Professional Documents
Culture Documents
I.
Pengertian Wakaf
Jika dilihat dari sisi bahasa, wakaf berasal dari kata
waqf
yang berarti
Radiah(
terkembalikan
) al-tahbis (
tertahan
) al-tasbil(
tertawan
) al-man¶u (
mencegah
).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa wakaf menurut bahasa adalah ³menahan
harta´tidak dipakai oleh seseorang, tidak pula diizinkan untuk dikuasai
1
.
Terdapat banyak pendapat yang dikemukakan para ulama tentang definisi
wakaf,diantaranya:
Hanafiah
mendefinisikan wakaf sebagai menahan materi benda milik wakif danmenyedekahkan
atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajkan.
Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa kedudukan harta masih tetaptertahan atau
terhenti di tangan wakif itu sendiri. Berarti wakif masih menjadi pemilik hartayang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi atas manfaat harta tersebut,
bukantermasuk aset hartanya.
Syafiiyah
mengartikan wakaf sebagai menahan harta yang bisa memberi manfaat sertakekal
bendanya dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif
untuk diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah. Mazhab ini
mensyaratkan hartayang diwakafkan harus harta yang kekal bendanya, yang berarti harta yang
tidak mudahrusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya terus-menerus.
Malikiyah
, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki untuk diberikan kepada
orang yang berhak dengan suatu akad dalam jangka waktu tertentu sesuaidengan
keinginan wakif.
Hanabilah
, wakaf adalah menahan asal harta dan menyedekahkan manfaat
yangdihasilkan Didalam Kompilasi Hukum Islam buku III tentang hukum perwakafan
pasal 215,Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan
hukum yangmemisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk
selama-lamanyaguna kepentingan ibadat atau kerpeluan umum lainnya sesuai dengan
ajaran Islam.
2
1
1.Helmi Karim,
fiqh muamalah
, PT Raja Grafindo, Jakarta, 1993, hal.103
2
KHI buku III hukum perwakafan, pasal 215
Penyalahgunaan wakaf
Pera
l
i
h
an Tana
h
Wakaf
Tujuan dan maksud dari suatu akad wakaf pada dasarnya bersifat abadi, tidak
bolehdiperuntukan untuk tujuan selain tujuan yang diinginkan oleh wakif terhadap harta
bendawakaf yang ia wakafkan. Tetapi pada praktek di lapangan sering timbul
permasalahan dalampengelolaan harta benda wakaf, khususnya dalam hal ketidak
sesuaiannya peruntukan hartabenda wakaf dengan kebutuhan di masyarakat umum.
15
UU No.41 tahun 2004 pasal 67
12
Peru
b
a
h
an peruntukan tana
h
wakaf menurut KH
I
b
uku
III
tentang
h
ukumperwakafan
P
aha kompilasi hukum islam buku III tentang hukum perwakafan, dlam pasal 225
dijelaskantentang perubahan benda wakaf yaitu:
1.
P
ada dasarnya terhadap benda yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukanperubahan
atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf
2
.
P
enyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat
(
1) hanya dapat dilakukan terhadaphal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari KepalaKantur Urusan Agama Kecamatan berdasarkan saran
dari Majelis Ulama Kecamatandan Camat setempat dengan alasan:a.
karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;b.
karena kepentingan umum.
16
Pera
l
i
h
an tana
h
wakaf menurut UU NO
.41
ta
h
un200
4
tentang wakaf
Didalam UU No 41 tahun 2004 disinggung masalah perubahan status benda wakaf
sepertipada pasal 40, sebagai berikut:Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan
dilarang:a. dijadikan jaminan;b. disita;c. dihibahkan;d. dijual;e. diwariskan;f. ditukar;
ataug. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
17
Kemudian pada pasal 41 dijelaskan bagaimana mekanisme perubahan status benda
wakaf,sebagai berikut:
16
KHI buku III pasal 225
17
UU No. 41 tahun 2004 pasal 40
1.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
P
asal 40 huruf f dikecualikan apabilaharta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan
untuk kepentingan umumsesuai dengan rencana umum tata ruang
(
RUTR) berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan syariah.2.
P
elaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(
1) hanya dapatdilakukansetelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan
Badan Wakaf Indonesia.3.
Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan
pengecualiansebagaimana dimaksud pada ayat
(
1) wajib ditukar dengan harta benda yangmanfaatdan nilai tukar sekurang. kurangnya sama
dengan harta benda wakaf semula.
18
Pera
l
i
h
an tana
h
wakaf menurut Fiq
h
Jika merujuk pada pandangan fiqh tentang perubahan peruntukan tanah wakaf, maka
kitaakan menemukan pendapat beberapa ulama, yaitu:MalikiUlama madzhab Maliki
membedakan jenis harta wakaf dalam kaitanyya dengan penjualanharta wakaf tersebut,
yaitu:
Apabila harta wakaf berwujud masjid maka tidak boleh dijual
Apabila harta wakaf tersebut berwujud benda yang tidak bergerak, maka tidak
bolehdijual sekalipun telah hancur atau musnah dan tidak boleh diganti dengan jenis
yangsama, tetapi boleh dijual dengan syarat dibelikan lagi sesuai dengan kebutuhan
untuk memperluas masjid atau jalan umum.
Dalam bentuk benda bergerak atau hewan peliharaan, apabila manfaatnya tidak
adalagi, maka boleh dijual an hasil dari penjualannya dibelikan barang atau
hewansejenis. HambaliDalam hal perubahan peruntukan benda wakaf
madzhab hambali menguraikan beberapaketentuan sebagai berikut:
Apabila harta benda wakaf telah hilang, seperti rumah telah hancur dan
perkebunantelah menjadi hutan atau masjid tidak dipergunakan lagi oleh penduduk
setempatsedangkan biaya untuk memperbaiki masjid, rumah atau perkebunan tersebut
itu tidak ada, maka harta wakaf itu boleh dijual.
18
UU No. 41 tahun 2004 pasal 41
14
apabila manfaat harta wakaf sebagian masih bisa dimanfaatkan walaupun sedikit,maka
harta tidak boleh dijual, tetapi dalam keadan darurat diperbolehkan demimemelihara
tujuan wakaf itu sendiri.
Apabila harta wakaf berupa hewan tetapi sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi laludijual
dan hasil penjualanyya tidak mencukupi untuk membeli hewan sejenis, makaboleh
dibelikan benda yang sesuai dengan uang yang ada sehingga masih bisadimanfaatkan
penerima wakaf.
Tidak boleh memindahkan masjid dan menukarnya dengan yang lain, dan tidak
bolehmenjual pekarangan mesjid kecuali apabila masjid dan pekarangannya
tidak bermanfaat lagi. SyafiiUlama syafiiyah berpendapat tentang peralihan peruntukan
harta wakaf sebagai berikt:
Apabila harta wakaf itu berupa masjid, maka tidak boleh dijual dan dikembalikankepada
wakif atau siapapun walau masjid telah rusak, dan tidak digunakan lagi untuk sholat. hal
ini dikarenakan harta itu tetap sebagai harta Allah. Akan tetapi pemerintahdibolehkan
membangun masjid lain atau dialihkan ketempat lain, jika hal itu yangterbaik.
Apabila masjid itu rusak, dan dikhawatirkan akan runtuh, maka pihak pemerintahharus
memperbaikinya. Apabila harta wakaf berupa hewan atau buah-buahan dandiduga
keras pemanfaatannya akan hilang, maka boleh dijual dan hasilnya diberikankepada
kerabat wakif yang miskin, fakir miskin lainnya atau untuk kemaslahatanumat islam
setempat