Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir
semua tumbuhan. Di dalam tumbuhan flavonoid biasanya berikatan dengan
gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut
aglikon8. Aglikon flavonoid terdapat dalam dalam berbagai bentuk struktur,
semuanya mengandung 15 atom karbon (C) dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6 – C3 – C6, yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C.
Atom karbon diberi nomor menurut sistem penomoran yang menggunakan
angka biasa untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk cincin B 6
1
Flavonoid O-glikosida mudah dihidrolisis dengan katalis asam
menghasilkan aglikon dan gula. Gula yang lazim adalah glukosa, namun
juga ditemukan galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa. Kadang – kadang
ditemukan juga alosa, manosa, dan fruktosa. Selain berikatan dengan
monosakarida ditemukan juga ikatan aglikon dengan di, tri dan tetra
sakarida. 6,8
2. Flavonoid C-glikosida
Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon –
karbon (C-C) yang tahan asam. Sekarang gula yang terikat pada atom C
hannya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis
gula yang terlibat jauh lebih sedikit dibanding jenis gula pada O-glikosida
yaitu : glukosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa.8
2
B. KLASIFIKASI FLAVONOID
Kelas – kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik – oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan.7 Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan
tumbuhan mula - mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi
warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah
dihidrolisis secara kromatografi satu arah dan pemeriksaan ekstrak etanol
secara dua arah. Akhirnya flavonoid dapat dipisahkan secara kromatografi.
Komponen masing – masing diidentifikasi dengan membandingkan
kromatografi dan spektrum dengan memakai senyawa pembanding yang
sudah dikenal2.Kerangka dasar tipe– tipe flavonoid terlihat seperti gambar 4.
5
Gambar 4. Kerangka Dasar Tipe – Tipe Flavonoid
3
C. ISOLASI FLAVONOID
Banyak senyawa dari golongan ini yang mudah larut dalam air terutama
bentuk glikosidanya, dan oleh karena itu senyawa ini berada dalam ekstrak
air tumbuhan. Bahkan senyawa yang larut sedikit dalam air kepolarannya
memadai untuk diekstraksi dengan baik memakai metanol, etanol, atau
aseton7. Metode untuk mengisolasi masing masing komponen flavonoid
biasanya dilakukan dengan teknik kromatografi yaitu : kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom dan kromatografi cair kinerja
tinggi 8.Kromatografi lapis tipis biasanya dilakukan untuk mikroanalisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Untuk kromatografi kolom
skala isolasinya dapat ditingkatkan hampir ke skala industri. Kromatografi
cair kinerja tinggi untuk mikroanalisis kuantitatif 6. Namun yang paling
umum digunakan untuk mengidentifikasi flavonoid adalah kromatografi
5,6,9
kertas Isolat flavonoid sebelum diidentifikasi lebih lanjut, diuji
kemurniannya (misalnya dengan kromatografi lapis tipis dua dimensi).
4
panjang (365 nm)11. Kebanyakan flavonoid tidak terlihat pada aras yang
dijumpai pada kromatografi kertas, karena alasan itu untuk mendeteksi
bercak, kromatogram diperiksa dengan sinar UV 366 nm bukan 254 nm,
dengan atau tanpa diuapi amonia 6. Pada tabel I dapat dilihat warna bercak
dari segi struktur flavonoid.
Tabel I. Penafsiran warna bercak dari segi struktur flavonoid 6
Warna bercak dengan sinar UV Jenis flavonoid yang mungkin
Sinar UV tanpa NH3 Sinar UV dengan NH3
Lembayung gelap Kuning, hijau-kuning, atau 1. Biasanya 5-OH flavon atau flavonol (tersulih
hijau pada 3-O dan mempunyai 4’-OH)
2. Kadang – kadang 5-OH flavanon dan 4’-OH
khalkon tanpa OH pada cincin B
Perubahan warna sedikit 1. Biasanya Flavon atau flavonol tersulih pada 3-O
atau tanpa perubahan mempunyai 5-OH tetapi tanpa 4’-OH bebas
warna 2. Beberapa 6- atau 8-OH flavon dan flavonol
tersulih pada 3-O serta mengandung 5-OH
3. Isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan
beberapa flavonon yang mengandung 5-OH
4. Khalkon yang mengandung 2’ atau 6’-OH tetapi
tidak mengandung 2-atau 4-OH bebas.
5
ditentukan dengan pelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas
2 maksima pada rentang 240– 280 nm (pita II) dan 300 – 550 nm (pita I).
Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan
informasi yang berharga mengenai sifat flavonoid dan pola oksigensainya.
Ciri khas dalam spektrum tersebut adalah memberikan puncak relatif rendah
pada pita I untuk flavonoid golongan hidroflavon, dihidroflavonol, dan
isoflavon. Untuk khalkon, auron, dan antosianin memberikan puncak relatif
6,8
tinggi. Ciri ini tidak berubah walaupun pola oksigenasinya berubah .
Petunjuk mengenai rentang maksima utama yang diperkirakan untuk setiap
jenis flavonoid dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Rentangan serapan spektrum UV-Vis flavonoid 6
Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid
250-280 310-350 Flavon
250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubtitusi)
250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)
245-275 310-330 bahu Isoflavon
Kira – kira 320 Isoflavon (5-deoksi, 6,7
275-295 puncak dioksigenasi)
230-270 (kekuatan rendah) 300-330 Flavanon dan dihidroflavonol
230-270 (kekuatan rendah) 340-390 Khalkon
270-280 380-430 Auron
465-560 Antosianin
6
Gambar 5. Spketrum serapan UV-tampak jenis flavonid yang berbeda
Tetapi pola hidroksilasinya sama 6
Informasi tambahan untuk mengidentifikasikan flavonoid dapat diperoleh
dengan menggunakan pereaksi dianostik. Adapun pereaksi diagnostik yang
digunakan adalah NaOH, AlCl3, HCl, Natrium Asetat anhidrat, dan asam
borat anhidrat. Spektrum ”NaOMe” merupakan spektrum flavonoid yang
gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu terionisasi. Karena itu
spektrum ini biasanya merupakan petunjuk ”sidik jari” pola hidroksilasi dan
juga bermanfaat untuk menentukan gugus hidroksil yang lebih asam dan
tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah
waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus yang peka
terhadap basa. Spektrum ’AlCl3’ dan ’AlCl3 / HCl’ menunjukkan
terbentuknya kompleks tahan asam antara gugus hidroksil dan keton yang
bertetangga dan membentuk kompleks yang tak tahan asam dengan gugus
orto-dihidroksil. Pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua
gugus tersebut 6.
7
Gambar 6. Reaksi Pembentukan Kompleks antara flavonod dengan AlCl3 6
8
proton yang secara kimia sama memberikan sinyal yang sama. Ukuran sinyal
(integrasi) berbanding lurus dengan jumlah proton yang menghasilkan sinyal6.
Pada identifikasi flavanoid Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 1H )
digunakan khas untuk :
a. Penentuan pola oksigenasi (pada ketiga lingkar)
b. Penentuan jumlah gugus metoksi (dan kedudukannya)
c. Pembedaan isoflavon, flavonon, dan dihidroflavonol
d. Penentuan jumlah gula yang ada (dan penentuan apakah ikatannya
α – atau β )
e. Pendeteksian rantai samping hidrokarbon seperti –CH3 yang terikat
pada C dan prenil yang terikat pada C (atau O).
Tabel III. Geser kimia kira – kira dari berbagai jenis proton* 6
Geser Kimia Jenis Proton
(ppm)
0 Tetrametisilan (pembanding)
0 - 0,5 Gugus eter trimetilsilil
k. 1,0 C-CH3 ramnosa (doblet lebar)
k. 1,7 Gugus metil pada prenil (-CH2-CH=C(CH3)2)
(Proton lain 3,5 dan 5,2 ppm)
k. 2,0 Asetat (-OCOCH3 dan C-CH3 aromatik)
2–3 H-3 flavonon (multiplet – dua proton)
3,5 – 4,0 Kebanyakan C-H gula
4,2 – 6,0 H-1 gula (juga H-2 dihidroflavonol), 5,0 ppm
Dan H-2 flavanon 5 - 5,5 ppm
k. 6,0 Metilendikoksi (O-CH2-O), singlet
6,0 – 8,0 Proton pada cincin A dan B
7,5 – 8,0 H-2 isoflavon (singlet)
12 - 14 5 – OH (hanya terlibat bila pelarutnya DMSO-d6)
9
Kelimpahan alam 13C hanya 1, 1% dan yang 1,1 % pada setiap flavonoid ini
yang menghasilkan spektrum RMI – 13C. Resonansi terjadi pada daerah 0 –
200 ppm medan bawah dari tetrametilsilan (TMS); setiap karbon yang
berlainan akan menghasilkan satu sinyal. Berbeda dengan sinyal resonansi
proton, kekuatan sinyal resonansi karbon – 13 tidak menunjukkan jumlah
karbon dan dengan demikian integrasi RMI – 13C jarang ada gunanya. 6
Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 13 C) digunakan khas untuk :
a. Identifikasi gula yang terikat pada C- (dan O-)
b. Penentuan titik ikatan antar glikosida
c. Identifikasi penyulih asil dan titik asilasi
d. Penentuan titik ikatan –C (misalnya pada C-glikosida, biflavonoid)
Tabel IV. Rentangan geser kimia karbon-13 dari berbagai jenis karbon
flavonoid6
Jenis Karbon Rentangan Geser Kimia yang Lazim
(ppm dari TMS)
10
Seperti terlihat pada tabel di atas kedudukan ini (geser kimia) dipengaruhi
oleh penyulih yang berdekatan. Data pergeseran yang penting (untuk
flavonoid) bila ada penyulih pada kedudukan ’C-1’, orto, meta, dan para
adalah sebagai berikut :
C-1 Orto Meta Para
Hidroksil +26.9 -12.7 +1.4 -7.3
Metoksil +31.4 -14.4 +1.0 -7.7
Metil +8.9 +0.7 -0.1 -2.9
Asetoksil +23.0 -6.4 +1.6 -2.3
11
Gambar 8. Scavenging radikal bebas oleh flavonoid 10
Keterangan :
R* : radikal bebas
FL-OH : senyawa golongan flavonoid
FL-O* : radikal flavonoid
2. Sebagai antimikroba3
Abyssinone I (Gol. Flavanon) efektif terhadap Staphylococcus aureus
dan Bacillus subtilis.
3. Sebagai antifungi 3
Abyssinone I (Gol. Flavanon) efektif terhadap Sclerotinia libertiana
4. Sebagai antikanker
Isochamaesjasmin (Gol. Biflavonoid) dengan mencegah proses inisiasi
dan promosi.3
12
Mekanismenya yaitu dengan menghambat kerja enzim DNA
topoisomerase IB (topo I) dan topoisomerase II (topo II) pada sel kanker.
Enzim tersebut adalah enzim yang berperan dalam proses replikasi
transkripsi dan rekombinasi DNA dan juga proses proliferasi dan
diferensiasi sel kanker. dengan dihambatnya enzim DNA topoisomerase
maka proses dalam sel akan terhenti dan akhirnya akan terjadi kematian
sel tersebut13.
5. Sebagai antiviral 3
Fustin (Gol. Dihroflavonol) memiliki aktivitas antiviral terhadap virus
Herpes Simplex tipe I
6. Sebagai vasodilator
Contoh : Hesperidin (Gol. Flavon) 4, Isoflavon 12
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, J.E., Khodr, H., Hider, R.C., and Rice – Evans, C.A., 1998,
Structural Dependence of Flavonoid Interactions with Cu2+ Ions :
Implications for Their Antioxidant Properties, Biochem J. 330, 1173-1178
2. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Cetakan ke II, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
3. Harbone, J.B., Baxter, H., and Moss, G.P., 1999, Phytochemical
Dictionary, A Handbook of Bioactive Compounds from Plants, 2nd ed., Taylor
& Francis Ltd, Philadelphia, pp. 407-416
4. Ikan, R., 1991, Natural Product, A Laboratory Guide, 2nd ed., Academic
Press, San Diego, p.3
5. Mabry, TJ., Markham, KR., and Thomas, M.B., 1970, The Systematic
Identifications of Flavonoids, Springer – Verlag, Berlin.
6. Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasikan Flavonoid,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
7. Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
8. Sardjoko, 1990, Analisis Metabolit Sekunder, Cetakan I, Proyek
Pengembangan Pusat Fasilitas Antar Universitas (Bank Dunia XVII) – PAU
Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
9. Seikel, M.K., 1962, Chromatographic Methods of Separations, Isolation,
and Indentification of Flavonoid Compounds, in Geissman, The Chemistry of
Flavonoid Compounds, The Macmillan Company, New York, pp.45-47
10. Siswono, H., 2005, Mekanisme Kerja Vitamin B2, Asam Galat, dan
Somatotropin pada Penghambatan Proses Penuaan Dini, Kajian Aktivitas
13
Senyawa Gizi, Non Gizi dan Hormon Pertumbuhan sebagai Bahan
Penghambat Proses Penuaan Dini, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
Surabaya.
11. Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi,
Penerbit ITB, Bandung.
12. Tahara, S., and Ibrahim, R.K., 1995, Prenylated Isoflavonoids Update,
Phythochemistry, The International Journal of Plant Biochemistry 100,. 1073-
1094.
13. Weeb, M.R. and Ebeler, S.E., 2004, Comparative Analysis of
Topoisomerase IBinhibition and DNA Intercalation by Flavonoids and
Similar Compounds: Structural Determinates of Activity, Biochem. J. 384,
527-541
14