995) “Qur’an Hadis”.Bandung : CV Armico.

Rahman, Fadli. (2005) “Zuhud”, Rubrik : sabili . dicetak dari majalah sabili
edisi 24 tahun XII.

Al-Zarnuji, Syekh. (1422 H) “Ta’limul Muta’allim”.Bandung : Husaini.

You might also like