Professional Documents
Culture Documents
Pengertian :
Kata strategi berasal dari Yunani, yaitu Stratogos atau strategis yang berarti Jendral,
jadi strategi adalah Seni Para Jendral. Maka strategi kalau diartikan dari sudut militer
adalah Cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang
agar musuh dapat dikalahkan.(H.Djaslim Saladin, 2001, 1)
Selanjutnya dia mengambil dari William F.Glueck dan Lawarence Jauch;
Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi
Veithzal Rivai (2005, 81, 82);
Strategi, yaitu usaha disusun sebagai penuntun untuk membnatu perusahaan agar
mampu memikirkan dan mengarahkan pada masalah-masalah yang menuntut
perubahan dan memberikan kesempatan untuk mengatur perubahan-perubahan tersebut
secara efektif.
Strategi SDM merupakan rencana kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan SDM
secara keseluruhan demi perubahan yang diharapkan oleh perusahaan .
Strategi SDM merupakan bagian dari strategi bisnis, tetapi pada kenyataannya rencana
SDM dikembangkan secara terpisah.
Misi (Mission) banyaknya batasan sasaran yang akan dicapai. Misi merupakan tugas
dan prinsip pokok dalam mewujudkan visi. (hal. 30); Misi mengidentifikasikan rencana
tujuan atau arah perusahaan. Misi dapat mengidntifikasi apakah keunikan karakter
perusahaan.
Tujuan (Objectives) yang lebih spesifik ingin dicapai. Secara ideal berarti kita harus
mencari suatu kepastian akhir.
William F.Glueck, tujuan adalah hasil akhir yang dicari atau dicapai organisasi dengan
kemampuan dan aktivitas-aktivitasnya.
Philip Kotler dan Paul N. Bloom, tujuan adalah sesuatu sasaran organisasi yang dibuat
khusus sehubungan dengan besarnya waktu dan siap bertanggung jawab.
Gregory G.Dess dan Alex Miller, tujuan adalah suatu perusahaan yang lebih spesifik
. Tujuan membuat misi lebih konkrit .
Sasaran (hal. 35), yaitu hasil khusus yang ingin dicapai, dan petunjuk mengembangk
kan kegiatan dari masing-masing bagian..
Henry Simamora (1997, 40)
Tujuan adalah pernyataan spesifik (yang dibuat oleh manajemen, seperti tujuan
Departemen SDM adalah meningkatkan kepuasan kerja karyawan dengan kesempatan
promosi ).
Selanjutnya (hal. 50-53);
Tujuan adalah standar-standar terhadapnya tindakan-tindakan dievaluasi
Terdapat 4 tujuan MSDM, yaitu ;
1.Tujuan kemasyarakatan / sosial
2. Tujuan organisasional
3. Tujuan fungsional
4. Tujuan pribadi
Tujuan sosial, yaitu dimaksudkan agar organisasi bertangggung jawab secara sosial dan
etis terhaap kebutuhan dan tantangan dari masyarakat seraya meminimalkan dampak
negatif tuntutan sedemikian itu terhadap organisasi.
Tujuan organisaional, adalah sasarn (target) formal organisasi yang dibuat untuk
membantu organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
Tujuan fungsional, merupakan tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen
SDM pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Tujuan pribadi adalah tujuan pribadi dari setiap anggota organisasi yang hendak dicapai
melalui aktivitasnya di dalam organisasi.
Sasaran MSDM
Sasaran merupakan titik puncak dan tindakan-tindakan apa yang dievaluasi.
Empat sasaran yang relatif umum bagi MSDM dan membuat sebuah kerangka masalah
yang sering ditemui dalam perusahaan, yaitu (hal. 9-10) :
Sasaran Perusahaan, untuk mengenali MSDM dalam rangka memberikan kontribusi
atas efektifitas perusahaan.
Sasaran fungsional, untuk mempertahankan kontribusi Departemen SDM pada level
yang cocok bagi berbagai kebutuhan perusahaan.
Sasaran Sosial, untuk selalu tanggap secara etis maupun sosial terhadap berbagai
kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan terus meminimalkan dampak negatif atas
tuntutan terhadap perusahaan .
Sasaran pribadi karyawan, untuk membantu para karyawan mencapai tujuan pribandi
mereka, dapat meningkatkan kontribusi individu atas perusahaan
Menurut Gregory G.Dess dan Alex Miller (Djaslim Saladin, 2001, 2-4), strategi dibagi
dalam 2 bentuk, yaitu :
1. Strategi yang dikehendaki (intendded Strategic), terdiri dari 3 elemen, yaitu
sasaran (goals), kebijakan (policies) dan rencana (plans).
Sasaran (goals) ;apa yang ingin dicapai organisasi / perusahaan.Sasaran mempunyai
arti yang luas dan sempit.
Contoh : Setiap orang secara pribadi ingin mencapai kebahagian dalam hidup ini.
Inilah yang merupakan suatu sasaran yang luas.
Untuk mencapai kebahagiaan itu diperlukan waktu , energik, dan sumberdaya
lainnya. Inilah yang dimaksud dengan sasaran dalam arti yang sempit.
Selanjutnya Dess membagi hirarki menjadi 3 tingkatan, yaitu visi, misi, tujuan.
Kebijakan (policies): merupakan garis pedoman untuk bertindak, bagaimana
sebuah organisasi mencapai sasaran –sasaran tersebut .
Rencana (plans) : suatu pernyataan dari tindakan seseorang manajer sebuah
organisasi terhadap apa yang diharapkan akan terjadi.
2. Strategi yang direalisasikan (realized strategic) : merupakan apa yang dicapai
atau apa yang telah terwujudkan.
Strategi yang original itu sering mengalami perubahan dalam keseluruhan
implementasinya , sesuai dngan peluang dan ancaman yang dihadapi. Strategi yang
sebenarnya terwujudkan selalu lebih banyak atau sedikit dari pada strategi yang
dikehendaki.
Misal bagian Pemasaran ingin meningkatkan penjualan masa kini yang melampaui
masa sebelumnya, maka Manajer Pemasaran dapat melakukan strategi pengembangan
pasar (market development strategy).Upaya ini harus dilakukan secara terintegrasi
(integrated marketing).
Strategi tingkat perusahaan,
Perumusan strategi terlebih dahulu manajemen puncak menganalisis dan diagnosis
lingkungan eksternal, yaitu bagaimana peluang dan ancaman (ETOP) serta lingkungan
internasional (SAP) yaitu bagaimana kekuatan dan kelemahan perusahaan. Eksekutif
puncak dapat melakukan kerja sama memprluas usahanya termasuk penambahan
perusahaan , melalui diversifikasi, yaitu suatu proses dengan penekanan di pusatkan
pada kepentingan pelanggan dan keuntungan kompetitif ke dalam bisnis unit baru.
ETOP : Enfiromental Threat and Opportunity Profile.
SAP : Strategic Advantage Profile.
Strategi tingkat internasional,
Dalam era globalisasi, maka perusahaan yang bersifat global harus mengintegrasikan
rumusan strategi di luar lingkup nasional, yaitu berusha memanfaatkan dan memperkuat
unit-unit bisnis ke seluruh dunia, dengan menggunakan strategi global.
Beberapa perbedaan dalam bersaing secara internasional dibandingkan bersaing secara
nasional biasanya ditekankan dalam mengembangkan strategi bersaing internasional,
yautu :
Pertama adanya faktor peluang berada disetiap negara.
Kedua, adanya situasi yang berlainan di pasar luar negeri.
Ketiga , peran yang berbeda dari pemerintah negara lain.
Keempat, perbedaan dalam tujuan, sumber daya dankemampuan untuk mengamati
perubahan-prubahan pesaing asing.
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, yang mendekati kebenaran adalah cara
pendekatan yang pertama (rasional analisis), karena disini banyak pertimbangan yang
diambil dan juga memperhatikan akibatnya.
Namun demikian pengambilan keputusan yang efektif adalah memadukan pendekatan
rasional dan intuitif untuk membuat keputusan yang kompleks dan tidak terstruktur dan
juga mempertimbangkan kelayakan politis dari keputusan itu.
Ada 3 macam teknik untuk mengambil suatu keputusan baru, yaitu : ( Djaslim,01,15 )
1. Teknik dialektika , yaitu suatu proses untuk menyelediki data secara rasional
berdaskan anggapan yang mungkin dipegang berbagai unsur intern maupun
eskstern yang penting bagi organisasi. Teknik ini mengakui arti penting dari
kepastian yang relatif dari perkiraan tentang unsur pokok untuk mengetahui
bagaimana data itu disesuaikan.
2. Teknik saat, yaitu teknik yang menghendaki hirarki, sistem yang akan
dijelaskan, lalu meneliti serangkaian saran dan perkiraan pada hirarki tersebut.
Selanjutnya diselesaikan secara matematika.
3. Teknik pengaruh, yaitu menggambarkan dalam diagram yang memperhatikan
hubungan antara berbagai faktor
Selanjutnya Thomas W dan David LJ menggambarkan proses keputusan strategi
tsb secara visual, sbb. : ( Lihat halaman berikut )
Mengevaluasi
Formulasi Strategi arah penilaian
pekerjaan
Menguji dan
mengevaluasi
arah :
- misi/
utusan
- objekti
f
- strategi
Menilai
Menganalisa manajer Menganalisa
lingkungan luar strategi : lingkungan
- bagi dalam
an direktur
- pimp
inan
puncak
Menilai dan
meninjau
kembali
kebutuhan :
- tujua
n
- obje
Menggerakkan,
mengevaluasi,
memilih
alternative yang
terbaik
Dari ketiga model Proses Manajemen Strategi diatas dapat disimpulkan, bahwa proses
Manajemen Strategi dari William F.Glueck dan Thomas Wheelen, hampir proses sama,
sedangkan model Gregory G.Dess agak berbeda dimana pada tahap ketiga , yaitu
pelaksanaan sudah termasuk proses pengendalian (control)dan evaluasi, sedangkan
tahap keempat merupakan analisis kasus.
Disamping itu Gregory G.Dess juga memasukkan masalah etika yang tidak di
gambarkan oleh William F. dan Thomas W., walaupun sebenarnya ada uraiannya.
Lingkungan eksternal dan lingkungan internal , kedua-duanya dominan dalam berusaha
dan bersaing secara sukses.
Apabila suatu perusahaan dapat mencocokkan sumber daya dengan peluang lingkungan
eksternalnya, atupun mampu untuk mengurangi atau menghilangkan dampak ancaman,
maka perusahaan tersebut dikatakan telah mencapai kelayakan strategis (strategic fit).
Model Manajemen Strategi dengan SBU Majemuk dan SBU Tunggal : ( hal. 9-11) :
Strategic Business Unit (SBU) atau unit bisnis strategis adalah divisi operasi perusahaan
yang melayani produk yang berbeda dengan pasar tertentu atau sekelompok konsumen
khusus ataupun daerah tertentu. SBU diberi hak untuk menentukan keputusan strategis
mereka sendiri sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan perusahaan.
Manajemen Madya
dan Pengawasan
Manajemen
Puncak SBU
Kebijakan Kebijakan Kebijakan
SBU 1 SBU 2 SBU 3
Manajemen Madya
dan Pengawasan
Pada Model Strategi dengan SBU Majemuk, adanya tingkat strategi perusahaan, unit
bisnis strategis, dan bagian-bagian atau unit-unit keahlian yang dibawahi oleh masing-
masing SBU (lihat gambar). Ada tiga SBU membawahi unit-unit /. Bagian-bagian yang
dipimpin oleh seorang Manajer atau Manajemen Madya dan Pengawasan.
Setiap SBU menetapkan strateginya sendiri-sendiri, tetapi tetap berpedoman pada
strategi induk pada perusahaan dengan SBU majemuk ini, strateginya memusatkan diri
pada portofolio SBU yang dikehendaki oleh perusahaan dalam mencapai tujuan.
1. Harapan Masyarakat;
a. Harapan pemegang saham
b. Harapan pelanggan
c. Harapan pemasok
d. Harapan kreditur
e. Komunitas
2. Harapan Perusahaan;
a. Harapan manajemen puncak
b. Harapan manajemen lain
c. Harapan karyawan.
3. Data Dasar;
a. Prestasi masa lalu
b. Situasi saat ini
c. Peramalan.
4. Analisis SWOT;
a. Kekuatan perusahaan ( Strength )
b. Kelemahan perusahaan ( Weakness )
c. Peluang lingkungan ( Opportunity )
d. Ancaman lingkungan ( Treatment )
Menurut Michael A.Hit;R.Duane Ireland dan Robert E.Horkisson, ada beberapa
kelompok pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu organisasi : ( Djaslim,25-27 )
1. Berkepentingan dengan pasar modal;
a. Pemegang saham
b. Pemasok modal besar ( perbankan )
2. Berkepentingan dengan pasar produk;
a. Konsumen primer
b. Pemasok
c. Pemerintah
d. Serikat Kerja
3. Berkepentingan dengan masalah organisasi;
a. Pekerja
b. Manajer
c. Non manajer
Fungsi Tujuan :
a. Sebagai landasan operasional bagi kegiatan perusahaan
b. Sebagai tolok ukur dalam menilai keberhasilan strategi perusahaan
Kegunaan Tujuan
a. Bagi perusahaan
- Membantu penilaian keberhasilan
- Membantu koordinasi dan pembuatan keputusan
- Membantu perumusan dan implementasi strategi
- Membantu memotivasi pelaksanaan strategi untuk kerja keras
b. Bagi pemerintah, konsumen, dan masyarakat
Mengetahui secara jelas aktivitas perusahaan, khususnya dalam
memperkenalkan produk baru atau jasa
Perubahan Tujuan :
Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tujuan :
a. Karena permintaan grup koalisi
b. Karena keinginan manajer tertentu atau eksekutif puncak
c. Karena krisis yang dialami perusahaan
d. Perubahan daur hidup produk.
) kepada mereka agar perusahaan mampu merespons perubahan tuntutan pasar secara
efektif. Dengan demikian MSDM melalui peran manajer SDM,manajer lini, dan para
profesional SDM ,harus mampu memprsiapkan ,mengelola dan mempertahankan SDM
yang dimiliki kemampuan dan komitmen yang tinggi agar mereka mampu memberikan
kontribusi secara optimal terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Semua faktor keunggulan bersaing seperti desain produk,teknologi dan organisasi pada
akhirnya bertumpu pada dukungan SDM.
Ini artinya keberhasilan perusahaan tidak hanya dicapai melalui faktor-faktor
keunggulan yang bersifat economic values,seperti kekuatan aktiva tetap dan modal kerja
saja, tetapi juga ditentukan oleh keunggulan kompetitif karyawan sebagai human
capital.
Ad 1. Kondisi yang pertama, mendorong perusahaan untuk selalu melihat kekuatan dan
kelemahan faktor-faktor internal perusahaan seperti faktor kultur dan faktor SDM yang
dimiliki
Ad 2. Kondisi kedua, seperti apa perusahaan yang akan datang ,akan mendorong
perusahaan menjalankan bisnisnya berdasarkan misi yang jelas.
Ad 3. Kondisi ketiga menunjukkan posisi pasar eksternal,akan memberi inspirasi bagi
perusahaan untuk menawarkan dan meningkatkan terus menerus kualitas produk yang
sesuai dengan kebutuhan pasar.
Jembatan kesimbangan tiga kondisi tersebut,adalah kekuatan SDM sebagai elemen
kunci dalam keberhasilan perusahaan menjalankan misinya.
Peran MSDM
Peran MSDM dalam membangun kemampuan organisasi dan mempertahan keunggulan
kompetitif melalui faktor manusia dalam organisasi,terwujud dalam tiga cara :
1. Melaui Proses Implementasi Strategi
2. Menjadi Bagian dari kesatuan Strategik
3. Berperan Dalam Menghadapi Perubahan
Ad. 1 Melalui Implementasi Strategi;
Strategi bisnis seringkali mengalami kegagalan dalam implementasinya,disebabkan
ketidak mampuan para tim manajemen pelaksana menerjemahkan Strategi bisnisnya ke
dalam perilaku praktek. Kegagalan bisa juga dari ketidak samaan interpretasi tentang
visi dan misi organisasi. Penting bagi manajemen menginformasikan dan membahas
secara intensif tentang visi dan misi organisasi kepada semua level pengambilan
keputusan dan karyawan hingga diperoleh pengertian yang sama.
Ad. 2 Menjadi Bagian Dari Kesatuan Strategik :
Manajemen dalam fungsinya membangun kemampuan organisasi dan mempertahankan
keunggulan kompetitif dengan membangun kesatuan stratgik organisasi.
Kesatuan strategik ini ada bila semua karyawan pada berbagai level dan departemen
memiliki kontribusi dan komitmen yang sama terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Ad. 3 Berperan Menghadapi Perubahan ;
Organisasi selalu menghadapi perubahan lingkungan yang seringkali tidak dapat
diduga. Organisasi harus mampu mengadopsi perubahan itu. SDM dalam organisasi
harus terlibat dalam pengelolaan perubahan itu dan kapasitas untuk mengelola
perubahan itu bisa ditingkatkan dengan cara menjalankan praktek-praktek MSDM
secara tepat.
Konsep keunggulan kompetitif yang meletakkan SDM sebagai elemen kunci harus
dipahami dalam konteks kinerja organisasi. Dalam konteks peningkatan kinerja
organisasi ( produktivitas, kualitas, dan profit ) dipengaruhi oleh :
a. Tingkat keterlibatan dan komitmen orang-orang terhadap tugasnya, ini
akan mendorong mereka bekerja lebih giat
b. Praktek-praktek MSDM dalam meningkatkan keahlian,kompetensi, dan
fasilitas bagi upaya orang-orang untuk menerapkan kebijakan dan energi
bagi peningkatan kinerja organisasi, akan membuat SDM bekerja lebih
cepat ( smarter ).
c. Kebijakan dan komitmen manajemen untuk meletakkan orang pada
posisi tanggung jawab yang lebih besar dalam organisasi , akan
mendorong peningkatan motivasi karyawan.
Perhatian terhadap ketiga faktor tersebut dalam praktek seringkali terabaikan oleh sikap
dan gaya kepemimpinan dalam organisasi. Faktor kepemimpinan sangat menentukan
dalam upaya organisasi mendorong keterlibatan karyawan dalam proses manajemen
,pembentukan komitmen dan pemberdayaan.
Pelanggan ( Custumers )
Manajer
Puncak
Dalam konteks strategi keunggulan kompetitif terpusat pada orang, model ini lebih tepat
digunakan untuk menggambarkan arti penting peran karyawan lini bawah ( bottom-
line ), karena desain organisasi seperti ini meletakkan peran pra pekerja lapangan
( operating workers ) atau disebut Front Liner, dalam barisan terdepan dalam proses
pelayanan customers.
Melalui piramida ini dijelaskan manajer dan supervisor memberikan dorongan kepada
Front Liner untuk menjalankan tanggung jawab pelayanan kepada customers.
Manajer Puncak memberikan dorongan kepada manajer dan supervisor dengan
menetapkan arah dan tujuan organisasi yang harus dicapai.
Model Piramida Terbalik ini menjelaskan konsep kepemimpinan dalam kultur inovatif
dan cara baru melihat organisasi. Tantangan yang timbul dari desain organisasi seperti
ini,adalah sejauh mana kapasitas kemampuan yang dimiliki individu untuk mengemban
tanggung jawab yang demikian besar. Sukses atau tidak organisasi tergantung sejauh
mana Front Liner berhasil menghantarkan produk dan nilai-nilai tertentu ke customers.
Konsep kepemimpinan piramida terbalik dalam perspektif perilaku organisasi dikenal
dengan nama Konsep Superleadership yang meletakkan bawahan sebagai ujung tombak
dan kepada bawahan diberikan otonomi yang lebih luas agar mereka lebih responsif dan
efektif bergerak mencapai target yang telah ditetapkan. Sedangkan Top Manajer sebagai
fasilitator. Kepemimpinan dalam model ini akan berhasil bila syarat yang fundamental
terpenuhi,yaitu kepercayaan ( trust ), memberikan keprcayaan tanpa
keraguan.Kosekwensinya manajemen harus membekali bawahan dengan berbagai
kemampuan manajerial yang mengarah pada kemampuan mandiri.
Konsep pembentukan karyawan mandiri ini disebut Ulrich sebagai Human Resource
Champions ( SDM Unggul ) ,yaitu yang dapat diandalkan sebagai modal intelektual
yang menjadi asset yang bernilai bagi perusahaan dan menjadi bagian penting dalam
peningkatan profitabilitas perusahaan perusahaan.
Ad. 2 KEMAMPUAN
Kemampuan manajemen mendesain ,mengintegrasikan,dan mengoperasikan elemen-
elemen organisasi dengan dukungan seluruh karyawan menentukan efektivitas
organisasi. Kemampuan teknologi yang dimiliki dan fleksibilitas keuangan organisasi
dipadukan dengan kemampuan organisasi melakukan proses reenginering,penerapan
Total Quality Management ( TQM ) dan membangun kepercayaan timbal balik ( mutual
trust ) antara manajer dan karyawan non manajer, merupakan prasyarat bagi
keberhasilan organisasi menghadapi tantangan persaingan. Ulrich,menambahkan bahwa
keunggulan kompetitif yang diperoleh dari kemampuan organisasi memerlukan orang
yang sharemindset,yaitu cara berfikir yang rasional tentang tujuan dan cara
mencapainya, dan kepemimpinan pada setiap level dengan visi yang jelas.
Ad. 3 KULTUR
Dimensi kultur sangat penting bagi efektivitas organisasi. Kultur organisasi yang
terbentuk melalui interaksi antara perilaku karyawan yang dipengaruhi oleh nilai-
nilai,kepercayaan dan sikap ( attitude ) yang melekat pada individu dipadukan dengan
kultur korporat yang ideal yang diinginkan oleh organisasi merupakan salah satu
sumber keunggulan kompetitif yang penting.
Kultur organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang harus selalu menjadi pegangan
karyawan dalam organisasi untk memahami tindakan yang mana yang dipertimbangkan
untuk diterima dan yang tidak diterima ( Moorhead dan Gfiffin ).
Contoh;
Sukses dalam kegiatan bisnis seperti yang terjadi pada masyarakat pengusaha di Jepang
diyakini disebabkan nilai-nilai fundamental yang selalu dipertahankan oleh mereka.
Jepang mengembangkan kultur organisasi yang bersumber pada kultur nasional yang
menjunjung loyalitas pada satu majikan atau pemilik.
Implementasi dalam praktek bisnis,melalui kultur yang terbentuk dalam organisasi
muncul sikap berupa komitmen yang kuat dari para karyawan terhadap perusahaan.
Komitmen ini dibangun melalui pembentukan nilai-nilai seperti menghargai orang
lain,kerja keras, solidaritas sosial yang tinggi mempengaruhi perilaku dalam organisasi.
Harrison mengaitkan kultur dengan disain organisasi, mengemukakan 4 ( empat ) tipe
kultur organisasi, yaitu :
1. Kultur Kekuasaan ( power culture )
2. Kultur Peran ( role culture )
3. Kuktur Dukungan ( support culture )
4. Kultur Prestasi ( achievement culture )
Kulktur Kekuasaan menunjukkan perilaku organisasi yang bersumber pada senioritas
dan kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang dalam organisasi. Pendekatan top
down lebih dominana daripada pendekatan bottom up.
Kultur Peran,meletakkan perhatian terhadap prosedur birokrasi yang tertumpu pada
aturan, peraturan-peraturan ( regulations ) sebagai cara untuk menjaga kesetabilan
organisasi.
Kultur Dukungan,menciptakan integrasi dan kontribusi dalam organisasi sehingga rasa
kebersamaan, saling menolong lebih menonjol dalam kegiatan organisasi.
Kultur Prestasi merupakan iklim kerja yang menciptakan peluang berprestasi bagi
karyawan. Perusahaan yang berorientasi pada kepentingan pasar memrlukan kultur
dukungan dan kultur prestasi sebagai cara meningkatkan motivasi dan komitmen kary.
Ad 4. SDM;
Hampir semua pakar SDM mengandalkan optimalisasi penggunaan SDM sebagai kunci
keunggulan kompetitif bagi organisasi, yaitu membentuk kompetensi dan komitmen
karyawan baik secara individu atau kelompok guna memenuhi kebutuhan organisasi
dan
Mengintegrasikan kompetensi tersebut ke dalam proses bisnis dan sistem manajemen.
Praktek MSDM harus mampu membentuk kualitas kemampuan dan komitmen SDM
yang sesuai dengan karakteristik perusahaan melalui pendekatan lunak dan keras.
Pendekatan Lunak ;
Ada dua pendekatan besar yang bisa digunakan dalam praktek MSDM untuk
menciptakan kemampuan dan keahlian spesifik dari karyawan,yaitu pendekatan lunak
dan pendekatan keras. Ini berarti untuk menggali potensi-potensi dalam diri individu,
yaitu pertama , perlu dikembangkan faktor sumber internal atau faktor “Human “ ,terdiri
dari motivasi, komunikasi, dll.
Kedua ,faktor diluar human,sperti disain jabatan, kompensasi, dan faktor infrastruktur
lainnya.
Pendekatan Lunak,mengeksplorasi sisi human dari karyawan, contoh menumbuhkan
motivasi kerja karyawan melalui berbagai cara antara lain dengan melibatkan mereka
dalam proses pengambilan keputusan dan membangun kultur organisasi yang berbasis
teamwork dankepercayaan. Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan
adalah inti dari strategi komitmen. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan kepuasan
dan komitmen karyawan terhadap hasil keputusan. Pendekatan lunak memandang
komitmen karyawan merupakan kunci penentu kinerja kompetitif.
Ada beberapa bentuk keterlibatan atau partisipasi karyawan secara formal dalam proses
manajemen dalam organisasi , yaitu :
1. Dapat dilakukan melalui strategi desain jabatan berdasarkan pendekatan
kelompok yang dikenal sebagai lingkaran kualitas ( Quality Circles – QCs ).
Melaui QCs ini,anggota kelompok melakukan diskusi tentang cara-cara
peningkatan kualitas produk atau jasa dan memberikan saran-saran kepada fihak
manajemen.
2. Melalui berbagai tingkat otonom tim-tim kerja ,dalam bentuk pengambilan
keputusan. Berdsarakan otonomi yang diberikan dalam pengambilan
keputusan,anggota tim bebas menjalankan tugas-tugasnya dan mengambil
inisiatif pemecahan masalah tanpa menunggu petunjuk atasan.
3. Partisipasi melalui pendekatan Total Quality Management ( TQM ),karyawan
terlibat dalam diskusi yang lebih bersifat strategis mengenai peningkatan
kualitas dalam semua aspek operasi perusahaan guna memenuhi kepentingan
pelanggan.
4. Melalui kerja sama antara Serikat Pekerja dengan fihak manajemen, karyawan
dapat memberikan saran terhadap berbagai hal termasuk dalam penetapan
sistem kompensasi dan hak-hak karyawan lainnya kepada manajemen.
Tujuan dari peningkatan keterlibatan karyawan secara formal seperti itu,a.l. Ramsay :
1. Meningkatkan moral kerja
2. Meningkatkan loyalitas dan komitmen
3. Meningkatkan dukungan terhadap manajemen
4. Meningkatkan kepuasan atas jabatan
5. Meningkatkan rasa kepemilikan atas perusahaan ( sense of belonging )
6. Menambah semangat kerja sama dan semangat tim ( team spirit )
Dalam praktek cukup sulit untuk mewujudkan hal tersebut,seringkali keterlibatan
karyawan dalam proses manajemen tidak optimal,sehingga tidak menciptakan kepuasan
kerja bagi mereka karena berbagai faktor.
Beberapa faktor menjadi perhatian dari ahli-ahli pengembangan SDM dalam perusahaan
berkaitan dengan karyawan sebagai sumber keunggulan daya saing adalah, perusahaan
menghadapi dilema seperti tingkat kemampuan rendah dan tidak bisa dikembangkan.
Loyalitas tanpa kontribusi yang jelas terhadap tujuan,buruknya kualitas kehidupan kerja
dalam organisasi dan terbatasnya peluang bagi karywan untuk mengaktualisasikan diri
dalam tugasnya, akan memperburuk kinerja organisasi.
Oleh sebab itu persoalan yang dihadapi manajemen dalam praktek MSDM yang efektif
adalah, bagaimana membangun :
1. Kompetensi karyawan yang relevan
2. Komitmen karyawan terhadap perusahaan
3. Kualitas kehidupan kerja.
MEMBANGUN KOMPETENSI
( Syafaruddin A, 2001, 48-53 );
Kompetensi menyangkut kewenangan setiap individu untuk melakukan tugas atau
mengambil keputusan sesuai dengan perannya dalam organisasi yang relevan dengan
keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kompetensi yang dimiliki oleh individu harus mampu mendukung pelaksanaan strategi
organisasi dan mampu mendukung setiap perubahan yang dilakukan manajemen harus
dalam tatanan kesatuan strategik,dan mendukung sistem kerja berdasarkan tim.
Membentuk dan membina kompetensi tinggi yang relevan menciptakan keunggulan
kompetitif yang khas, adalah melakukan rekrutmen, program training dan pendidikan
lanjut. Sebagai contoh McDonald’s mengutamakan pelatihan sebagai cara membangun
kompetensi karyawan melalui pelatihan, mendirikan Hamburger University tahun 1964
merupakan trainning center bagi Store Manager untuk semua restauran McDonald’s
seluruh dunia.
MEMBANGUN KOMITMEN
Komitmen diartikan sebagai sikap karyawan untuk tetap berada dalam organisasi dan
terlibat dalam upaya mencapai misi,nilai dan tujuan perusahaan.
Tingkat komitmen baik komitmen organisasi terhadap karyawan maupun sebaliknya
diperlukan karena melalui komitmen tersebut akan tercipta iklim kerja yang profesional.
Demikian pula kualitas kehidupan kerja ( QWL ) yang sehat yang merupakan
perwujudan dari komitmen organisasi terhadap karyawan,mendorong peningkatan
motivasi kerja dan komitmen dari karyawan terhadap organisasi.
Dua istilah yang sering disebut secara bergantian yaitu loyalitas dan komitmen.
Loyalitas secara sempit sering kali diartikan sebagai berapa lama karyawan bekerja
dalam perusahaan atau sejauh mana mereka tunduk pada perintah atasan tanpa melihat
kualitas kontribusinya terhadap perusahaan.
Komitmen adalah bentuk loyalitas yang lebih konkrit yang dapat dilihat sampai sejauh
mana karyawan mencurahkan perhatian , gagasan, dan tanggung jawabnya dalam upaya
perusahaan mencapai tujuannya.
Komitmen menyangkut sikap individu dan nilai-nilai yang ia berikan terhadap
organisasi.
Membangun komitmen karyawan sangat terkait dengan bagaimana komitmen
perusahaan terhadap karyawan . Keterlibatan dan artisipasi karyawan secara luas
merupakan bagian terpenting dari strategi komitmen yang tinggi dari perusahaan.
Komponen kunci dari strategi ini antara lain partisipasi, fleksibilitas karir, kompensasi
berdasarkan prestasi dan jaminan.
Kunde berpendapat bahwa komitmen yang kuat terhadap organisasi ( visi,misi,dan
tujuan perusahaan ) dapat diciptakan melalui penjelasan segala sesuatu yang telah
ditargetkan melalui produk, hubungan pelanggan dengan perusahaan, dan pendidikan
bagi karyawan.
Perusahaan-perusahaan dengan sistem franchise seperti McDonald,membangun
komitmen karyawan terhadap organisasi melalui pendidikan dan menjadikan program
pendidikan segai elemen sentral. Karyawan yang terdidik dengan baik dan akan
bertindak profesional,dan selalu bertindak berdasarkan target yang telah ditentukan
bersama yang diturunkan dari visi,misi,, dan tujuan perusahaan.
Karyawan yang memiliki kompetensi tinggi dan memiliki visi kedepan yang kuat
,berkarir dalam jangka panjang,tidak akan tertarik dengan penawaran dari luar dengan
kompensasi yang tinggi dan karir yang lebih menarik.
David Drennan, mengemuklakan 5 cara untuk membangun loyalitas atas dasar
komitmen,yaitu :
1. Menciptakan tujuan yang jelas serta komitmen untuk mewujudkannya
2. Komunikasi yang jelas
3. Melatih dan melatih ulang
4. Memberikan kepercayaan kepada karyawan
5. Berbagi keuntungan.
Hasil penelitian SWA dan AMI ( no. 16,2000 ) dari berbagai perusahaan di Indonesia
menunjukkan data tentang loyalitas dan faktor yang mempengaruhinya :
No. Faktor Pekerjaan ( Mean Score ) Persen
1 Kejujuran dalam pekerjaan 14,49
2 Perhatian dan kepedulian terhadap karyawan 13,68
3 Ada kepercayaan terhadap karyawan 13,17
4 Reputasi perusahaan 7,30
5 Memiliki pekerjaan yang jelas 7,75
6 Kepuasan dengan aktivitas sehari-hari 7,53
7 Sumber-sumber pekerjaan yang tersedia 10,34
8 Menciptakan nuansa untuk berprestasi 6,30
9 Apresiasi terhadap ide/ kontribusi karyawan 6,40
10 Komunikasi dalam perusahaan 8,90
11 Sikap perusahaan terhadap serikat kerja 4,14
TOTAL 100
MEMBANGUN QWL
Menciptakan “ kualitas kehidupan kerja “ yang kompetitif agar tingkat keterlibatan
karyawan dalam organisasi meliputi pengambilan keputusan , implementasi strategi,
kontribusi ide ke dalam proses perubahan dan sebagainya, ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan.
Kompetensi dan komitmen merupakan kombinasi yang membentuk sinergiyang tinggi
apabila didukung oleh kebijakan manajemen yang memberi peluang yang kompetitif
bagi setiap individu dalam perusahaan untuk berprestasi dan memperoleh kompensasi
yang seimbang atas prestasi yang mereka capai.
Schermerhorn,menyatakan 6 elemen yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan
QWL yang kondusif bagi karyawan,yaitu :
1. Peluang mengikuti training dan pendidikan lanjutan
2. Peluang menerapkan keahlian-keahlian baru
3. Peluang karir
4. Human relation dalam organisasi
5. Sitem kompensasi yang seimbang
6. Kebanggaan terhadap pekerjaan dan organisasi.
Membangun QWL dalam organisasi banyak tergantung pada filosofi organisasi,yaitu
apakah karyawan dianggap sebagai “ faktor produksi,sebagai asset,atau sebagai partner
strategis “
Bila dianggap sebagai faktor produksi maka nilai “ eksploitasi “ kemampuan mereka
oleh perusahaan selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai kompensasi dan
perlindungan yang mereka terima.
Jika sebagai asset atau partner strategis ,maka komitmen organisasi untuk
memperlakukan karyawan melalui pemberian kompensasi yang seimbang, jaminan karir
dan peluang untuk maju akan terbuka.
PENDEKATAN KERAS
( Syafaruddin A,2001, 54- 68 );
Dalam proses pembentukanSDM unggul melalui pendekatan keras,ada 3 faktor yang
secara signifikan saling terkait dan crusial sifatnya terutama dalam tahap attracting dan
developing,yaitu :
1. Sistem rekrut dan seleksi
2. Sistem pelatihan
3. sistem pengembangan
ad 1 Sistem rekrut dan seleksi;
Variabel individu yang penting diamati selain latar belakang keluarga, pendidikan, dan
pengalaman adalah , potensi yang dimiliki individu ( talented individual ). Kapasitas
kemampuan dan pembelajaran ( learning capacity ) yang ada pada diri calon karyawan
secara individual dan seberapa jauh kemungkinan potensi yang ada bisa dikembangkan.
Pengalaman dari CEO Perusahaan Quaker Oats,yaitu Robert Morison yaitu mantan
anggota Korps Marinir AS ( USMC – US Corps Marinir ) sangat berharga kalangan
bisnis,terutama dalam menyusun sistem rekrut dan seleleksi. Dalam tradisi USMC
,perwira yang tergolong memiliki reputasi unggul dalam pasukan dan berpengalaman
dalam berbagai pertempuran terlibat langsung dalam proses seleksi anggota baru.
Alasannya perwira yang melakukan test ,akan mengetahui dengan tepat apakah
seseorang calon cocok menjadi aanggota USMC atau tidak.
Pada prinsipnya sistem ini mengandung arti bahwa perekrutan dan seleksi dilakukan
oleh perusahaan sendiri tanpa meminta bantuan lembaga lain atau konsultan.
Utilisasi SDM
Kompetensi
Komitmen
Nilai-nilai yang
dikembangkan
Visi, misi dan tujuan perusahaan yang memiliki kompetensi dan komitmen yang tinggi.
Komitmen ini dalam perspektif ilmu perilaku, bersumber dari nilai-nilai yang
dikembangkan oleh organisasi dan merupakan dasar terbentuknya budaya kerja.
Nilai-nilai itu merupakan prinsip bisnis yang menjadi landasan kerja bagi setiap
individu. Komitmen karyawan dalam berbagai bentuk seperti commited terhadap
perubahan,integritas moral yang tinggi, pelayanan prima, mengutamakan prestasi,
merupakan sikap dalam pencapaian tujuan organisasi.
Secara tradisional, manajer perusahaan memiliki kecenderungan menilai keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan return atau laba menggunakan pendekatan ROI atau
financial performance, yang hanya memperhitungkan kontribusi modal dalam bentuk
asset dan modal kerja ( Ekonomic Capital ) . Pendekatan ini kurang fair jika tidak
memperhitungkan faktor peran SDM sebagai intelectual capital walaupun sulit diukur.
Kapasitas intelectual capital dapat dilihat dari kualitas ide, informasi, pengetahuan dan
keahlian serta komitmen yang dimiliki oleh karyawan. Apabila kompetensi yang
dimiliki oleh para karyawan itu memperoleh peluang yang besar untuk
mengaktualisasikan dan mengintegrasikan ke dalam proses manajemen, maka modal
intelektual ini diyakini akan meningkatkan kemampuan asset secara signifikan untuk
menghasilkan laba yang lebih tinggi.
Peningkatan kinerja perusahaan secara terus menerus pada akhirnya diharapkan secara
kumulatif memberikan kepuasan kepada pelanggan, karyawan, dan pemegang saham.
Interaksi faktor tersebut dan implikasinya terhadap tujuan perusahaan dijelaskan :
MODAL
EKONOMI
* Asset tetap
* Modal kerja TUJUAN
MODAL KOMITMEN • Profit
INTELEKTUAL DAN • Kepuasan
* Ide-ide KOMPETENSI Pelanggan
* Pengetahuan KARYAWAN • Kepuasan
* Keahlian pemegang saham
* Kemampuan
Konsep yang meletakkan SDM sebagai elemen kunci untuk sukses harus
mempertimbangkan faktor-faktor kombinasi yang crucial ( crucial ingredient ) dalam
organisasi,yaitu keseimbangan antara apa yang dituntut oleh organisasi terhadap para
karyawan dengan apa yang dapat diberikan oleh perusahaan terhadap karyawan.
Apa yang dituntut oleh para karyawan,yaitu, penghargaan, perlindungan, hak asasi, gaji,
lingkungan kerja, jaminan sosial, seimbang dengan kontribusi yang mereka berikan
terhadap perusahaan. Kontribusi ini dalam berbagai bentuk dapat dibedakan dalam dua
katagori,yaitu ;
Pertama,bersifat intangible adalah loyalitas dan komitmen individu yang didukung oleh
nilai-nilai yang positif bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kedua,bersifat tangible adalah perilaku kerja individu yang didukung oleh kompetensi
berupa kemampuan, keahlian, pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
EMPOWERMENT :
Kompetensi, partisipasi, komitmen tidak bermakna tanpa diikuti dengan proses
pemberdayaan ( Empowerment ).
Empowerment karyawan dalam organisasi berkaitan dengan tingkat optimalisasi
keterlibatan karyawan dalam menciptakan keberhasilan bisnis perusahaan.
Komponen dari sukses organisasi adalah kualitas keterlibatan karyawan dalam
organisasi yang berhubungan erat dengan top manajer melalui berbagai cara
memperlakukan karyawan agar mampu bekerja secara efektif.
Johnson dan Redmond menyatakan partisipasi karyawan dalam perubahan dari prosedur
adalah melibatkan perubahan dalam gaya manajemen dan kultur dalam organisasi.
Oleh sebab itu pemberdayaan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai yang berlaku dalam
organisasi.
Dengan demikian pemberdayaan tidak boleh diartikan sebagai optimalisasi kemampuan,
keahlian dan pengetahuan karyawan tanpa penghargaan berupa nilai-nilai baik finansial
maupun nonfinansial yang memberikan arti bagi kehidupan mereka di dalam dan di luar
tempat kerja.
Pemberdayaan pada dasarnya adalah seni, artinya dalam proses mendorong karyawan
untuk bekerja secara optimal, tidak cukup hanya dengan membangun kemampuan dan
memberinya peluang untuk berbuat , karena pemberdayaan juga berkaitan denga nilai.
Pemberdayaan memerlukan tingkat kejujuran, keterbukaan, dan integritas pada
manajemen puncak.
Pemberdayaan bukan saja sebagai pendelegasian tapi juga sistem nilai dalam organisasi.
Sistem nilai menurut Johnson dan Redmond lebih dari sekelompok aspirasi. Sistem
harus terintegrasi ke dalam kultur yang menjadi pandangan hidup.
Beranjak dari pandangan hidup , maka proses pemberdayaan menyangkut individu dan
organisasi secara timbal balik dengan sistem nilai sebagai jembatan.
Ivancevich dan Matteson, mengemukakan ada 3 faktor yang saling terkait dengan
pemberdayaan yang mendorong kinerja menjadi lebih tinggi, yaitu :
1. Kemauan individu untuk berbuat
2. Kapabilitas untuk berbuat
3. Peluang untuk berbuat
Ad. 1 Kemauan untuk melakukan sesuatu,termasuk kemauan untuk bekerja dan
mencapai tujuan, seharusnya timbul dari motivasi intrinsik individu itu sendiri.
keseimbangan nilai yang dikembangkan oleh organisasi.
Ad. 2 Kapabilitas individu untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam jabatan
merupakan faktor yang bisa dibangun melalui praktek-praktek SDM melalui fungsi
Departemen SDM ( DSDM ).
Ad. 3 Peluang untuk berbuat,tergantung pada fleksibilitas organisasi, menjadi
tanggung jawab manajemen untuk menciptakan peluang-peluang itu. Pada dasarnya
karyawan akan ter empower bila mereka mempunyai informasi yang benar, memahami
dengan jelas tanggung jawab dan otoritas yang dimiliki.
Pemberdayaan memerlukan proses,melalui 5 tahap ( Johnson dan Redmond,yaitu :
1. Proses desiminasi informasi ( Informing )
2. Proses konsultasi ( Consulting )
3. Proses pengumpulan ide ( Sharing )
4. Proses pendelegasian ( Delegating )
5. Proses pemberdayaan ( Empowering )
Objek dari setiap tahap pemberdayaan seperti matrik berikut ini :
Proses Pemberdayaan
Tahap Objek
Pemberian informasi Segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawab karyawan dalam hal – hal yang menentukan
seperti,informasi tentang strategi perusahaan, target yang harus
dicapai, kondisi perusahaan saat ini, problem yang dihadapi
dan perubahan yang mungkin terjdi.
Konsultasi Berbagai masalah yang dihadapi oleh karyawan dalam kaitan
tugas dan tanggung jawab yang belum dimengerti, misalnya
upah, gaji, hasil penilaian kinerja.
Sharing Share pendapat atau ide tentang hubungan antar job dan
bagaimana mengatasi problem yang terjadi dalam hubungan
tersebut, ide tentang inovasi, perubahan, share dalam
pengambilan keputusan dsb.
Pendelagasian Mendefinisikan dengan jelas tugas dan tanggung jawab,
otoritas pengambilan keputusan, peluang bagi aktualisasi diri
dalam konteks wewenang dan tanggung jawab
Empowerment Kualitas diri sebagai intelektual capital, yang memiliki
keunggulan ( Human Resource Champion ) dengan kompetisi
dan komitmen yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab.
TANTANGAN KOMPETITIF
Keberhasilan organisasi dalam memasuki persaingan pasar, dipengaruhi oleh sejauh
mana manajemen mampu mengidentifikasi berbagai bentuk tantangan. Tantangan
kompetitif yang dihadapi oleh sektor bisnis di masa yang akan datang pada akhirnya
bermuara pada kebutuhanSDM yang unggul, antara lain :
a. Efek persaingan global
b. Fluktuasi ekonomi dan politik yang tinggi
c. Penerapan teknologi dalam proses bisnis
Efek persaingan global;
Globalisasi bukanlah konsep baru tetapi globalisasi adalah kenyataan yang harus
dihadapi di mana dunia seperti tanpa batas ( borderless word ) . Arus barang, modal,
transfer teknologi, membuat persaingan antara negara menjadi bersifat radial.
Globalisasi memerlukan pasar baru, produk baru, kompetensi-komopetensi dan cara-
cara berfikir yang baru tentang bisnis, disini SDM organisasi harus memiliki
keunggulan kopetensi yang khas.
Persaingan global memberikan efek tertentu terhadap kompetensi organisasi sehingga
kemampuan organisasi merupakan tangtangan yang krusial dalam upaya memenangkan
persaingan bisnis. Dalam persaingan yang semakin tajam, perusahaan harus mampu
memilih fokus sehingga tercipta keunggulan yang spesifik .
Organisasi bisnis harus memilki kemampuan yang cepat untuk mengelola sistem dan
orang, membangun kepercayaan dan mempertahankan reputasi sehingga mampu
menyesuaikan perubahan kebutuhan pasar dan tujuan strategi organisasi.
Inovasi teknologi;
Inovasi teknologi terjadi lebih cepat daripada yang sering diperkirakan. Perubahan
teknologi telah membuat dunia menjadi sempit, persaingan pasar menjadi lebih
ketat,efisiensi menjadi unggulansehingga sistem manajemen mengalami perubahan.
Inovasi teknologi dalam proses bisnis telah memunculkan konsep baru dalam
perekonomian yang disebut new economy.,tapi masih menimbulkan perdebatan sejauh
mana bisa menggantikan konsep old economy.
Perkembangan sampai saat ini, penerapan teknologi telah menimbulkan perubahan pada
proses bisnis dari proses tatap muka ke proses sistem informasi digital.
Bisnis obat-obatan melalui apotik contohnya ,sekarang telah masuk ke jalur e-business.
Kondisi ini akan mengubah tidak hanya sistem manajemen melainkan juga budaya
perusahaan. Kunci kemenangan persaingan dalam era digital adalah penguasaan
informasi bisnis dan SDM yang mampu mendukung perubahan dan memiliki
kompetensi dan komitmen yang lebih tinggi terhadap kepentingan pelanggan.
Wind and Main, menggolongkan 4 karakter utama perusahaan yang potensial untuk
sukses menghadapi tantangan persaingan, yaitu :
1. Dinamis, 2. Responsible, 3. Efektif, 4. Integrated
Deskripsi dari masing-masing karakteristik dan hubungannya dengan perilaku dan
kemampuan SDM yang diperlukan :
Pendapat dari Wind and Mind, tentang karakteristik perusahaan yang pada abad 21 dan
dihubungkan dengan karakteristik watak dan kemampuan yang ideal dari SDM yang
bekerja pada perusahaan. Untuk mendukung karakter organisasi seperti itu , maka
karakteristik karyawan yang diperlukan sebagai sumber keunggulan bersaing adalah
karyawan yang memiliki kemampuan, keahlian dan skill yang selalu adaptif terhadap
perubahan, memiliki visi ke depan yang terintegrasi dalam visi perusahaan, mampu
bekerja dalam team work, serta siap melakukan perubahan ( ready for change ).
Rendah Tinggi
Motivasi Kerja
Pada posisi A, baik kompetensi maupun motivasi kerja individu untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya rendah.
Pada posisi B, kompetensi tinggi tetapi motivasi rendah.
Pada posisi C, sangat ideal yaitu kompetensi dan motivasi sama-sama tinggi.
Pda posisi D, motivasi tinggi tetapi kompetensi rendah.
Adalah tanggungn jawab MSDM untuk merumuskan strategi SDM yang tepat untuk
mengatasi problem SDM pada posisi A, B, dan D.
Berikut beberapa alternatif strategi yang mungkin dilakukan guna mengatasinya ;
Problem Kompetensi / Motivasi dan Strategi
Empowerment
Kompetensi dan
karakteristik
Perilaku yang
personal tertentu
diharapkan
Strategi Organisasi :
( Syafaruddin,2001,77-78 );
Strategi yang dijalankan perusahaan bermacam-macam, berdasarkan level organisasi ,
strategi yang digunakan dibedakan menjadi 3 level, yaitu :
1. Strategi korporat ( Corporate Strategy ), disusun sebagai arah jangka panjang
bagi keseluruhan perusahaan, yaitu perusahaan yang memiliki beberapa kegiatan
bisnis atau multiple products ( multi business enterprise )
2. Strategi Bisnis adalah strategi yang disusun oleh kegiatan unit bisnis dari
korporat ( single business unit ). Dalam hal perusahaan terdiri dari hanya satu
unit bisnis, maka strategi korporat sama dengan strategi bisness.
3. Sedangkan strategifungsional, adalah strategi pada level kegiatan operasional
yang spesifik seperti strategi SDM,strategi Marketing, dan sebaginya.
Guna memahami eksistensi strategi SDM dalam konteks tujuan strategis, dijelaskan
lebih dulu framework keterkaitan orang-orang dengan kebutuhan bisnis dan arah
strategi organisasi :
Visi
Misi
Proses Bisnis Sistem Manajemen
Nilai
Tujuan
Rencana Strategik
Orang-orang
Framework Keterkaitan SDM dengan Kebutuhan Bisnis
Gambar ,merupakan piramida sebagai framework yang menunjukkan faktor orang yang
berkaitan dengan bisnis yang nterdiri dari visi, misi, nilai, tujuan dan rencana strategik
organisasi, proses bisnis dan sistem manajemen. Masing-msing fktor tersbut secara
integral bersama orang-orang terkait dengan kebutuhan bisnis. Eksistensi karyawan
dalam piramida ini merupakan kekuatan sntral dalam sistem manajemen.
Berdasarkan framework tersebut dapat dijelaskan bahwa strategi SDM dijabarkan dari
rencana strategi organisasi.
Ada 2 fase proses manajemen strategi dalam kaitan dengan strategi bisnis,yaitu :
1. Formulasi strategi meliputi penilaian terhadap lingkungan dan pengembangan
strategi
2. Implementasi strategi dan evaluasi.
Secara skematis hubungan visi, misi, tujuan, strategi bisnis, strategi SDM dan nilai-
nilai,seperti dibawah ini :
Visi, Misi,
Tujuan, Nilai
SDM dengan
kemampuan, keahlian
Implementasi Praktek-praktek
dan pengetahuan yang
Strategi MSDM
dibutuhkan
Strategi-strategi SDM
Strategi SDM mendefinisikan nilai yang diciptakan ole fungsi MSDM dan menentukan
bagaimana pekerjaan yang dilakukan oleh manajer SDM bersama-sama dengan manajer
lini yang lain menambah nilai terhadap bisnis yang dijalankan.
Waterman mengakui bahwa organisasi, kultur, orang, kemampuan, merupakan sumber
keunggulan kompetitif yang penting.
Keterkaitan strategi SDM dan implikasinya pada aktivitas MSDM dan kinerja
organisasi ,seperti gambar di bawah ini :
Strategi SDM dengan dua pendekatan yang dikenal dengan “ Buy “ yaitu pendekatan
dalam penarikan yang siap pakai atau “ Make “ yaitu pendekatan yang berorientasi
pengembangan SDM yang ada, akan mempengaruhi praktek-praktek MSDM yang
spesifikmisalnya terfokus pada sistem penarikan, program pelatihan dan pengembangan
komitmen dan kompensasi.
Aktivitas seperti itu diharapkan menghasilkan sikap dan perilaku dan keahlian
konseptual,human dan teknikal yang spesifik mampu mendukung implimentasi strategi
bisnis.
Strategi bisnis sangat berfariasi sebagaimana gambar ( hal. 56 ) , tetapi disamping itu
ada beberapa strategi yang populer ,yaitu strategi ;
1. Konsentrasi ( concentrations )
2. Pertumbuhan internal ( internal growth strategies )
3. Pertumbuhan eksternal ( external growth strategies )
4. Disinvestment ( divestiture )
Strategi-strategi itu sebagimana penjelasan lebih lanjut;
Ad. 1 Strategi konsentrasi ;
Perusahaan yang menggunakan strategi konsentrasi mempunyai 3 pilihan,yaitu biaya
rendah ( low cost producer ), mempertahankan atau meningkatkan market share, dan
kombinasi dari keduanya.
Perusahaan yang menggunakan biaya rndah atau kombinasi berupaya mempertahankan
pasar dan berkompetesi dengancara meningkatkan efisiensi dengan melakukan
pengendalian biaya dan mempertahankan kualitas.
Ad. 2 Strategi pertumbuhan internal ( internal growth strategies ) ;
Memfokuskan pada inovasi, pengembangan produk, perluasan pasar atau melakukan
joint venture dengan perusahaan lain. Salah satu bentuk keinginan ini adalah persaingan
melalui diferensiasi produk, DSDM melakukan upaya terfokus pada rekrut. Kebutuhan
SDM profesional cenderung dipenuhi dengan melakukan pencarian SDM yang well
trained atau siap pakai ( buy strategy ). Pelatihan bersifat on the job. Pengembangan
karir tidak bersifat linier tetapi cebderung bersilang ( cross career path ) , sistem
penilaian kinerja biasanya berorientasi pada hasil.
Ad. 3 Strategi pertumbuhan eksternal n( external growth strategies );
Salah satu bentuknya adalah merger atau akuisisi. Implikasi strategi ini terhadap
strategi SDM adalah , manajemen mungkin malakukan pengurangan karyawan
( retenchment) atau paling tidak melakukan passive recruitment.
Dalam kondisi ini sangat mungkin terjadi penggantian ( replacement ), melalui strategi
job redesign dalam bentuk rotasi dan promosi.
Ad. 4 Disinvestment ( divestiture );
Pengurangn investasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
operasional. Investasi yang terlalu lebar ( broad investment ) yang dilakukan oleh para
konglomerat misalnya sangat rentan terhadap risiko.
Pada hakikatnya strategi SDM yang diterapkan dalam perusahaan harus mengacu
strategi pada tingkat korporat. Fokus dari strategi SDM harus konsisten dengan nfokus
dari strategi bisnis pda tingkat korporat.
Operasionalisasi Strategi :
Strategi bisnis sebelum dioperasionalkan dalam praktek-praktek organisasi untuk
mencapai tujuan bisnis strategi yang telah dirumuskan.
Strategi bisnis sebelum dioperasionalkan memerlukan konsep yang merupakan
jembatan penghubung antara strategi bisnis dengan strategi SDM. Konsep ini
dinamakan Organizational Diagnosis ( OD ). OD adalah penilaian yang sistematis dan
keterkaitan antara praktek organisasi dengan tujuan bisnis ( Ulrich ) .
Proses OD terdiri 4 tahap (Syafaruddin, 94) :
1. Mempertimbangkan strategi bisnis sebagai strategi utama, dikaitkan dengan
sistem-sistem atau pilar organisasi yang diperlukan bagi berlangsungnya strategi
secara efektif. Pada tahap ini dianalisis,kekuatan dan kelemahan organisasi.
2. Menggali dan menyusun spesifikasi kompetensi unggulan dan perilaku yg
diperlukan untuk menjalankan strategi dengan sukses.
3. Memperhitungkan aktivitas MSDM yang relevan dengan kebutuhan tsb.
4. Melakukan penilaian thd aktivitas MSDM , apakah satu sama lainsaling
mendukung dan konsisten sehingga mampu menghasilkan keahlian dan
kemampuan yg relevan dg upaya pencapaian tujuan.
Langkah-langkah tsb, secara skematis proses Diagnosis Organisasi (OD) sbb.:
Dapat dijelaskan bahwa diagnosis organisasi menyangkit empat aspek penting, yaitu
Pilar Organisasi; Karakteristik Kemampuan dan Perilaku ( Kompetensi dan Perilaku );
Fungsi MSDM (Aktivitas MSDM); Keterkaitan dan Konsistensi (Syafaruddin, 95-97) :
1. Pilar Organisasi
Organisai ditopang oleh sebuah system, system ibarat tiang penyangga atau
pilar yg menjamin organisasi. Pengoperasion organisasi melalui dukungan
system yg efektif adalah esensial bagi pencapaian organisasi.
Pilar organisasi menunjukkan luasnya alat-alat yg diperlukan bagi
keberlangsungan tujuan organisasi. Setiap pilar menunjukkan kebutuhan
organisasi untuk membuat strategi menjadi efektif., seperti berikut :
McKinsey memperkenalkan konsep “ 7 S “ sebagai pilar organisasi, yaitu :
Strategi, Struktur, Sistem, Staff, Style, Skill,dan Superordinate goals.
Ini berarti organisssi akan efektif bila ke 7 S tsb didesain dan diintegrasikan
secara harmonis sbg “arsitektur” organisasi (organizational architecture ).
( lebih jauh di kemukakan oleh Djaslim,2001, 106-107), dengan
gambar sebagai berikut : ………….gambar 28 !