Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Banjar
1 1 1 1 1 1
(1) 1, , , , , ,
2 3 4 5 6 7
1 1 1 1 1 1
(2) 1, , , , , ,
7 8 2 5 3 4
yang sama, hanya urutan peletakan unsur-unsur itu tidak sama. Dalam kasus ini :
- Rangkaian bilangan (1) merupakan banjar; sebab ada suatu pola perubahan
Dan seterusnya
- Rangkaian bilangan (2) “bukan” merupakan banjar; sebab tidak ada pola
Contoh : 1, 2, 4, 8, 16, 32
banjar, yaitu :
Contoh : 1, 3, 5, 7, 9, 11
dinyatakan sebagai :
Dn = S1 + S2 + S3 + … Sn atau
n
Dn S i
i 1
dengan :
D = deret
n = banyaknya suku
i = urutan suku, I = 1, 2, 3, …, n
S = suku
BANJAR HITUNG DAN DERET HITUNG
Banjar Hitung
Banjar hitung didefinisikan sebagai suatu banjar yang selisih antara dua
S2 – S1 = a2 – a1 =b
S3 – S2 = a3 – a2 =b
Sn – Sn-1 = an – an-1 =b
Dengan b (beda) merupakan suatu konstanta (≠0) yang nilainya dapat positif atau
negatif.
Contoh :
S2 = S1 = 10 – 5 = 5
S3 – S2 = 15 – 10 = 5
S4 – S3 = 20 – 15 = 5
S5 – S4 = 25 – 20 = 5
Jika S1, S2, S3, …, Sn merupakan suatu banjar hitung, maka berlaku :
S2 = S1 + b = S1 + (2 – 1)b
S3 = S2 + b = S1 + b + b = S1 + 2b = S1 + (3 – 1)b
S4 = S3 + b = S1 + 2b + b = S1 + 3b = S1 + (4 – 1)b
Sn = Sn-1 + b = … = S1 + (n – 1)b
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam banjar hitung berlaku:
Sn = a + (n – 1)b
Dengan :
n = nomor/urutan suku
Contoh :
1, 6, 11, 16, …
S20 = 1 + 95 = 96
Deret Hitung
Deret hitung merupakan jumlah dari seluruh suku banjar hitung. Jika S1,
S2, S3, …, Sn-1, Sn merupakan banjar hitung, maka deret dari banjar hitung tersebut
adalah :
Dn = S1 + S2 + S3 + … + Sn-1 + Sn
Pernyataan deret di atas dapat dinyatakan dalam bentuk :
Dn = Sn + (Sn – b) + … + (a + b) + a (+)
2Dn = n (a + Sn)
n
Dn = (a + Sn)
2
Jadi, kita memperoleh suatu formula untuk menghitung deret dari suatu banjar
n
Dn = (a + Sn)
2
Dengan :
Contoh :
A = 50 dan b = S2 – S1 = 45 – 50 = -5
S7 = 50 + (7 -1) (-5) = 20
Untuk menentukan deret 7 suku pertama dari banjar hitung tersebut dapat
digunakan formula:
n
Dn = (a + Sn)
2
7
D7 = (50 20) 245
2
Banjar Ukur
dua suku berurutannya sama besar. Berdasarkan definisi ini, suatu banjar:
S2 S3 S
n r
S1 S 2 S n 1
Contoh :
S2 S3 S 4 S5
2
S1 S 2 S 3 S 4
Jika S1, S2, S3, …, Sn-1, Sn merupakan suatu banjar ukur, maka :
S2 = S1 . r = S1 . r(2-1)
S3 = S2 . r = S1. r . r = S1 . r2 = S1 . r(3-1)
S4 = S3 . r = S1. r2 . r = S1 . r3 = S1 . r(4-1)
Sn = Sn-1 . r = S1 . r(n-1)
n = nomor/urutan suku
Contoh :
1, 3, 9, 27, 81, …
A = 1 dan r = 3
S9 = 1. 3(9-1) = 1 . 38 = 6561
Deret Ukur
Deret ukur merupakan jumlah dari suku-suku banjar ukur. Jika S 1, S2, S3,
…, Sn-1, Sn merupakan banjar ukur, maka deret dari banjar ukur tersebut adalah :
Dn = S1 + S2 + S3 + … + Sn-1 + Sn
Pernyataan Dn seperti di atas, dapat disajikan dalam bentuk:
(1 – r) Dn = a – a.rn
a a.r n
Dn = 1 r
a (1 r n )
Dn =
1 r
Jadi, kita memperoleh suatu formula untuk menghitung deret dari suatu banjar
a (1 r n )
Dn =
1 r
Dengan :
n = nomor/urutan suku
a = suku pertama
Contoh :
1, 2, 4, 8, 16, 32, …
maka jumlah 9 suku pertama atau deret 9 suku pertama dari banjar tersebut
adalah:
a (1 r n )
D9 =
1 r
a (1 2 9 )
D9 = = 511
1 2
Jika banjar ukur tersebut merupakan banjar ukur tak berhingga dengan
0 < r < 1, maka rn bernilai sangat kecil (mendekati 0), hal ini berarti :
a (1 0)
D = 1 r
a
D = 1 r
Contoh:
1 1
4, 2, 1, , ,…
2 4
Maka banjar tersebut merupakan banjar ukur tak berhingga dengan a = 4 dan
1
r=
2
1 1
D=4+2+1+ + +…
2 4
a
D = 1 r
4
D= 1 =8
1
2
suatu pendapat bahwa : “Penduduk, bila tak terkendali, akan bertambah menurut
banjar ukur.
Sn = a.rn-1
dengan :
berurutan
n = periode (waktu)
adalah :
Sn = a + (n – 1)b
dengan :
berurutan
n = periode (waktu)
Contoh :
Pabrik “Tahu Kuning” di Kediri pada bulan keempat memproduksi tahu sebanyak
20.000 buah, pada bulan kelima memproduksi sebanyak 22.500 buah, dan pada
bulan keenam memproduksi sebanyak 25.000 buah. Jika pabrik tahu tersebut
mempunyai pola produksi seperti pada ketiga bulan tersebut, maka kita dapat
menentukan jumlah produksi pabrik tersebut selama 1 tahun, dengan cara sebagai
berikut:
S 6 25.000
1,111
S 5 22.500
S 5 22.500
1,125
S 4 20.000
S6 S5
Karena ≠ , jelas bahwa pola produksi pabrik tersebut “bukan”
S5 S4
- Langkah kedua adalah mencari tingkat produksi pada bulan pertama dan bulan
S5 = a + 5b 22.500 = a + 5 (2.500)
Jadi, tingkat produksi bulan pertamanya = 10.000 dan tingkat produksi bulan
keduabelasnya = 37.500.
- Langkah terakhir adalah menghitung jumlah produksi selama satu tahun (12
bulan), yang tidak lain merupakan deret dari banjar hitung dengan n = 12
tersebut.
12
D12 = (10.000 + 37.500) = 6 (47.500) = 285.000
2
S=P+I
Contoh :
Jika kita meminjam dengan pokok pinjaman sebesar Rp. 1.000.000,00 dan bunga
yang harus kita bayar atas pinjaman tersebut sebesar Rp. 100.000,00 maka total
S = P+I
yaitu :
pendek. Dalam sistem ini, bunga hanya diperhitungkan atas pokok pinjaman saja.
sebagai :
I = P . i. t
Dengan demikian, total pinjaman yang harus dibayar oleh debitur adalah :
S = P+I
S = P + P . i. t
S = P (I + i.t)
Contoh :
Satya meminjam ke Koperasi Boss untuk menambah modal usahanya sebesar Rp.
tingkat bunga sebesar 20% per tahun. Dari pernyataan di atas, maka secara
I = P . i. t
9
Dengan t = 9 bulan = tahun
12
9
I = 5.000.000 x 0,2 x = 750.000
12
S=P+I
Jadi, jumlah yang harus dibayar Satya untuk melunasi pinjamannya pada
awal bulan ke-10 (setelah meminjam selama sembilan bulan) adalah Rp.
5.750.000,00.
Ad. 2 Sistem Bunga Majemuk
Dalam sistem bunga majemuk ini bunga diperhitungkan selain atas dasar
pokok pinjaman juga atas dasar bunga yang dihasilkan pada setiap periode yang
sudah berjalan.
Sehingga besarnya pokok simpanan dan bunga yang akhir tahun pertama
adalah :
S1 = P + I
S1 = P + P . i = P (1 + i)
simpanannya itu, maka bunga dan pokok simpanan pada akhir tahun pertama itu
dapat dipandang sebagai pokok simpanan baru pada awal tahun kedua. Sehingga
pada akhir tahun kedua, bunga yang dihasilkan oleh pokok simpanan itu adalah :
I2 = S 1 . i
I2 = P (1 + i) (i)
Jumlah simpanan keseluruhan (pokok + bunga) pada akhir tahun kedua menjadi:
S 2 = S 1 + I2
S2 = P (1 + i) + P (1 + i) (i)
S2 = P (1 + i) (1 + i) = P (1 + i)2
S3 = P (1 + i)3
S4 = P (1 + i)4
- Akhir tahun ke-t = St
St = P (1 + i)t
didasarkan atas sistem bunga majemuk, yang timbul dari pokok simpanan /
St = P (1 + i)t
Contoh:
Budi menyimpan uangnya pada sebuah koperasi simpan pinjam dengan sistem
bunga majemuk yang memberlakukan tingkat bunga 25% per tahun. Jika
besarnya uang yang disimpan Budi pada awal tahun pertama adalah Rp.
10.000.000,00 maka jumlah uang Budi pada akhir tahun kelima dapat dihitung
sebagai:
St = P (1 + i)t S5 = P (1 + i)5
Jadi, jumlah simpanan Budi pada akhir tahun kelima adalah Rp. 30.516.334,00
Perhitungan Nilai Sekarang
Nilai sekarang (present value) lahir karena adanya “nilai waktu” dari suatu
uang. Ilustrasi yang dapat menjelaskan keberadaan “nilai waktu” dari suatu uang
Jika ditinjau dari nominal yang diterima oleh kedua orang tersebut, terlihat
bahwa keduanya menerima uang dengan nominal yang sama, yaitu Rp.
Sekarang kita misalkan Shinta menyimpan uang yang baru diterimanya tersebut
ke sebuah bank dengan tingkat bunga majemuk sebesar 15% per tahun, maka
setelah 3 tahun (bertepatan dengan saat penerimaan uang Mega) uang Shinta
Jika pada saat Mega menerima uangnya (tiga tahun setelah Shinta
Dari uraian di atas, jelas bahwa sejumlah tertentu uang yang diterima pada
masa sekarang “lebih berarti” (mempunyai nilai real yang lebih tinggi) daripada
Ft
P
(1 i ) t
dengan:
P = nilai sekarang
t = periode (tahun)
Contoh:
Jika kita diminta untuk memilih dua cara penerimaan uang sebagai berikut:
(2) Menerima uang sebesar Rp. 12.000.000,00 dua tahun yang akan datang;
Maka untuk dapat melakukan pilihan secara rasional kita perlu membandingkan
nilai real atau nilai sekarang dari kedua penerimaan tersebut. Setelah itu kita pilih
Jika tingkat bunga yang berlaku sebesar 15% per tahun, maka:
Nilai sekarang dari penerimaan cara (2) dapat dicari dengan formula:
Ft
P
(1 i ) t
Rp.12.000.000,00
P = Rp. 9.073.724,00 (dibulatkan dalam rupiahan)
(1 0,15) t
Karena nilai sekarang penerimaan cara (1) lebih besar daripada nilai
sekarang penerimaan cara (2), maka sebaiknya kita memilih penerimaan dengan
1
1. Suatu banjar mempunyai suku ketiga sebesar 1, suku keempat sebesar ,
3
1
dan suku kelima sebesar . Tentukanlah :
9
Penyelesaian:
1 1
S3 = 1, S4 = , dan S5 =
3 9
1 2
S4 – S3 = -1=-
3 3
1 1 2
S5 – S4 = - =-
9 3 9
1
S5 1
9
S4 1 3
3
1
Karena S4 : S3 = S5 : S4 = atau Sn : Sn-1 = konstan maka banjar
3
b. Untuk mengetahui bentuk umum suatu suku banjar ukur, maka kita perlu
tahu :
Sn 1
r = konstan n =
S n 1 3
1 2
S3 = a.r2 1 = a. ( )
3
1
a= 1 =9
9
Sn = a . rn-1
1 n-1
Sn = 9 ( )
3
1 -2
Karena 9 = ( ) , maka
3
1 -2 1 n-1
Sn = ( ) ( )
3 3
1 n-3
Sn = ( )
3
1 n-3 1 1 1
Sn = ( ) = 9, 3, 1, , , ,…
3 3 9 27
1 1
Dn = 9, + 3 + 1 + + +…
3 9
a
Dn = 1 r
9
1
Dn = 1 1 = 13
2
3
Penyelesaian:
a = log 3
Sn = a + (n – 1)b
Dalam bentuk logaritma, suku ke-15 dari banjar tersebut adalah S15 = log
Dalam bentuk bilangan real, maka suku ke-15 dari banjar tersebut adalah:
S1 = a = log 3 = 0.4771
10
D10 = (0,4771 + 3,1861) = 5(3,6632) = 18,316
2
unit/bulan.
Tentukan :
Penyelesaian:
dan b = 100
Sn = a + (n – 1)b
n
Dn = (a + Sn)
2
12
D12 = (5.000 + 6.100) = 66.600
2
Jadi, target produksi untuk tahun yang bersangkutan adalah 66.600 unit.
St = O (1 + i)t
Dengan :
P = Rp. 1.000.000,00
t = 1 tahun = 12 bulan
maka diperoleh:
St = P (1 + i)t
Deret ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi
sebuah deret terlihat pada pola perubahan bilangan-bilangan tersebut dari satu
deret berhingga dan deret tak berhingga. Deret berhingga adalah deret yang
jumlah suku-sukunya tertentu, sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang
jumlah suku-sukunya tidak terbatas. Sedangkan dilihat dari segi pola perubahan
dan dapat dispesifikasikan, sedangkan deret yang tidak terbatas mempunyai suku-
suku yang banyaknya tidak terbatas dan tidak dapat dispesifikasikan. Suku yang
umum, yaitu suku ke-n dari suatu deret menunjukkan aturan pembentukan suku-
suku.
1 1 1 1
1+ + + + merupakan deret terbatas. Suku yang umum
2 3 4 5
1
mempunyai bentuk . Akan tetapi, kalau diteruskan secara terus-menerus
n
1 1 1 1 1 1 1
(indefinitely) 1, , , , , , , , … merupakan suatu barisan tidak
2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 1 1 1 1
terbatas (tidak terhingga) dan 1 + + + + + + + +…
2 3 4 5 6 7 8
1
n
n 1
merupakan suatu deret tidak terhingga masih dengan bentuk umum
1
.
n
Deret tidak terbatas sangat penting di dalam nilai-nilai dari banyak fungsi
dan dapat juga dipergunakan untuk mendefinisikan sejumlah fungsi yang berguna.
Ada dua persoalan yang umumnya berhubungan dengan deret tidak terbatas, yaitu
sebagai berikut:
atau divergensi suatu deret relatif mudah kalau suatu ekspresi untk Sn dapat
diperoleh.
suatu ekspresi untuk Sn tidak diketahui. Dalam hal semacam ini, tes atau uji
berikut dipergunakan.
1. Syarat yang diperlukan untuk konvergensi
Artinya, kalau suku ke-n suatu deret tidak mendekati nol ketika n → ∞, deret
bertukar atau berganti dari positif ke negatif, dari negatif ke positif. Suatu
deret yang demikian konvergen kalau lim n = 0. dan setiap suku nilainya
n
seara mutlak lebih kecil dari n → ∞ nilai suku yang mendahuluinya, yaitu
kalau
n 1 n untuk semua n = 1, 2, …
Catatan :
suatu deret bertukar-tukar yang konvergen pada setiap suku tidak melebihi
dalam nilai mutlak. Suku pertama yang dihilangkan (discarded), artinya kalau
n k 1
n k , tanda mutlak
3. Konvergensi mutlak
Suatu deret dari beberapa suku yang positif dan beberapa suku yang negatif
konvergen lainnya dari beberapa suku yang positif dan negatif dikatakan
beberapa suku yang positif dan negatif konvergen mutlak, deret tersebut
n 1 n 1
dan misalkan lim
n
, = Rho
n n
per satu dengan sautu deret yang diketahui konvergen atau divergen. Suatu
deret dengan suku positif konvergen kalau setiap sukunya sama atau lebih
besar dari suku yang sesuai dari deret yang diketahui divergen. Deret ukur
yang dibahas di atas dan “deret-p” sering kali berguna di dalam penerapan
1 1 1
1+ p + p + … + + ….
2 3 np
Deret ini konvergen kalau p > 1 dan divergen kalau p ≤ 1. Kalau p = 1, deret-
Catatan :
Oleh karena konvergensi atau divergensi dari suatu deret tidak dipengaruhi
Contoh:
1 3 5 7
2 3 4 +….
2 2 2 2
2n 1
n ( 1) n 1
2n
lim n 0
n x
2n 1 2 1
= lim lim
n x 2( 2n 1) n x 4 2
1
1 , maka deret konvergen mutlak.
2
2 3 4 5
...
3 5 7 9
n 1
n (1) n 1
2n 1
1
lim n ,
n x 2
1 1 1
1 ...
3 5 7
lim n 0
n x
konvergen.
1
n 1 2(n 1) 1
lim lim
n x n n x 1
2n 1
( 2n 1)1 / 2
= lim = -1
n
( 2n 1)
1/ 2
1 1
( )( p series, p 1) , maka deret divergen sebagai
( 2n 1)1 / 2 n
Soal-soal Latihan
1
1. (1)
n 1
n 1
n2 1
n
2. n
n 1
2
1
n
3. n2
n 1
1
4. 1 ln n
n 1
1
5. (1)
n 1
n 1
( 2n 1)
Deret Berpangkat
a
n 0
n x n , dimana koefisien a , a , a , … bebas dari x, disebut deret berpangkat
0 1 2
(power series) dalam x. Lebih umum lagi, suatu deret tidak terhingga berbentuk
b0, b1, b2, … bebas dari x, disebut deret berpangkat dalam (x-a).
semua nilai x atau hanya untuk x = 0 saja atau x = a; atau mungkin konvergen
untuk beberapa nilai x, tetapi divergen untuk lainnya. Kalau suatu deret
berpangkat konvergen untuk nilai-nilai x dalam interval –R < x < R. maka –R < x
< R merupakan interval konvergen dari deret berpangkat dan R merupakan radius
Contoh:
1 + 2x + 3x2 + 4x3 + ….
n nx n 1
n 1
L lim 1 , maka interval konvergensi adalah -1 < x < 1 dan titik
n n
n ( 1) n 1 n
n n
x x2 x3 x4
1 ....
2 (3)( 2 2 ) (5)(2 3 ) (7)( 2 4 )
( 1) n 1 x n 1
n
(2n 3)2 n 1
(2n 3) 2 n 1 2n 3 1
L lim lim
2( n 1) 3 2 4n 2
n
n
n 2
Maka, interval konvergensi -2 < x < 2 titik akhir interval harus diuji.
2 22 23 24
1 ....
2 (3)( 2 2 ) (5)(2 3 ) (7)(2 4 )
Atau
1 1 1
1+1+ + + + ….
3 5 7
1
n (hilangkan suku pertama)
2n 1
lim n 0
n
1
n 1 2( n 1) 1 2n 1
lim lim lim 1
n n n 1 n 2n 1
2n 1
2 1
n (p-series, p = 1),
2n 1 2n
Catatan :
Mengalikan suatu deret dengan suatu konstan tidak mempengaruhi
konvergensi.
2 22 23 24
1 ...,
2 (3)( 2 2 ) (5)( 2 3 ) (7)(2 4 )
Atau
1 1 1
11 ...
3 5 7
1
n ( 1) n (hilangkan suku pertam)
2n 1
lim 0
n
1 + x + 2!x2 + 3!x3 + …
n ( n 1)! x n 1
n!
L lim lim
n ( 1)! n
untuk semua x 0.
( x 1) n
n (1) n 1
n
n
M lim 1 , maka interval konvergensi adalah 0 < x < 2,
n
n 1
1 1 1
Kalau x = 0, deret adalah -1 - - - - ….
2 3 4
1
n
n
lim n 0
n
n 1
lim 1 ,
n n
1
n (p-series, p =1)
n
1 1 1
Kalau x = 2, deret adalah 1 - + - + ….
2 3 4
1
n (1) n 1
n
( x 1) n
n (1) n 1
n2
n2
M lim 1 , maka interval konvergensi adalah 0 < x <
(n 1)
n 2
1 1 1
Kalau x = 0, deret adalah -1 - - - - ….
4 9 16
1
n
n2
lim n 0
n
n 1
lim 1 , maka uji rasio gagal.
n n
1
n (p-series, p =2)
n2
1 1 1
Kalau x = 2, deret adalah -1 - - - - ….
4 9 16
1
n (1) n 1 , maka deret konvergen mutlak.
n2
3( x 2) 2 4( x 2) 3 5( x 2) 4
2( x 2) ....
2! 3! 4!
(n 1)( x 2) n
n
n!
n2
( n 1)! n2
M lim lim 0
n n 1 n ( n 1) 2
n!
Dalil Taylor
mewakili suatu fungsi x dengan suatu deret berpangkat, dalil Taylor (Taylor’s
theorem) memberikan deret berpangkat yang tepat untuk mewakili banyak fungsi.
f k (a) xa ( x a) 2 ( x a ) n .1
k 0 k!
( x a) k f (a) f ' (a)
1!
f ' ' (a)
2!
... f ( n .1)
(a)
(n 1)!
Rn
Konvergen dan mewakili fungsi f(x) untuk nilai-nilai x untuk semua turunan f(x)
yang ada dan untuk Rn → 0 ketika n → ∞. Dalam hal ini, f(x) dikatakan diperluas
Rn disebut sisa setelah n suku (remainder after n terms) dan dapat ditunjukkan
bahwa
( x a) n
Rn f (n)
( ) , dimana a ≤ ≤x.
n!
Formula ini dapat dipergunakan untuk menentukan suatu batas bagi kesalahan
yang disebabkan karena hanya menggunakan n suku pertama dari deret kalau
max a ≤ ≤x Rn diperoleh.
Catatan :
Ada beberapa suku untuk deret Taylor yang konvergen untuk nilai-nilai x untuk
sisa (remainder) yang tidak mendekati nol ketika n → ∞, untuk nilai x yang
demikian itu, deret tidak mewakili fungsi. Akan tetapi, dalam banyak hal, interval
di dalam hal untuk contoh-contoh di sini. Suatu deret Taylor untuk x = a, berguna
untuk menghitung fungsi yang diwakilinya untuk nilai x dekat a. Sama halnya,
suatu deret Maclaurin berguna untuk menghitung fungsi yang diwakilinya untuk
Suatu bukti dalil Taylor yang sangat mendalam tidak diberikan di dalam buku ini.
Perlu dicatat bahwa setiap fungsi yang dapat didefinisikan dapat diperluas dalam
suatu deret Taylor, suatu fungsi yang dapat didiferensiasikan hanya dapat suatu
jumlah yang terbatas dapat diperluas dalam suatu deret yang mempunyai sejumlah
suku yang terbatas; suatu fungsi yang dapat didiferensiasikan secara tidak terbatas
dan diperluas dalam suatu deret yang tidak terbatas. Akan tetapi, agar menjadi
valid di dalam representasi suatu fungsi, deret harus konvergen untuk nilai-nilai x
dalam range yang dikehendaki, sebagai tambahan, agar berguna untuk maksud
pembuatan perhitungan, deret harus konvergen cukup cepat, sehingga suatu
pendekatan yang cukup masuk akal dan teliti dapat diperoleh dengan
sebelum menggunakan suatu perluasan deret Taylor untuk mewakili suatu fungsi,