You are on page 1of 26

Mata Kuliah : FARMAKOLOGI

Koordianator M.K : Sr. Clarina Kuway JMJ.,


Kelas :A

ANTI ULK US
“ ULK US PEPTI K UM ”

Disusun oleh :
Fernando Hengkelare (09061030)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
ini dengan tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas
mata kuliah Farmakologi. Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi
dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-
teman serta bimbingan dari dosen , sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan doa.
Seperti pepatah mengatakan “Tiada gading yang tak retak” begitu pula
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman demi penyempurnaan makalah
ini.

Manado, Oktober 2010

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

LATAR BELAKANG................................................................................4

TUJUAN PENULISAN.............................................................................5

METODE PENULISAN............................................................................5

SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................6

ULKUS PEPTIKUM.................................................................................6

OBAT ANTI ULKUS...............................................................................7

CONTOH-CONTOH OBAT ANTI ULKUS.................................................8

ANTASIDA .........................................................................................18

PROSES KEPERAWATAN PADA ULKUS PEPTIKUM..............................22

BAB III PENUTUP...................................................................................25

KESIMPULAN......................................................................................25

SARAN .............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................26
BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan
untuk diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia. Menurut WHO, Obat adalah substansi yang digunakan untuk
merubah atau menyelidiki sistem fisiologi atau patologi untuk keuntungan si
penerimanya (WHO,1966). Obat dalam arti yang lebih spesifik setiap zat
kimia selain makanan yang mempunyai pengaruh terhadap atau dapat
menimbulkan efek pada organisme hidup. Meskipun obat dapat
menyembuhkan tapi banyak kejadian bahwa seseorang telah menderita akibat
keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat
sebagai obat jika obat dapat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepat.

Obat Anti Ulkus adalah obat yang digunakan untuk menetralisir atau
mengikat asam lambung atau mengurangi produksi asam lambung yang dapat
menyebabkan timbulnya tukak lambung atau sakit maag. Obat-obat ini
digunakan pada penyakit Ulkus Peptikum. Ulkus peptikum (Peptic ulcer)
atau biasa disebut dengan borok perut merupakan lubang dalam lapisan dari
lambung berupa duodenum (usus dua belas jari) atau esophagus
(kerongkongan). Borok-borok terjadi ketika lapisan organ-organ ini
dikorosikan oleh getah lambung yang asam yang disekresikan oleh sel-sel
lambung. Dalam perkembangannya bakteri bisa berubah menjadi kanker
perut. Saat ini dipercaya bahwa penyebab utama borok adalah infeksi dari
lambung oleh bakteri yang disebut Helicobacter pylori. Helicobacter pylori
adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang
kronis pada manusia. Bakteri ini bertahan hidup di tubuh manusia dengan
memanipulasi sistem sel imun yang penting.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyakit ulkus peptikum (peptic ulcer).
2. Untuk mengetahui obat-obat anti ulkus.
3. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit ulkus peptikum dengan
menggunakan obat-obatan anti ulkus dalam proses keperawatan .

METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Makalah ini adalah
metode deskriptif yaitu metode yang bersifat menggambarkan suatu keadaan
dengan objektif .
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan makalah
ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data secara: Studi
Dokumentasi (Penulis dalam menyusun makalah ini dari beberapa buku
sumber).

SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika
Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang : Ulkus Peptikum, Obat Anti Ukus,
Contoh-contoh Obat Anti Ulkus, Antasida (standar obat antasida), dan
Proses keperawatan.
BAB III : PENUTUP
Bab ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ULKUS PEPTIKUM
A.1. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk
dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus
peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal,
tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung
yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas
sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap
sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus
peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejenum (Sylvia A. Price, 2006).
Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada
mukosa, submukosa dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari
traktus gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam lambung
yang cukup mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang
terdapat pada bagian bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian
atas. Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan Ulkus Peptikum adalah
Obat Anti Ulkus.
A.2. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:

Ulkus duodenal Ulkus Lambung


Insiden Insiden
Usia 30-60 tahun Biasanya 50 tahun lebih
Pria: wanita → 3:1 Pria:wanita → 2:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus lambung
Tanda dan gejala Tanda dan gejala
Hipersekresi asam lambung Normal sampai hiposekresi asam lambung
Dapat mengalami penambahan berat badan Penurunan berat badan dapat terjadi
Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; sering Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
terbangun dari tidur antara jam 1 dan 2 pagi. makan; jarang terbangun pada malam hari;
Makan makanan menghilangkan nyeri dapat hilang dengan muntah.
Muntah tidak umum Makan makanan tidak membantu dan
Hemoragi jarang terjadi dibandingkan ulkus kadang meningkatkan nyeri.
lambung tetapi bila ada milena lebih umum Muntah umum terjadi
daripada hematemesis. Hemoragi lebih umum terjadi daripada
Lebih mungkin terjadi perforasi daripada ulkus duodenal, hematemesis lebih umum
ulkus lambung. terjadi daripada milena.
Kemungkinan Malignansi Kemungkinan malignansi
Jarang Kadang-kadang
Faktor Risiko Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjalGastritis, alkohol, merokok, NSAID, stres
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.

OBAT ANTI ULKUS


Obat Anti Ulkus adalah Obat yang digunakan untuk menetralisir atau
mengikat asam lambung atau mengurangi produksi asam lambung yang dapat
menyebabkan timbulnya tukak lambung atau sakit maag.

Terdapat enam golongan agen anti ulkus:


SARAF VAGUS
1. Penenang (trankuiliser), yang mengurangi aktivitas vagal.
2. Obat Antikolinergik, yang mengurangi asetilkolin dengan menghambat
Trankuiliser
reseptor kolinergik.
Antikolinergik
3. Antasid, yang menetralkan asam lambung.
(menurunkan asetilkolin)
4. Penghambat histamin H2, yang memblok reseptor histamin
5. Sekresi asam lambung omeprasol, yang menghambat sekresi(mengaktifkan
asam
Asetilkolin pelepasan
lambung walaupun ada pelepasan histami atau asetilkolin, dan histamin)
Penghambat histamin H2
6. Inhibitor
(menghambat pepsin
reseptor sukralfat.
histamin)

Reseptor histamin

Menekan sekresi
lambung

Antasid
(menetralkan asam Asam hidroklorida
lambung)

Penghambat pepsin Melapisi ulkus


Gambar Kerja Keenam kelompok anti ulkus.

CONTOH-CONTOH OBAT ANTI ULKUS


a. Antasida:
1. ACITRIL (Interbat)
Komposisi:
Tiap tablet/5ml suspensi:
Magnesium hidroksida 200 mg
Almunium hidroksida 200 mg
Simetikon 20 mg
Gel 200 mg
Indikasi: Tukak Peptik, hiperasiditas saluran cerna, kembung, dispepsia, gastritis.
Perhatian: Hati-hati pada kerusakan fungsi ginjal, diet rendah fosfat.
Efek samping: Gangguan saluran cerna: diare, sembelit.
Interaksi obat: Mengurangi absorpasi tetraksilin, Fe, antagonis H2, kuinidin,
warfarin.
Kemasan:
Tablet 100 tablet
Suspensi 120 ml
2. ACTAL PLUS ( Valeant/Combiphar)
Komposisi:
Almunium hidroksida 200 mg
Magnesium hidroksida 152 mg
Simetikon 25 mg
Indikasi: Tukak peptik, hiperasiditas lambung, pirosis dan “heartburn” pada
kehamilan.
Dosis:
Tukak peptik : 2-4 tablet dapat diulang sesuai kebutuhan.
Hiperaditas lambung : 1-2 tablet, ½ jam setelah makan atau sesuai kebutuhan.
Pirosis dan “heartburn” pada kehamilan : 1-2 tablet sebelum sarapan pagi dan ½
jam setelah makan atau sesuai
kebutuhan
Efek samping: sembelit, diare, pada dosis tinggi dapat menimbulkan obstruksi
usus.
Kemasan:
Tablet : 10 strip @ 10 tablet
50 strip @ 10 tablet
3. ANTASIDA DOEN (Medipharma)
Komposisi :
Tiap tablet kunyah atau tiap 5 ml suspensi mengandung :
Gel Aluminium Hidroksida kering 258,7 mg (setara dengan Aluminium
Hidroksida) 200 mg
Magnesium Hidroksida 200 mg

Indikasi :
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum dengan gejala-gejala
seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada
lambung.
Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
Dosis :
Tablet :
- Anak-anak 6-12 tahun :sehari 3-4 kali 1/2 tablet.
- Dewasa :sehari 3-4 kali 1-2 tablet. Diminum 1-2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
Syrup :
- Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 sendok teh
- Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh. Diminum 1 - 2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
Efek Samping :
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.
Kemasan :
Dus 10 strip @ 10 tablet
Botol plastik @ 1000 tablet
Botol @ 60 ml
4. ALUDONNA D (Armoxindo Farma)
Komposisi:
Tablet/5 ml suspensi:
Aluminium hidroksida 200 mg
Magnesium hidroksida 200 mg
Simetikon 20 mg
Dosis:
Tablet/suspensi: 1-2 tablet/1-2 sendok takar diantara wakatu makan dan
menjelang tidur malam.
Perhatian: insufisiensi ginjal.
Efek samping: Diare, sembelit, mual, muntah.
Interaksi obat: mempengaruhi penyerapan Fe, tetraksilin, INH, kuinidin, warfarin,
digoksin.
Kemasan:
Tablet kunyah 160 tablet
Suspensi 150 ml
5. ANTIMAAG (Pyridam)
Komposisi:
Mg-oksida 300 mg
Mg-karbonat 50 mg
Na-bikarbonat 100 mg
Ca-karbonat 150 mg
Bismuth subkarbonat 100 mg
Dosis:
Dewasa: 1-2 tablet setelah makan
Anak-anak: ½-1 tablet setelah makan
Kemasan: 10 strip @ 10 tablet
6. DEXANTA (Dexa Medica)
Komposisi:
Tablet/ 5 ml suspensi
Al-hidroksida (koloidal) 200 mg
Mg-hidroksida 200 mg
Simetikon 20 mg
Dosis: Tablet: 1-2 tablet 3 kali sehari diantara waktu makan.
Suspensi: 1-2 sendok takar 3-4 kali sehari diantara wakatu makan dan menjelang
tidur malam.
Kemasan:
Tablet 100 tablet 1000 tablet
Suspensi 100 ml 200 ml
7. DI-GEL (Schering Plough)
Komposisi:
Tablet:
Al-hidroksida – Mg karbonat
Co-dried gel 282 mg
Mg-hidroksida 85 mg
Simetikon 25 mg
Suspensi:
Al-hidroksida co-dried gel 282 mg
Mg-hidroksida 87 mg
Simetikon 25 mg
Dosis: 1-2 tablet/1-2 sendok takar setelah atau diantara awakatu makan dan
menjelang atiduar malam.
Kemasan:
Tablet 60 tablet 120 tablet
Suspensi 180 ml.
8. FARMACROL FORTE (Fahrenheit)
Komposisi:
Tablet kunyah :
Simetikon 125 mg
Mg-hidroksida 100 mg
Al-hidroksida-Mg karbonat 275 mg
Suspensi: tiap 5 ml :
Simetikon 125 mg
Mg-hidroksida 100 mg
Al-hidroksida 200 mg
Indikasi: Kembung, hiperasiditas, tukak peptik, esofagitis, gastritis.
Dosis:
Tablet:
Dewasa: 1-2 tablet
Anak- anak: ½-1 tablet
Diberikan 3-4 kali sehari, dikunyah dulu, sebaiknya 1 jam setelah makan dan
menjelang tidur malam.
Suspensi:
Dewasa: 1 sendok takar 3-4 kali sehari.
Anak-anak : ½ sendok takar 3-4 kali sehari.
Kemasan:
Tablet kunyah 10 strip @ 10 tablet
Suspensi 100 ml 200 ml.
9. MAALOX (Aventis Pharma)
Komposisi: Tablet/5 ml suspensi:
Mg hidroksida 200 mg (200 mg)
Aal hidroksida 200 mg (225 mg)
Dosis:
2-4 tablet/ sendok takar 4 kali sehari (1 jam setelah makan dan menjelang tidur
malam)
Kemasan:
Tablet 50 tablet
Suspensi 150 ml
10. MYLANTA/MYLANTA FORTE (Pfizer)
Komposisi: Tablet/ 5 ml suspensi :
Mg hidroksida 200 mg
Al hidroksida 200 mg
Simetikon 20 mg
Tiap 5 ml suspensi Forte:
Mg hidroksida 400 mg
Al hidroksida 400 mg
Simetikon 30 mg
Dosis:
Tablet suspensi: 1-2 tablet/1-2 sendok takar
Suspensi Forte: 1-2 sendok takar
Diminum 3-4 kali sehari 1 jam setelah makan dan menjelang tidur malam.
Kemasan:
Tablet : 100 tablet
Suaspensi : 150 ml 360 ml
Suspensi Forte : 150 ml.

b. Antagonis reseptor H2:


11. TAGAMET (Glaxo Smith Kline)
Komposisi: simetidin
Indikasi: Ulkus lambung/duodenum, hiperseksresi asam, PRGE.
Mekanisme kerja: Antagonis reseptor histamin H2
Efek samping: Ditoleransi baik. Diare, pusing, ruam, sakit kepala, kebinggungan
somnolen, libido menurun, impotensi, ginekomastia. Jarang
diskrasia darah, hepatotoksiatas dan toksisitas ginjal.
Kontraindikasi: Gunakan dengan hati-hati pada pasien diatas umur 50 tahun
dengan gagal ginjal atau hati.
Interaksi obat: simetidin meningkatkan kosentrasi banyak obat dalam serum
dengan menghambat enzim hati. Dapat menghambat sekresi
prokainamid dalam atau tubulus ginjal.
Kemasan:
Tablet 200 mg 50 tablet
400 mg 30 tablet
Ampul 200 mg/2 ml 10 ampul
12. ZANTAC (Glaxo Smith Kline)
Komposisi: Ranitidin HCl
Indikasi: Ulkus lambung/duodenum, hiperseksresi asam, PRGE.
Mekanisme kerja: Antagonis reseptor histamin H2
Efek samping: Serupa dengan simetidin. Mungkin gangguan SSP dan seksual
lebih sedikit daripada simetidin.
Interaksi obat: penghambat enzim metabolisme lebih sedikit dari pada simetidin.
Kemasan:
Tablet 75 mg 60 tablet
150 mg 30 tablet
300 mg 30 tablet
Sirup: 75 mg/5 ml 60 ml 100 ml
Ampul : 50 mg/2 ml 5 ampul
13. COROCYD (Coronet)
Komposisi: Famotidin
Indikasi: Pengobatan jangka pendeak tukak duodenum aktif.
Dosis:
Dewasa: 40 mg sekali sehari sehari menjelang tiduar malam hari biasanya selam 4
minggu
Dosis pemeliharaan: 20 mg sekali sehari menjelang tidur malam hari.
Perhatian: Pasien dengan kerusakan ginjal, kehamilan, lakatasi, anak-anak.
Efek samping: Sakiat kepala, pusing, sembelit, diare, nyeri-nyeri sendi,
trombositopenia, ruam kulit.
Kemasan:
Tablet (filco) 40 mg 5 strip @ 10 tablet.
14. AXID (Eli Lily)
Komposisi: Nizatidin
Dosis:
Kapsul:
• Tukak duodenum aktif: 300 mg sehari menjelang tidur malam, atau 150
mg 2 kali sehari sampai 8 minggu.
• Pemeliharaan penyembuhan tukak duodenum: 150 mg sekali sehari malam
hari menjelang tidur,
• Refluks gastro-esofagus: 150 mg 2 kali sehai, dapat sampai 300 mg 2 kali
sehari selama 12 minggu.
• Tukak lambung jinak aktif: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari
sampai 8 minggu.
Ampul:
• Infus kontinu: larutkan 300 mg dalam 150 ml cairan infus dan berikan
dengan kecepatan infus sesuai dosis 10 mg/jam.
• Infus i.v. intermiten: larutkan 100 mg dalam 50 ml cairan infus, berikan
perlahan-lahan selama 15 menit, diberikan 3 kali sehari.
Dosis maksimal: 480 mg/hari
Kontra indikasi: Riwayat hipersensitivitas terhadap antagonis reseptor H2 yang
lainya.
Perhatian: Insufiensi ginjal sedang sampai berat, kehamilan, laktasi.
Efek samping: sakit kepala, pusing, berkeringat, gatal-gatal.
Kemasan:
Kapsul 150 mg 28 kapsul
Ampul 25 mg/ml 5 ampul @ 4 ml.

c. Inhibitor sekresi Asam lambung:


15. CONTRAL (corsa)
Komposisi: omeprazol
Indikasi: ulkus duodenum, ulkus lambung, tukak peptik.
Dosis:
Ulkus duodenum: 20 mg sekali sehari selama 4 minggu.
Ulkus lambung: 20 mg sekali sehari selam 4-8 minggu
Penanganan jangka panjang: 10-20 mg sekali sehari
Perhatian: singkirkan dahulu adanya keganasan bila terdapat ulkus lambung,
Efek samping: Sakit kepala. Jarang: ruam, gatal-gatal, pusing, parestesia,
insomnia, somnolens, vertigo, diare, sembelit, nyeri perut, mual, muntah,
kembung, kenaikan enzim hati, reaksi hipersensitivitas.
Interaksi obat: Diazepam, warfarin, fenitoin, meninggikan kosentrasi
clarithromycin dalam plasma.
Kemasan:
Kapsul 20 mg 10 kapsul

d. Inhibitor pepsin:
16. BENOFAT (Bernofarm)
Komposisi: sukralfat
Indikasi: Pengobatan jangka pendek ( samapai 8 minggu) ulkus lambung,
duodenum dan gastritis kronik.
Dosis: 1 gr 3-4 kali sehari
Perhatian: Hati-hati pada kehamilan, masa laktasi, gangguan fungsi ginjal.
Efek samping: Sembelit, diare, mual, gangguan perut.
Kemasan:
Tablet 500 mg 10 strip @ 10 tablet.
17. INPEPSA (Fahrenheit)
Komposisi: sukralfat
Indikasi: ulkus lambung, duodenum, gatritis kronis.
Dosis:
Dewasa : 2 sendok takar 4 kali sehari 1 jamsebelum makan dan malam hari
menjelang tidur.
Perhatian: Hati-hati pasien dialisa, kehamilan, masa laktasi.
Efek samping: Mulut kering, sembelit.
Interaksi obat: Dapat mengurangi absorpsi simetidin, ciporofloksasin, digoksin,
ketokonazol, norfloksasin, fenition, ranitidin, tetraksiklin, dan
teofilin.
Kemasan:
Suspensi: 500 mg/5 ml 100 ml 200 ml

e. Obat analog prostaglandin:


18. CYTOTEC (Pfizer/Pharmacia)
Komposisi: Misoprostol
Indikasi: Pencegahan ulkus lambung akibat obat-obat anti inflamasi non steroid,
melindungi mukosa gastroduodenum, menghambat seksresi asam.
Dosis: 200 mcg 4 kali sehari ; bila tidak ditolerir dapat diberikan 100 mcg
Kontra indikasi: Wanita-wanita yang merencanakan kehamilan, kehamilan, masa
laktasi.
Perhatian: Keadaan penyakit dimana hipotensi dapat menyebabkan komplikasi
parah; wanita-wanita premenopouse sebaiknya mengunakan
kontrasepsi yang adekuat.
Efek samping: Gangguan saluran cerna termasuk diare, nyeri perut, keluhan
ginekologis (kram, bercak-bercak perdarahan/spotting,
menorrhagia, nyeri haid/ dysmenorrhea)
Kemasan:
Tablet 200 mcg 50 tablet
ANTASIDA
Antasida adalah obat yang bekerja lokal pada lambung untuk menetralkan
asam lambung. Karena antasida menetralkan asam lambung, maka pemberian
antasida akan meningkatkan pH lambung sehingga kemampuan proteolitik
(penguraian protein) enzim pesin (yang aktif pada pH 2) serta sifat korosf asam
dapat dimnimalkan. Peningkatan pH lebih dari 5 dapat meinmbulkan efek acid
rebound. Acid rebound adalah hipersekresi dari asam lambung untuk
mempertahankan pH lambung yang normal (3 - 4). Dilihat dari sudut efek yang
merusak dari asam dan pepsin maka pencapaian pH yang ideal adalah pH 5
dimana kapasitas proteolitik pepsin dapat dihilangkan dan efek korosif dari asam
dapat diminimalkan.
Ada bermacam-macam antasida yang beredar di pasaran, baik jenis dan
merk dagang. Antasid merupakan senyawa basa yang dapat menetralkan asam
secara kimiawi misalnya kalsium karbonat, alumunium hidroksida, magnesium
hidroksida dalam kombinasi.
Indikasi Antasida adalah pengobatan simptomatik nyeri epigastrum, nyeri
lambung dan rasa kembung yang menyertai hipersiditas lambung, gastritis, ulkus
lambung dan ulkus duodenum.
Antasida diberikan bersama simetidin atau tetrasiklin oral dapat
mempengaruhi penyerapan obat-obat tersebut. Karena itu diberikan dengan
interval 2 jam. Antasida sampai sekarang masih tetap digunakan secara luas dalam
kombinasi dengan obat-obat antiulkus karena memberikan pengurangan rasa nyeri
di ulu hati dengan cepat dan efektif walaupun bersifat sementara. Nyeri dapat
diatasi dengan meningkatkan pH isi lambung diatas 2 dan keadaan ini mudah
dapat dicapai dengan pemberian antasida, tetapi untuk menyembuhkan ulkus
diperlukan pemberian antasida yang sering dengan dosis yang mencukupi.
Pemberian dosis tinggi yang menyebabkan peningkatan pH yang tinggi
disertai acid rebound yang akan menurunkan pH kembali, sehingga diperlukan
pemberian antasida dengan interval yang makin pendek (makin sering) agar pH
tetap tinggi secara kontinue.
Dikenal 2 regimen dosis yaitu:
a. Pengobatan antasida yang intensif
Pengobatan ini bertujuan menyembuhkan ulkus, antasida
diberikan 1 dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur (dibagi dalam 7
kali pemberian).
b. Pengobatan antasida yang tidak intensif
Termasuk disini pengobatan untuk menghilangkan ras nyeri.
Untuk keperluan ini antasida cukup diminum sesuai kebutuhan. Makanan
dan minuman juga mempunyai kemmpuan untuk menetralkan asam
lambung, sehingga dikenal istilah pain food reliefe, tetapi netralusasi ini
hanya bersifat sementara, oleh karena 1 jam kemudian sekresi asam
mencapai puncaknya. Karena itu rasa nyeri akan timbul kembali,
biasanya mulai kurang lebih 90 menit setelah makan. Adanya makanan
akan memperlambat pengosongan lambung sehing daya kerja antasida
lebih panjang, yaitu sekitar 2 jam.
Pada lambung yang kosong, daya kerja antasida hanya 20 - 40 menit,
karena antasida dengan cepat masuk ke duodenum. Satu jam sesudah
makan sekresi asam lambung mencapai maksimal, karena itu pemberian
antasida yang tepat adalah 1 jam sesudah makan dan daya kerja antasida
akan bertahan lebih lama karena makanan akan memperlambat
pengosongan lambung. Antasida diberikan lagi 3 jam sesudah makan
dengan maksud untuk memperpanjang daya kerja antasida kira-kira 1
jam lagi.
Pada keadaan yang lebih parah misalnya pada ulkus berat atau
terjadi perdarahan, dianjurkan pemberian antasida tiap jam. Antsida
adakalanya diberikan sebelum tidur maksudnya untuk menetralkan asam
lambung yang disekresi pada malam hari. Tetapi daya kerja ini terbatas
karena lambung dalam keadaaan kosong sehingga untuk menghilangkan
nyeri pada malam hari sebaiknya digunakan obat antisekresi asam.

Farmakokinetik
Aluminium hidroksida (Amphojel) merupakan salah satu antasida yang
pertama kali dipakai untuk meneralkan asam hidroklorida. Produk-produk
alumnium sering dipakai untuk menurunkan fosfat serum yang tinggi
hiperfosfatemia). Karena aluminium hidroksida sendiri dapat menyebabkan
sembelit dan produk magnesium sendiri dapat menyebabkan sembelit dan
produk magnesium sendiri dapat menyebabkan diare, kombinasi obat,
seperti aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida (Maalox) menjadi
semakin populer.
Hanya sejumlah kecil Amphojel dan Maalox diserap melalui
saluran gastrointestinal. Obat-obat ini terutama terikat pada fosfat dan
dikeluarkan melalui tinja. Sejumlah kecil yang diserap diekskresikan
melalui urin.

Farmakodinamika
Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida menetralkan asam
lambung, termasuk asam hidroklorida, dan meningkatkan pH dari sekresi
lambung (pH yang tinggi membuat pepsin tidak aktif). Kerja kedua obat ini
cukup cepat, tetapi lama kerjanya bervariasi tergantung apakah antasida
dipakai bersama atau tanpa makan. Jika Antasida dimakan setelah makan,
maka kerjanya bisa mencapai 3 jam karena makanan memperlambat
penggosongan lambung. Dosis yang lebih kerap mungkin diperlukan apabila
antasida diberikan dalam suatu periode berpuasa atau pada awal
pengobatan.
Interval dosis yang ideal untuk antasida adalah 1-3 jam sesudah
makan dan pada waktu tidur. Antasida yang diminum sewaktu perut kosong
efektif untuk 30-60 menit sebelum obat ini akan berjalan ke duodenum.
Dosis antasida ditentukan menurut perintah dokter atau sesuai
aturan pakai obat pada label. Kelebihan dosis akan menyebabkan
timbulnyaa efek samping dan absorpsi sistemik.
Antasid yang mengandung garam magnesium merupakan
kontraindikasi unutk klien yang mengalami gangguan fungsi ginjalkarena
adanya risiko hipermagnesemia. Pemakaian aluminium hidroksida yang
lama dapat menyebabkan hipofosfatemia (fosfat serum rendah). Jika timbul
hiposfosfatemia karena fungsi ginjal yang buruk, dapat diberikan aluminium
hidroksida untuk menurunkan kadar fosfat.
ANTASIDA DOEN (Medipharma)
Komposisi :
Tiap tablet kunyah atau tiap 5 ml suspensi mengandung :
Gel Aluminium Hidroksida kering 258,7 mg (setara dengan Aluminium
Hidroksida) 200 mg
Magnesium Hidroksida 200 mg

Cara Kerja Obat :


Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan antasid
yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin sehingga
rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di
samping itu efek laksatif dari Magnesium hidroksida akan mengurangi efek
konstipasi dari Aluminium Hidroksida.
Indikasi :
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum dengan gejala-gejala
seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada
lambung.
Kontra Indikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
Dosis :
Tablet :
- Anak-anak 6-12 tahun :sehari 3-4 kali 1/2 tablet.
- Dewasa :sehari 3-4 kali 1-2 tablet. Diminum 1-2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
Syrup :
- Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 sendok teh
- Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh. Diminum 1 - 2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
Efek Samping :
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.
Peringatan dan Perhatian :
- Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat
karena dapat menimbulkan hipermagnesia.
- Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas
petunjuk dokter.
- Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti Simetidin atau
antibiotika Tetrasiklin harap diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.
- Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak di bawah 6 tahun kecuali atas
petunjuk dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
- Hati-hati pemberian pada penderita diet fosforrendah dan pemakaian lama
karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.
Interaksi Obat :
Pemberian bersama Simetidin atau Tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat
tersebut.
Cara Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
Kemasan :
Dus 10 strip @ 10 tablet
Botol plastik @ 1000 tablet
Botol @ 60 ml

PROSES KEPERAWATAN PADA ULKUS PEPTIKUM


PENGKAJIAN

• Kaji nyeri yang dialami klien, termasuk tipe, lama, berat, dan
frekuensinya. Nyeri tukak biasanya timbul setelah makan dan pada malam
hari (nyeri nokturnal).

• Kaji fungsi ginjal klien. Laporkan jumlah urin bila kurang dari 600
ml/hari, atau kurang dari 25 ml/jam. Gangguan ginjal dapat mempengaruhi
antasida yang mengandung magnesium dan kalsium (hipermagnesimia dan
hiperkalsemia) dan penghambat H2.

• Kaji cairan dan ketidakseimbangan elektrolit jika terjadi hipermagnesemia,


atau diare (akibat garam magnesium dari antasida).

PERENCANAAN
• Klien tidak lagi mengalami sakit perut setelah 1 sampai 2 minggu
memakai obat anti ulkus.

INTERVENSI KEPERAWATAN

• Berikan anatasida yang mengandung magneasium secara hati-hati kepada


orang yang sudah tua dan kepada mereka yang menderita insufisiensi
ginjal. Dengan berkurangnya jumlah urin yang dikeluarkan tubuh,
magnesium yang dikeluarkan berkurang kemungkinan akan terjadi
hipermagnesemia.

• Hindari pemberian antasida bersama dengan obat-obat oral lain, karena


antasida dapat memperlambat absorpsi obat. Suatu anatasida tidak boleh
diberikan bersama-sama tertrasiklin, digoskin, atau quinidin karena
anatasida akan mengikat dan menginaktifkan kebanyakan obat tersebut.
Antasid diberikan 1-2 jam sesudah memberikan obat lain.

• Berikan dosis penghambat H2 seperti simetidin (Tagamet) yang lebih kecil


pada lansia, yang memiliki lebih sedkit asam lambung, untuk mencegah
alkolisis metabolik.

• Berikan penghambat H2 dan antikolinergik sebelum makan unutk


mengurangi sekresi asam lambung yang diinduksikan oleh makanan.

• Berikan penghambat H2 secara intravena 20 sampai 100 ml dari larutan


IV.

PENGAJARAN KEPADA KLIEN

• Beritahukan klien untuk melaporkan rasa sakit, batuk, atau muntah darah
(hematemesis).

• Nasehati untuk tidak memakan makanan atau minuman cairan yang dapat
menyebabkan iritasi lambung, seperti minuman yang mengandung kafein,
alkohol, dan bumbu (misalnya yang pedas).

• Beritahukan klien untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi


kecemasan.

Antasida

• Nasihati klien untuk tidak membeli antasid bebas tanpa pemberitahuan


dokter. Dosis obat yang tidak memadai ( terlalu sedikit, terlalu sering, atau
terlalu banyak) dapat menimbulkan komplikasi.
• Beritahukan klien cara yang benar untuk memakai antasida. Tablet kunyah
harus dikunyah dengan baik diikuti dengan air. Antasida cair harus
diminum dengan 2-4 oz air untuk memastikan obat ini dapat mencapai
lambung.

• Nasehati klien untuk memakai antasida 1-3 jam setelah makan dan waktu
akan tidur. Jangan memakai antasida pada waktu makan; obat ini akan
memperlambat pengosongan lambung, menyebabkan peningkatan
aktivitas saluran gastrointestinal dan sekresi lambung.

• Nasehati klien untuk memberitahukan dokter jika timbul konstipasi atau


diare; antasida mungkin perlu diganti. Jangan mengobati diri sendiri.

• Tekankan bahwa antasid tidak sama dengan permen dan minum antasida
secara berlebihan adalah kontraindikasi.

• Nasehatikan klien untuk tidak memakai antasida bersama-sam susu atau


makanan yang banyak mengandung vitamin D, kecuali jika pasti tidak ada
kontraindikasi.

• Beritahukan klien untuk menghindari aantasida 1-2 jam sesudah memakai


obat oral lain karena ada kemungkinan gaaangguan absorpsi.

• Nasehati klien untuk memeriksa label antasida untuk mengetahui


kandungan natrium, jika klien sedang menjalankan diet natrium terbatas.

Antikolinergik

• Untuk menghindari sembelit, klien harus meningkatkan masukan cairan,


makanan yang berserat, dan olahraga jika tidak ada konatraaindikasi.

• Laporkan takikardia atau retensi urin.

Penghambat H2

• Nasehatkan klien untuk tidak merokok, yang dapat menghambat


efektivitas penghambat H2.

EVALUASI

• Tentukan efektivitas pengobatan anti ulkus dan timbulnya efek samping.


Klien harus bebas rasa sakit dan harus berangsur-angsur menjadi sembuh.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Tan, Hoan Tjay. 2003. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. EGC:
Jakarta.
Hardjosaputra, Dr. S. L. Purwanto, dkk. 2008. DOI: Data Obat di Indonesia Edisi
11. PT. Muliapurna Jayaterbit: Jakarta.
Olson, James. 2003. Belajar Mudah Farmakologi. EGC: Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. 2008. Ulkus Peptikum.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/ulkus-peptikum/ diakses 10
Oktober 2010 jam 09:30 WITA.

You might also like