Professional Documents
Culture Documents
c
Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah
lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Rasio antara bakteri aerob dengan anaerob berbanding
10:1 sampai 100:1. Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang
terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucus membrane, dorsum lidah, saliva dan
mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan
limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi
nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1)
lewat penghantaran yang pathogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu
keseimbangan flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang
vital dan steril secara normal.
Infeksi odontogenik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan
flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulcus gingival, dan mukosa
mulut. Etiologi tersering adalah bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif,
dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies,
gingivitis, dan periodonititis. Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui
nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogenik.
Apabila perkembangbiakan telah terjadi maka, pada jaringan akan mengalami
berbagai macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat bahkan dapat
berakibat fatal seperti: juga
atau
Infeksi odontogenik juga sering dijumpai pada anak-anak, sehingga mengakibatkan
berbagai kerusakan yang sangat membahayakan benih gigi tetap pengganti.
?
j $ 4
% 75
j Î++',)- 30
33
65
j Î++'*)- 4
A
j c
',)- 14
Î
j c
'*)- 50
j $ 6
.
!"
.
/"0
Flora normal biasanya hidup secara komensalisme dengan host. Apabila keadaan
memungkinkan terjadinya invasi, baik oleh flora normal ataupun asing, maka dapat terjadi
perubahan hubungan menjadi parasitisme.Lingkungan biokimia jaringan setempat akan
menentukan kerentanan dan ketahanan hospes terhadap mikrorganisme. Serangan
mikroorganisme diawali dengan terjadinya luka langsung, sehingga memungkinkan
mikroorganisme melakukan invasi, mengeluarkaneksotoxin, endotoxin dengan cara autolisis
(pada dinding sel bakteri gram negatif). Sedangkan host dapat menunjukkan reaksi alergi
terhadap produk mikrobial atau kadang-kadang menimbulkan gangguan langsung terhadap
fungsi metabolisme sel oleh sel-sel hospes.
.
Respon lokal dari host adalah terjadinya peradangan. Proses ini diawali dengan
dilatasi kapiler, terkumpulnya cairan edema, penyumbatan limfatik oleh fibrin. Didukung
oleh kemotaksis maka akan terjadi fagositosis. Daerah tersebut menjadi sangat asam dan
protease selular cenderung menginduksi terjadinya lisis terhadap leukosit. Akhirnya
makrofag mononuklear timbul, memangsa debris leukositik, membuka jalan untuk pemulihan
terhadap proses infeksi dan penyembuhan.
..
Akibat perubahan jaringan yang disebabkan karena aktivitas bakteri dan pertahanan
lokal dari host serta mekanisme serupa yang bekerja secara sistemik), menimbulkan
gambaran klinis infeksi. Rasa sakit tekan, eritema dan edema mudah dikenali sebagai
manifestasi suatu peradangan. Kadang-kadang bakteri yang memproduksi gas bisa memicu
dan mendukung terjadinya respon pembengkakan. Pernanahan adalah akibat langsung dari
mekanisme lokal pertahanan virulensi bakteri.
1&$%
Infeksi odontogenik memiliki 2 sumber yaitu:
1
#
Berawal dari nekrosis pulpa yang dilanjutkan dengan invasi bakteri ke jaringan
periapikal.
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang
disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat
saprofit namun juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang memang bersifat patogen.
Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi oleh komplikasi dari pulpitis baik yang akut mapun
yang kronik yang tidak ditata laksana dengan baik dan adekuat.
v
1"
Berawal dari poket periodontal yang dalam yang memudahkan bakteri masuk ke
jaringan lunak. Ketika bakteri subgingival berkembang dan membentuk kompleks dengan
bakteri periodontal patogen yang mengekspresikan faktor virulensi, maka akan memicu
respon imun host yang secara kronis dapat menyebabkan
. Abses
periodontal dapat berasal dari eksaserbasi periodontitis kronik, defek kongenital yang dapat
memfasilitasi bakteri(
dari akar,
, dll), maupun iatrogenik karena
impaksi dari kalkulus pada epitel
selama scaling. Beberapa abses akan
invasi membentuk fistula dan menjadi kronik yang pada umumnya bersifat asimptomatik
ataupun paucisimptomatik.
32
Penderita biasanya datang dengan keluhan sulit untuk membuka mulut (trismus), tidak bisa
makan karena sulit menelan (disfagia), nafas yang pendek karena kesulitan bernafas. Penting
untuk ditanyakan riwayat sakit gigi sebelumnya, onset dari sakit gigi tersebut apakah
mendadak atau timbul lambat, durasi dari sakit gigi tersebut apakah hilang timbul atau terus-
menerus, disertai dengan demam atau tidak, apakah sudah mendapat pengobatan antibiotik
sebelumnya.
1. Rubor: permukaan kulit yang terlibat infeksi terlihat kemerahan akibat vasodilatasi,
efek dari inflamasi
2. Tumor: pembengkakan, terjadi karena akumulasi nanah atau cairan exudat
3. Calor: teraba hangat pada palpasi karena peningkatan aliran darah ke areainfeksi
4. Dolor: terasa sakit karena adanya penekanan ujung saraf sensorik oleh jaringan yang
bengkak akibat edema atau infeksi
5. Fungsiolaesa: terdapat masalah denagn proses mastikasi, trismus, disfagia, dan
gangguan pernafasan.
4 !"
#"
Merupakan infeksi orofasial yang disebakan oleh infeksi gigi. Sering dijumpai pada
anak, terutama bila karies telah mencapai pulpa non vital atau tertinggal sisa akar. Dimulai
dari karies gigi yang tidak di rawat, maka proses infeksi akan terus berlanjut mencapai pulpa
hingga mengakibatkan kematian jaringan pulpa, penyebaran dilanjutkan ke bifurkasi pada
gigi sulung atau sekitar periapikal karena akar gigi sulung mengalami resobsi yang tidak
beraturan.
Sebagian besar infeksi orofasial berasal dari odontogenik, dan bersifat self-limiting,
yang memiliki karakteristik berupa drainase spontan. Perawatan didasarkan pada dua prinsip:
eliminasi penyebab yang mendasarinya, serta drainase dan debridemen lokal. Jika infeksi
lokal tidak dirawat, infeksi akan menyebar ke bagian atas dan bawah wajah.
Prosedur dental invasif akan meningkatkan resiko bakterimia transien. Hanya sejumlah
spesies bakteri yang diimplikasikan dalam infeksi. Jika diindikasikan, antibiotik harus
diadministrasi segera sebelum melakukan prosedur dental. Jika prosedur semacam itu
dilakukan di sekitar jaringan yang terinfeksi,dibutuhkan dosis tambahan.
Beberapa penelitian telah mengevaluasi prevalensi dan perluasan bakterimia akibat berbagai
macam prosedur dental pada anak-anak.
Dalam kaitan ini, telah dibuktikan bahwa menyikat gigi menyebabkan bakterimia pada lebih
dari sepertiga anak-anak, dan pemasangan/pelepasan wedge/splint dan braket atau band
meningkatkan jumlah kasus bakterimia dalam kasus pediatrik secara bermakna.
Tingkat oral higiene sangat mempengaruhi tingkat bakterimia. Oleh karena itu, oral higiene
yang optimal merupakan faktor paling penting untuk mencegah komplikasi yang mungkin
timbul akibat bakterimiameskipun menurut beberapa penulis, dibutuhkan lebih banyak
perawatan antibiotik.
Pencabutan gigi sederhana dapat menyebabkan bakterimia pada 40-50% kasus.
Tingkat bakterimia tertinggi disebabkan oleh injeksi intraligamen dalam prosedur yang
dilakukan di bawah kondisi anestesi lokal [96,6% anak].
Trauma gigi merupakan salah satu faktor resiko infeksi rongga mulut, terutama jika
terjadi pembukaan pulpa dan/atau perubahan ruang periodontal. Kecenderungan infeksi akan
meningkat jika trauma pada jaringan keras gigi atau pendukungnya mengakibatkan luka
membran mukosa atau kulit terbuka.
Pada infeksi yang berjalan kronis akan terjadi kerusakan tulang disekitar gigi dan sangat
membahayakan benih gigi tetap pengganti. Sifat penyebar infeksi odontogen antara lain:
5+*+ !"
#"
Pada abses timbul rasa sakit karena kuman memproduksi gas H2S yang ,menekan saraf
sehingga menimbulkan rasa sakit. Pada keadaan akutmaka tidak boleh dilakukan pencabutan
gigi karena dapat terjadi septikemi, sehingga perlu dilakukan perawatan abses secara lokal
dan bila abses telah mereda baru dilakukan pencabuan gigi penyebab. Untumenghindari
rekurens
c c
.
#
j Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari
adanya kerusakan pada gigi.
j Merupakan infeksi orofasial yang disebakan oleh infeksi gigi. Sering dijumpai
pada anak, terutama bila karies telah mencapai pulpa non vital atau tertinggal
sisa akar. Dimulai dari karies gigi yang tidak di rawat, maka proses infeksi
akan terus berlanjut mencapai pulpa hingga mengakibatkan kematian jaringan
pulpa, penyebaran dilanjutkan ke bifurkasi pada gigi sulung atau sekitar
periapikal karena akar gigi sulung mengalami resobsi yang tidak beraturan.
Bila infeksi telah menyebar ke jaringan ikat maka akan terbentuk abses
dengan gejala sebagai berikut:
-Kalor, rubor, dolor, tumor, function laesa
-Malaise, nausea, muntah.
-Jumlah darah putih meningkat
-Dehidrasi akibat panas
j Pada anak sering dijumpai infeksi odontogen sebagai berikut:
1. Dento Alveolar Abses : abses menyebar ke tulang alveolar yang berasal dari
infeksi gigi
2. Gingival abses atau Gum boil : suatu pembengkakan gingival yang berasal
dari gigi atau poket gigi dengan diagnosis gigi dapat vital maupun non vital
3. Sub mukosa abses: abses yang terdapat di bawah mukosa, berasal dari gigi
atau bukan gigi
4. Sub palatal/sub lingual abses: abses yang menjara ke palatum atau lingual dan
disebabkan oleh infeksi gigi
5. Sub mandibular abses: abses yang menjalar ke region mandibular dan berasal
dari gigi